Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE

1. Definisi

Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-

sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan akan

tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2009 ).

Kanker payudara adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara

dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan maturasi

sel (Brunner dan Suddarth, 2009 ).

Kanker payudara adalaah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan pertumbuhan

seluler dan merupakan kelompok penyakit,bukan penyakit tunggal (Tucker dkk, 2009).

2. Anatomi Fisiologi Payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit,di atas otot

dada.Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai

sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat

menyusui 800 gram. Pada payudara terdapat tiga bagian utama yaitu:

a. Korpus

Korpus (badan ) yaitu bagian yang membesar. Alveolus, yaitu unit terkecil yang

memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot

polos, dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus,yaitu beberapa

lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.ASI disalurkan dari alveolus

ke dalam saluran kecil(duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran

yang lebih besar (duktus laktiferus).


b. Areola

Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola

yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam putingndan bermuara ke luar. Di dalam

dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat

memompa ASI keluar.

c. Papilla / Puting

Papila atau Puting,yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Bentuk puting ada 4, yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam

(inverted).

3. Etiologi

Tidak satupun penyebab spesifik dari kanker payudara,sebaliknya serangkaian faktor

genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt menunjang terjadinya kanker ini.

Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan dengan

kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui.

Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein

yang menekan atau menigkatkan perkembangan kanker payudara. Hormon steroid yang

dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam kanker payudara. Dua hormon

ovarium utama-estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang

dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara (Brunner dan Sudart, 2001).

Faktor resiko timbul kanker payudara terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat di ubah

(unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu :


Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable)

1. Umur

Semakin bertambahnya umur meningkat resiko kanker payudara. Wanita paling sering

terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah wanita 40

tahun juga dapat terserang kanker payudara, namun resikonya lebih rendah dibandingkan

wanita berusia diatas 40 tahun.

2. Menarche Usia Dini

Resiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi

pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan

lamanya paparan hormone estrogen dan progesterone pada wanita yang berpengaruh terhadap

proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.

3. Menoupause usia lanjut

Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara.

Sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.

Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga

diperkirakan awal terjadinya tumor terjadinya perubahan klinis.

4. Riwayat keluarga

Terdapat peningkatan resiko menderita kanker payudara pada wanita yang keluarganya

menderita kanker payudara tertentu. Apabila BRCA 1 (Breast Cancer 2),yaitu suatu

kerentanan terhadap kanker payudara, untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur

50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% kanker payudara bersifat familial. Pada

studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen probabilitas.
5. Riwayat penyakit payudara jinak

Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan resiko

untuk mengalami kanker payudara.

Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable)

1. Riwayat kehamilan

Usia lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan resiko mengalami kanker payudara.

2. Obesitas dan konsumsi lemak tinggi

Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker payudara pada wanita

pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor resiko terjadinya kanker

payudara.

3. Penggunaan Hormone dan Kontrasepsi Oral

Hormone berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Wanita yang menggunakan

kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Kandungan estrogen dan

progestron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjer

payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai

resiko untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause.

4. Konsumsi Rokok

Wanita yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara daripada waita

yang tidak merokok.

5. Riwayat Keterpaparan Radiasi

Radiasi diduga meningkatkan resiko kejadian kanker payudara. Pemajanan terhadap radiasi

ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun meningkatkan resiko kanker

payudara.
4. Patofisiologi

Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya perubahan genetik berkaitan

dengan kanker payudara namun ap yang menyebabkan genetik masih belum diketahui.Meskipun

belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui namun bisa diindentifikasi melalui

beberapa faktor resiko,faktor ini penting dalam membantu mengembangkan program

pencegahan.Hal yang selalu harus diingat adalah bahwa 60% yang di diagnosa kanker payudara

tidak mempunyai faktor resiko yang terindentifikas kecuali lingkungan hormonal mereka.Di

masa kehidupan,wanita dianggap beresiko untuk mengalami kanker payudara,namun

mengidentifikasi faktor resiko merupakan cara untuk mengidentifikasi wanita yang mungkin

diuntungkan dari kelangsungan hidup yang harus meningkat dan pengobatan dini (Prince,A

Sylvia.2009).

Kanker payudara berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal,

mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan

berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Karsinoma membutuhkan waktu 7

tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat

diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari karsinoma

mammae telah bermetastasis. Karsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke

jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Prince,dkk 2009).

Tumor / neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri:proliferasi yang

berlebihan dan tak berguna,yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya.Proliferasi

abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan meninfiltrasi dan

memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar keorgan-organ yang jauh.Didalam sel

tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi terutama dalam maligna dan berubah menjadi

sekelompok sel ganas diantara sel normal (Prince,A Sylvia, 2009).


Transformasi sel-sel kanker dibentik dari sel-sel normal dalam suatu proses rumut yang

disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi, promosi dan progresi. Pada tahap inisiasi

terjadi suatu perubahan dalam genetiksel yang memancing selmenjadi maligna.perubahan dalam

denetic sel ini disebabakan oleh suatu gen yang disebut dengan karsinogen,yang bisa berupa

bahan kimia, virus, radiasi atau penyinaran dan sinar matahari. Tetapi, tidak semua sel

memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen harus merupakan mutagen yang dapat

menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja, 2008).

Apabila ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang terlihat akan dipotong dan

diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh enzim-enzim pengoreksi.

