Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angkutan sedimen di sungai atau saluran terbuka merupakan suatu proses


alami yang terjadi secara berkelanjutan. Sungai disamping berfungsi sebagai media
untuk mengalirkan air, juga berfungsi untuk mengangkut material sebagai angkutan
sedimen. Berdasarkan mekanisme pergerakannya, angkutan sedimen di sungai dapat
dibedakan sebagai angkutan sedimen dasar (Bed Load) dan angkutan sedimen layang
(Suspended Load). Awal gerak butiran sedimen dasar merupakan awal terjadinya
angkutan sedimen di suatu saluran terbuka dan oleh karenanya merupakan hal penting
dalam perhitungan angkutan sedimen.

Awal gerak butiran dasar merupakan kondisi atas antara aliran tanpa angkutan
sedimen dan aliran dengan sedimen dasar. Angkutan sedimen yang di alira melalui
saluran terbuka atau sungai dapat menyebabkan penumpukan sedimen terutama di
bagian hulu sungai. Angkutan sedimen yang diangkut oleh sungai dapat menyebabkan
pendangkalan pada sungai. Akibat dari pendangkalan sungai tadi, sungai tidak dapat
memaksimalkan fungsinya sehingga dapat menyebabkan banjir

Pada tanggal 09 – Desember 2017 mahasiswa fakultas Teknik Semester VII


melakukan survey sekaligus analisa lapangan di desa Batu Putek Kec. Keruak
Lombok Timur. Survey sekaligus analisa lapangan ini diharapkan dapat menambah
wawasan mahasiswa tentang sedimentasi.

Tujuan dari dilaksanakannya survey ini adalah untuk mengetahui jumlah


volume angkutan sedimen akibat banjir yang terjadi di desa batu putek kec. Keruak
lombok timur NTB.

1
1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk menguraikan hasil survey


sekaligus angkutan sedimen akibat banjir bandang di desa batu putek kec. Keruak
lombok timur NTB.

1.3 Manfaat

Berdasarkan tujuan dari penulisan laporan ini, maka diharapkan dari penulisan
laporan ini adalah dapat menambah wawasan penulis khususnya dalam menganalisa
atau menghitung jumlah volume angkutan sedimen.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sedimen dan Batuan Sedimen

Partikel sedimen adalah material yang berasal dari fragmentasi batuan yang
bahan utamanya merupakan hasil pelapukan dan pengikisan permukaan bumi. Kata
sedimen berasal dari bahasa latin “sedimentum” yang berarti endapan. Sedimentasi
adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es,
atau gletser di suatu cekungan.

Secara umum, material sedimen dapat berupa:

1. Fragmen dan mineral-mineral dari batuan yang sudah ada.

2. Material organik.

3. Hasil penguapan dan proses kimia.

Dalam kaitannya dengan sedimen dan sedimentasi bebrapa ahli mendefinisikan


sedimen dalam beberapa pengertian. Pipkin (1977) menyatakan bahwa sedimen adalah
pecahan, mineral, atau material organik yang ditransforkan dari berbagai sumber dan
diendapkan oleh media udara, angin, es, atau oleh air dan juga termasuk didalamnya
material yang diendapakan dari material yang melayang dalam air atau dalam bentuk
larutan kimia.

Pettijohn (1975) mendefinisikan sedimentasi sebgai proses pembentukan


sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material
pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan
pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut
dalam. Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber
yang menurut Reinick (Dalam Kennet, 1992) dibedakan menjadi empat yaitu :

3
1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan
material hasil erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui
proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan
terendapkan jika energi tertrransforkan telah melemah.
2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme
yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang
mengalami dekomposisi.
3. Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi
kimia di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut
sehingga akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah
magnetit, phosphorit dan glaukonit.
4. Cosmogenous sedimen yaitu sedimen yang bersal dari berbagai sumber dan
masuk melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar
angkasa, aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa angin. Material
yang bersal dari luar angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir
dan jatuh di laut.
Sedimen yang bersal dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa
debu volkanin, atau berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang
bersal dari partikel didarat dan terbawa angin banyak terjadi pada daerah kering
dimana proses eolian dominan namun demikian dapat juga terjadi pada daerah
subtropis saat musim kering dan angin bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya sedimen
tidak dalam jumlah yang dominan dibandingkan sumber-sumber yang lain.

Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk berakhir menjadi


sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia yang terjadi
sepanjang kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat
tersebut melayang-layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar lautpun, sedimen
tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan laut dalam mencari makan.
Sebagian sedimen mengalami erosi dan tersusfensi kembali oleh arus bawah sebelum
kemudian jatuh kembali dan tertimbun. Terjadi reaksi kimia antara butir-butir mineral
dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar laut dan reaksi tetap berlangsung
penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap di antara butiran mineral.

4
2.2 Klasifikasi Sedimen

Sedimen dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok berdasarkan


ketentuan tertentu, di antaranya:

1. Ukuran partikel sedimen.


2. Asal sedimen.
3. Tekstur.
4. Bentuk butir dan komposisi material pembentuknya.

2.3 Fasies Sedimen

Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi karakteristik


yang khas dilihat dari litologi, struktur sedimen dan struktur biologi memperlihatkan
aspek fasies yang berbeda dari tubuh batuan yang yang ada di bawah, atas dan di
sekelilingnya.

Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam facies association dimana fasies-


fasies tersebut berhubungan secara genetis sehingga asosiasi fasies ini memiliki arti
lingkungan. Dalam skala lebih luas asosiasi fasies bisa disebut atau dipandang sebagai
basic architectural element dari suatu lingkungan pengendapan yang khas sehingga
akan memberikan makna bentuk tiga dimensi tubuhnya (Walker dan James, 1992).

Menurut Slley (1985), fasies sedimen adalah suatu satuan batuan yang dapat
dikenali dan dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas dasar geometri, litologi,
struktur sedimen, fosil, dan pola arus purbanya. Fasies sedimen merupakan produk
dari proses pengendapan batuan sedimen di dalam suatu jenis lingkungan
pengendapannya. Diagnosa lingkungan pengendapan tersebut dapat dilakukan
berdasarkan analisa faises sedimen, yang merangkum hasil interpretasi dari berbagai
data, diantaranya :

5
1. Geometri :
a) regional dan lokal dari seismik (misal : progradasi, regresi, reef dan chanel)

b) intra-reservoir dari wireline log (ketebalan dan distribusi reservoir)

2. Litologi : dari cutting, dan core (glaukonit, carboneous detritus) dikombinasi


dengan log sumur (GR dan SP)
3. Paleontologi : dari fosil yang diamati dari cutting, core, atau side wall core
4. Struktur sedimen : dari core

2.3.1 Model Fasies (Facies Model)

Model fasies adalah miniatur umum dari sedimen yang spesifik. Model fasies
adalah suatu model umum dari suatu sistem pengendapan yang khusus (Walker ,
1992).

Model fasies dapat diiterpretasikan sebagai urutan ideal dari fasies dengan
diagram blok atau grafik dan kesamaan. Ringkasan model ini menunjukkan sebagaio
ukuran yang bertujuan untuk membandingkan framework dan sebagai penunjuk
observasi masa depan. model fasies memberikan prediksi dari situasi geologi yang
baru dan bentuk dasar dari interpretasi lingkungan. pada kondisi akhir hidrodinamik.
Model fasies merupakan suatu cara untuk menyederhanakan, menyajikan,
mengelompokkan, dan menginterpretasikan data yang diperoleh secara acak.

Ada bermacam-macam tipe fasies model, diantaranya adalah :

a) Model Geometrik berupa peta topografi, cross section, diagram blok tiga dimensi,
dan bentuk lain ilustrasi grafik dasar pengendapan framework

b) Model Geometrik empat dimensi adalah perubahan portray dalam erosi dan
deposisi oleh waktu .

c) Model statistik digunakan oleh pekerja teknik, seperti regresi linear multiple,
analisis trend permukaaan dan analisis faktor. Statistika model berfungsi untuk
mengetahui beberapa parameter lingkungan pengendapan atau memprediksi respon
dari suatu elemen dengan elemen lain dalam sebuah proses-respon model.

6
2.3.2 Facies Sequence

Suatu unit yang secara relatif conform dan sekuen tersusun oleh fasies yang
secara genetik berhubungan. Fasies ini disebut parasequence. Suatu sekuen ditentikan
oleh sifat fisik lapisan itu sendiri bukan oleh waktu dan bukan oleh eustacy serta
bukan ketebalan atau lamanya pengendapan dan tidak dari interpretasi global atau
asalnya regional (sea level change). Sekuen analog dengan lithostratigrafy, hanya ada
perbedaan sudut pandang. Sekuen berdasarkan genetically unit.

Ciri-ciri sequence boundary :

1. membatasi lapisan dari atas dan bawahnya.

2. terbentuk secara relatif sangat cepat (<10.000 tahun).

3. mempunyai suatu nilai dalam chronostratigrafi.

4. selaras yang berurutan dalam chronostratigrafi.

5. batas sekuen dapat ditentukan dengan ciri coarsening up ward.

2.3.3 Asosiasi Fasies

Mutti dan Ricci Luchi (1972), mengatakan bahwa fasies adalah suatu lapisan
atau kumpulan lapisan yang memperlihatkan karakteristik litologi, geometri dan
sedimentologi tertentu yang berbeda dengan batuan di sekitarnya. Suatu mekanisme
yang bekerja serentak pada saat yang sama. Asosiasi fasies didefinisikan sebagai suatu
kombinasi dua atau lebih fasies yang membentuk suatu tubuh batuan dalam berbagai
skala dan kombinasi. Asosiasi fasies ini mencerminkan lingkungan pengendapan atau
proses dimana fasies-fasies itu terbentuk.

Sekelompok asosiasi fasies endapan fasies digunakan untuk mendefinisikan


lingkungan sedimen tertentu. Sebagai contoh, semua fasies ditemukan di sebuah
fluviatile lingkungan dapat dikelompokkan bersama-sama untuk menentukan fasies
fluvial asosiasi.

7
Pembentukan dibagi menjadi empat fasies asosiasi (FAS), yaitu dari bawah ke
atas. Litologi sedimen ini menggambarkan lingkungan yang didominasi oleh braided
stream berenergi tinggi.

a. Asosiasi fasies 1

Asosiasi fasies terendah di unit didominasi oleh palung lintas-stratifikasi,


tinggi energi braided stream yang membentuk dataran outwash sebuah sistem aluvial.
Trace fosil yang hampir tidak ada, karena energi yang tinggi berarti depositional
menggali organisme tidak dapat bertahan.

b. Asosiasi fasies 2

Fasies ini mencerminkan lingkungan yang lebih tenang, unit ini kadang-
kadang terganggu oleh lensa dari FA1 sedimen. Bed berada di seluruh tipis, planar
dan disortir dengan baik. Bed sekitar 5 cm (2 in) bentuk tebal 2 meter (7 ft) unit
"bedded sandsheets"- lapisan batu pasit yang membentuk lithology dominan fasies ini.

Sudut rendah (<20 °), lintas-bentuk batu pasir berlapis unit hingga 50 cm (19,7
inci) tebal, kadang-kadang mencapai ketebalan sebanyak 2 meter (7 kaki). Arah arus
di sini adalah ke arah selatan timur - hingga lereng - dan memperkuat interpretasi
mereka sebagai Aeolian bukit pasir. Sebuah suite lebih lanjut lapisan padat berisi fosil
jejak perkumpulan; lapisan lain beruang riak saat ini tanda, yang mungkin terbentuk di
sungai yang dangkal, dengan membanjiri cekungan hosting mungkin pencipta jejak
fosil. Cyclicity tidak hadir, menunjukkan bahwa, alih-alih acara musiman, kadang-
kadang innundation didasarkan pada peristiwa-peristiwa tak terduga seperti badai, air
yang berbeda-beda tabel, dan mengubah aliran kursus.

c. Asosiasi fasies 3

Fasies ini sangat mirip FA1, dengan peningkatan pasokan bahan clastic
terwakili dalam rekor sedimen tdk halus, diurutkan buruk, atas-fining (yaitu padi-
padian terbesar di bagian bawah unit, menjadi semakin halus ke arah atas), berkerikil
palung lintas-unit tempat tidur hingga empat meter tebal. Jejak fosil langka. Sheet-

8
seperti sungai dikepang disimpulkan sebagai kontrol dominan pada sedimentasi di
fasies ini.

d. Asosiasi fasies 4

Asosiasi fasies paling atas muncul untuk mencerminkan sebuah lingkungan di


pinggiran laut. Fining-up yang diamati pada 0,5 meter (2 kaki) hingga 2 meter (7 kaki)
skala, dengan salib melalui seperai pada unit dasar arus overlain oleh riak. Baik shales
batu pasir dan hijau juga ada. Unit atas sangat bioturbated, dengan kelimpahan
Skolithos - sebuah fosil biasanya ditemukan di lingkungan laut.

2.3.4 Hubungan Antara Fasies, Proses Sedimentasi dan Lingkungan


Pengendapan

Lingkungan pada semua tempat di darat atau di bawah laut dipengaruhi oleh
proses fisika dan kimia yang berlaku dan organisme yang hidup di bawah kondisi itu
pada waktu itu. Oleh karena itu suatu lingkungan pengendapan dapat mencirikan
proses-proses ini. Sebagai contoh, lingkungan fluvial (sungai) termasuk saluran
(channel) yang membawa dan mengendapkan material pasiran atau kerikilan di atas
bar di dalam channel.

Ketika sungai banjir, air menyebarkan sedimen yang relatif halus melewati
daerah limpah banjir (floodplain) dimana sedimen ini diendapkan dalam bentuk lapis-
lapis tipis. Terbentuklah tanah dan vegetasi tumbuh di daerah floodplain. Dalam satu
rangkaian batuan sedimen channel dapat diwakili oleh lensa batupasir atau
konglomerat yang menunjukkan struktur internal yang terbentuk oleh pengendapan
pada bar channel. Setting floodplain akan diwakili oleh lapisan tipis batulumpur dan
batupasir dengan akar-akar dan bukti-bukti lain berupa pembentukan tanah.

Dalam deskripsi batuan sedimen ke dalam lingkungan pengendapan, istilah


fasies sering digunakan. Satu fasies batuan adalah tubuh batuan yang berciri khusus
yang mencerminkan kondisi terbentuknya (Reading & Levell 1996). Mendeskripsi
fasies suatu sedimen melibatkan dokumentasi semua karakteristik litologi, tekstur,
struktur sedimen dan kandungan fosil yang dapat membantu dalam menentukan proses
pembentukan. Jika cukup tersedia informasi fasies, suatu interpretasi lingkungan

9
pengendapan dapat dibuat. Lensa batupasir mungkin menunjukkan channel sungai jika
endapan floodplain ditemukan berasosiasi dengannya. Namun bagaimanapun, channel
yang terisi dengan pasir terdapat juga di dalam setting lain, termasuk delta, lingkungan
tidal dan lantai laut dalam. Pengenalan channel yang terbentuk bukanlah dasar yang
cukup untuk menentukan lingkungan pengendapan.

Fasies pengendapan batuan sedimen dapat digunakan untuk menentukan


kondisi lingkungan ketika sedimen terakumulasi.

Lingkungan sedimen telah digambarkan dalam beberapa variasi yaitu :

1. Tempat pengendapan dan kondisi fisika, kimia, dan biologi yang menunjukkan sifat
khas dari setting pengendapan [Gould, 1972].

2. Kompleks dari kondisi fisika, kimia, dan biologi yang tertimbun [Krumbein dan Sloss,
1963].

3. Bagian dari permukaan bumi dimana menerangkan kondisi fisika, kimia, dan biologi
dari daerah yang berdekatan [Selley, 1978].

4. Unit spasial pada kondisi fisika, kimia, dan biologi scara eksternal dan mempengaruhi
pertumbuhan sedimen secara konstan untuk membentuk pengendapan yang khas
[Shepard dan Moore, 1955].

Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika, kimia,


dan biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen
oleh tekstur khusus, struktur, dan sifat komposisi. Hal tersebut biasa disebut sebagai
fasies. Istilah fasies sendiri akan mengarah kepada perbedaan unit stratigrafi akibat
pengaruh litologi, struktur, dan karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan.

10
BAB III

LAPORAN KEGIATAN

3.1 Waktu Dan Tempat Kegiatan


Kegiatan survey lapangan mata kuliah transportasi sedimen berupa kunjungan
ke desa batu putek kec. Keruak lombok timur, dan tujuan unuk memperoleh data
mengenai volume sedimentasi akibat bencana banjir yang terjadi, yang di sebabkan
oleh meluapnya bendungan pandan duri. Selama sehari, yaitu pada tanggal 09
desember 2017 berlokasi di desa batu putek tepatnya bendungan Tundak sampai
Kubur sukur.

1.2 Kronologi Banjir


Sekitar pukul 02.00 siang terjadi hujan yang berkelanjutan hingga
malam hari yang mengakibatkan banjir karena debit air yang berlebih pada
aliran sungai, karena pada bendungan Tundak yang tidak dapat menampung
kelebihan aliran air kiriman dari daerah Hulu.

Jadi pada saat survey terdapat sedimen berupa bebatuan dan pasir,dari
Bendugan Tundak sampai dengan wilayah Kubur sukur terdapat beberapa endapan
sedimen, tetapi tempat yang baling banyak sedimen adalah di antara jembatan batu
putek sampai kubur sukur dengan klasifikasi sedimen sebagai berikut :

- couble/ batu sedang ( 20 cm )


dimana batu tersebut adalah sedimen yang terbawa banjir dan
menumpuk di pesawahan warga, dari hasil pegukuran kami mendapatkan
sedimen dengan panjang sekitar 100 m dan lebar 4 m diatas permukaan
sungai dengan ketinggian mencapai 0.2 meter.
- Medium sand/ Pasir Normal ( 0.5 mm )

11
dari hasil pengukuran yang kami dapatkan bahwa terdapat pasir yang
mengendap sepanjang 100 m dengan lebar 2 m di atas pemukaan sungai
dan ketingian menjapai 0.05 meter.
- Peeble/ Kerikil ( 0,4 cm )
Dari hasil pengukuran yang kami dapatkan, diketahui bahwa terdapat
kerikil sepanjang 100 m dan lebar 2m di atas pemukaan sugai dengan
ketingian 0.1 meter

Sehingga dapat kami simpulkan bahwa volume setiap sedimen adalah :

Volume sedimen batu sedang ( 20 cm )

V = p x l x t = 200 x 4 x 0.2 = 80 m³

Volume sedimen pasir

V = p x l x t = 100 x 2 x 0,05 = 10 m³

Volume sedimen krikil

V = p x l x t =100 X 2 X 0.1 = 30 m ³

Dari data diatas dapat diketahui bahwa volume total sepanjang 400 m
sungai adalah: vb + vp + vk = 120 m³,

12
BAB 4

Penutup

4.1 Kesimpulan

- Sekitar pukul 02.00 siang terjadi hujan yang berkelanjutan hingga malam
hari yang mengakibatkan banjir karena debit air yang berlebih pada aliran
sungai, karena pada bendungan Tundak yang tidak dapat menampung
kelebihan aliran air kiriman dari daerah Hulu.

- Klasifikasi sedimen pada lokasi Survei di ukur dari pemukaan sungai :


 Couble/ batu sedang ( 20 cm )
panjang 100 m
lebar 4 m
ketinggian 0.2 meter.
 Medium sand/ Pasir Normal ( 0.5 mm )
panjang 100 m
lebar 2 m
ketingian : 0.05 meter.
 Peeble/ Kerikil ( 0,4 cm )
panjang 100 m
lebar 2 m
ketingian 0.1 meter

13
Sehingga dapat kami simpulkan bahwa volume setiap sedimen adalah :

Volume sedimen batu sedang ( 20 cm )

V = p x l x t = 200 x 4 x 0.2 = 80 m³

Volume sedimen pasir

V = p x l x t = 100 x 2 x 0,05 = 10 m³

Volume sedimen krikil

V = p x l x t =100 X 2 X 0.1 = 30 m ³

Dari data diatas dapat diketahui bahwa volume total sepanjang 400 m
sungai adalah: vb + vp + vk = 120 m³,

4.2 Saran

Dalam pelaksanaan praktikum, sebaiknya perencanaa. waktu telah


dipersiapkan dengan matang, sehingga tidak mengganggu jalannya kegiatan
praktikum. Lalu, mahasiswa juga harus berperan aktif selama praktikum berlangsung
sehingga mahasiswa dapat memahami bagaimana proses analisis setelah pengambilan
sedimen sehingga mahasiswa terampil dalam analisis sedimen dan tidak hanya
menguasai teori ataupun melihat proses analisis di laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

14
Anonim. http://id.wikipedia.org/wiki/Echosounder. Diakses pada tanggal 1 Juni 2010.

Anonim. http://id.wikipedia.org/wiki/Kompas. Diakses pada tanggal 1 Juni 2010.

Anonim. http://indrayaksa.wordpress.com/2009/10/05/pengertian-sedimen-pettijohn75-3/.
Diakses tanggal 1 Juni 2010

Anonim. http://k-o-n-inews.blogspot.com/2010/04/praktikum-mata-kuliah-
sedimentologi.html. Diakses tanggal 1 Juni 2010

Anonim. http://www.id.wikipedia.org.wiki/GPS. Diakses pada tanggal 1 Juni 2010.

Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. PT. Grasindo: Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai