Additional capacity should be used to (1) improve case management and contact
investigations; (2) intensify outreach, testing, and treatment of high-risk and hard-
to-reach popu- lations; (3) enhance treatment and diagnostic tools; (4) increase
scienti c research to better understand TB transmission; and (5) continue
collaboration with other nations to reduce TB globally.2
EPIDEMIOLOGY
EPIDEMIOLOGI
Penyakit tuberkulosis pada kulit tersebar di seluruh dunia. Dahulu lebih sering
terjadi di daerah yang beriklim dingin dan lembab, namun sekarang sering terjadi
di daerah tropis. Insiden TB kulit terjadi berbanding lurus dengan TB paru dan
sebagian besar kasus di dunia masih sering terjadi di negara-negara berkembang.
Munculnya strain resisten dan epidemi AIDS menyebabkan peningkatan semua
bentuk TB (tabel 184-1).
The two most frequent forms of skin tuberculosis are lupus vulgaris (LV)
and scrofuloderma (Fig. 184-1). In the tropics, LV is rare, whereas scrofuloderma
and verrucous lesions predominate. LV is more than twice as common in women
than in men, whereas tuberculosis verrucosa cutis is more often found in men.
Generalized miliary tuberculosis is seen in infants (and adults with severe
immunosuppression or AIDS), as is primary inoculation tuberculosis.
Scrofuloderma usually occurs in adolescents and the elderly, whereas LV may
affect all age groups.
Dua bentuk TB kulit yang paling sering terjadi adalah lupus vulgaris (LV)
dan skrofuloderma (gambar. 184-1). LV jarang terjadi di daerah-daerah tropis,
sedangkan skrofuloderma dan lesi-lesi verukosa lebih sering terjadi. LV dua kali
lipat lebih sering terjadi pada wanita daripada pria, sedangkan tuberculosis
verrucosa cutis lebih sering ditemukan pada pria. Miliaria tuberkulosis
generalisata dijumpai pada bayi-bayi (dan orang dewasa dengan penekanan sistem
imun berat atau AIDS), dan merupakan inokulasi primer tuberkulosis.
Skrofuloderma biasanya terjadi pada dewasa muda dan lanjut usia, sedangkan LV
dapat terjadi pada semua kelompok umur.
THE MYCOBACTERIUM
Mycobacteria multiply intracellularly, and are initially found in large numbers in
the tissue.
M. tuberculosis, M. bovis, and, under certain condi- tions, the attenuated
BCG organism cause all forms of skin tuberculosis.
MIKOBAKTERIUM.
Mikobakteria bermultiplikasi secara intraselular, dan pada awalnya ditemukan
dalam jumlah besar di jaringan.
In LV, the bacteria often have virulence as low as that of the BCG. Large
number of bacteria can be found in the lesions of a primary chancre or of acute
miliary tuberculosis; in the other forms, their number in the lesions is so small that
it may be dif cult to nd them.
Local intradermal injection (the method most widely used) leads to the
local tuberculin reaction, which usually reaches its maximum intensity after 48
hours. It consists of a sharply circumscribed area of erythema and induration, and
in highly hypersensitive recipients or after large doses, a pallid central necrosis
may appear.
Gambar 184-2 Tuberkulosis Vcrukosa kutis pada kaki scorang pasien dari
Ethiopia, Digunakan dengan izin dari Dr. Kassahun Bilcha)
HISTOPATHOLOGY
HISTOPATOLOGI
Tanda dari tuberkulosis dan infeksi oleh mikobakteria atipikal yang tumbuh
lambat adalah tuberkel yaitu akumulasi histiosit epiteloid dengan sel raksasa tipe
Langhans diantaranya dan berbagai macam nekrosis kaseasi yang bervariasi di
tengahnya, dikelilingi oleh limfosit dan monosit. Walaupun granuloma
tuberkuloid ini merupakan karakteristik khas dari beberapa bentuk tuberkulosis,
ini dapat juga dijumpai pada infeksi jamur, sifilis, kusta, dan penyakit lainnya.
Sebagaimana penyakit kusta, bentuk histopatologi tuberkulosis kulit merupakan
cerminan dari status imun hospes.
The polymerase chain reaction (PCR) procedure has been used increasingly to
ascertain the presence of mycobacterial DNA in skin specimens.7 Although the
detection of specific DNA in tissues has yielded valuable information and will
conceivably gain importance in the future, interpretation of the results of these
tests in individual patients is still problematic.8 In one study, samples from 16 of
20 patients with sarcoidosis contained mycobacterial DNA, both tuberculous and
nontuberculous.9 In another study of patients with con- rmed or highly probable
cutaneous tuberculosis or with erythema induratum, believed to indicate a host
response to the infection, PCR testing showed 100% sensitivity and specificity in
multibacillary disease. In paucibacillary disease, PCR testing showed 55%
sensitivity and specificity, and only 80% of PCR-positive patients responded to
antituberculosis therapy.7
In 2005, the FDA approved QFT-G as an in vitro diagnostic aid. In this test, blood
samples are mixed with antigens and controls. For QFT-G, the antigens include
mixtures of synthetic peptides representing two M. tuberculosis proteins: (1)
ESAT-6 and (2) CFP-10. After incubation of the blood with antigens for 16–24
hours, the amount of interferon-(IFN-) is measured.
Pada tahun 2005, FDA menyetujui QFT-G sebagai alat diagnostik in vitro.
Pada tes ini, sampel darah dicampur dengan antigen dan kontrol. Untuk QFT-G,
antigen termasuk campuran peptidpeptidetis yang menunjukkan 2 protein M.
tuberculosis : (1) ESAT-6 dan (2) CFP-10. Setelah inkubasi darah dengan antigen
selama 16-24 jam, jumlah interferon-Y (IFN-Y) diukur.
If the patient is infected with M. tuberculosis, their white blood cells will
release IFN-in response to con- tact with the TB antigens. The QFT-G results
are based on the amount of IFN-that is released in response to the antigens.
Although more sensitive than the tuberculin skin test, the QFT-G may be
negative in patients with early active tuberculosis and indeterminate results are
more common in immunocompromised individuals and young children. Another
similar assay, the T-SPOT®.TB test, measures the number of IFN--producing T
cells and is currently available in Europe. QFT-G testing is indicated for
diagnosing infection with M. tubercu- losis, including both TB disease and latent
TB infection. Whenever M. tuberculosis infection or disease is being diagnosed
by any method, the optimal approach includes coordination with the local or
regional public health TB control programs.
BOVIS INFECTION
Infeksi oleh M. tuberculosis dulu diduga menyebabkan bentuk klinis yang khas.
Namun, dengan bertambahnya jumlah kasus pada individu dengan penurunan
daya tahan tubuh dan alat diagnostik yang telah diperbarui, banyak manifestasi
tidak khas yang ditemukan.
EPIDEMIOLOGI
Basil tuberkel masuk ke jaringan melalui luka kecil. Lesi pada mulut dapat
disebabkan oleh basil bovine pada susu nonpasturisasi dan terjadi setelah trauma
pada mukosa atau ekstraksi gigi. Inokulasi tuberkulosis primer pada awalnya
multibasiler, namun menjadi pausibasiler seiring dengan berkembangnya
imunitas.
CLINICAL FINDINGS. The chancre initially appears 2–4 weeks after
inoculation and presents as a small papule, crust, or erosion with little tendency to
heal. Sites of predilection are the face, including the conjunctivae and oral cavity,
as well as the hands and lower extremities. A painless ulcer develops, which may
be quite insignificant or may enlarge to a diameter of more than 5 cm (Fig. 184-3).
It is shallow with a granular or hemorrhagic base studded with miliary abscesses
or covered by necrotic tissue. The ragged edges are undermined and of a reddish-
blue hue. As the lesions grow older, they become more indurated, with thick
adherent crusts.
Wounds inoculated with tubercle bacilli may heal temporarily but break
down later, giving rise to granulating ulcers. Mucosal infections result in painless
ulcers or fungating granulomas. Inoculation tuber- culosis of the nger may present
as a painless paronychia. Inoculation of puncture wounds may result in
subcutaneous abscesses.
DIAGNOSIS BANDING
Kemungkinan besar
Sifilis
Sporolrikosis
Pertimbangkan
Tularemia
Bartonelosis
Inoculation occurs at sites of minor wounds or, rarely, from the patient’s
own sputum. Members of professional groups handling infectious material are at
risk. Children may become infected playing on contaminated ground.
Inokulasi terjadi pada lokasi luka kecil atau dari sputum pasien sendiri.
Orang yang berprofesi menangani material infeksius sangat beresiko untuk
terkena. Anak-anak yang bermain di tanah yang terkontaminasi dapat terinfeksi.
Lesi berkembang dengan lambat dan bila tidak diobati dapat berlangsung
bertahun-tahun. Involusi spontan terjadi perlahan-lahan menghasilkan scar atropi.
Kemungkinan besar
Kutil atau keratosis
Lupus vulgaris hiperkeratotik
Blastomikosis
Liken planus hipertropik
Pertimbangkan
Kromomikosis
Bromoderma
Sifilis tcrsier
Selalu singkirkan
lesi karena mikobaktcria lain
TANDA DAN GEJALA KLINIS. Lesi biasanya soliter, namun dapat muncul di
dua atau lebih lokasi secara bersamaan. Dapat timbul fokus multipel pada pasien
dengan tuberkulosis paru aktif. Pada sekitar 90% pasien, kepala dan leher dapat
terkena. LV biasanya muncul berawal di hidung, pipi, lobus telinga, atau kulit
kepala dan perlahan-lahan meluas ke regio yang berdekatan. Daerah lainnya
jarang terkena.
Lesi awal berupa makula atau papula lunak berwama merah kecoklatan
dengan permukaan yang halus atau hiperkeratotik. Pada pemeriksaan diaskopi,
infiltrat tampak berwarna apple jelly. Perkembangan penyakit ditandai dengan
adanya peninggian berwarna coklat pekat (Gambar. 184-5), dan terbentuknya
plak. (lihat gambar. 184-5). Involusi pada satu area diikuti dengan perluasan ke
area lain sering berakibat pada timbulnya tepi yang berbentuk seperti spiral. Dapat
terjadi ulkus. Bentuk hipertropik muncul sebagai nodul lunak atau plak dengan
permukaan yang hiperkeratotik. Mukosa dapat terkena dari awal maupun terkena
akibat perluasan dan lesi kulit. Infeksi pada mukosa bermanifestasi sebagai papula
kecil, lunak, berwama abu-abu atau merah muda, ulkus, atau, masa granulasi yang
mudah pecah.
Gambar 184-5 A. Plak kecoklatan yang sedikit meninggi pada lupus vulgaris.
B. Plak luas pada lupus vulgaris yang sudah berlangsung selama 10 tahun
yang mengenai pipi, rahang dan telinga
DIAGNOSIS. Plak LV tipikal dapat dikenali dari lesinya yang lunak, warna
merah kecoklatan. dan evolusi yang lambat. Melalui tes diaskopi dapat dilihat
adanya nodul apple jelly yang sangat khas. dengan menemukan ini dapat
ditegakkan diagnosis pasti terutama pada lesi yang mengalami ulserasi, berkrusta,
atau hiperkeratotik. Hasil tes tuberkulin adalah positif kuat kecuali pada fase awal
lupus postexanthematicus. Hasil kultur bakteri dapat negatif, sehingga diagnosis
klinis dapat ditunjang dengan hasil tes PCR yang positif untuk M. tuberculosis.
Dry rhinitis is often the only symptom of early nasal LV, but lesions may
also destroy the cartilage of the nasal septum. Scarring of the soft palate and
laryngeal stenosis also occur.
Kemungkinan besar
Sarkoidosis
Lupus critcmatus discoid
Pertimbangkan
Limfositoma
Sifilis tersier
Lepra
Lupoid leishmaniasis
Selalu singkirkan
Blastomikosis atau infeksi mikosis dalam lainnya
Kemungkinan besar
Sporotrikosis
Hidradenitis supuratif
Pertimbangkan
Infeksi Mycobacteriurn scrofulaceum
Giraima sifilis
Aktinomikosis
Akne konglobata berat
Selalu singkirkan
Mycobacterium avium-intracellulare lymphadenitis
COURSE. Spontaneous healing does occur, but the course is very protracted,
and it may be years before lesions have been completely replaced by scar tissue.
Presence of the typical cribriform scars permits a correct diagnosis, even after the
process has become quiescent. LV may develop at or near the site of
scrofuloderma.
The tongue is most frequently affected, particularly the tip and the lateral
margins, but the soft and hard pal- ates are also common sites. In advanced cases,
the lips are involved, and the oral condition often represents an extension of
ulcerative tuberculosis of the pharynx and larynx. In patients with intestinal
tuberculosis, lesions develop around the anus, and in females with active
genitourinary disease, the vulva is involved.
Lidah paling sering terkena, terutama ujung dan tepinya, namun langit-
langit mulut juga merupakan lokasi yang umum terkena. Pada kasus yang parah,
bibir dapat terkena dan kondisi mulut sering menunjukkan perluasan tuberkulosis
ulserasi faring dan laring. Pada pasien dengan tuberkulosis usus. lesi muncul di
sekitar anus, dan pada wanita dengan penyakit saluran kemih yang aktif, vulva
dapat terkena.
Kemungkinan besar
Aphthous ulcer
Pertimbangkan
Lesi sifilis (tidak nyeri)
Selalu singkirkan
Karsinoma sel skuamosa
Vaccination with attenuated bovine BCG appears to pro- tect infants and young
children from the more serious forms of tuberculosis, but its ability to prevent
disease in adults remains uncertain. In the United States, guidelines for BCG
immunization have been developed.12,13
TUBERKULID
The following discussion includes only those condi- tions for which a
preponderance of the evidence sup- ports a tuberculous etiology (see Table 184-
2).
LICHEN SCROFULOSORUM
EPIDEMIOLOGY AND
PATHOGENESIS.Lichen
scrofulosorum is an uncommon lichenoid
eruption
ascribed to hematogenous spread of Mycobacteria in an
individual
strongly sensitive to M. tuberculosis. Usually associated with chronic tuberculosis
of the lymph
nodes, bones, or pleura, it has also been observed after
BCG
vaccination and in association with M. avium-intracellulare infections.21
Kemungkinan besar
Liken planus
Liken nitidus
Pertimbangkan
Sifilis sekunder likenoid
Sarkoidosis bcntuk mikropapular
TANDA DAN GEJALA KLINIS. Lesi biasanya terbatas pada badan dan terjadi
paling sering pada anak-anak dan dewasa muda dengan tuberkulosis aktif. Lesi
bersifat asimtomatis, teraba keras, papula merah muda atau kekuningan datar
folikuler atau perifolikuler, kadang dengan skuama tipis. Likenoid berkelompok
jelas terlihat, dan lesi dapat bergabung membentuk plak discoid yang kasar. Lesi
menetap selama berbulan-bulan, namun involusi spontan terjadi perlahan-lahan.
Terapi antituberkulosis menghasilkan resolusi sempurna dalam beberapa minggu.
TUBERKULID PAPULONEKROTIK
Kemungkinan besar
Pityriasis Liehenoides et varioliformis acuta
Prurigo
Pertimbangkan
Liken urtikatus
Sifilis sekunder
Selalu singkirkan
Leukocytoclastic necrotizing vasculitis
Antigens for intradermal skin testing (PPDs) for many of the clinically
relevant mycobacterial species have been prepared in analogy to PPD from M.
tuberculosis, but their accessibility is very limited and they are therefore little
used.
MOTT tersebar luas secara alami dan biasanya lebih bersifat komensal atau
saprofit daripada patogen. Mikobakteria atipikal biasanya bersumber dari
lingkungan seperti air atau tanah, dan peranan mereka dalam penyakit
merefleksikan distribusi alami mereka dan kemungkinan gaya hidup local.
Organisme ini diduga lebih sering menyebabkan penyakit kulit mikobakterial
daripada M. tuberculosis. Kasus yang terjadi cenderung sporadik namun tipe
paparan tertentu dapat berakibat pada wabah komunitas kecil. Tiap organ atau
sistem organ dapat dipengaruhi (table 184-5), namun tampaknya MOTT lebih
kecil kemungkinannya untuk menjadi diseminata bila dibandingkan dengan M.
tuberculosis, dan infeksi biasanya beijalan lebih ringan dengan perjalanan
penyakit yang terbatas. Biasanya, MOTT jauh lebih tidak berespons terhadap
obat-obat antituberkulosis narnun dapat sensitif terhadap agen kemoteraputik
lainnya.
Clinical Findings. The disease is found most often in children and young
adults, and affects females more often than males. A subcutaneous nodule
gradually enlarges and eventually ulcerates. A blister may develop before
ulceration. The ulcer is deeply undermined, and necrotic fat is exposed (Fig. 184-
11). The preceding nodule as well as the ulcer is painless, and the patient
continues to feel well. The painless nature of the ulcer has been attributed to nerve
damage and tissue destruction caused by the toxin mycolactone. The lesions may
occur anywhere on the body but tend to be limited to the extremities in adults.
They may be large, involving a whole limb. The ulceration may persist for months
and years, and healing and progression of the ulceration may occur in the same
patient. This process may lead to appreciable and sometimes disabling scarring
and lymphedema. Neither lymph- adenopathy nor any constitutional signs appear
at any time unless the disease process is complicated by bacterial superinfection.
Tanda dan Gejala Klinis. Penyakit ini paling sering ditemukan pada anak-anak
dan dewasa muda. dan lebih banyak mengenai wanita daripada laki-laki. Nodul
subkutan perlahan-lahan membesar dan mengalami ulserasi. Dapat muncul lepuh
terlebih dahulu sebelum ulserasi. Ulkus menggerogoti lebih daJam dan lemak
nekrotik terpapar (Gambar. 184-11). Nodul dan ulkus yang muncul sebelumnya
tidak nyeri dan pasien merasa baik-baik saja. Ulkus yang tidak nyeri dikaitkan
terhadap kerusakan saraf danjaringan yang disebabkan toksin mikolakton. Lesi
dapat terjadi di mana saja pada tubuh namun cenderung terbatas pada ekstremitas
pada orang dewasa. Lesi dapat berukuran besar melibatkan seluruh angota gerak.
Ulkus dapat menetap selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun, perbaikan dan
perburukan ulkus dapat terjadi pada pasien yang sama. Proses ini dapat
menyebabkan jaringan parut dan limfedema. Tidak akan tampak adanya
limfadenopati maupun tanda konstitusional lainnya pada waktu apapun jika proses
penyakit tidak diperberat oleh superinfeksi bakteri.
Diagnosis Banding. (Kotak 184-8)
Tanda dan Gejala klinis. Faktor resiko untuk infeksi M.marinum adalah riwayat
trauma dan pekerjaan atau hobi yang berhubungan dengan air atau ikan dan
makanan laut. Penyakit ini diawali dengan munculnya papul pada tempat trauma
dalam 2-3 minggu setelah inokulasi. Pasien dapat memiliki nodul atau plak
psoriasiform atau verukosa di tempat okulasi, biasanya di tangan, kaki. siku, atau
lutut (Gambar. 184-12). Lesi dapat mengalami ulserasi. Biasanya lesi
soliter, namun terkadang penyebaran limfokutaneus dapat terjadi. Ini dapat
sembuh spontan dalam 1-2 tahun, dengan meninggalkan jaringan parut. Kadang-
kadang, lesi tampak lebih supuratif daripada granulomatus, dan dapat multipel
baik pada hospes yang nonnal maupun dengan penurunan daya tahan tubuh.
Kemungkinan besar
Blastomikosis
Coccidioidomycosis
Sporotrikosis
Pertimbangkan
Histoplasmosis
Nokardiosis
Sifilis tersier
Yaws
Selalu singkirkan
Infeksi mikobakterial lainnya
Tanda dan gejala klinis. Infeksi M. kansasii dapat muncul dalam beberapa
bentuk. Paling sering terdapat papul dengan distribusi sporotrichoid. Kadang-
kadang nodul subkutan meluas ke struktur yang lebih dalam dan dapat
menyebabkan sindrom carpal tunnel atau penyakit sendi. Dapat juga terjadi plak
dengan ulserasi sebagai lesi metastase. Penyakit diseminata karena infeksi M
kansasii terjadi pada pasien dengan penurunan daya tahan tubuh, dan pada pasien-
pasien ini cenderung menderite selulitis dan abses daripada lesi granulomatous.
Organ yang paling sering terkena adalah paru-paru, biasanya pada pasien dengan
penyakit paru-paru yang lain (silicosis, emfisema). Infeksi juga dapat
menyebabkan limfadenopati servikal. Seperti halnya pada M. tuberculosis, M.
kansasii yang tampak pada sekresi nasofaring dapat menyebabkan infeksi
periorifisial kutis. Infeksi ini biasanya berkembang lambat, namun lesi kronis
stabil atau bahkan regresi spontan dapat terjadi. Pengobatan sebaiknya dimulai
segera setelah diagnosis ditegakkan.
Kemungkinan besar
Sporotrikosis
Pertimbangkan
Tuberkulosis
Selalu singkirkan
Infeksi granulomatous pada kulit lainnya
Tanda dan gejala klinis. Manifestasi yang umum dari infeksi M. scrofulaceum
adalah limfadenitis servikal, sering unilateral pada anak-anak berumur 1-3 tahun.
Lebih sering melibatkan nodus submandibular dan submaksilaris daripada nodus
tonsilar dan servikal anterior, seperti halnya temuan khas pada M. tuberculosis.
Tidak terdapat gejala-gejala konstitusional. Kelenjar getah bening yang terkena
perlahan membesar dalam beberapa minggu dan perlahan mengalami ulserasi dan
membentuk fistula. Jarang terdapat keterlibatan paru-paru atau organ lain. Pada
sebagian besar kasus, penyakit ini jinak dan dapat sembuh sendiri.
The lesion is a dark red nodule, often with abscess formation and clear uid
drainage. Healthy children and adults may become infected, but disseminated
disease usually occurs in hemodialysis patients or other immunologically
compromised individuals. The dis- ease course consists of multiple recurrent
episodes of abscesses on the extremities or a generalized macular and papular
eruption. Internal organs may be involved.