Pada keadaan tersebut akan timbul satu atau lebih protein regulator yang akan mengenali

kesalahan resebut dan menghentikan sel dititik tersebut dari proses pembelahan.pada titik ini,

kesalahan DNA dapat diperbaiki,atau sel tersebut deprogram untuk melakukan bunuh diri yang

secara efektif menghambat pewarisan kesalahan sel-sel keturunan jika sel tersebut kembali lobs,

maka sel tersebut akan menjadi mutasi permanen dan bertahan di semua keturunan dan masuk

ketahap irreversible (Cerwin, 2008).

Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promoter,

menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun

dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. Promotor adalah zat

non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi karsinogen dan tidak menimbulkan amplifikasi gen

produksi copi multiple gen (Sukarha, 2009). Suatu sel yang telah megalami insiasi akan menjadi

maligna. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpenngaruhi oleh promosi. Oleh

karena itu, diperlukan beberapa faktor untuk terj adinya suatu keganasan (gabungan dari sel yang

akan peka dan suatu karsinogen).


Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada progresif ini timbul

perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Kanker payudara menginvasi secara lokal

dan menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening regional, aliran darah, atau keduanya.

Kanker payudara yang bermetastasis dapat mengenai seluruh organ tubuh, terutama paru-paru,

hepar, tulang, otak dan kulit (Weiss.M, 2010).

Metastasis kanker payudara biasanya muncul bertahun-tahun atau beberapa dekade setelah

diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN Harris JE, 2011).

Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaia Dokter saat

mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasienya,sudah sejauh mana tingkat

penyebaran kanker tersebut baik ke organ maupun penyebaran ketempat jauh.Stadium hanya di

kenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada tumor jinak.Untuk menentukan suatu

stadium,harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang

lainnya,yaitu histopologi,PA,rontgen,usg,danbila memungkinkan CT Scan,Scintigrafi

(Sukarja,2009)

5. Tanda dan gejala

Gejala- gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di rasakan pada stadium dini

menyebabkan bayak penderita yang berobat dalam kondisi stadium lanjut. Hal tersebut akan

mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk di sembuhkan. Bila kanker

payudara dapat di ketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan (Ramli M,

2013)

Gejala yang timbul data penyakit memasuki stadium lanjut semakin bayak , seperti:

1. Timbul benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin lama benjolan

makin keras dan bentuknya tidak beraturan.


2. Saat benjolan mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan, karena terbentuk

penebalan pada kulit payudara.

3. Bentuk, ukuran, berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi pembengkakan.

4. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.

5. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam yang tadinya

berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan.

6. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang tidak sedang

hamil.

7. Luka pada payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati.

8. Kulit payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau d’orange) akibat dari neoplasma menyekat

drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kuli.

6. Stadium Kanker Payudara

Pembagian stadium menurut Portman yang disesuaikan aplikasi klinik yaitu:

a. Stadium I

Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya, tidak ada fixasi/

infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm dan tidak dapat

terdeteksi dari luar. Kelenjer getah bening regional belum teraba. Perawatan yang sangat

sistematis diberikan tujuannya agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada

stadium selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah

70%.

b. Stadium II

Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau beberapa kelenjer

getah bening axila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat

sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk
memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan

sembuh penderita adalah 30-40%.

c. Staium III A

Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih bebas di jaringan

sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu sama lain. Menurut data Depkes,

87% kanker payudara ditemukan pada stadium ini.

d. Stadium III B

Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema (lebih dari sepertiga

permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah bening axila melekat satu sama lain atau

ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm. Kanker sudah menyebar pada seluruh bagian

payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.

e. Stadium IV

Tumor seperti pada stadium I,II,III tapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening axila

supra-klafikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian tubuh

lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di batang leher.

Tindakan yang harus dilakukan adalah mengangkat payudara. Tujuan pengobatan pada

palliative bukan lagi kuratif(menyembuhkan).

7. Komplikasi

a. Limpedema

limfedema terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe bersirkulasi umum

tidak berfungsi dengan kuat. Jika nodus axilaris dan sistem limfe di angkat maka sistem

kolater dan axilaris harus mengambil ahli fungsi mereka. Limfedema dapat dicegah dengan

meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi yang prokximal. Jika terjadi limfedema
keluasan biasanya berhubungan dengan jumlah saluran limfatik kolateral yang diangkat

selama pembedahan (Brunner & Suddharta,2011).

b. Sidroma hiperkalsemik

Sidroma hiperkalsemik terjadi jika kanker menghasilkan hormon yang meningkatkan kadar

kalsium darah/ hormon yang secara langsung mempengaruhi tulang.

8. Pemeriksaan Diagnostik

Ada beberapa pemeriksaan penunjang.Namun secara umum terbagi 2 yaitu non invasive dan

invasive.

a. Non Invasive

1. Mammografi

Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar X yang diradiasikan pada

payudara. Kelebihan mammografi adalah kemampuan mendeteksi tumor yang belum

teraba (radius 0,5 cm) sekalipun masih dalam stadium dini.Waktu yang tepat untuk

melakukan mammografi pada wanita usia produktif adalah hari ke 1-14 dari siklus haid.

Pada perempuan usia nonproduktif dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan

ini berbeda-beda berkisar antara 83%-95%.

2. Ultrasound

Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat berguna dan akurat

dalam mengevaluasi densitas payudara dan dan akurat dalam membedakan antara kista

dengan massa padat. Namun untuk masa yang lebih kecil antara 5-10 mm tidak dapat

divisualisasi dan massa pada jaringan lemak payudara sulit dievaluasi. Keuntungannya

adalah tidak ada radiasi dan tidak ada nyeri.


