Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala


limpahan rahmatnya serta karunianya, sehingga syukur Alhamdulillah
penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Pemeriksaan Radiologi
Pada Tumor Tulang”. Referat ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Radiologi di RSUD Cilegon.
Penulis menyadari bahwa referat ini dapat terselesaikan berkat bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat para konsulen
bagian Radiologi yaitu dr. Kesuma Mulya Sp.Rad, atas keluangan waktu
dan bimbingan yang telah diberikan, serta kepada teman sesama
kepaniteraan klinik bagian radiologi dan staf bagian radiologi yang selalu
mendukung, memberi saran, motivasi, bimbingan dan kerjasama yang baik
sehingga dapat terselesaikannya referat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun referat ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat terbuka untuk menerima
segala kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan referat ini.
Akhirnya semoga referat ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan
setiap pembaca pada umumnya. Amin.
Cilegon, November 2017

Penyusun

1
BAB I
PENDAHULUAN

Angiography adalah pencitraan pembuluh darah menggunakan air-larut


ionik atau nonionik media kontras sinar X disuntikkan ke dalam aliran darah arteri
(arteriografi) atau vena (Venography). Angiografi/Cath Lab adalah prosedur
pemeriksaan invasif dengan sinar X (X-Ray) yang bertujuan menggambarkan
pembuluh darah di berbagai bagian tubuh.

Injeksi bahan kontras ke arteri dan vena dilakukan baik secara langsung
melalui tusukan jarum, atau menggunakan kateter angiografik percutaneously
dimasukkan paling sering dibuat dari polietilen, poliuretan atau nilon. Kontras
injeksi dilakukan dengan tangan (terutama di tusuk jarum langsung atau dalam
arteri kaliber kecil. Studi angiografik secara rutin dilakukan dengan anestesi lokal.
Setelah infiltrasi kulit dan jaringan sekitar arteri atau vena yang akan ditusuk,
sayatan kulit kecil dibuat, dan arteri yang ditusuk dengan jarum angiografik.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Angiografi

2.1.1 Definisi

Angiografi adalah pemeriksaan terhadap pembuluh darah dengan


menggunakan zat kontras, pemeriksaan angiografi dibagi menjadi dua yaitu
pemeriksaan arteriografi dan pemeriksaan flebo-venografi. .Cara pemeriksaan
Angiografi adalah dengan memasukan kateter ke dalam arteri femoralis atau
brakhialis dan zat kontras disuntikan untuk memudahkan penglihatan terhadap
pembuluh darah.Pemeriksaan Angiografi berguna untuk mengevaluasi pembuluh
darah dan untuk mengidentifikasi vaskularisasi yang tidak normal karena adanya
tumor atau penyakit lainya.Pemeriksaan Angiografi dilakukan bila Tomografi
Komputer atau Skrining Radionukleid memberi kesan adanya kelainan pada
pembuluh darah.

Angiografi sangat bermanfaat untuk memperlihatkan tumpukan plak pada


pembuluh darah jantung, mendeteksi plak pada arteri carotis di leher yang
menggangu aliran darah ke otak yang menyebabkan stroke, mengetahui kelainan
pada pembuluh darah di otak, serta mengidentifikasi aneurisma intracranial atau
bahkan adanya aneurisma pembuluh darah aorta.

2.1.2 Tujuan
1. Untuk mendeteksi masalah pada pembuluh darah yang ada di dalam atau
yang menuju otak (contohnya, aneurysma, malformasi pembuluh datah,
trombosis, penyempitan atau penyumbatan)
2. Untuk mempelajari pembuluh darah otak yang letaknya tidak normal
(karena tumor, gumpalan darah, pembengkakan, spasme, tekanan otak
meningkat, atau hydrocephalus)
3. Untuk menentukan pemasangan penjepit pembuluh darah pada saat
pembedahan dan untuk melihat kondisi pembuluh tersebut.

3
2.1.3 Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi

a. Diagnosis penyakit vascular primer


b. Diagnosis dan lokasi tumor vascular
c. Tindakan sebelum operasi
d. Diagnosis dan terapi komplikasi
e. Prosedur endovascular dalam radiologi intervensional.

Kontraindikasi

a. Absolut : pasien tidak stabil (misal sepsis)


b. Relatif : infark jantung, alergi kontras, koagulopati, tidak dapat berbaring,
sisa pemeriksaan barium, hamil dan menstruasi.

