Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“URGENSI FISIKA DALAM PRESPEKTIF ISLAM”

DI SUSUN OLEH :
RAHMADAN RISKI WAHYUDI
H021 17 1517

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIT PELAKSANA TEKNISMATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Allah Swt memerintahkan umat manusia untuk melihat dan memikirkan
segala sesuatu ciptaan-Nya,baik yang berda di langit maupun di bumi. Manusia
diperintahkan untuk senantiasa menggali ilmu pengetahuan agar menjadi umat
yang tangguh dan sebagai wakil Allah di bumi.
Kemajuan teknologi saat ini semakin pesat dan dijadikan tolok ukur
kemajuan suatu bangsa. Untuk itu umat islam harus dapat mengikuti setiap
perkembangan yang ada agar tidak menjadi umat yang tertinggal,terlebih
berkaitan dengan tugasnya sebagai khalifah di bumi. Dalam hal ini penguasaan
Fisika salah satu kunci permasalahan tersebut. Allah pun memberikan petunjuk
tentang Fisika dalam ayat di dalam al-Qur’an.
Saat ini umat islam terlihat sangat lemah dalam penguasaan Fisika dan jauh
tertinggal dari orang Barat dalam penguasaan teknologi. Hal ini dikarenakan
adaya kecenderungan dikotomis ilmu pengetahuan khususnya Fisika. Di kalangan
umat islam belum ada keseimbangan antara ilmu agama dan penguasaan Iptek.
Kurangnya menyadari arti pentingnya ilmu fisika dan manfaatnya dalam kegiatan
ibabah dan sebagai khalifah di bumu ini.
Fisika mempelajari tentang struktuk dan karakter benda-benda alam.
Penguasaan terhadap Fisika merupakan salah satu kegiatan yang dikehendaki
Allah SWT. Fisika merupakan ilmu yang mendasari pengembangan
teknologi,sehingga penguasaan fisika sangat penting bagi umat Islam agar
menjadi umat yang unggul dalam penguasaan Iptek.
Selain itu juga Fisika merupakan cabang ilmu yang sangat penting untuk
dikuasai umat Islam,karena penguasaan Fisika mendasari pengembangan
teknologi. Dengan fisika umat islam dapat mencapai kemajuan teknologi dan
tidak bergantung kepada produk orang lain,sehingga dapat memenuhi kebutuhan
umat islam sendiri baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan fisik maupun dalam
penghambaan diri kepada allah SWT.
Fisika banyak berperan dalam pelaksanaan tugas-tugas manusia sebagai
khalifah di bumi dan memberikan banyak kemudahan dalam kegiatan ibadah yang
merupakan kewajiban bagi setiap individu muslim. Penguasaan terhadap Fisika
akan memberikan peluang besar bagi umat Islam untuk mempertahankan
kejayaanya
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mempermudah kajian kita tentang Fisika dan Islam, maka dibuatlah
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Fisika dalam prespektif Islam ?
2. Bagaimana Urgensi Fisika Untuk Mempertahankan Eksistensi
Islam?
3. Bagaimana Revelansi Fisika dengan Ajaran Islam ?
4. Bagaimana Urgensi Fisika dalam Tinjauan Ayat-Ayat Al-Qur’an?
1.3 Metode Pembahasan
1.3.1 Metode Literatur / Kepustakaan
Pembahasan menggunakan study kepustakaan dari berbagai sumber
berupa buku, media cetak, maupun media elektronik yang memuat informasi yang
berkaitandenganmakna agama Islam dan sejarah agama Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fisika dalam Perspektif Islam
Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari
gejala-gejala alam dan karakteristik benda-benda fisik. Pemahaman terhadap
Fisika merupakan salah satu upaya yang wajib dilaksanakan untuk menanamkan
kepercayaan terhadap kekuasaan dan Keagungan Tuhan.
Dengan demikian pemahaman terhadap Fisika dapat menjadi penguat pondasi
keimanan umat Islam, karena dengan mengetahui rahasia-rahasia alam, manusia
akan semakin mengagungkan Allah yang telah menciptakan semua keajaiban
yang ada di alam semesta ini, yang tak ada satupun makhluk yang dapat
melakukan hal itu.
Dalam beberapa ayat al-Qur’an Allah SWT senantiasa menegaskan
mengenai pentingnya nazar(memperhatikan) untuk mengetahui tanda-tanda
kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Demikian pula megenai pentingnya belajar
dan mencari ilmu. Dalam ayat yang pertama kali turun telah ditegasakan perintah
“membaca” bagi umat manusia, yaitu membaca ayat-ayat Allah, baik yang ada
dalam al-Qur’an (firman-firman Allah), maupun yang ada di alam (al-Kaun).
Menurut Al-Qur’an, mempelajari kitab alam akan mengungkapkan
rahasia-rahasianya kepada manusia dan menampakkan koherensi (keterpaduan),
konsistensi, dan aturan di dalamnya.[9] Ini akan memungkinkan manusia untuk
menggunakan ilmu pengetahuannya sebagai alat untuk menggali kekayaan-
kekayaan dan sumber-sumber yang tersembunyi di alam dan mencapai
kesejahteraan material lewat penemuan-penemuan ilmiahnya.
Allah telah menunjuk manusia sebagai wakil di muka bumi dan diberi-Nya
kesempatan-kesempatan yang tidak terbatas untuk menggali mengelola dan
memanfaatkan segala isinya. Untuk itu ia harus mengenal potensi-potensi dirinya,
menggunakan kesempatan itu, dan memperoleh kekuatan dan kebijaksanaan yang
sesuai dengan peranannya sebagai seorang wakil Allah.
Pendidikan Islam menjadi bidang yang dapat diselenggarakan dengan
tujuan pembentukan kepribadian muslim, dan pendidikan yang melingkupi ilmu
pengetahuan dan teknologi mempunyai tempat yang strategis dalam pendidikan
Islam.[10] Dengan begitu umat Islam akan menjadi umat yang kuat, bukan hanya
kuat dalam persaingan dengan umat yang lain dalam iptek, akan tetapi juga kuat
dalam hal keimanan terhadap Allah SWT.
Kita lihat misalnya pendidikan modern yang mengarahkan bahwa
pendidikan yang dilaksanakan secara berlanjut dan terus menerus. Hal yang
demikian telah dicanangkan oleh Rasulullah SAW, dengan sabda
beliau;”Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai keliang lahat”.[11] Hadis
tersebut memberikan dorongan pada umat Islam untuk tidak pernah berhenti
dalam menggali ilmu pengetahuan dan mengembangkan peradaban. Az-Zuhaili
mengatakan bahwa jika peradaban itu mengandung banyak manfaat, maka Islam
menyeru umatnya untuk mengusungnya sekaligus menggalinya dan
melestarikannya.[12] Dalam hal ini ilmu Fisika termasuk didalamnya, karena
manfaat fisika sudah tidak dapat diragukan lagi, baik dalam pengembangan
teknologi maupun dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT, Tuhan
Pencipta alam semesta.
Pemahaman Fisika dalam Islam merupakan suatu upaya untuk
menjalankan perintah Allah di dalam al-Qur’an untuk melakukan nazar terhadap
segala ciptaan Allah yang berada di alam ini baik yang di langit maupun di bumi,
yang nantinya akan memberikan implikasi positif, bagi mereka berupa kesadaran
akan kebesaran Allah dengan segala kekuasaan-Nya.
Umat Islam harus menghapus dikotomi terhadap ilmu pengetahuan yang
dapat membawa mereka mundur kearah kejahilan, yang akan dapat menyesatkan
mereka kembali. Kebutaan terhadap pengetahuan alam merupakan tanda dari
ketidaktahuan terhadap tanda-tanda Kebesaran Allah yang ditunjukkan dengan
keajaiban ciptaan-Nya.
Fisika akan membawa umat Islam kearah kemajuan dan menambah
keyakinan atas Kemahakuasaan Allah. Manusia tidak akan mendapatkan keraguan
lagi, karena keyakinan mereka telah dikuatkan dengan bukti konkrit yang sangat
banyak yang terdapat di sekitar mereka.
Dalam memahami Fisika ini harus senantiasa berlandaskan pada akidah
Islam dan petunjuk Allah di dalam Al-Qur’an maupun melalui petunjuk utusan-
Nya. Dengan demikian umat Islam akan dapat menghadapi perubahan dan
kemajuan zaman tanpa harus meninggalkan akidah yang menjadi ruh dalam
kehidupannya.
2.2 Urgensi Fisika Untuk Mempertahankan Eksistensi Islam
Telah dijelaskan dalam pembahasan di atas bahwa Fisika merupakan
penguat pondasi keimanan, untuk itu Fisika harus mendapatkan perhatian yang
cukup besar dalam dunia pendidikan Islam. Untuk membentuk generasi yang
bertaqwa, Fisika diperlukan sebagai sarana untuk melihat bukti Keagungan
Tuhan.
Penemuan, pembaruan dan pengembangan serta penerapan fungsional
sains dan teknologi untuk kepentingan umat manusia dan pelestarian alam
diterima sebagai kesadaran dan kemampuan manusia untuk menggunakannya
sebagai rahmat, alat dan perlengkapan dalam mencapai suatu kehidupan yang
lebih baik di akhirat.[13] Al-Qur’an berlimpah dengan ayat-ayat yang meminta
manusia untuk berpikir dan menggunakan akal mereka untuk mengungkap rahasia
alam semesta. Dengan cara inilah mereka dapat mempunyai keyakinan teguh
terhadap pencipta-Nya.[14]
Umat Islam harus benar-benar memikirkan arti penting Fisika atau sains
secara umum, dalam rangka membangkitkan kembali semangat keilmuan kaum
muslim setelah sekian lama tenggelam, dan berpindah ke Barat. Untuk dapat
merebut kembali kejayaan Islam dalam dunia ilmu pengetahuan, maka
penguasaan terhadap Fisika merupakan salah satu hal penting yang harus
mendapat perhatian dari umat Islam, jika ingin meraih sukses dalam kebangkitan
sains ini.
Umat Islam pada masa sekarang ini harus mau untuk membuka wawasan
dan pandangan keilmuan. Mereka harus meminimalisir atau bahkan
menghilangkan anggapan bahwa hanya ilmu agama sajalah yang dapat membawa
mereka pada keridlaan Allah, karena harus disadari bahwa pemahaman terhadap
Fisika merupakan implementasi dari ayat-ayat al-Qur’an, yang memberikan bukti-
bukti atau tanda-tanda Kekuasaan Allah.
Iptek yang dikembangkan oleh manusia berfungsi sebagai alat untuk
beribadah dan melakukan penghambaan diri kepada Allah SWT. Dengan iptek
yang merupakan produk dari ilmu Fisika manusia dapat memahami karakter alam
dan dapat mengelolanya sesuai dengan karakter yang dimilikinya tersebut,
sehingga terhindar dari kerusakan. Disamping itu manusia akan mengenal lebih
dalam akan Keagungan Tuhan Sang Pencipta.
Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat sekarang ini, umat Islam
harus menyadari keadaan bahwa dia akan jauh tertinggal dan bahkan tertindas
apabila dia membiarkan teknologi hanya dikuasai oleh umat non-muslim. Dengan
kenyataan seperti itu, usaha untuk menguasai Fisika guna mencapai kemajuan
umat dalam sains dan teknologi dapat dikatakan sebagai upaya untuk jihad, karena
secara langsung ataupun tidak, hal itu merupakan upaya untuk mengantisipasi dan
mempertahankan diri dari serangan kaum atau bangsa lain.
BJ Habibi dalam bukunya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pembangunan
Bangsa mengatakan bahwa Ilmu pengetahuan dan taknologi memberikan tiga
landasan penting di dalam kehidupan masyarakat. Pertama iptek memberikan
landasan hidup berupa penyediaan akses dasar bagi para anggota masyarakat
kesehatan dan harapan hidup, pendidikan serta lingkungan hidup. Kedua, iptek
memungkinkan dikembangkannya sistem informasi dan komunikasi, evaluasi dan
analisis yang lengkap, makro dan mikro, dan mencakup seluruh anggota
