Disusun Oleh:
ANIS FARADHINA (G1A014029)
PRISILIA ARVIANI ANGELA KALALO (G1A014093)
2017
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyamuk merupakan serangga yang banyak menimbulkan masalah kesehatan
dalam kehidupan manusia. Selain gigitan dan dengungannya yang mengganggu,
nyamuk merupakan vektor atau penular beberapa jenis penyakit berbahaya dan
mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, dan
chikungunya (Farida, 2008). Menurut Arixs (2008), berbagai penyakit disebar oleh
tidak kurang dari 2.500 spesies nyamuk. Ada yang menyebabkan penyakit
berbahaya seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.) dan malaria (anopheles),
akan tetapi yang umum berkeliaran di rumah tempat tinggal adalah nyamuk Culex
tarsalis yang gigitannya menyebabkan gatal.
Menurut Borror et al., (1996), Aedes aegypti L. merupakan jenis nyamuk
pembawa virus dengue, penyebab penyakit demam berdarah juga pembawa virus
demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Wilayah penyebaran nyamuk itu
sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai
pembawa virus dengue, Aedes aegypti L. bersama Aedes albopictus merupakan
pembawa utama (primary vector) siklus penyebaran dengue di wilayah pedesaan
dan perkotaan.
Demam berdarah di Indonesia sudah menjadi kejadian luar biasa setiap
musim penghujan tiba. Bahkan beberapa daerah di Indonesia telah menjadi daerah
endemik langganan demam berdarah. Vaksin untuk mencegah demam berdarah
dengue atau DBD sampai saat ini belum ditemukan, oleh karena itu pencegahan
terhadap virus dengue lebih diutamakan dengan membasmi vector pembawa virus,
yaitu nyamuk Aedes aegypti L. (Suharmiati dan Lestari, 2007).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Nyamuk
Nyamuk merupakan suatu permasalahan kesehatan bagi kehidupan umat
manusia. Nyamuk banyak ditemukan didaerah beriklim tropis khusunya,
Indonesia. Nyamuk merupakan serangga pembawa penyakit, jenis penyakit
yang dapat ditularkan oleh nyamuk yaitu malaria, demam berdarah dengue,
filariasis, chikungunya, bahkan bisa juga encephalitis. Nyamuk jenis anopheles
dapat menyebabkan penyakit malaria karena mengandung parasit plasmodium
malariae, falcifarum, ovale, dan vivax. Sedangkan untuk penyakit seperti
demam berdarah dengue dapat ditularkan oleh nyamuk jenis Aedes aegypti
yang penyebarannya dipengaruhi oleh iklim. Untuk penyakit Filariasis adalah
penyakit yang ditularkan oleh vektor nyamuk Culex quinquefasciatus, Aedes
dan Anopheles yang membawa cacing filaria yaitu Wuchereria brancofti,
Brugia malayi dan Brugia timori. Oleh karena itu kita harus mengetahui
morfologi dan siklus hidup dari vektor-vektor penyakit tersebut (Wijayanti,
2011).
B. Toksonomi/Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Philum : Anthrophoda
Sub Philum : Mandibulata
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Sub ordo : Nematocera
Familia : Cilicidae
Ordo diptera ini mempunyai 2 sayap (di=dua, ptera=sayap), yang
terdapat pada mesothorax dan terdapat juga sayap yang rudimenter
berfungsi sebagai alat keseimbangan (haltera). Metamorfosis lengkap :
telur – larva – pupa – dewasa. (Rosdiana Safar,2009)
C. Morfologi
Nyamuk memiliki peran sebagai vektor penyakit pada manusia dan hewan.
Nyamuk betina memiliki bagian mulut yang disebut probosis panjang untuk
menghisap darah pada kulit manusia dan hewan yang berfungsi untuk
mendapatkan protein guna pembentukan telur. Sedangkan untuk nyamuk yang
jantan memiliki probosis yang lebih pendek dibandingkan dengan betina
(Spielman, 2001).
Pada stadium dewasa nyamuk dapat dibedakan jenisnya misalkan nyamuk
kulicini betina palpinya lebih pendek daripada probosisnya. Sedangkan pada
nyamuk kulicini jantan palpinya melebihi panjang probosisnya. Sisik sayapnya ada
yang lebar dan asimetris (mansonia) ada pula yang sempit dan panjang (Aedes,
Culex) . Kadang-kadang sisip sayap membentuk bercak-bercak berwarna putih dan
kuning atau putih dan cokelat, juga putih hitam (speckled). Ujung abdomen Aedes
lancip (pointed) sedangkan ujung abdomen Mansonia seperti tumpul dan
terpancung (truncated). (Gandahusada,2006)
Morfologi Nyamuk
D. Jenis
1. Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti betina dewasa berwarna hitam kecokelatan.
Ukuran tubuh nyamuk Aedes aegypti betina antara 3-4 cm, dengan
mengabaikan panjang kakinya. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan
garis-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak
dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari
nyamuk spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah
rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk
tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi,
bergantung pada kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk
selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memitiki perbedaan
nyata dalam hal ukuran. Biasanya, nyamuk jantan memiliki tubuh tebih kecil
daripada betina, dan terdapat rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan.
Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang (Genis, 2004).
Telur Ae. aegypti berwarna hitam dengan ukuran ± 0,08 mm, berbentuk
seperti sarang tawon. Larva Ae. aegypti mempunya ciri-ciri yaitu mempunyai
corong udara pada segmen yang terakhir, pada segmen abdomen tidak
ditemukan adanya rambut-rambut berbentuk kipas (Palmatus hairs), pada
corong udara terdapat pectin, Sepasang rambut serta jumbai akan dijumpai
pada corong (siphon), pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan terdapat
comb scale sebanyak 8-21 atau berjajar 1 sampai 3. Bentuk individu dari comb
scale seperti duri. Pada sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan bentuk
kurva dan adanya sepasang rambut di kepala (Genis, 2004).
Telur Aedes aegypti
a) Klasifikasi
Pylum : Arthropoda
Kelas : Aceloterata
Class : Insekta
Ordo : Diptera
Genus : Aedes
b) Siklus Hidup
Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosa sempurna, yaitu dari
bentuk telur, jentik, kepompong dan nyamuk dewasa. Stadium telur, jentik,
dan kepompong hidup di dalam air (aquatik), sedangkan nyamuk hidup secara
teresterial (di udara bebas). Pada umumnya telur akan menetas menjadi larva
dalam waktu kira-kira 2 hari setelah telur terendam air. Nyamuk betina
meletakkan telur di dinding wadah di atas permukaan air dalam keadaan
menempel pada dinding perindukannya. Nyamuk betina setiap kali bertelur
dapat mengeluarkan telurnya sebanyak 100 butir. Fase aquatik berlangsung
selama 8-12 hari yaitu stadium jentik berlangsung 6-8 hari, dan stadium
kepompong (pupa) berlangsung 2-4 hari. Pertumbuhan mulai dari telur
sampai menjadi nyamuk dewasa berlangsung selama 10- 14 hari. Umur
nyamuk dapat mencapai 2-3 bulan (Ridad dkk., 1999).
Larva Anopheles
c. Pupa
Pupa nyamuk Anophelini
menyerupai tabung pernafasan
(respiratory trumpet) yang
bentuknya lebar dan pendek;
digunakan untuk mengambil O2
d. Dewasa
Pada nyamuk dewasa, palpus nyamuk Anophelini jantan dan
betina mempunyai panjang hampir sama dengan proboscisnya.
Perbedaannya adalah pada nyamuk jantan ruas palpus bagian apical
berbentuk gada (club form), sedangkan pada nyamuk betina ruas
tersebut mengecil. Sayap pada pinggir ditumbuhi sisik-sisik sayap
yang berkelompok membentuk gambaran belang-belang hitam dan
putih. Selain itu, bagian ujung sisik sayap membentuk lengkung
(tumpul) (Sutanto dkk, 2009).
a) Klasifikasi
Pylum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Diptera
Genus : Anopheles
b) Siklus Hidup
Anopheles mengalami metamorfosis sempurna yaitu stadium telur,
larva, kepompong, dan dewasa yang berlangsung selama 7-14 hari. Tahapan
ini dibagi ke dalam 2 (dua) perbedaan habitatnya yaitu lingkungan air
(aquatik) dan di daratan (terrestrial). Nyamuk dewasa muncul dari
lingkungan aquatik ke lingkungan terresterial setelah menyelesaikan daur
hidupnya. Oleh sebab itu, keberadaan air sangat dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup nyamuk, terutama masa larva dan pupa. Nyamuk
Anopheles betina dewasa meletakkan 50-200 telur satu persatu di dalam air
atau bergerombol tetapi saling lepas. Telur Anopheles mempunyai alat
pengapung dan untuk menjadi larva dibutuhkan waktu selama 2 sampai 3
hari, atau 2 sampai 3 minggu pada iklim-iklim lebih dingin. Pertumbuhan
larva dipengaruhi faktor suhu, nutrien, ada tidaknya binatang predator yang
berlangsung sekitar 7 sampai 20 hari bergantung pada suhu. Kepompong
pupa) merupakan stadium terakhir di lingkungan aquatik dan tidak
memerlukan makanan. Pada stadium ini terjadi proses pembentukan alat- alat
tubuh nyamuk seperti alat kelamin, sayap dan kaki. Lama stadium pupa pada
nyamuk jantan antara 1 sampai 2 jam lebih pendek dari pupa nyamuk betina,
karenanya nyamuk jantan akan muncul kira-kira satu hari lebih awal daripada
nyamuk betina yang berasal dari satu kelompok telur. Stadium pupa ini
memakan waktu lebih kurang 2 sampai dengan 4 hari (Rinidar, 2010).
Siklus Hidup Anopheles Sp.
3. Culex sp.
Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor
penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese
enchepalitis, St Louis encephalitis. Nyamuk Culex yang banyak di temukan
di Indonesia yaitu jenis Culex quinquefasciatus. Dalam morfologinya
nyamuk memiliki tiga bagian tubuh umum: kepala, dada, dan perut. Telur
Culex berbentuk lonjong seperti peluru dengan ujung tumpul. Larva Culex
memiliki sifon panjang dan bulunya lebih dari satu pasang. Nyamuk dewasa
Culex dapat berukuran 4 – 10 mm (0,16 – 0,4 inci), memiliki abdomen
dengan ujung tumpul, warna cokelat muda tanpa tanda khas. Sedangkan
sayap Culex memiliki sisik sempit panjang dengan ujung runcing. Nyamuk
ini mengisap darah pada malam hari dan berhabitat di air jernih dan air
keruh (Prianto, 2008).
Telur Culex Larva Culex (Prianto, 2008)
C. Deskripsi Tempat
Tempat pengambilan jentik di kolam ikan gedung Rudiro Universitas
Jenderal Soedirman yang dikelilingi pohon rindang, gelap, dan lembab. Di
kolam tersebut terdapat ikan dan angsa. Tidak ada air mengalir dikolam ikan
tersebut. Dikelilingi banyak pohon rindang yang membuat suasana disekitar
kolam semakin lembab.
E. Cara kerja
1. Masukkan jentik dan air dari botol ke dalam beker glass
2. Ambil jentik dari beker glass menggunakan pipet
3. Teteskan jentik dan air secukupnya di atas object glass
4. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran paling kecil (4x10)
5. Identifikasi morfologi larva dan pupa (jentik) yang ditemukan
6. Dokumentasikan
F. Hasil
1. Larva Culex sp.
a. Ciri – ciri larva Culex sp.
1) Membentuk sudut dengan permukaan air
2) Siphon memanjang
3) Comb scale beberapa baris
4) Terbagi atas caput, thorax, dan abdomen
5) Terdapat mout brush
6) Terdapat lateral hair
b. Gambaran larva Culex sp.
Arixs, 2008. Tanaman Hias Penyerap Racun dan Pengusir Nyamuk Mudah Ditanam,
tidak Perlu Perawatan Khusus. Jakarta
Borror, D.J., Charles, A.T., & Jhonson, F.N., 1996. Pengenalan Pelajaran
Serangga. Edisi Keenam. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Entjang, Indan., 2003. Mikrobiologi Dan Parasitologi Untuk Akademi Perawat Dan
Sekolah Tenaga Kesehatan yang Sederajat. PT. CITRA ADITIA BAKTI.
Bandung.
Kardinan, A. 2007. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk Vol III. Jakarta:
Agro Media Pustaka.
Prianto, Juni, Tjahaya P. U., dan Darwanto. 2008. Atlas Parasitologi Kedokteran.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum.
Ridad A., Hanna O., dan Zaenuddin N. 1999. Entomologi Medik. Jatinangor: Penerbit
Bagian Parasitologi Fakultas kedokteran Universitas Padjajaran.
Suharmiati dan Lestari, 2007). Tanaman Obat dan Ramuan Tradisional Untuk
Mengatasi Demem Berdarah Dengue. Pt AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Sutanto, Inge., Is Suhariah Ismid, Pudji K. Sjarifudin, dkk. 2009. Buku Ajar
Parasitologi Kedokteran. Jakarta: FKUI.
Wibisono, E., Susilo, A., dan Nainggolan, L. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi
Ke- IV. Media Aesculapius FKUI: Jakarta