2.2 Arteriografi

2.2.1 Definisi
Pemeriksaan arteriografi adalah pemeriksaan pembuluh darah arteri dengan
menggunakan zat kontras. Karena alirandarah dalam pembuluh darah arteri sangat
cepat, maka digunakan rapid film changer yang dapat memotret maksimal sampai
10 film per detik, sehingga setiap aliran kontras dalam pembuluh darah arteri
dapat diikuti. Ada dua teknik dasar yang secara luas digunakan untuk
pemeriksaan arteriografi, yaitu:
1. Pungsi Jarum perkutan (percutaneus needle punctie)
2. Katerisasi arteri perkutan (percutaneus arterial catherization)

2.2.2 Jenis Pemeriksaan Arteriografi

Jenis-jenis pemeriksaan areriografi adalah

1. Aortografi
- Aortografi lengkung aorta (aortografi arcus aorta)
- Aortografi torakalis

4
- Aortografi abdominalis
Teknik : katerisasi transfemoral.
Ujung kateter diletakan pada aorta asendens atau setinggi torakal 1
(torakalis) atau lumbal 1 (abdominalis). Zat kontras yang digunakan
angiografin 40-60 ml. Dipotret seri dengan kecepatan 2 film/detik,
istirahat 5 detik lalu 1 film/detik.
2. Arteriografi pelvis
3. Arteriografi kaki (ekstremitas bawah) atau arteriografi femoralis
4. Arteriografi tangan (ekstremitas atas) atau arteriografi brakhialis
5. Arteriografi renal
6. Arteriografi suprarenal
7. Arteriografi hepatica
8. Arteriografi soeliaka
9. Arteriografi mesentrika superior
10. Arteriografi mesentrika inferior
11. Arteriografi pancreas
12. Arteriografi serebral
13. Arteriografi vertebral
14. Arteriografi lien
15. Pemeriksaan superselektif, antara lain:
- Arteri hepatica kanan dan kiri
- Superselektif arteri karotis eksterna dan arteri karotis interna
- Superselektif arteri iliaka interna
16. Pemeriksaan angiokardiografi
17. Arteriografi koroner

5
Coronary angiography - Image Copyright: kalewa / Shutterstock

2.2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Pemeriksaan Arteriografi

Indikasi pemeriksaan arteriografi adalah


1. Kelainan congenital
Misalnya untuk mendiagnosis agenesis/hipogenesis ginjal atau ginjal
ektopik.
2. Perdarahan
Biasanya diindikasikan untuk perdarahan yang tidak dapat diketahui
asalnya setelah dilakukan pemeriksaan radiologic dasar atau pemeriksaan
radiologic konvemsional, misalnya:
- Hematuria, tetapi hasil pemeriksaan foto polos abdomen dan pielografi
intravena normal
- Melena, tetapi pemeriksaan jejunum, ileum dan kolon normal.
3. Trauma
Khususnya trauma pada tangan, kaki, hati, limpa, ginjal, pembuluh darah
dan lain-lain. Pemeriksaan arteriografi disini untuk menilai apakah terjadi

6
robekan pada organ-organ tersebut atau robekan pada pembuluh darah
arteri.
4. Kelainan pembuluh darah
Misalnya pada stenosis,aneurisma, oklusi, displasi (fibromuskular
displasi), fistel arterio-venosus, hemangioma dan lain-lain.
5. Kelainan tumor
Pada kelainan-kelainan yang dicurigai adanya tumor, baik jinak maupun
ganas, dilakukan pemeriksaan arteriografi. Pada tumor-tumor jinak
ditemukan tanda-tanda deviasi pembuluh darah, hipervaskularisasi, dan
lain-lain. Pada tumor ganas tampak tanda berupa amputasi pembuluh
darah, neovasularisasi, pendorongan pembuluh arteri, fistel arterio-
venosus, pengumpulan kontras, dan lain-lain.
6. Pemeriksaan donor resipien pada transplantasi organ
Transplantasi ginjal merupakan transplantasi organ yang berkembang baik
di Indonesia. Para donor ginjal harus memenuhi syarat tertentu antaralain:
- Tidak tampak tanda kelainan pada ginjal
- Ginjal diperdarahi hanya oleh satu arteri (arteri renalis), tidak boleh
ada arteri kutub (pole-arteri). Untuk memastikan hal ini diperlukan
pemeriksaan arteriografi renal.

Kontraindikasi arteriografi adalah


a. Mutlak (absolute) ialah pasien alergi terhadap yodium (karena kontras
mengandung yodium)
b. Relatif : kelainan jantung, kakheksia.

2.2.4 Persiapan Pasien dan Alat Pemeriksaan

Persiapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan arteriografi, yaitu

1. Izin tertulis untuk melakukan tindakan pemeriksaan arteriografi.

7
2. Pasien dipuasakan sejak malam hari, terutama apabila dilakukan
pemeriksaan dengan anestesi umum.
3. Apabila pungsi dilakukan didaerah inguinal untuk melakukan antisepsi
didaerah tersebut rambut pubis harus dicukur habis.
4. Dua jam sebelum pemeriksaan diberikan obat penenang, seperti suntikan
diazepam sebanyak 10mg.

Alat-alat untuk pemeriksaan arteriografi yang harus dipersiapkan, ialah

a. Pungsi perkutan dengan jarum:


- Jarum pungsi Seldinger atau Abbocath, untuk dewasa no 18, anak-
anak no 20
- Tube plastic transparan untuk menghubungkan jarum dengan semprit
- Konektor
- Semprit 10 ml,20 ml, 40 ml
- Kontras angiografin 65% atau sejenisnya
- NaCl fisiologis
b. Kateterisasi perkutan
- Jarum pungsi Seldinger atau Abbocath no 18 atau 16
- Baja penuntun (guide wire) no 32 atau 34
- Kateter dengan ujung lurus atau bengkok, selektif atau semi selektif.
- Semprit 20 ml,30ml dan 40 ml
- Kontras angiografin 65% atau sejenisnya
- NaCl untuk bilas

Zat Kontras

Zat kontras yang dipakai angiografin 65%, apabila angiografin sukar didapat,
maka dapat dipakai urografin 60% atau urografin 76%. Zat kontras disuntikan
dengan alat injector khusus. Kecepatan penyuntikan zat kontras:

a. Zat kontras disuntikan dengan kecepatan tangan.


b. Zat kontras disuntikan dengan alat penyuntik kontras yang telah
dikaliberasi dengan ketelitian tertentu.

8
Untuk pemeriksaan aortografi, aortografi torakalis dan abdominalis, diberikan:

- 40-60 ml zat kontras


- Pemberian pendahuluan 10 ml
- Kecepatan penyuntikan zat kontras 15-25 ml/detik

Untuk pemeriksaan selektif arteriografi seperti arteriografi ginjal,


mesenteriokografi, soeliakografi dan lain-lain diberikan.

- 20-30 ml zat kontras


- Pemberian pendahuluan 5 ml
- Kecepatan penyuntikan zat kontras 7,5 – 12,5 ml/detik

2.2.5 Teknik Pemeriksaan

Pungsi jarum kateter perkutan

Tempat-tempat yang sering digunakan untuk pungsi, ialah:

a. Daerah lipat paha (inguinal)


b. Daerah leher
c. Aksila
d. Aorta abdominalis
e. Arteri subklavia
f. Arteri vertebralis
Umumnya tempat yang paling sering dilakukan pungsi adalah daerah inguinal
untuk arteri femoralis dan leher untuk arteri karotis komunis.

Teknik pemeriksaan

1. Dilakukan tindakan asepsis atau antisepsis dengan jodium atau betadine


pada daerah pungsi.
2. Disuntikan anestetik local (misalnya xilokain, dan lain-lain) pada daerah
pungsi. Daerah pungsi adalah daerah yang teraba denyut arteri (yang
diraba dengan jari tengah dan jari manis) antara jari telunjuk dan jari

9
tengah. Jari tengah dan jari manis digunakan untuk meraba dan
memfiksasi arteri.
3. Jarum seldinger/ Abbocath ditusukanke arah denyut yang paling besar
dekat jari tengah dengan sudut kurang lebih 60 derajat.
4. Setelah jarum abbocath masuk , mandarin dicabut dan jarum abbocath
ditarik perlahan ke atas.
5. Bila jarum berada didalam pembuluh arteri, darah akan memancar bila
memakai jarum seldinger atau bila memakai abbocath akan terlihat suatu
aliran balik (back flow)
6. Jarum dihubungkan dengan tube plastic dan konektor lalu dibilas dengan
garam fisiologis, yang dicampur dengan heparin.