masyarakat, sehingga ia dapat secara merata memberikan informasi di bidang apa
saja yang diperlukan bagi kehidupan dan kebutuhan suatu
bangsa. Ketiga, manusia yang sehat, sejahtera, dan yang kaya akan informasi akan
dengan cepat dapat memanfaatkan dan mengembangkan semua iptek yang
diperlukan untuk memperbaiki nasibnya dan meningkatkan mutu kehidupnya.[15]
Dengan demikian perkembangan iptek dapat secara langsung atau tidak langsung
meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam bidang ekonomi, kesehatan maupum
keilmuan. Pengembangan dalam bidang ini akan memberikan peluang bagi
manusia untuk meningkatkan kesehatan dan menata kehidupan ekonominya serta
memperluas wawasan dengan teknologi informasi yang berkembang dengan
sangat pesat. Namun demikian menurut BJ Habibie masih ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pengembangan iptek tersebut yaitu;
Ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pembangunan bangsa tidak dapat
dikuasai dan dikembangkan begitu saja. Untuk menjamin tercapainya hasil, dan
daya guna suatu proses pengalihan, penerapan dan pengembangan IPTEK seperti
yang diharapkan, ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan. Pertama, perlunya penyelenggararaan pendidikan dan latihan di
segala bidang iptek yang relevan dengan pembangunan. Kedua, ada konsep yang
jelas realistis dan dapat dilaksanakan secara konsekuen tentang masyarakat yang
ingin dibangun dimasa depan serta teknologi yang diperlukan untuk
mewujudkannya. Ketiga, bahwa teknologi hanya dapat dialihkan, diterapkan dan
dikembangkan lebih lanjut jika ia benar-benar diterapkan secara langsung pada
pemecahan masalah kongkrit. Keempat, bangsa yang ingin mengembangkan
teknologi harus bertekad untuk berusaha sendiri memecahkan masalah-
masalahnya. Terakhir, pada awal tranformasi dirinya menjadi suatu bangsa
berteknolgi maju, setiap negara harus memberikan perlindungan terhadap
teknologi yang dikembangkannya sebelum siap bersaing secara
internasional.[16]
Prinsip-prinsip tersebut akan memberikan kontribusi besar apabila benar-
benar diperhatikan dan diterapkan. Kemudian agar hasil yang diperoleh tidak
menimbulkan kerusakan alam atau kecemasan masyarakat karena tangan-tangan
yang tidak bertangguang jawab, maka perlu adanya landasan keimanan dalam
pengembangan iptek. Ini sangat penting sebagai pegangan bagi para ilmuwan dan
teknisi yang akan melaksanakan tugasnya sehingga ia akan secara cermat
meminimalisir kemungkinan penyalahgunaan produk iptek yang ia buat.
Fisika sebagai cabang ilmu yang menghasilkan produk berupa kemajuan
teknologi, sudah seyogyanya menjadi salah satu kajian umat Islam. Agar umat
Islam dapat tetap eksis dalam persaingan di zaman sekarang ini mereka harus
mampu menyerap berbagai informasi tentang iptek dan mereka harus mampu
berperan aktif dalam pengembangan iptek tersebut.
Penguasan Fisika untuk mempertahankan kejayaan Islam, bukan hanya
untuk satu generasi saja, akan tetapi terus barlanjut dari generasi-kegenerasi.
Untuk itulah, Fisika harus dijadikan sebagai salah satu materi yang harus
disampaikan dalam kegiatan pendidikan Islam. Dengan demikian, maka akan
didapatkan generasi yang kuat dan maju dalam hal iptek dan mantap dalam
keimanan dan Ketakwaan terhadap Allah SWT.
Ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi yang membentuk kapaistas
optimal seseorang sebagai individu yang kompetitif: fii ahsani ‘t-
taqwim (pengembangan sumberdaya manusia).[17]
Di era globalisasi sekarang ini, dunia telah dikuasai oleh teknologi yang
semakin lama semakin mutakhir. Namun sayangnya penguasaan teknologi saat ini
lebih banyak dikuasai oleh orang-orang non-muslim dan umat Islam masih
menjadi konsumen hasil-hasil teknologi, dan bahkan beberapa golongan umat
Islam justru menganggap kemajuan teknologi sebagai bid‘ah yang buruk dan
harus dihindari. Kenyataan seperti ini dapat menghancurkan umat Islam sendiri
dan setidaknya tugas-tugas kekhalifahannya di muka bumi terabaikan.
Teknologi mutakhir yang dikuasai oleh orang-orang yang tidak beriman bisa
menjadi bumerang, karena teknologi tersebut dapat menjadi sumber bencana dan
menimbulkaan kerusakan di muka bumi. Untuk mencegah hal tersebut maka umat
Islam harus menguasai teknologi tersebut dan menggunakannya untuk
kemaslahatan umat dan kelestarian alam semesta.
Penguasaan teknologi ini harus ditanamkan kapada siswa (generasi muda)
selama mereka belajar di sekolah, yaitu dengan memberikan pelajaran Fisika,
Kimia, Biologi dan memperkenalkan produk-produk teknologi kepada siswa,
sehingga penyalahgunaan produk teknologi tersebut dapat dihindari.
Memasukkan mata pelajaran eksakta dalam kurikulum pendidikan Islam
merupakan langkah yang tepat untuk memberikan bekal kepada siswa dalam
meneruskan perjuangan umat Islam terdahulu. Dengan pemberian bekal semacam
itu umat Islam telah membuat benteng dalam mempertahankan eksistensi Islam
dalam berbagai aspek kehidupan manusia termasuk dalam sains dan teknologi.
2.3 Relevansi Fisika dengan Ajaran Islam
Islam mendorong manusia untuk mencari ilmu dan kemajuan dalam
penemuan-penemuan, serta menjanjikan ganjaran yang besar, dan upaya-upaya ini
dianggap bagian dari pengabdian kepada Allah.[18]
Al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam, yang merupakan himpunan dari
Firman-firman Allah banyak sekali menyebutkan tentang pentingnya
memperhatikan dan memikirkan alam semesta. Di dalam beberapa ayat Allah
telah menegaskan kepada manusia untuk melakukan pemeriksaan terhadap
ciptaan-ciptaan-Nya.
Pemahaman terhadap Fisika adalah salah satu usaha untuk melaksanakan
perintah Allah yang disyari‘atkan di dalam al-Qur’an. Bagaimanapun seseorang
tidak boleh lupa bahwa al-Qur’an bukan buku teks sains eksperimental. Jika ia
menerangkan beberapa fenomena alam, itu dikarenakan beberapa alasan di
bawah ini:
 Studi fenomena alam dan keajaiban-keajaiban penciptaan akan memperkuat
keimanan manusia kepada Tuhan.[19]
 Dengan keakraban terhadap kesempatan-kesempatan yang telah
dianugerahkan Tuhan kepada manusia, dia lebih dapat mengenal Allah dan
dengan mendapatkan manfaat-manfaat darinya, dia dapat bersyukur kepada-
Nya.[20]
Dari dua alasan tersebut dapat dipahami bahwasanya Fisika merupakan
salah satu jalan bagi manusia untuk menjadi umat yang bertaqwa kepada Allah.
Di samping itu Fisika menghindarkan generasi umat Islam dari kebiasaan taklid
buta (mengikuti sesuatu tanpa tahu alasannya). Mereka akan memeluk Islam dan
berpegang teguh pada keimanan tersebut bukan sebagai agama turun-temurun
akan tetapi karena mereka benar-benar menyadari akan kebenaran ajaran-
ajarannya, yang telah mereka buktikan sendiri dari pemahaman terhadap alam
semesta.
Kita melihat bahwa pencarian para ilmuwan muslim terhadap fenomena
alam disebabkan oleh fakta bahwa mereka menganggap masalah studi ini
merupakan salah satu cara terbaik untuk mendekati Allah. Mereka yakin bahwa
dengan mempelajari tanda-tanda Allah dalam ciptaan-Nya di alam semesta,
seseorang akan dapat menyingkap kesaling hubungan seluruh bagian alam
semesta dan kesatuan yang tersembunyi di belakang dunia yang penuh
keragaman ini, yang pada gilirannya akan membimbing kepada Sang Pencipta.
Sekarang segala sesuatu berputar di sekitar poros sains dan teknologi.
Oleh karenanya, agar menjadi merdeka dan mandiri, kebijaksanaan Islam harus
meliputi seluruh kemampuan keilmuan dan teknologi yang penting bagi
kemandirian dan kemenangannya.[21]
Pergulatan Islam adalah pergulatan sistem nilai sosial yang ada. Islam
diharapkan dapat berperan sebagai pengendali sistem dan sekaligus pengontrol
prilaku sistem itu. Umat Islam bukan hanya harus cermat mengawasi prilaku
sistem, melainkan juga harus mampu dan cakap untuk terlibat di dalamnya. [22]
Ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi yang melengkapi orang
perorang untuk melaksanakan ibadah ritual kepada Tuhan (sebagai
pertanggungjawaban pribadi).[23] Penguasaan Fisika diperlukan bukan hanya
untuk menghasilkan produk berupa teknologi, akan tetapi juga sangat diperlukan
untuk kepentingan ibadah, dan menjalankan kewajiban sebagai seorang hamba
yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Untuk melaksanakan perintah Islam untuk naik haji, menguasai dan
mengambil isi bumi untuk kesejahteraan umat manusia, untuk menentukan saat
dimulainya puasa Ramadhan dan mengakhirinya (idul Fitri) dan sebagainya hanya
akan sempurna apabila ditopang oleh iptek, baik dari tingkat rendah maupun
tingkat tinggi (HiTech).[24]
Penerapan Fisika dalam menunjang kegiatan ibadah wajib umat Islam
antara lain sebagai berikut:
1. Penentuan awal dan akhir waktu shalat.
Shalat merupakan kewajiban bagi setiap individu yang menyatakan dirinya
sebagai ummat Islam, sehari semalam lima kali. Shalat merupakan salah satu
rukun yang harus dan wajib dilaksanakan bagi setiap pemeluk agama Islam.
Adapun dalam pelaksanaan shalat ini, orang harus memenuhi syarat dan rukun
shalat, apabila ada salah satu dari syarat sah atau rukun shalat yang tidak
terpenuhi maka shalatnya akan rusak atau tidak sah. Apabila shalat seseorang
tidak sah, maka itu berarti bahwa orang tersebut tercatat belum melaksanakan
shalat.
Syarat sah shalat telah diatur dalam fikih;
– Suci badannya dari najis dan hadas
– Menutup aurat dengan kain yang suci
– Berada di tempat yang suci
– Telah masuk waktunya
– Menghadap Kiblat.[25]
Salah satu syarat sah shalat adalah telah masuk waktu shalat, artinya
pelaksanaan shalat ini harus benar-benar pada waktunya, dan tidak sah shalat
seseorang apabila belum masuk waktu shalat.
Allah SWT berfirman:
)103:‫إن الصلوة كانت علىالمؤمنين كتابا موقوتا (النساء‬
“Sesungguhnya shalat itu kewajiban yang telah ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman”[26](Qs, an-Nisa’ 103).
Dengan demikian untuk melaksanakan kewajiban umat Islam tersebut,
seorang muslim harus tahu jatuhnya waktu shalat. Untuk itulah diperlukan suatu
ilmu yang dapat digunakan untuk mengetahui jatuhnya awal waktu shalat, agar
dalam pelaksanaan kewajiban shalat bagi setiap muslim tidak ada kekeliruan atau
kekurangan dalam pemenuhan syarat sahnya yang dapat mempengaruhi kesahan
shalatnya.
Dalam hal ini Fisika memegang peranan yang sangat penting, karena
penentuan awal waktu shalat dapat dilakukan dengan menggunakan ilmu Fisika.
Permasalahan penentuan awal waktu shalat ini dapat dipecahkan dengan materi
Fisika, pokok bahasan energi matahari.
Penentuan awal waktu shalat dalam perspektif ilmu fisika terkait dengan
kedudukan matahari yang diukur dengan sudut datang sinar matahari (angle of
incidence)dengan perumusan sebagai berikut:

Dimana:
= Lintang (atitude) yaitu lokasi sudut setelah utara atau selatan ekuator. Sebelah
utara positif, sebelah selatan negatif.
= Deklinasi; yaitu sudut antara sinar matahari yang sampai bumi dengan bidang
ekuator.[27] Bidang ekuator adalah bidang (datar) yang melalui pusat bumi dan
tegak lurus pada porosnya.[28]
= Sudut datang sinar matahari (angle of incidence), yaitu sudut antara sinar
matahari dengan normal bidang kolektor.[29] adalah sudut jam (hour Angle),
yaitu pergeseran sudut matahari sebelah barat atau timur meridian setempat oleh
perputaran bumi sekeliling sumbunya. Pagi negatif, sore positif.[30]
Sudut deklinasi δ dicari dari persamaan Cooper;
δ = 23,45o Sin [360o ], nilai n di cari dengan table.
AST = 12.00 + jam
MST =AST- E; MST adalah Mean Sun Time
E= 9,87 Sin 2B-7,53 Cos B –1,5 Sin B
B = ; 1≤n≤365 atau 1≤n≤366 (kabisat)
E = persamaan waktu dalam menit
LST =WIB = MST- (ψs-ψ) 4 menit, LST menunjukkan waktu shalat.
Untuk daerah Yogya; ψs= 105 ψ= 110,35 dan = -7,8 Ls
Dengan demikian jelaslah behwa fisika merupakan jalan pemecahan bagi
permasalahan penentuan awal waktu shalat yang menjadi kebutuhan yang sangat
penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Di sini dapat dibuat jadwal waktu shalat
untuk tiap-tiap daerah sesuai dengan posisi daerah tersebut, sehingga umat Islam
dapat melaksanakan shalat dengan tenang dan tepat waktu.
1. Penentuan awal Ramadlan dan 1 Syawal
Rukun Islam yang keempat adalah puasa. Puasa ini wajib dilakasanakan oleh
setiap umat Islam yang telah memenuhi syarat, sebagai mana telah dinashkan
dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 183 yang artinya;
”Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu termasuk orang-
orang yang bertaqwa”.[31]
Penetapan awal bulan Ramadlan sangat berpengaruh untuk memulai ibadah puasa
Ramadlan itu sendiri. Oleh karena itu orang sangat berhati-hati untuk menetapkan
awalnya dan tidak mustahil akan terjadi perbedaan pendapat.[32]
Tahun Hijriyah adalah perhitungan yang dipakai oleh umat Islam sedunia yang
berdasarkan kepada peredaran dan kedudukan Bulan sekitar bumi dan di
sekeliling matahari.[33] Umat Islam diwajibkan berpuasa pada saat pertama kali
meliahat bulan pada awal bulan Ramadlan, dan kemudian menyudahi berpuasa
pada saat melihat bulan muda pada penghujung Ramadlan (melihat hilal) yang
berarti telah masuk bulan Syawal. Rasulullah SAW bersabda:
)‫صوموا لرؤيته وأفطروالرؤيته فإن غم عليكم فاكملوا عدة شعبان ثالثين (رواه البخارىومسلم‬
“ Puasalah kamu dengan melihat bulan dan berbukalah kamu dengan melihat
bulan, jika atas kamu udara kelam (mendung), maka cukupkanlah bilangan-
bilangan (bulan) Sya’ban tiga puluh hari.” (HR. Bukhari dan Muslim).[34]
Dalam sahih Bukhari juga dijelaskan mengenai awal dan akhir bulan Ramadlan;
‫ ذكر رمضان فقال التصوموا حتى ترواالهالل والتفطروا حتى تروه‬:‫عن عبدهللا ان رسول هللا ص م قال‬
‫فإن غمرعليكم فقدروا له‬
Artinya: Dari Abdullah ra. Berkata; sesungguhnya Rasulullah SAW menyebut
bulan Ramadlan lalu beliau bersabda: “janganlah kamu berpuasa hingga kamu
melihat hilal, dam jangan lah kamu berbuka (berhari raya) sehingga kamu
melihatnya, dan jika tertutup atasmu adakanlah perhitungannya”.[35] (HR
Buchari)
Kedua hadis tersebut memberikan penjelasan mengenai waktu pelaksanaan
puasa di bulan Ramadlan, dimana waktu untuk memulai berpuasa ditentukan saat
hilal terlihat kemudian untuk menyudahi berpuasa dan berhari raya juga dengan
melihat hilal (bulan sabit). Untuk memberikan kemudahan bagi umat Islam
terutama mereka yang awam tentang hal ini, maka Islam memiliki kalender
sendiri yaitu kalender Hijriyah.
Kalender hijriyah adalah sistem kalender Qamariyah (Bulan). Kalender
Hijriyah menggunakan siklus visibilitas hilal, bulan sabit terkecil yang dapat
diamati dengan mata telanjang.[36] Rata-rata siklus visibilitas hilal dapat didekati
dengan siklus sinodik bulan.[37] Dalam hal ini nampak jelas peranan penting
Fisika, karena Fisika membahas siklus peredaran bulan, yang merupakan bagian
dari pokok bahasan tata surya.
3. Ibadah Haji
Haji merupakan rukun Islam yang kelima. Setiap muslim baik laki-laki
maupun perempuan wajib untuk melaksanakannya satu kali dalam seumur hidup.
Adapun pelaksanaan ibadah haji ini hanya dapat dilakukan di Baitullah yaitu di
Mekkah, Arab Saudi. Ibadah Haji diwajibkan bagi mereka yang mampu
melakukan perjalanan ke sana.
Bagi penduduk muslim di luar Arab Saudi, perjalanan ke Baitullah adalah
sesuatu yang cukup sulit karena perjalanan yang harus dilakukan sangat jauh,
apalagi jika harus dilakukan dengan berjalan kaki atau dengan kuda. Di samping
perjalanan akan memakan waktu yang sangat lama juga banyak mengandung
bahaya.
Penerapan Fisika dalam teknologi memberikan kemudahan bagi umat
Islam untuk menunaikan Ibadah haji yaitu dengan diciptakannya pesawat terbang
sebagai sarana transportasi, sebagai alat yang dapat digunakan untuk melakukan
perjalanan ke Baitullah dengan lebih cepat dan lebih aman.
Teknologi pembuatan kapal terbang ini merupakan penerapan dari efek
bernoulli yaitu hubungan antara tekanan dengan kecepatan pada fluida yang
mengalir secara tunak, kecepatan fluida akan berkurang bila tekanan fluida
bertambah. Dalam pembuatan pesawat prinsip ini dipakai untuk menghitung
besarnya daya angkat pesawat terbang.
Hukum bernoulli secara matematis dinyatakan dengan:
p + ½ ρ V2 + Δp = konstan[38]
Δp = beda tekanan yang disebabkan oleh aliran
P = tekanan Fluida
V = kecepatan Fluida
ρ = massa jenis fluida
Karena begitu lekatnya keterlibatan teknologi dalam kehidupaan kita
sehari-hari, maka teknologi dapat berfungsi ganda. Selain membantu untuk
kebutuhan dasar, teknologi sesungguhnya bisa kian menyadarkan kita tentang
kebesaran Allah, Sang Maha Pencipta.[39] Kemajuan teknologi dapat
mempertebal iman dan takwa kita, asal saja kita berangkat dari asumsi dasar
bahwa teknologi adalah bagian dari nikmat Allah bagi manusia.
Dari uraian di atas nampak jelas bahwa Fisika merupakan ilmu yang
sangat urgen dan memiliki peranan yang sangat penting dalam segala aspek
kehidupan umat Islam, baik dalam hubungannya dengan Penciptanya maupun
dengan sesama makhluk. Dengan demikian pendidikan Fisika sebagai upaya
untuk pengalihan kemampuan kepada generasi penerus juga merupakan kegiatan
yang sangat urgen berdasarkan perintah di dalam al-Qur’an dan kebutuhan umat
Islam sendiri atas ilmu fisika tersebut.
2.4 Urgensi Fisika dalam Tinjauan Ayat-Ayat Al-Qur’an
Al-Qur’an telah banyak memberi gambaran dan contoh mengenai sumber-
sumber yang dapat digali dalam upaaya penguasaan Fisika. Di dalam al-Qur’an
banyak sekali disebutkan mengenai arti pentingnya memikirkan gejala-gejala
yang terjadi di alam ciptaan Allah ini sebagai cara untuk mengetahui tanda-tanda
kebesaran dan kekuasaan Allah.
Dalam beberapa ayat di dalam al-Qur’an berulang kali disebutkan bahwa
hanya orang yang mau memikirkan dan memperhatikan mengenai alam Ciptaan
Allah-lah yang akan dapat melihat tanda-tanda Kekuasaan dan Kebesaran Allah.
Hal itu seharusnya membuka pandangan umat Islam mengenai apa saja yang
dapat dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya, sehingga umat Islam
tidak akan terjerumus dalam kejumudan.
Pemahaman terhadap al-Qur’an bukan hanya sekedar mambaca
secara lafziyah, akan tetapi harus benar-benar dipahami dan diimplementasikan
dalam kehidupan, sehingga keajaiban dan keutamaan al-Qur’an dapat benar-benar
dirasakan dan membawa umat Islam ke arah kemajuan dan kemaslahatan.
Al-Qur’an telah memberikan contoh kepada manusia mengenai
penguasaan Fisika, yaitu dengan beberapa ayat yang menyebutkan gejala- gejala
alam disertai dengan penjelasan mengenai beberapa manfaat yang akan dapat
diambil oleh manusia dari gejala-gejala tersebut. Contohnya adalah mengenai
peredaran matahari dan bulan sebagai patokan untuk perhitungan waktu.
)2:‫وسخر الشمس والقمر كل يجري الجل مسمى (الرعد‬
Menurut Al-Maraghi tafsir dari ayat ini adalah; Dia menundukkan
matahari dan bulan, serta menjadikan keduanya taat pada kehendak-Nya untuk
memberikan manfaat kepada makhluk-Nya. Masing-masing dari keduanya
berjalan pada orbitnya untuk waktu tertentu.[40] Peredaran dari keduanya tidak
pernah menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan oleh Allah, sehingga
manusia dapat menggunakannya sebagai patokan dalam membuat perhitungan
waktu.
‫ ما خلق هللا ذلك االبا‬,‫هوالذى جعل الشمس ضيآء والقمر نورا وقدره منازل لتعلموا عددالسنين والحساب‬
‫ يفصل االيات لقوم يعلمون‬,‫لحق‬
)5:‫(يونس‬
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya; dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,
supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
meniptakan yang demikian itu melainkan dengan hak; Dia menjelaskan tanda-
tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.[41](QS. Yunus:5)
Kemudian dalam Surat Al-Anbiya ayat 30. Allah memberi pengetahuan
kepada manusia tentang asal mula jagad raya;
‫افاليؤمنون‬,‫ وجعلنا من الماء كل شئ حي‬,‫أولم ير الذ ين كفروا ان السموات واالرض كانتا رتقا ففتقناهما‬
)30:‫(االنبياء‬
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?[42](QS. Al-Anbiya’:30)
Surat al-Anbiya’ tersebut merupakan salah satu petunjuk Allah berkaitan
dengan ilmu Fisika untuk dikembangkan manusia. Ayat tersebut memberikan
gambaran kepada manusia bahwa langit dan bumi dunia ini dahulu adalah satu
kemudian terpisah terbentuklah bumi dan langit sebagai tempat hidup manusia.
Didalam Fisika hal itu dikenal teori big bang sebagai asal mula terjadinya
kehidupan di muka bumi.
Dari petunjuk al-Qur’an ini kemudian manusia harus berusaha
mengembangkannya menjadi ilmu yang mudah dipahami dan dibuktikan dengan
eksperimen. Penelitian terhadap alam untuk melihat realita alam yang
digambarkan di dalam al-Qur’an ini sangat penting, karena hal itu untuk
menfungsikan akal dalam penguasaan ilmu pengetahuan.
Gambaran dalam Al-Qur’an tersebut hanya merupakan gambaran umum
sebuah pengetahuan dan untuk mengetahui secara lebih detail manusia harus
mengadakan survai di lapangan dengan melakukan eksperimen. Dari sinilah
kemudian muncul ilmu Fisika sebagai hasil kolaborasi antara petunjuk al-Qur’an
dan kecerdasan akal manusia.
Jika manusia tidak mau memperhatikan dan melakukan penelitian yang
untuk kemudian disampaikan kepada para generasi berikutnya, maka manusia
dapat terjebak oleh kepercayaan-kepercayaan yang menyesatkan dan
membekukan pola pikir, yaitu mitos-mitos tentang kejadian-kejadian alam.
Hal tersebut telah terjadi pada zaman peradaban yunani kuno. Mereka
mencari jawaban atas pertanyaan yang mengganggu mereka tentang kejadian-
kejadian alam ini, namun mereka tidak menemukan jawaban akhirnya mereka
mengambil kesimpulan-kesimpulan berdasarkan takhayul, seperti jika gunung
meletus itu karena penguasa gunung marah, dan lain sebagainya. Mitos-mitos
tersebut bukan lah jawaban yang ilmiah atas sebuah pertanyaan, dan hal itu dapat
menyesatkan manusia dimana manusia sering mengadakan sesaji-sesaji di
gunung, bukit dan pohon besar agar penghuninya tidak marah. Padahal semua itu
merupakan perbuatan yang di kutuk, karena termasuk syirik.
Contoh tersebut telah menunjukkan akan arti sebuah ilmu pengetahuan
tentang gejala-gejala alam (Fisika), karena hal itu berkaitan dengan pondasi
keimanan yang kuat dan untuk menjaga generasi (keturunan), diperlukan
pendidikan tentang ilmu tersebut.
Di dalam al-Qur’an telah disebutkan dalam surat al-Ra‘du ayat 1-4 telah
menggambarkan hal tersebut, dijelaskan di dalam tafsir al-Maraghi tentang
pengertian ayat-ayat tersebut. Dalam ayat-ayat ini, Dia mengetengahkan beberapa
dalil atas tauhid dan tempat kembalinya makhluk. Maka, dengan mengemukakan
tentang keadaan langit, keadaan matahari dan bulan serta keadaan bumi dangan
gunung-gunung, sungai-sungai, bunga, buah kurma, anggur, berbagai buah-
buahan, dan bermacam-macam hasil buahnya, Allah membuktikan adanya Tuhan
yang Maha Kuasa lagi Perkasa, Berkuasa untuk menciptakan dan mengatur segala
urusan, untuk mendatangkan kemudaratan dan manfaat, untuk menghidupkan dan
mematikan, serta untuk melakukan segala hal.[43] Dengan demikian jelas bahwa
bukti kekuasaan Allah ditunjukkan dengan berbagai gejala alam yang dapat
diamati oleh manusia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelemahan umat Islam dalam bidang Fisika dikarenakan kurangnya pemahaman
mereka tentang kandungan ayat-ayat al-Qur’an dan adanya kecenderunagn
dikotomis terhadap fisika dan menganggap ajaran Islam bersifat mutlak.

Adapun urgensi dalam perspektif Islam adalah :

1. Fisika merupakan bidang ilmu pengetahuan yang mempunyai kedudukan


sangat penting menurut Islam, karena dengan ilmu Fisika umat Islam dapat
mencapai kemajuan teknologi dan menghadapi persaingan dengan kaum non
muslim dan tidak tergilas oleh zaman.

2. Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan tentang tanda-tanda kebesaran


allah dan menjadi pondasi keimanan dan menghindarkan manusia dari
kebiasaan taklid.

3. Fisika memudahkan umat Islam dalam kegiatan Ibadah kepada


Allah,contohnya:

 Penentuan waktu shalat

 Penentuan awal bulan Ramadhan dan 1 Syawal.

 Memudahkan dalam pelaksanaan ibadah haji.

3.2 Saran
Kita semua sebagai umat Islam yang beriman, setelah melihat bukti-bukti
nyata tentang kebenaran Al-Qur’an seperti yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya diharapka dapat menambah ketaqwaan dan memperkokoh keimanan
kita kepada Allah SWT yang telah mengatur segala sesuatunya dengan
sedemikian teratur sehingga kita dapat hidup di bumi dan melakukan aktivitas kita
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
[9] Mahdi Ghulsyani, Filsafa-Sains menurut Al-Qur’an, (Bandung:Mizan,1990),
hal. 54
[10] D. Qonita, Peranan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam dalam Pembentukan
Mental Kaum Muslim,(Skripsi, fak Tarbiyah IAIN SUKA, 1995), hal.70
[11] Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ Jakarata, Al-Islam dan Iptek,
(Jakarta:Raja Grafindo persada,1998), hal.224
[12] Wahbah az-Zuhaili, Al-Qur’an Menjawab Tantangan Zaman (Jakarta :
Muttaqim, 2002), hal.135
[13] Abdul Majid dkk, Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang Iptek, jilid.2,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hal.85
[14] Ahmad Muhammad Sulaiman, Tuhan dan Sains, (Jakarta: Serambi Ilmu
semesta,2001), hal.30
[15] BJ Habibi, Ilmu Pengetahuan, Teknologi & pembangunan Bangsa,(Jakarta:
CIDES, 1995), hal 18
[16] Ibid., hal 22
[17] Abdul Majid dkk, Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang Iptek, jilid.2,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hal.79
[18] Abdul Majid (dkk), Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang Iptek, Jilid.2,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hal.72
[19] Mahdi Ghulsyani, Filsafat-sains menurut Al-Qur’an, (Bandung: Mizan,
1990), hal. 66
[20] Mahdi Ghulsyani, Filsafat-sains menurut Al-Qur’an, (Bandung: Mizan,
1990), hal. 66
[21] Mahdi Ghulsyani, Filsafat-sains menurut Al-Qur’an, (Bandung: Mizan,
1990), hal.70
[22] Sukanto MM, Al-Qur’aan Sumber Inspirasi, (Surabaya:Risalah Gusti,
1994), hal.15
[23] Abdul Majid (dkk), Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang Iptek, Jilid.2,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hal.79
[24] Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ Jakarata, Al-Islam dan Iptek,
(Jakarta:Raja Grafindo persada,1998), hal.64
[25] M.Rifa’i (dkk), Terjemah Khulashah Kifayatul Akhyar, (Semarang: Toha
Putra, 1978), hlm.59
[26] Al-Qur’an Terjemah, (Semarang : Toha Putra, 1998), hal.176
[27] Rini Sulistyawati, penentuan awal waktu Sahalat Mnurut Departeman
Agama RI dalam Perspektif Ilmu Fisika,Skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta:
IAIN Sunan Kalijaga, 2003, hal.18
[28] Ibid., hal 10
[29] Ibid., hal 19
[30] Ibid., hal.20
[31] Al-Qur’an Terjemah, (Semarang : Toha Putra, 1998), hal.53
[32] M. Noor Matdawam, Ibadah Puasa dan Amalan-amalan Bulan
Ramadlan,(Yogyakarta: Yayasan Bina Karier,1989), hlm.15
[33] Tim Penulis, Tahun Baru Hijriah, (Yogyakarta: lembaga pembinaan
keagamaan UII,1979), hlm.2
[34] M. Noor Matdawam, Ibadah Puasa dan Amalan-amalan Bulan
Ramadlan,(Yogyakarta: Yayasan Bina Karier,1989), hlm.15
[35] Zainuddin Hamidy, Terjemah Hadis Sahih Bukhari, (Jakarta;Wijaya,
1961), hal.260
[36] Moedji Raharto, Sistem Penanggalan Syamsiah/Masehi, (Bandung:
ITB,2001), hal.48
[37] Ibid., hal.49
[38] Taswa dan Abu Ahmadi, Kamus Lengkap Fisika, (Jakarta: Bumi Aksara,
1996), hal.32
[39] M. Daud Ibrahim, Teknologi Emansipasi dan Transendensi, (Bandung:
Mizan, 1994),hlm.35
[40] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, jilid 13,
(Semarang: Toha Putra, 1993), Cet. Ke-2, hal. 114
[41] Al-Qur’an Terjemah, (Semarang : Toha Putra, 1998), hal.396
[42] Al-Qur’an Terjemah, (Semarang : Toha Putra, 1998), hal.627
[43]Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, jilid 13,
(Semarang: Toha Putra, 1993) Cet.ke.2, hal.112

Anda mungkin juga menyukai