3. Computed Tomografi dan Magnetic Resonance Imaging Scans

Penggunaan CT dan MRI untuk scanning untuk mengevaluasi kelainan payudara sekarang

sudah mulai diselidiki. Teknik ini mengambil peran dalam mengevaluasi axila,

mediastinum dan area supralivikula untuk adenopati dan membantu dalam melakukan

stging pada proses keganasan.

b. Invasiv

1. Sitologi Aspirasi

Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran 20 atau yang lebih kecil)

dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area yang dicuriga, lalu dismear di atas slide dan

difiksasi segera dan diwarnai untuk evaluasi sitologi. Jika specimen diambil secara tepat,

prosedur ini sangat akurat. Namun pemeriksaan ini tidak dapat untuk memeriksa gambaran

histopatologi jaringan sebab pemeriksaan ini tidak mampu mengambil struktur jaringan

sekitar. Teknik stereotaktik untuk sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum

diamerika serikat. Kelemahan teknik ini adalah ketidak mampuan untuk menentukan

secara akurat resptor estrogen dan progesterone pada specimen yang sangat kecil. Untuk

menegtahui resptor menggunakan teknik ini sudah dikembangkan namun masih belum

merata keberadaanya dilaboratorium patologi anatomi.

2. Core Needle Biopsy (CNB)

Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering dilakukan. Hal tersebut

lebih invasive dibandingkan dengan aspires jarum. CNB lebih akurat dan bisa digunakan

untuk menentukan reseptor estrogen dan progesterone serta bisa dilakukan untuk

memeriksa gambaran histopatologi.


3. Biopsy

Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound. Biopsi

TerbukaTerdapat berbagai macam teknik biopsy terbuka yaitu:

a. Biopsy Eksisi

Istilah biopsy Eksisi merujuk pada istilah yang berarti dengan mengangkat seluruh

massa yang terlihat dan biasanya dengan sedikit batas jaringan yang sehat. Hal tersebut

perlu direncanakan secara hati-hati dan curiga lesinya bersifat gana. Kebanyakan boipsi

bisa dilakukan dengan lokal anestesi. Namun dengan kenyamanan pasien biasa

dilakukan dengan sedasi intravena. Poting beku biasa dilakukan dan bisa disimpan

untuk tes resptor estrogen dan progesterone.

b. Biopsi Insisi

Untuk lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan biopsy eksisi biasanya dilakukan biopsy

insisi dengan hanya mengambil sedikit jaringan. Hal ini bisa dilakukan dalam anestesi

lokal dan cukup nyaman pada pasien poli.

c. Needle-Guided Biopsy (GNB)

Skrinning mammografi bisa digunakan untuk melihat lesi mencurigakan sebelum

muncul secara klinis. Dan hal tersebut bisa dijadikan petokan dalam melakukan biopsy

jarum dengan bantuan mammografi. Teknik ini dilakukan atas dasar prinsip

menghilangkan lesi secara presisi tanpa mengorbankan jaringan sehat sekitar. Pasien

dilakukan mamografi yang disesuaikan dengan film aslinya dan dilakukan introduks

berdasarkan gambaran film tersebut. Jadi bisa disimpulkan NGB merupakan biopsy

dengan bantuan mamograf.


d. Ultrasound-Guided Biopsy (UGB)

Untuk lesi yang tidak teraba anamun terlihat gambarannya melalui ultrasound. Bisa

dilakukan dengan pasien pada posisi supine, dan payudara discan menggunakan

tranducer. Lalu kulitnya ditandai dengan pensil; lalu dilakukan biopsy secara standard.

Aspirasi kista juga bisa dilakukan dengan bantuan ultrasound.

e. Nipple Discharge Smear (NDS)

Setelah menekan daerah puting maka akan keluar cairan .cairan yang bisa keluar bisa

diusap pada gelas kaca difikasi dan dapat dilihat untuk dievaluasi secara sitologi.

Dilaporkan, sitologi dari NDS memiliki hasil negative palsu sebesar 18% dan positif

sebesar 2,5% jadi dibutuhkan ketelitian dan kehatihatian dalam menginterprestasi hasil

tersebut.

f. Nipple Biopsy

Perubahan epithelium dari puting sering terkait dengan gatal atau nipple discharge biasa

diperbolehkan untuk dilakukan biopsy puting. Sebuah potongan nipple /areola complex

bisa dieksisi dalam lokal anatesi dengan tepi minimal.

9. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya tergantung pada

stadium klinik payudara. Pengobatan kanker payudara biasanya meliputi pembedahan/

operasi, radioterapi/ penyinaran, kemoterapi, dan terapi hormonal. Penatalaksanaan medis

biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi dalam beberapa kombinasi.

1. Pembedahan/operasi

Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara yang terserang

kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan pada kanker payudara stadium I dan
II. Pembedahan dapat bersifat kuratif (menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan

gejala-gejala penyakit).

Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan dengan 3 cars yaitu:

2. Masektomi radikal (lumpektomi)

operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian

pemberian terapi. Biasanya lumpektomi direkomendasikan pada penderita yang besar

tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.

3. Masektomi total (masetomi)

operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjer di ketiak.