Kateterisasi arteri perkutan

Apabila dilakukan kateterisasi, tempat yang paling sering dilakukan ialah:

 Melalui arteri femoralis


 Melalui arteri brakialis atau arteri aksilaris

Teknik pemeriksaa denggan kateter

Ada beberapa langkah dalam melakukan kateterisasi, yaitu:

1. Pungsi arteri
Arteri ditusuk dengan jarum seldinger atau abbocath, tekniknya sama
dengan teknik pungsi jarum perkutan seperti diatas.
2. Bila kanula telah berada didalam lumeb arteri, maka dimasukkan baja
penuntun (guide-wire) melalui jarum seldinger/kanula plastik ke dalam
lumen arteri dengan bagian yang lemas lebih dahulu.
3. Dibawah pemeriksaan sinar tembus, ujung baja penuntun diawasi/diikuti
(hati-hati dalam memasukannya, jangan dengan paksaan).
4. Ujung baja penuntun diletakkan setinggi L2-L3.

10
5. Jarum atau kanula plastik dicabut dengan hati-hati agar baja penuntun
tidak tercabut. Daerah pungsi ditekan agar tidak terjadi hematom.
6. Kateter dimasuka melalui baja penuntun sampai ke tempat yang di
kehendaki dibawah tuntunan sinar tembus.
7. Baja penuntun dicabut, selanjutnya kateter dibilas dengan NaCl.
8. Diberikan heparin sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan pada tabel
yang disesuaikan dengan berat badan penderita.
9. Pengambilan foto seri dilakukan dengan kecepatan
 2 film/detik, selama 2 detik
 Istirahat 5 detik
 1 film/detik, selama 1 detik
10. Kateter
 Kateter untuk aortografi dipakai kateter yang lurus dengan lubang
diujung (end hole) dan lubang disamping (side hole)
 Kateter untuk pemeriksaan semi selektif atau selektif dipakai
kateter yang bengkok dengan bermacam-macam bentuk
lengkungannya (sesuai dengan jenis pemeriksaan yang akan
dilakakukan). Bentuk kateter untuk arteriografi ginjal berbeda
dengan kateter untuk mesenterikografi, soeliakografi,
hepatikografi, dan lain-lain.
 Pemeriksaan semi selektif menggunakan kateter lengkap yang
disertai lubang diujung (end hole) dan lubang disamping (side
hole)
 Pemeriksaan selektif menggunakan kateter bengkok dengan satu
lubang diujung kateter.
11. Bila pada suatu saat diperlukan pergantian kateter, maka dilakukan dengan
cara memasukkan kembali baja penuntun (dengan kontrol pemeriksaan
sinar tembus) sampai ujungnya keluar dari ujung kateter. Kateter
kemudian ditarik ke luar perlahan-lahan secara hati-hati agar baja
penuntun jangan sampai tercabut keluar. Setelah itu baru dimasukkan

11
kateter yang diinginkan. Selama penggantian kateter diawasi kemungkinan
terjadinya hematom pada daerah pungsi.

2.2.6 Analisa Foto Arteriografi

Analisa foto arteriografi berdasarkan standa gambaran normal aorta/ arteri


yang memperdarahi suatu organ tertentu. Biasanya arteri yg memperdarahi suatu
organ, gambaran cabang-cabang arteri didalam organ tersebut berdikotom secara
beraturan. Serial foto yang dilakukan dalam pemeriksaan arteriografi rata-rata
mempunyai standar yg sama yaitu:

 Untuk menilai fase arteri dini


1. Dikotomi cabang-cabang arteri di dalam organ, apabila dikotomi
teramputasi atau terjadi oklusi (penyumbatan) pada arteri tersebut.
2. Perubahan kaliber. Kaliber arteri dari arteri utama sampai cabang-
cabang yang terkecil mengalami perubahan secara sistematis, yaitu
makin lama diameter makin mengecil. Apabila terjadi perubahan
diameter tidak teratur, hal ini menunjukan suatu infeksi pada
orgam tersebut.
3. Hipervaskularisasi dan neovaskularisasi. Hipervaskularisasi adalah
berkembangnya dan bertambahnya pembuluh-pembuluh darah
arteri yang disebabkan oleh adanya kelainan infeksi pada organ
tersebut. Neovasukularisasi adalah timbulnya vaskularisasi
patologik yang baru, terjadi akibat adanya tumor ( biasanya ganas)
pada organ tersebut.
4. Pembuluh arteri ireguler dan berkelok – kelok. Biasanya
menunjukan adanya infeksi pada orgam tersebut (misalnya ginjal).
Bentuk seperti sekrup pada cabang-cabang arteri intrahepatik dapat
ditemui pada kasus sirosis hati.
5. Pendorongan arteri biasanya terjadi karena adanya tumor yang
mendorong arteri-arteri tersebut ke samping. Pada tumor jinak,
seperti kista, pembuluh – pembuluh darah terdorong ke samping.

12
Pada tumor ganas, selain pembuluh – pembuluh darah terdorong
ke samping tampak pula neovaskularisasi pada beberapa tempat.
6. Fistel arteriovenosus. Pada fase arterial tampak mendadak adanya
gambaran-gambaran vena. Gambaran tersebut diatas dapat terjadi
karena trauma, malformasi arterio-venosus, dan tumor ganas.
7. Arteri subkapsuler. Secara normal arteri subkapsuler tidak terisi
kontras. Pada kondisi-kondisi tertentu seperti infeksi dekat kapsul
suatu organ, arteri subkapsuler tampak berkembang dan biasanya
berkelok-kelok dan mengalami hipervaskularisasi.
8. Kalsifikasi dan gambaran tak beraturan (ireguleritas) dinding aorta
atau arteri. Gambaran ini menunjukan adanya aortitis atau arteritis,
arteriosklerosis pada aorta dan arteri.
9. Aneurisma adalah pelebaran setempat pada aorta atau arteri.
 Untuk menilai fase arteri lanjut (fase parenkim)
1. Pembuluh arteri cabang-cabang kecil
2. Gambaran parenkim organ yang diperdarahi
3. Tumpukan kontras (contras pooling) yg mana kadang-kadang
gambaran ini sangat luas seperti gambaran danau.
4. Defek yang luas dan tak beraturan
 Untuk menilai fase venosus
1. Gambaran vena dari organ tersebut
2. Gambaran vena yang patologik, seperti vena berkelok-kelok,
kolateral, trombosis pada vena dan lain-lain.

2.3 Flebografi atau venografi

2.3.1 Definisi

Pemeriksaan flebografi/venografi adalah pemeriksaan pembuluh darah


balik (vena) dengan menyuntikan zat kontras ke dalam vena tersebut. Karena
aliran dalam vena lambat, tidak diperlukan rapid film changer.

13
2.3.2 Indikasi dan Kontraindikasi flebografi atau venografi

Indikasi

1. Edema karena kelaninan vena


Biasanya untuk mendiagnosis kelainan tromboflebitis dimana terdapat
penyumbatan dan infeksi pada pembuluh vena setempat.
2. Pelebaran vena
Pada varises dan aneurisma vena
3. Penyumbatan vena
4. Gangguan katuo vena, misalnya insufisiensi katup vena-vema perforantes.
5. Mengukur tekanan vena di tempat tertentu
6. Penekanan vena oleh massa tumor, misalnya tumor-tumor mediastinum.

Kontraindikasi

1. Alergi jodium, merupakan kontraindikasi mutlak


2. Kelaiban jantung berar, merupakan kontraindikasi relatif

2.3.3 Jenis-jenis pemeriksaan flebografi/venografi

1. Flebografi ekstremitas bawah


Teknik pemeriksaan:
a. Kaki yg akan diperiksa direndam air panas kira-kira 10 menit.
b. Dilakukan pengikatan diatas mata kaki dengan karet elastis, agar
vena-vena punggung kaki kelihatan jelas.
c. Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada daerah punggung
kaki.
d. Dengan wing needle no 22-23 dilakukan pungsi salah satu vena
interfalangea atau vena-vena punggung kaki.
e. Ikatan diatas mata kaki dikoreksi, sehingga dapat menghambat
vena yang superfisialis, tetapi vena-vena profunda dapat terisi baik.
f. Posisi pemotretan : kaki pasien dipotret miring dengan sudut kira-
kira 30-40 derajat dengan lantai. Pasien dapat dipotret di meja

14
pesawat roentgen yang dimiringkan atau dengan posisi pasien
berdiri, kaki dimiringkan 30-40 derajat dengan kaset ukuran 20 x
10p cm dibelakangnya.
g. Penyuntikan dilakukan denggan kecepatan biasa sebanyak kira-
kira 40-80 ml zat kontras angiografin
h. Posisi pemotretan dilakukan:
1.Pengikatan diatas mata kaki
 Tungkai bawah, AP dan lateral
 Lutut bawah, AP dan lateral
 Tungkai atas, AP dan lateral
 Daerah inguinal, AP
2.Pengikatan diatas mata kaki dibuka
 Tungkai bawah, AP dan lateral
 Lutut bawah, AP dan lateral
 Tungkai atas, AP dan lateral
2. Flebografi ekstremitas atas
Teknik
a. Dilakukan pengikatan diatas artikulasio radiokarpal
b. Diauntikan 20-30 ml zat kontras melalui salah satu vena di
punggung tangan.
c. Dilakukan pemotretan pada:
 Tangan, AP dan oblik
 Lengan bawah, AP dan lateral
 Siku, AP dan lateral
 Lengan atas, AP dan lateral
 Aksila, AP
3. Kavografi superior – mediastinografi
Teknik
a. Dilakukan penyuntikkan pada vena kubiti kanaan dan kiri
sebanyak masing-masing 40-80 ml yang disuntikan serentak.

15
b. Posisi pasien supine dengan pengikatan di atas daerah siku kanan
dan kiri
c. Pemotretan dilakukab secara serial foto dengan kecepatan 1
film/derik selama 6-8 detik
d. Sewaktu kontras disuntikkan, kedua sulkus deltoideus ditekan
dengan tangan agar vena subklavia terisi baik.
4. Kavografi inferior
Teknik
a. Dilakukan dengan serial foto dan memasukan kateter setinggi L4
diatas biffurkasio.
b. Kateter dimasukan dengan teknik seldenger atau menggunakan
abbocath
c. Kontras disuntikan 30-40 ml dengan kecepatan tangan
d. Pemotretan serial dilakukan dengan kecepatan 1 film/detik selama
6-8 detik.
5. Flebografi pelvis
Teknik
a. Dilakukan pungsi di daerah inguinal pada vena iliaka eksterna
kanan dan kiri dengan teknik seldenger atau abbocath
b. Secara bersamaan diauntik 40 ml kontras (masing-masing 20 ml)
pada vena iliaka eksterna
c. Pemotretan dilakukan dengan serial foto dengan kecepatan 1 film/
detik selama 6-8 detik
d. Pada waktu pemotretan pasien disuruh mengedan agar kontras
tertahan pada pelvis.
6. Flebografi vena hepatika
7. Flebografi ginjal
8. Flebografi suprarenal
9. Splenoportografi
Teknika pemeriksaan ada 2 cara, yaitu
a. Splenoportografi langsung (pungsi limpa perkutan)

16
b. Splenoportografi tak langsung ( arterioportografi)
10. Flebografi vena paravertebralis
11. Flebografi intra osseus
12. Flebografi orbital

2.3.4 Analisis Foto Flebogrrafi (Venografi)

Pertama-tama harus diketahui gambaran normal sistem pembuluh darah


balik (vena) pada daerah tersebut, misalnya sistem vena ditungkai bawah, tungkai
atas, mediastinum, vena kava inferior, dan lain-lain.

Gambaran patologik yang mungkin terjadi

a. Penyempitan vena, dinding vena ireguler, kalsifikasi, hipervaskularisasi


vena, biasanya disebabkan karena flebitis.
b. Trombus dalam vena, tampak gambaran radiolusen berbetuk garis atau
defek tak beraturan didalam vena.
c. Penyumbatan vena, tampak amputasi pada vena dengan tumbuhnya
kolateral pada vena tersebut.
d. Varises atau varikosis, tampak pelebaran dan berkelok-keloknya vena
setempat.
e. Insufisiensi katup vena, pada keadaan dimana vena-vena tersebut tidak
boleh terisi kontras, ternyata kontras dapat memasukinya.
f. Aneurisma vena, tampak pelebaran setempat yang berbentuk simetris dari
dinding vena yang menyerupai aneurisma.
g. Defek pada vena, biasanya karena tekanan massa dari luar

17
BAB III

KESIMPULAN

18
DAFTAR PUSTAKA

Budayatmoko, Bambang. 2011. Standar Pelayanan Radiologi. Perhimpunan


Dokter Spesialis Radiologi Indonesia.Jakarta.

Rasad, Sjahrir .2013. Radiologi Diagnostik . Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia Jakarta. Edisi 2

19

Anda mungkin juga menyukai