Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH:
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi dari pasta.
1.3.2 Mengetahui definisi dari IPC.
1.3.3 Mengetahui jenis evaluasi yang dilakukan terhadap pasta hasil produksi.
1.3.4 Mengetahui teknik pencetakan expired date dan nomor bets.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pasta
Pasta adalah sediaan semipadat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal. Pasta adalah salep yang
mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk. Karenamerupakan salep yang tebal,
keras dan tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan sebagai salep penutup
atau pelindung. Kelompok pertama dibuat dari gel fase tunggal mengandung air,
misalnya Pasta Natrium Karboksimetilselulosa, kelompok lain adalah pasta
berlemak misalnya, Pasta Zink Oksida, merupakan salep yang padat, kaku, yang
tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada
bagian yang diolesi (Anief, 2007; Depkes RI, 1995).
Menurut Anief (2006), pasta dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
1. Pasta berlemak, adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat
padat (serbuk).
2. Pasta kering, adalah pasta bebas lemak mengandung lebih kurang 60% zat
padat (serbuk).
3. Pasta pendingin, adalah serbuk minyak lemak dan cairan berair, dikenal
dengan salep tiga dara.
4. Pasta dentifriciae, adalah campuran kental terdiri dari serbuk dan
glycerinum yang digunakan untuk pembersih gigi. Contoh dari pasta ini
adalah pasta gigi.
Karakteristik dari sediaan pasta adalah:
1. Daya absorbsi pasta lebih besar
2. Sering digunakan untuk mengabsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat
pemakaian.
3. Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
4. Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian
luar/topikal.
5. Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
6. Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
7. Memiliki persentase bahan padat lebih besar daripada salep yaitu
mengandung bahan serbuk (padat) antara 40%-50%.
(Anief, 2007).
Menurut Moh. Anief (2007) adapun kelebihan dan kekurangan dari sediaan
pasta adalah sebagai berikut
Kelebihan pasta
1. Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk
luka akut dengan tendensi mengeluarkan cairan.
2. Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga
meningkatkan daya kerja lokal.
3. Konsentrasi lebih kental dari salep.
4. Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak
dibandingkan dengan sediaan salep.
Kekurangan Pasta
Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada
umumnya :
1. Tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
2. Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis.
3. Dapat menyebabkan iritasi kulit.
(Olii, 2013)
2.5 Uji pH
Pengukuran derajat keasaman atau pH dimaksudkan untuk mengetahui
bahwa derajat keasaman suatu sediaan pasta yang dibuat telah sesuai dengan pH
standar. Apabila telah sesuai maka dapat dikatakan bahwa pH tersebut aman untuk
digunakan.
Pengukuran pH dilakukan dengan cara mencelupkan alat pH meter ke
dalam sediaan pasta sampai menunjukkan angka yang konstan setelah beberapa
saat. Nilai pH didapatkan dari angka tersebut. Pengujian dilakukan setiap minggu
selama 3 minggu penyimpanan (Afni, dkk., 2015). Prinsip uji derajat keasaman
(pH) yaitu berdasarkan pengukuran aktivitas ion hydrogen secara potensiometri
dengan menggunakan pH-meter.
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Pasta adalah sediaan semipadat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang lebih dari 50% berupa zat padat serbuk yang dibagi menjadi
empat jenis pasta berlemak, pasta kering, pasta pendingin, dan pasta
dentifriciae serta sediaan yang digunakan untuk tujuan efek lokal.
3.1.2 IPC (in process control) atau pengawasan selama proses produksi
merupakan suatu hal yang dilakukan untuk menjaga kualitas dan
memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan
pemakaiannya dari sediaan farmasi yang dibuat yang mencakup
pengawasan terhadap CPOB ditambah dengan faktor lain, seperti desain
dan pengembangan obat.
3.1.3 Sediaan farmasi yang diproduksi perlu dilakukan suatu evaluasi bergitu
juga dengan sediaan pasta yang meliputi evaluasi organoleptis, uji pH, uji
bobot minimum, uji homogenitas, viskositas, penetapan kadar zat aktif dan
stabilitas.
3.1.4 Penentuan expired date dilakukan melalui uji stabilitas sediaan atau
accelerated stability study yang dapat dilakukan melalui uji stabilitas
dipercepat dan uji stabilitas jangka panjang. Untuk nomor bets dibuat
sebagai tanda tanda pengenal suatu bets untuk menunjukkan riwayat
lengkap pembuatan bets tersebut, tahap–tahap produksi, pengawasan, dan
distribusi.
3.2 Saran
Dalam proses produksi suatu sediaan farmasi baik itu sediaan pasta maupun
sediaan lainnya pengawasan selama proses produksi sangat penting untuk
dilakukan oleh pemerintah mengingat semakin maraknya oknum-oknum yang
berbuat curang. Pemerintah juga harus tegas melakukan pengawasan pada saat
proses produksi, evaluasi sediaan, maupun distribusi sediaan farmasi.
DAFTAR PUSTAKA
Afni, N., N. Said, dan Yuliet. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Pasta Gigi Ekstrak
Biji Pinang (Areca catechu L.) terhadap Streptococcus mutans dan
Staphylococcus aureus. Galenika Journal of Pharmacy, Vol. 1(1) : 48-58.
Cholayudth, P. 2005. Establishing Target Fills for Semisolid and Liquid Dosage
Forms. Pharmaceutical Technology.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. 1990. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Lachman, L., Lieberman, H.A. dan Kanig, J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Olii, Audia Triani. 2013. Pengembangan Formulasi Pasta Gigi Ekstrak Etanol Biji
Jintan Hitam (Nigella sativa L.) dengan Penambahan Bubuk Siwak
(Salvador persica L.). Jurnal Bionature. Vol 14 (2).