4. Modified Mastektomi radikal

operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka

dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.

b. Radioterapi

Radiologi yaitu proses penyinaraan pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan

sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih terisisa di

payudara setelah payudara.tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi

lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan

leukosit cendrung menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini biasanya diberikan

bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.

c. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau

kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini diharapkan

mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh
lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut

rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.

d. Terapi hormonal

Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormone estrogen, oleh karena itu

tindakan mengurangi pembentukan hormone dapat menghambat laju perkembangan sel

kanker, terapi hormonal disebut juga dengan therapi anti estrogen karena system kerjanya

menghambat atau menghentikan kemampuan hormone estrogen yang ada dalam menstimulus

perkembangan kanker pada payudara

10. Pencegahan Kanker Payudara

Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insidens kanker

payudara dan secara tidak langsung akan menurun angka kematian akibat kanker payudara.

a. Pencegahan Primodial

Pencegahan primodial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang sehat yang

memiliki faktor resiko. Upaya yang dimaksudkan dengan menciptakan kondisi pada

masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak mendapat dukungan dasar dari

kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Pencegahan primodial dilakukan melalui

promosi kesehatan yang ditunjukan pada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.

b. Pencegahan Primer

Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang sudah memiliki

faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan melalui upaya

menghindari diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat.

Konsep dasar dari pencegahan primer adalah menurunkan insiden kanker payudara yang

dapat dilakukan dengan:

1. Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.


2. Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolahraga.

3. Menghindari terlalu banyak terkena sinar X atau jenis radiasi lainnya.

4. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat.Serat akan menyerap zat-zat

yang bersifat karsinigen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar melalui feces.

5. Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahan seperti tahu atau tempe. Kedelai

mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker dan genestein yang berfungsi

sebagai ektrogen nabati (fitoestrogen). Ektrogen nabati ini akan menempel pada reseptor

estrogen sel-sel epitel saluran kelenjer susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli

untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker.

6. Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang mengandung

vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia, seperti jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya,

mangga, brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian.

Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri dari pada

oleh dokter. Karena itu, wankita hares mewaspadai setiap [perubahan yang terjadi pada

payudara. Untuk mengetahui perubahan-perubahantersebut dilakukan pemeriksaan sederhana

yang disebut pemeriksaan payudar sendiri (SADARI).

SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur. Cara ini sangat efektif di

Indonesia karena tidak semua rumah sakit menyediakan fasilitas pemeriksaan memadai.

Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan perubahan pada payudara dan bulan ke

bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi

karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara dalam keadaan lembut dan tidak

membengkak sehingga jika ada pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Jikan suadah

menopause maka pilihlah satu hari tertentu, misalnya hari pertama untuk mengingatkan
melakukan SADARI setiap bulan. 17,23 SADARI dapat dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut

Langkah 1: Berdiri didepan cermin, pandanglah kedua payudara. Letakkan kedua tangan

dipinggang dan dorong siku ke depan agar otot-otot dada menegang. Perhatikan

kemungkinan adanya perubahan yang tidak biasa seperti cairan dari puting,

pengerutan, penarikan atau

pengelupasan kulit (gambar 1) .

Langkah 2: Lebih diarahkan perhatian kecermin, tangkaplah kedua

tangan di belakang kepal dan tekan ke depan (gambar 2).

Langkah 3 : Angkat lengan kanan. Pergunakan 3-4 jari tangan kiri

untuk memeriksa payudara kanan secara lembut, hati-hati dan secara menyeluruh.

Dimulai dari bagian tepi sisi luar, tekankan ujung jari tangan membentuk

lingkaran itu secara lambat seputar payudara. Secara bertahap lakukan kearah

puting. Pastikan mencakup seluruh payudara. Berikan perhatian khusus di daerah

antara payudara dengan ketiak, termasuk bagian ketiak kiri. akan untuk setiap

ganjalan yang tidak biasa atau di bawah kulit (gambar 3 dan 4).

Langkah 4 : Dengan lembut, pijit puting susu dan lihat jika ada cairan yang keluar. Tidak

normal apabila keluar darah atau adanya cairan yang spontan (gambar 5).

Langkah 5 : Ulangi langkah (3) dan (4) dengan posisi berbaring. Berbaringlah di tempat

dengan permukaan rata. Berbaringlah dengan lengan kanan dibelakang kepala dan

bantal kecil atau lipatan handuk diletakan di bawah pundak. Posisi menyebabkan

payudara menjadi rata dan membuat pemeriksaan lebih mudah. Lakukan gerakan
melingkar yang sama seperti pada tahap (3) dan (4). Lakukan pula untuk payudara

kiri.

c. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-akibat

yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui diagnosa dan deteksi dini dan

pemberian pengobatan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CA MAMMAE

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, suatu proses keperawatan,
suatu kolaboratif melibatkan perawat, pasien dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan
untuk mendapatkan data subjektif dan objektif yang dilakukan dengan wawancara dan
pemeriksaan fisik, data tersebut kemudian diolah, dianalisa yang kemudian akan
menghasilkan suatu diagnosa keperawatan yang membutuhkan perencanaan untuk mengatasi
masalah yang timbul dan muncul.Tujuan utama pengkajian adalah memberikan gambaran
secara terus menerus mengenai keadaan pasien yang memungkinkan perawat merencanakan
asuhan keperawatan kepada klien dengan mudah.
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima tahap kegiatan yang
meliputi:
a. Identitas Klien

Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama, status perkawinan,

alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung jawab.

b. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Dahulu

a. Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit payudara

jinak ,hyperplasia tipikal.

b. Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel proliferative

mempunyai resiko dua kali lipat biasanya mengalami kanker payudara, wanita

dengan hyperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami

penyakit ini

c. Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi penggantian hormon dalam

waktu yang lama (lebih dari 10-15 tahun)seperti estrogen suplemen.

d. Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral.


e. Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak, dan makanan yang memakai

penyedap dan pengawet.

f. Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau menstruasi pertama pada usia

yang relative mudah dan menopause pada usia yang relative lebih tua

g. Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum pernah melahirkan), infertilitas,

dan melahirkan anak pertama pada usia yang relative lebih tua(lebih dari 35 tahun),

serta tidak menyusui

c. Riwayat kesehatan sekarang

1. Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan

tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.

2. Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan mulai membesar.

3. Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang

tidak hamil.

4. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma menyekat drainase

limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.

5. Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu makan , mual, muntah,

ansietas.

6. Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan kulit, ruam kulit, dan ulserasi.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

1. Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama ibu, anak perempuan serta

saudara perempuan. Risikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker pada usia

kurang dari 60 tahun. Risiko meningkat 4-6 kali jika terjadi pada dua orang saudara

langsung.
2. Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena kanker payudara atau

ovarium.

3. Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara atau ovarium

dibawah 40 tahun.

4. Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker payudara atau ovarium.

5. Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.

e. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien, BB,Tinggi badan,

tekanan darah, suhu, RR, Nadi.

2. Kepala

a. Rambut

Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau alopesia karna pengaruh

kemoterapi, kulit kepala tidak tampak bersih.

b. Wajah

Biasanya tidak terdapat edema atau hematon.

c. Mata

Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi

yang tidak adekuat Sklera tidak ikterik,palpebra tidak edema.

d. Hidung

Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya pernafasan cuping hidung

yang disebabkan klien sesak nafas terutama pada pasien yang kankernya sudah

bermetastase ke paru-paru.

e. Bibir

Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.


f. Gigi

Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya pembuluh darah dan

caries positif

g. Lidah
Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.
3. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

4. Dada atau Thorak

Inspeksi

Pada stadium 1

biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh

pembengkakan pada payudara,dengan ukuran 1-2 cm.

Pada stadium 2

biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang juga disebabkan payudara

dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm.

Pada stadium 3A

biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh

pembengkakan tumor yang sudah meluas dalam payudara besar tumor 5-10 cm.

Pada stadium 3B

bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan

kanker sudah melebar ke seluruh bagian payudara,bahkan mencapai kulit, dinding

dada,tulang rusuk,dan otot dada.

Pada stadium 4

Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan

mestastase jauh keorgan lain seperti paru-paru.


Palpasi

Pada stadium 1

biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum

bermetastase keorgan lain

Pada stadium 2

biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum

bermetastase keorgan lain

Pada stadium 3A

biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum

bermetastase keorgan lain

Pada stadium 3B

biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum

bermetastase keorgan lain seperti tulang rusuk, dinding dada dan otot dada .

Pada stadium 4

biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga disebabkan oleh karena kanker sudah

metastase ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru sehingga mengakibatkan paru –

paru mengalami kerusakan dan tidak mampu melakukan fungsinya.

Perkusi

Pada stadium 1

biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien.

Pada stadium 2

biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien karena kanker belum

mengalami metastase.
Pada stadium 3A

Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru karena kanker belum metastase.

Pada stadium 3B

biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di temukan pada infiltrate paru dimana

parenkim paru lebih padat / mengadung sedikit udara dan bunyi pekak pada paru-paru

paien yang disebabkan pada paru-paru pasien didapatkan berisi cairan disebut dengan

efusi pleura jika kanker telah bermetastase pada organ paru.

Pada stadium 4

biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru pasien yang disebabkan pada paru-paru

pasien didapatkanberisi cairan yang disebut dengan efusi pleura akibat metastase dari

kanker mammae yang berlanjut,dan nafas akan terasa sesak.

Auskultasi

Pada stadium 1

biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi hampir terdengar seluruh lapangan pare dan

inspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. suara nafas

tambahan tidak ada, seprti ronchi (-) dan wheezing (-)

Pada stadium 2

biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru clan

inspirasi lebih panjang lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. Biasanya buni

nafas klien juga dapat terdengar bronkovesikuler dengan bronchial. Suara nafas

tambahan tidak ada, seperti ronchi (-) dan wheezing (-)


Pada stadium 3 A

Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru dan

inspirasi yang lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi, dan

bronkovesikuler yaitu pada daerah suprasternal, interscapula: campuran antara element

vaskuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti : Ronchi (+) dan

wheezing (-)

Pada stadium 3 B

biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras

nadanya lebih tinggi dari pada inspirasi dan terdengar dan terdapat suara nafas

tambahan seperti: Ronchi dan Wheezing ini disebabkan oleh kanker sudah menyebar ke

seluruh bagian payudara, dan mencapai ke dinding dada, tulang rusuk, dan otot dada

sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi paru dan compressive

atelektasis.

Pada stadium 4

biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih

keras, nadanya lebih tinggi, dari pada inspirasi dan terdengar. Dan terdapat

suara tambahan seperti : Ronchi dan wheezing. Ini disebabkan oleh kanker metastase ke

bagian tubuh lainnya seperti parupare sehingga mengakibatkan terj adnnya penurunan

ekspansi

paru dan compressive atelektasis sehingga terjadi penumpukan secret pada daerah lobus

paru.
5. Jantung (Kardiovaskuler)

a. Inspeksi

Biasanya iktus tidak terlihat

b. Palpasi

Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

c. Perkusi

Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC II, linea staralis dektra, batas jantung

kiri RIC V,1 jari media linea clavukularis sinistra)

d. Auskultasi

Biasanya irma jantung murni,murmur (-)

6. Mammae (payudara)

a. Inspeksi

Biasanya ada benjolan yang menekan payudara.adanya ulkus dan berwarna merah

dan payudara mengerut seperti kulit jeruk

b. Palpasi

Teraba benjolan payudara yang mengeras dan teraba pembengkakan dan teraba

pembesaran kelenjar getah bening diketiak atau timbul benjolan kecil di bawah

ketiak.

7. Perut

a. Inspeksi

Biasanya tidak ada pembesaran

b. Palpasi

Biasanya bising usus (-)


c. Perkusi

Biasanya lien dan hepar tidak teraba

d. Auskultasi

Tympani

8. Genitourinaria

Biasanya genetalia bersih

9. Ekstremitas

Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi

10. Sistem integument

Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor kulit klien tidak

elastis

f. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1. Nutrisi

a. Makan

Sehat: biasanya makan 3 kali sehari dan habis satu porsi

Sakit : biasanya 3 kali sehari,dan hanya menghabiskan setengah porsi

b. Minum

Sehat: biasanya minum 6-8 gelas sehari

Sakit :biasanya klien hanya menghabiskan minum 3-5 gelas sehari

2. Eliminasi

a. Miksi

Sehat :biasanya frekuensi BAK sehari 1500 cc

Sakit :biasanya frekuensi BAK sehari 800 cc,karateristiknya warna

kekunangan,pekat dan bau khas


b. Defekasi

Sehat :biasanya frekuensi BAB 1 kali sehari

Sakit :pada saat sakit 1 kali dalam 3 hari karateristik warna kehitaman atau

kemerahan, konsistensi padat dan bau khas

3. Istirahat dan Tidur

Sehat :biasanya jam tidur siang 2 jam dan malam 9 jam sehari

Sakit :biasanya saat sakit susah tidur karena rasa nyeri yang dirasakan di bagian

payudara

4. Kebersihan Diri

Sehat :biasanya klien mandi 2 kali sehari,menggosok gigi 2 kali sehari,cuci rambut 1

kali dalam 2 hari,pakain di ganti sesudah mandi

Sakit :biasanya pada sakit mandi 1 kali sehari,menggosok gigi 1 kali sehari,cuci

rambut 2 kali seminggu,pakain di ganti 1 kali sehari.

g. Data sosial ekonomi

Biasanya di tanyakan pada klien tentang pekerjaan, sumber penghasilan dalam keluarga

dan perubahan yang dialami sejak klien sakit, penangguang jawab biaya perawatan klien

selama sakit dan masalah keuangan yang dialami saat ini.

h. Data psikologi

Biasanya keadaan psikologi saat sakit lemas dan takut di rawat di rumah sakit, harapan

klien terhadap penyakitnya dapat segera sembuh setelah diobati,dukungan dari keluarga

baik dalam perubahan terhadap konsep diri tidak seperti biasanya.


i. Data spritual

Biasanya pelaksaanaan ibadah klien selama sakit tertinggal dan agak terganggu di

bandingkan dengan sehat rutin dan rajin beribadah, pandangan klien terhadap penyakit

tetap optimis selama segala penyakit ada obatnya.

j. Pemeriksaan laboratorium/penunjang

1. Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat, trombosit

meningkat.

2. Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatini meningkat

3. Tes diagnostik yang biasanya di lakukan pada penderita karsinoma mammae adalah

sinar X, sinar X ini di perlukan selain untuk screening pra-operasi,juga untuk melihat

apakah ada penyebaran kanker ke paru-paru, ultrasonografi : diperlukan bersamaan

dengan mammografi untuk membedakan krista yang berisi cairan dengan jenis lesi

lainnya.

4. Respon Hormone

Diperlukan untuk mengetahui adanya peningkatan hormone estrogen dan progesteron.

5. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus

Pemeriksaan ini di lakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologi di curigai ganas.

Biopsi jarum halus dilakukan dengan menusuk tumor dengan jarum halus dan di sedot

dengan spuit 10 cc sampai jaringan tumor diperiksa di laboratorium oleh ahli patologi

anatomi untuk mengetahui apakah jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak

(benigna)
6. Penanda tumor(zat yang di hasilkan dan di sekresi oleh sel tumor dan di temukan dalam

serum missal CEA, antigen spesifik frosfat, alfa-fetoprotein, HCG, asam dll)dapat

membantu dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih bermanfaat sebagai prognostik

7. Tes kimia skrining

a. Elektrolit(natrium,kalium,kalsium)

b. Tes ginjal (BUN)

c. Tes hepar (bilirubin,AST/SGOT alkalin fosfat,LDH)

d. Tes tulang(alkalin fosfat,kalsium)

8. Sinar X dada

Menyelidiki penyakit paru metastasis

k. Analisa Data

Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya fikir

berdasarkan ilmiah,pengetahuan yang sama dengan masalah yang di dapat pada pasien

(Gusneli,2007)

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman :nyeri berhubungan dengan penyakit(kompressi atau dekstruksi,

jaringan saraf, infiltrasi syaraf, atau suplai vaskulernya, obtruksi jaringan syaraf inflamasi

dan adanya penekanan masa tumor (Marilynn E.Doenges, 2009)

b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan desakan paru oleh diafragma sekunder

terhadap ancites dan efusi pleura (Marilynn E.Doenges )

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik

berkenaan dengan kanker, konsekwensi kemoterapi, radiasi, pembedahan misalnya,


anoreksia, iritasi lambung, penyimpangan, rasa mual, distress emosional, control nyeri

batuk (Marilynn E.doenges, 2000)

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi, peningkatan energi

(status hipermetabolik) kebutuhan psikologis atau emosional berlebihan dan perubahan

kimia tubuh: efek samping obat-obatan : kemoterapi (Marilynn E.Doenges, 2000)

e. Gangguan intergritas kulit / jaringan berhubungan dengan Penurunan imunologis,

Penurunan status nutrisi, anemia (Marilyn E Dongees,2000).

f. Gangguan rasa nyaman: cemas berhubungan dengan krisis situasi (kanker) ancaman pada

perubahan status kesehatan, fungsi peran, pola interaksi, ancaman kematian, perpisahan

dari keluarga, transmisi atau penularan perasaan interpersonal, perubahan gambaran tubuh

(Marilynn E doenges 2000).

g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek samping kemoterapi atau radioterapi misal

kehilangan rambut, mual dan muntah, penurunan berat badan, impotensi, sterilisasi,

kelelahan berlebihan, nyeri tidak terkontrol kecacatan bedah (Marilynn E.Doenges 2000).

h. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan serta pengobatan penyakit

berhubungan dengan kurang informasi (Marilynn E. Doenges 2000).

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Tujuan dan
No Diagnosa
Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
Hasil
1. Gangguan rasa Tujuan : Mandiri:
nyaman : nyeri setelah 1. BHSP kepada 1. Pasien kooperatif
berhubungan dilakukan pasien 2. Mengetahui tingkat
dengan proses asuhan 2. Kaji skala nyeri nyeri pasien
penyakit keperawatan 3. Evaluasi atau 3. Mencegah
(kompressi atau selama 3x24 sadari therapy terjadinya nyeri
dekstruksi, jam diharapkan tertentu misalnya: yang berlebih
jaringan syaraf, nyeri berkurang pembedahan, 4. Mengalihkan rasa
infiltrasi syaraf, radiasi, nyeri
adanya penekanan Kriteria hasil: khemoterapi, 5. Mengurangi rasa
tumor. a. a. nyeri bioterapi, ajarkan nyeri
berkurang atau klien dan keluarga
hilang tentang carab.
b. Nyeri tekan menghadapinya
tidak ada dan apa yangc.
c. Ekspresi diharapkan
wajah tenang 4. Ajarkan tehnik
d. Luka sembuh distraksi relaksasi
dengan baik 5. Kolaborasi
dengan tim medisd.
dalam pemberian
terapi analgesik a.
d.

2. Ketidak efektifan Tujuan : Mandiri:


pola nafas setelah 1. BHSP dengan 1. Pasien kooperatif
berhubungan dilakukan pasien 2. Untuk membantu
dengan efek dari asuhan 2. Atur posisi klien melancarkan pola
desakan paru oleh keperawatan senyaman nafas
difragma sekunder selama 1x12 mungkin dengan 3. Untuk mengetahui
terhadap ancites jam diharapkan semifowler keadaan pasien
dan efusi pleura pola nafas 3. Kaji tanda-tanda 4. Membantu
kembali efektif vital mengatur pola
Kriteria hasil : 4. Anjurkan klien nafas pasien
1. Bunyi nafas nafas dalam 5. Keluarga pasien
vesikuler dengan menarik paham dan
2. RR nafas melalui mengerti
normal(20- hidung dan 6. Untuk mengatasi
24x/menit) mengeluarkan terjadinya sesak
3. Tidak ada melalui mulut nafas
tanda-tanda secara pelan-pelan
sianosis dan 5. Diskusikan a.
pucat penyebab dari
4. Tidak ada sesak nafas klien
sputum 6. Kolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian
terapi oksigen

b
3. Gangguan Tujuan: Mandiri:
pemenuhan setelah 1. BHSP dengan 1. Pasien kooperatif
kebutuhan nutrisi dilakukan pasien 2. Mengidentifikasi
berhubungan asuhan 2. Pantau masukan kekuatan atau
dengan intake yang keperawatan makanan setiap defisiensi nutrisi
tidak adekuat,mual selama 2x24 hari. 3. Membantu dalam
dan muntah jam diharapkan 3. Ukur tinggi, berat mengidentifikasi
kebutuhan badan, dan malnutrisi protein,
nutrisi terpenuhi ketebalan trisep kalori, khususnya
Kriteria hasil: (atau pengukuran bila berat badan
1. nafsu makan antropometrik lain dan pengukuran
meningkat sesuai dengan antropometri
2. klien tidak indikasi, timbang kurang dari normal
lemah berat badan setiap 4. Keefektifan
3. Penambahan hari) penilaian diit
berat badan 4. Dorong klien sangat individual
yang makan diet tinggi dalam
progresif,da kalori kaya penghilangan mual
n bebas dari nutrient , dengan pasca terapi
tanda-tanda masukan cairan 5. Dapat menriger
malnutrusi adekuat respon mual atau
4. Hb 5. Control faktor muntah
normal(12- lingkungan 6. Membantu
14 gr/dl) misalnya bau kuat mengidentifikasi
atau tidak sedap derajat
atau ketidakseimbangan
kebisingan.hindari biokimia atau
makanan terlalu malnutrisi dan
manis, berlemak mempengaruhi
atau makanan pilihan intervensi
pedas diet
6. Kolaborasi
dengan tim medis
dalam meninjau
ulang
pemeriksaan
laboratorium
sesuai dengan
indikasi misal
limfosi total ,
transferin
serum,dan
albumin
4 Intoleransi Tujuan: Mandiri :
aktivitas setelah dilakukan 1. BHSP dengan 1. Pasien kooperasif
berhubungan tindakan asuhan pasien 2. Periode istirahat
dengan keperawatan 2. Rencana sering diperlukan
penurunan selama 3x24 jam keperawatan untuk
produksi diharapkan dapat untuk memperbaiki atau
energy,peningka kembali memungkinkan menghemat
tan energy melakukan periode istirahat energi
(status aktivitas 3. Buat tujuan 3. Memberikan rasa
hipermetabolik) Kriteria : aktivitas realitas control dan
1. Melaporkan dengan pasien mampu
perbaikan rasa 4. Dorong pasien menyelesaikan
berenergi untuk melakukan 4. Meningkatkan
2. Melakukan apa saja bila kekuatan/stamina
aktivitas dan mungkin misalnya dan
berpartisipasi mandi memampukan
dalam duduk,bangun pasien menjadi
beraktivitas dari kursi, dan lebih aktif tanpa
yang di berjalan. tingkat kelelahan yang
inginkan pada aktivitas sesuai berarti.
tingkat dengan 5. Toleransi sangat
kemampuan kemampuan. bervariasi
5. Pantau respon tergantung pada
fisiologi tahap proses
aktivitas,perubaha penyakit.
n pada TD atau 6. Adanya anemia/
frekuensi hipoksemia
jantung/pernafasa menurunkan
n. ketersediaan 02
6. Kolaborasi untuk ambilan
dengan tim medis seluler dan
dalam memperberat
memberikan 02 keletihan.
suplemen sesuai
indikasi

5 Gangguan rasa Tujuan Mandiri : 1. Pasien kooperatif


aman : cemas setelah dilakukan 1. BHSP dengan 2. Membantu dalam
berhubungan tindakan asuhan pasien mengidentifikasi
dengan krisis keperawatan 2. Tinjauan ulang rasa takut dan
situasi (kanker), selama 3x 24 jam pengalaman kesalahan konsep
ancaman pada diharapkan pasien / orang berdasarkan pada
perubahan status Kecemasan terdekat pengalaman
kesehatan,fungsi berkurang sebelumnya dengan kanker.
peran perubahan Kriteria hasil : dengan kanker. 3. Memberikan
gambaran tubuh 1. klien tampak 3. Mendorong kesempatan untuk
tenang perasaan pasien memeriksa rasa
2. Mau untuk takut realitas serta
berpartisipasi mengungkapkan kesalahan konsep
dalam program pikiran dan tentang diagnosis.
terapi perasaan. 4. Membantu pasien
4. Berikan untuk merasa di
lingkungan terima pada adanya
terbuka dimana kondisi tanpa ada
pasien merasa perasaan dihakimi
aman untuk dan meningkatkan
menduskusikan rasa terhormat dan
atau menolak kontrol.
untuk bicara. 5. Keterampilan
5. Bantu pasien atau koping sering
orang terdekat rusak setelah
dalam mengalami diagnosis dan
dan selama fase
mengklasifikasi pengobatan yang
rasa takut untuk berbeda. dukungan
memulai dan konseling
mengembangkan sering perlu untuk
strategi koping memungkinkan
untuk menghadapi individu mengenal
rasa takut. dan menghadapi
6. Mempertahankan rasa takut dan
kontrak sering untuk meyakini
dengan bahwa strategi
pasien,bicara kontrol atau
dengan koping tersedia.
menyentuh pasien 6. Memberikan
dengan tepat. keyakinan bahwa
7. Dorong pasien pasien tidak sendiri
untuk atau di tolak :
mengekspresikan berikan respek dan
perasaannya. penerimaan
8. Diskusikan tanda individu.
dan gejala 7. Proses kehilangan
depresi. bagian tubuh
membutuhkan
penerimaan,
sehingga pasien
dapat membuat
rencana untuk
masa depannya.
8. Reaksi umum
terhadap tipe
prosedur dan
kebutuhan dapat di
kenali dan di ukur.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth. 2001 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 .Jakarta : EGC

2. Brunner & Suddarth. 2001 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2 .Jakarta : EG

3. Donengoes Marilynn E.2000 Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3,Jakarta EGC

4. Dyayidi.2009 praktik SADARI dikalangan remaja putri dalam hal ini siswa SMA Negeri dan
Swasta.www.eprints.undip.ac.id

5. Nugroho ,Taufan 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas,Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam
Yogyakarta : Nuha Medika

6. Program Studi D-III Keparatan stikes Mercubaktijaya Padang .2012.panduan study


kasus.padang

7. Rahayu Wahyu .2011.Menggali,Mencegah dan mengobati 35jenis kanker


..Jakarta : Victory Inti Cipta

8. Rasjidi Iman .2009 Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker . Jakarta : CV Sagung Seto

9. Sjamsuhidajat R.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah,Edisi Revisi.Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai