Penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
Injeksi bahan kontras ke arteri dan vena dilakukan baik secara langsung
melalui tusukan jarum, atau menggunakan kateter angiografik percutaneously
dimasukkan paling sering dibuat dari polietilen, poliuretan atau nilon. Kontras
injeksi dilakukan dengan tangan (terutama di tusuk jarum langsung atau dalam
arteri kaliber kecil. Studi angiografik secara rutin dilakukan dengan anestesi lokal.
Setelah infiltrasi kulit dan jaringan sekitar arteri atau vena yang akan ditusuk,
sayatan kulit kecil dibuat, dan arteri yang ditusuk dengan jarum angiografik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Angiografi
2.1.1 Definisi
2.1.2 Tujuan
1. Untuk mendeteksi masalah pada pembuluh darah yang ada di dalam atau
yang menuju otak (contohnya, aneurysma, malformasi pembuluh datah,
trombosis, penyempitan atau penyumbatan)
2. Untuk mempelajari pembuluh darah otak yang letaknya tidak normal
(karena tumor, gumpalan darah, pembengkakan, spasme, tekanan otak
meningkat, atau hydrocephalus)
3. Untuk menentukan pemasangan penjepit pembuluh darah pada saat
pembedahan dan untuk melihat kondisi pembuluh tersebut.
3
2.1.3 Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi
Kontraindikasi
2.2 Arteriografi
2.2.1 Definisi
Pemeriksaan arteriografi adalah pemeriksaan pembuluh darah arteri dengan
menggunakan zat kontras. Karena alirandarah dalam pembuluh darah arteri sangat
cepat, maka digunakan rapid film changer yang dapat memotret maksimal sampai
10 film per detik, sehingga setiap aliran kontras dalam pembuluh darah arteri
dapat diikuti. Ada dua teknik dasar yang secara luas digunakan untuk
pemeriksaan arteriografi, yaitu:
1. Pungsi Jarum perkutan (percutaneus needle punctie)
2. Katerisasi arteri perkutan (percutaneus arterial catherization)
1. Aortografi
- Aortografi lengkung aorta (aortografi arcus aorta)
- Aortografi torakalis
4
- Aortografi abdominalis
Teknik : katerisasi transfemoral.
Ujung kateter diletakan pada aorta asendens atau setinggi torakal 1
(torakalis) atau lumbal 1 (abdominalis). Zat kontras yang digunakan
angiografin 40-60 ml. Dipotret seri dengan kecepatan 2 film/detik,
istirahat 5 detik lalu 1 film/detik.
2. Arteriografi pelvis
3. Arteriografi kaki (ekstremitas bawah) atau arteriografi femoralis
4. Arteriografi tangan (ekstremitas atas) atau arteriografi brakhialis
5. Arteriografi renal
6. Arteriografi suprarenal
7. Arteriografi hepatica
8. Arteriografi soeliaka
9. Arteriografi mesentrika superior
10. Arteriografi mesentrika inferior
11. Arteriografi pancreas
12. Arteriografi serebral
13. Arteriografi vertebral
14. Arteriografi lien
15. Pemeriksaan superselektif, antara lain:
- Arteri hepatica kanan dan kiri
- Superselektif arteri karotis eksterna dan arteri karotis interna
- Superselektif arteri iliaka interna
16. Pemeriksaan angiokardiografi
17. Arteriografi koroner
5
Coronary angiography - Image Copyright: kalewa / Shutterstock
6
robekan pada organ-organ tersebut atau robekan pada pembuluh darah
arteri.
4. Kelainan pembuluh darah
Misalnya pada stenosis,aneurisma, oklusi, displasi (fibromuskular
displasi), fistel arterio-venosus, hemangioma dan lain-lain.
5. Kelainan tumor
Pada kelainan-kelainan yang dicurigai adanya tumor, baik jinak maupun
ganas, dilakukan pemeriksaan arteriografi. Pada tumor-tumor jinak
ditemukan tanda-tanda deviasi pembuluh darah, hipervaskularisasi, dan
lain-lain. Pada tumor ganas tampak tanda berupa amputasi pembuluh
darah, neovasularisasi, pendorongan pembuluh arteri, fistel arterio-
venosus, pengumpulan kontras, dan lain-lain.
6. Pemeriksaan donor resipien pada transplantasi organ
Transplantasi ginjal merupakan transplantasi organ yang berkembang baik
di Indonesia. Para donor ginjal harus memenuhi syarat tertentu antaralain:
- Tidak tampak tanda kelainan pada ginjal
- Ginjal diperdarahi hanya oleh satu arteri (arteri renalis), tidak boleh
ada arteri kutub (pole-arteri). Untuk memastikan hal ini diperlukan
pemeriksaan arteriografi renal.
7
2. Pasien dipuasakan sejak malam hari, terutama apabila dilakukan
pemeriksaan dengan anestesi umum.
3. Apabila pungsi dilakukan didaerah inguinal untuk melakukan antisepsi
didaerah tersebut rambut pubis harus dicukur habis.
4. Dua jam sebelum pemeriksaan diberikan obat penenang, seperti suntikan
diazepam sebanyak 10mg.
Zat Kontras
Zat kontras yang dipakai angiografin 65%, apabila angiografin sukar didapat,
maka dapat dipakai urografin 60% atau urografin 76%. Zat kontras disuntikan
dengan alat injector khusus. Kecepatan penyuntikan zat kontras:
8
Untuk pemeriksaan aortografi, aortografi torakalis dan abdominalis, diberikan:
Teknik pemeriksaan
9
tengah. Jari tengah dan jari manis digunakan untuk meraba dan
memfiksasi arteri.
3. Jarum seldinger/ Abbocath ditusukanke arah denyut yang paling besar
dekat jari tengah dengan sudut kurang lebih 60 derajat.
4. Setelah jarum abbocath masuk , mandarin dicabut dan jarum abbocath
ditarik perlahan ke atas.
5. Bila jarum berada didalam pembuluh arteri, darah akan memancar bila
memakai jarum seldinger atau bila memakai abbocath akan terlihat suatu
aliran balik (back flow)
6. Jarum dihubungkan dengan tube plastic dan konektor lalu dibilas dengan
garam fisiologis, yang dicampur dengan heparin.
1. Pungsi arteri
Arteri ditusuk dengan jarum seldinger atau abbocath, tekniknya sama
dengan teknik pungsi jarum perkutan seperti diatas.
2. Bila kanula telah berada didalam lumeb arteri, maka dimasukkan baja
penuntun (guide-wire) melalui jarum seldinger/kanula plastik ke dalam
lumen arteri dengan bagian yang lemas lebih dahulu.
3. Dibawah pemeriksaan sinar tembus, ujung baja penuntun diawasi/diikuti
(hati-hati dalam memasukannya, jangan dengan paksaan).
4. Ujung baja penuntun diletakkan setinggi L2-L3.
10
5. Jarum atau kanula plastik dicabut dengan hati-hati agar baja penuntun
tidak tercabut. Daerah pungsi ditekan agar tidak terjadi hematom.
6. Kateter dimasuka melalui baja penuntun sampai ke tempat yang di
kehendaki dibawah tuntunan sinar tembus.
7. Baja penuntun dicabut, selanjutnya kateter dibilas dengan NaCl.
8. Diberikan heparin sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan pada tabel
yang disesuaikan dengan berat badan penderita.
9. Pengambilan foto seri dilakukan dengan kecepatan
2 film/detik, selama 2 detik
Istirahat 5 detik
1 film/detik, selama 1 detik
10. Kateter
Kateter untuk aortografi dipakai kateter yang lurus dengan lubang
diujung (end hole) dan lubang disamping (side hole)
Kateter untuk pemeriksaan semi selektif atau selektif dipakai
kateter yang bengkok dengan bermacam-macam bentuk
lengkungannya (sesuai dengan jenis pemeriksaan yang akan
dilakakukan). Bentuk kateter untuk arteriografi ginjal berbeda
dengan kateter untuk mesenterikografi, soeliakografi,
hepatikografi, dan lain-lain.
Pemeriksaan semi selektif menggunakan kateter lengkap yang
disertai lubang diujung (end hole) dan lubang disamping (side
hole)
Pemeriksaan selektif menggunakan kateter bengkok dengan satu
lubang diujung kateter.
11. Bila pada suatu saat diperlukan pergantian kateter, maka dilakukan dengan
cara memasukkan kembali baja penuntun (dengan kontrol pemeriksaan
sinar tembus) sampai ujungnya keluar dari ujung kateter. Kateter
kemudian ditarik ke luar perlahan-lahan secara hati-hati agar baja
penuntun jangan sampai tercabut keluar. Setelah itu baru dimasukkan
11
kateter yang diinginkan. Selama penggantian kateter diawasi kemungkinan
terjadinya hematom pada daerah pungsi.
12
Pada tumor ganas, selain pembuluh – pembuluh darah terdorong
ke samping tampak pula neovaskularisasi pada beberapa tempat.
6. Fistel arteriovenosus. Pada fase arterial tampak mendadak adanya
gambaran-gambaran vena. Gambaran tersebut diatas dapat terjadi
karena trauma, malformasi arterio-venosus, dan tumor ganas.
7. Arteri subkapsuler. Secara normal arteri subkapsuler tidak terisi
kontras. Pada kondisi-kondisi tertentu seperti infeksi dekat kapsul
suatu organ, arteri subkapsuler tampak berkembang dan biasanya
berkelok-kelok dan mengalami hipervaskularisasi.
8. Kalsifikasi dan gambaran tak beraturan (ireguleritas) dinding aorta
atau arteri. Gambaran ini menunjukan adanya aortitis atau arteritis,
arteriosklerosis pada aorta dan arteri.
9. Aneurisma adalah pelebaran setempat pada aorta atau arteri.
Untuk menilai fase arteri lanjut (fase parenkim)
1. Pembuluh arteri cabang-cabang kecil
2. Gambaran parenkim organ yang diperdarahi
3. Tumpukan kontras (contras pooling) yg mana kadang-kadang
gambaran ini sangat luas seperti gambaran danau.
4. Defek yang luas dan tak beraturan
Untuk menilai fase venosus
1. Gambaran vena dari organ tersebut
2. Gambaran vena yang patologik, seperti vena berkelok-kelok,
kolateral, trombosis pada vena dan lain-lain.
2.3.1 Definisi
13
2.3.2 Indikasi dan Kontraindikasi flebografi atau venografi
Indikasi
Kontraindikasi
14
pesawat roentgen yang dimiringkan atau dengan posisi pasien
berdiri, kaki dimiringkan 30-40 derajat dengan kaset ukuran 20 x
10p cm dibelakangnya.
g. Penyuntikan dilakukan denggan kecepatan biasa sebanyak kira-
kira 40-80 ml zat kontras angiografin
h. Posisi pemotretan dilakukan:
1.Pengikatan diatas mata kaki
Tungkai bawah, AP dan lateral
Lutut bawah, AP dan lateral
Tungkai atas, AP dan lateral
Daerah inguinal, AP
2.Pengikatan diatas mata kaki dibuka
Tungkai bawah, AP dan lateral
Lutut bawah, AP dan lateral
Tungkai atas, AP dan lateral
2. Flebografi ekstremitas atas
Teknik
a. Dilakukan pengikatan diatas artikulasio radiokarpal
b. Diauntikan 20-30 ml zat kontras melalui salah satu vena di
punggung tangan.
c. Dilakukan pemotretan pada:
Tangan, AP dan oblik
Lengan bawah, AP dan lateral
Siku, AP dan lateral
Lengan atas, AP dan lateral
Aksila, AP
3. Kavografi superior – mediastinografi
Teknik
a. Dilakukan penyuntikkan pada vena kubiti kanaan dan kiri
sebanyak masing-masing 40-80 ml yang disuntikan serentak.
15
b. Posisi pasien supine dengan pengikatan di atas daerah siku kanan
dan kiri
c. Pemotretan dilakukab secara serial foto dengan kecepatan 1
film/derik selama 6-8 detik
d. Sewaktu kontras disuntikkan, kedua sulkus deltoideus ditekan
dengan tangan agar vena subklavia terisi baik.
4. Kavografi inferior
Teknik
a. Dilakukan dengan serial foto dan memasukan kateter setinggi L4
diatas biffurkasio.
b. Kateter dimasukan dengan teknik seldenger atau menggunakan
abbocath
c. Kontras disuntikan 30-40 ml dengan kecepatan tangan
d. Pemotretan serial dilakukan dengan kecepatan 1 film/detik selama
6-8 detik.
5. Flebografi pelvis
Teknik
a. Dilakukan pungsi di daerah inguinal pada vena iliaka eksterna
kanan dan kiri dengan teknik seldenger atau abbocath
b. Secara bersamaan diauntik 40 ml kontras (masing-masing 20 ml)
pada vena iliaka eksterna
c. Pemotretan dilakukan dengan serial foto dengan kecepatan 1 film/
detik selama 6-8 detik
d. Pada waktu pemotretan pasien disuruh mengedan agar kontras
tertahan pada pelvis.
6. Flebografi vena hepatika
7. Flebografi ginjal
8. Flebografi suprarenal
9. Splenoportografi
Teknika pemeriksaan ada 2 cara, yaitu
a. Splenoportografi langsung (pungsi limpa perkutan)
16
b. Splenoportografi tak langsung ( arterioportografi)
10. Flebografi vena paravertebralis
11. Flebografi intra osseus
12. Flebografi orbital
17
BAB III
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19