B. Kompetensi Dasar
3.1 Memahami konsep berpikir kronologis, diakronik, sinkronik, ruang dan waktu dalam
sejarah
3.2 Memahami konsep perubahan dan keberlanjutan dalam sejarah
4.1 Menyajikan hasil penerapan konsep berpikir kronologis, diakronik, sinkronik, ruang
dan waktu dalam peristiwa sejarah dalam bentuk tulisan atau bentuk lain informasi
mengenai keterkaitan antara konsep berfikir kronologis (diakronik) sinkronik ruang
dan waktu dalam sejarah
4.2 Menerapkan konsep perubahan dan keberlanjutan dalam mengkaji peristiwa sejarah
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu:
1. Menunjukkan konsep berpikir kronologis, diakronik, sinkronik, ruang dan waktu
dalam sejarah
2. Menjelaskan konsep perubahan dan keberlanjutan dalam sejarah
F. Alokasi waktu
2x45 menit
G. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Scientifict learning
2. Strategi/model : Cooperative learning/ problem based learning
3. Metode : Ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok, penugasan
H. Kegiatan Pembelajaran
MENALAR
Guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok dengan
cara menghitung 1- 5
Guru membagikan materi yang akan didiskusikan
Siswa mendiskusikan materi tersebut
MENANYA
Peserta didik diharapkan menyampaikan pertanyaan yang
berkaiatan dengan materi yang dipersentasikan oleh
kelompok
MENCOBA
Peserta didik mencatat hasil diskusi
Peserta didik membuat laporan hasil diskusi
MEMBUAT JEJARING
Guru meminta perwakilan masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas
Peserta lain menanggapi hasil diskusi yang di presentasikan
Peserta didik mencatat/ menyempurnakan hasil diskusinya
Peserta didik membuat laporan hasil dikusi untuk
dikumpulkan
I. Sumber Pembelajaran
1. Media
Buku paket
2. Alat/ Bahan
Spidol
3. Sumber
Hapsari, ratna. 2014. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas X kelompok wajib.
Jakarta: Erlangga
J. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik : Tes dan Non tes
2. Bentuk : Uraian dan tugas
3. Instrumen (Tes dan Non tes)
a. Tes uraian:
SOAL:
Kerjakan soal berikut ini dengan benar!
3 Jelaskan pengertian sejarah!
4 Jelaskan pengertian kronologis dalam peristiwa sejarah!
5 Bandingkan pola berpikir Sinkronis dan Diakronis!
Pedoman Penskoran :
Penskoran
No. Skor ( max)
1 25
2 25
3. 50
Jumlah 100
b. Non Tes
Penilaian:
NO NAMA SISWA Keterampilan yang dinilai SKOR
1 2 3 4 5 TOTAL
1
2
3
dst
Penilaian :
Skor maksimum untuk setiap keterampilan yang dinilai adalah 5, sehingga skor total
adalah 25 (5x5). Diubah menjadi nilai dengan dikalikan 4 untuk mendapat nilai bulat (100).
Contoh skor: 18---------nilai= 72 (18x4).
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mapel
( )
NIP.
Lampiran
RINGKASAN MATERI
A. Pengertian Sejarah
Kata sejarah berasal dari bahasa Arab syajaratun yang berarti pohon yang dalam
bahasa Melayu berubah penyebutannya menjadi syajarah dan bahasa Indonesia
mnyebutnya dengan sejarah. Dalam KBBI sejarah adalah asal usul, atau silsilah,
peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, pengetahuan atau uraian kejadian,
atau peristiwa pada masa lampau.
B. Konsep Manusia, Ruang dan Waktu Dalam Sejarah
Dalam sejarah terdapat 3 unsur penting, yaitu manusia, ruang dan waktu. Dalam
semua peristiwa dan kejadian, manusia adalah pelaku dari semuanya. Peran manusia
sangat menentukkan dalam setiap peristiwa. Peristiwa ataupun kejaidan dari masalalu
sellu berlangsung dalam batasan ruang atau tempat tertentu, unsur ruang yang menjadi
tempat terjadinya peristiwa akan memberikan gambaran jelas bagi kita bahwa peristiwa
itu memang ada dan nyata. Sedangkan waktu akan menjadi batasan dari setiap peristiwa
yang telah terjadi, perjalanan hidup manusia, atau sejarah manusia tidak dapat terlepas
dari waktu.
C. Konsep Diakronik atau Kronologi dalam Sejarah
Pengertian diakronik sering disamakan dengan kronologi. Kronologi adalah ilmu tentang
waktu yang memang didalam perkembangannya kemudian menjadi ilmu bantu sejarah
yang menyusun peristiwa atau kejadian-kejadian sesuai dengan urutan waktu terjadinya.
D. Konsep Sinkronik dalam Sejarah
Kajian sinkronik artinya mempelajari peristiwa sejarah dengan segala aspeknya ppada
masa atau waktu tertentu dengan lebih mendalam. Sinkronik lebih menitikberatkan pada
meneliti gejala-gejala yang meluas dari sebuah peristiwa tetapi dengan waktu yang
terbatas.
E. Cara Berpikir Kronologis dan Sinkronik dalam Belajar Sejarah
Sejarah mengajarkan cara berpikir kronologis, artinya berpikirlah secara runtut, teratur
dan berkesinambungan. Dengan konsep kronologis sejarah akan memberikan gambaran
utuh tentang peristiwa atau perjalanan sejarah agar lebih mudah menarik manfaat dan
makna dari hubungan antarperistiwa. Sedangkan cara berpikir sinkronik akan
mengajarkan untuk lebih teliti dalam mengamati gejala atau fenomena tertentu, terhadap
peristiwa atau kejadian pada waktu tertentu.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SMA SANTUN UNTAN
Kelas :X
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Materi Pokok : Menelusuri Peradaban Awal di Kepulauan Indonesia
Sub Materi Pokok : -Perkembangan Bumi dan Munculnya Makhluk Hidup
-Terbentuknya Kepulauan Indonesia
Pertemuan ke : 2 (kedua)
Alokasi : 2 X 45 menit
A. Kompetensi Inti
B. Kompetensi Dasar
3.2 Menganalisis kehidupan manusia purba dan asal-usul nenek moyang bangsa
Indonesia (Melanesoid, Proto, dan Deutero Melayu)
4.2 Menyajikan informasi mengenai kehidupan manusia purba dan asal-usul nenek
moyang bangsa Indonesia (Melanesoid, Proto, dan Deutero Melayu) dalam bentuk
tulisan
C. Indikator Pencapaian
1. Peserta didik dapat menjelaskan perkembangan bumi dan munculnya makhluk hidup
2. Peserta didik dapat menjelaskan proses terbentuknya Kepulauan Indonesia
D. TujuanPembelajaran. :
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu:
a. Memahami perkembangan bumi dan munculnya makhluk hidup
b. Memahami terbentukya kepulauan Indonesia
E. Materi Ajar
1. Perkembangan Bumi dan Munculnya Makhluk Hidup
2. Terbentuknya Kepulauan Indonesia
F. Metode Pembelajaran
1. Pendekatanpembelajaran : scientific learning
2. MetodePembelajaran : Observasi, Ceramah, diskusi, tanya jawab dan penugasan
3. Strategipembelajaran : Cooperativ learning: Jigsaw
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Menanya
Menalar
Mencoba
Membangun Jejaring
1.
2.
3.
4.
5.
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mapel
( )
Lampiran Materi
A. Perkembangan Bumi dan Munculnya Makhluk Hidup
Pembabakan zaman dalam proses evolusi bumi
Selanjutnya proses evolusi alam semesta itu memakan waktukosmologis yang
sangat lama sampai beribu-ribu juta tahun.Terjadinya evolusi bumi sampai adanya
kehidupan memakan waktuyang sangat panjang. Ilmu palaentologi membaginya
dalam enam tahap waktu geologis.Masing-masing ditandai oleh peristiwa alamyang
menonjol, seperti munculnya gunung-gunung, benua danmakhluk hidup yang paling
sederhana. Proses evolusi bumi dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut.
1. Azoicum (Yunani: a = tidak; zoon = hewan),
A Yaitu zaman :sebelum adanya kehidupan. Pada saat ini bumi baru
terbentukdengan suhu yang relatif tinggi. Waktunya lebih dari satu milyar tahun
lalu.
2. Palaezoicum, yaitu zaman purba tertua. Pada masa ini sudahmeninggalkan fosil
flora dan fauna. Berlangsung kira-kira50.000.000 tahun.
3. Mesozoicum, yaitu zaman purba tengah. Pada masa ini hewan, mamalia
(menyusui), hewan amfibi, burung dan tumbuhanberbunga mulai ada. Lamanya
kira-kira 140.000.000 tahun.
4. Neozoicum, yaitu zaman purba baru, yang dimulai sejak 60.000.000 tahun yang
lalu Zaman ini dapat dibagi lagi menjadi dua tahap (Tersier dan Quarter),
zaman es mulai menyusut dan makhluk-makhluk tingkat tinggi dan manusia mulai
hidup.
1. Kompetensi Inti
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
2. Kompetensi Dasar
3.3 Memahami hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia dan
pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan terdekat
4. 3 Menyajikan hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia dan
pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan terdekat dalam bentuk tulisan
C. Indikator Pencapaian
1. Peserta didik dapat menjelaskan corak kehidupan dan hasil-hasil budaya manusia pada
masa pra aksara Indonesia
2. Peserta didik dapat menjelaskan hasil kebudayaan pada masyarakat praaksara tingkat
lanjut: Tradisi Lisan
D. TujuanPembelajaran. :
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu:
a. Memahami corak kehidupan dan hasil-hasil budaya manusia pada masa pra aksara
Indonesia
b. Memahami hasil kebudayaan pada masyarakat praaksara tingkat lanjut: Tradisi Lisan
F. Metode Pembelajaran
1. Metode : Diskusi , ceramah bervariasi, penugasan
2. Pendekatan : Scientific Learning
3. Model : Problem Base Learning dan Discovery Learning
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Absensi siswa
MENANYA
Peserta didik mengajukan pertanyaan dari apa yang sudah
mereka baca dan mereka amati
MENALAR
MENCOBA
Guru meminta peserta didik untuk membuat
kelompok,setiap kelompok terdi berjumlah 5 ataau 6 siswa .
Setiap kelompok melakukan diskusi di dalam
kelompoknya mengenai materi pembelajaran
Setiap Peserta didik mencatat hasil diskusi dari
kelompoknya
MEMBUAT JEJARING
4. Pedoman Penskoran
a. Test tertulis :
N0 Nilai
1 25
2 15
3 15
4 20
5 25
Jml N.
100
Akhir
Penilaian Kinerja
Pedoman pengisian Lembar observasi
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = baik sekali
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang
Nilai = Jumlah skor penilaian X 100
Skor maksimal ( 16 )
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : baik sekali
B = 70 – 79 : baik
C = 60 – 69 : cukup
D = < 60 : kurang
Mengetahui
Lampiran Materi
A.
Kepala Sekolah Guru Mapel
B.
C.
D.
( )
Lampiran Materi
E. Corak Kehidupan dan Hasil-hasil Budaya Manusia pada Masa Praaksara
1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana: Budaya Paleothik
Masa ini diperkirakan terjadi sejak munculnya manusia pertama sampai sekitar
12.000 tahun yang lalu. Pada masa itu di Indonesia hidup manusia purba
Meghantrophus, Pithecantropus, dan Homo. Penemuan ini tidak terlepas dari para
ahli paleontologi Belanda, diantaranya Eugene Dubois (1858-1940) dan GHR von
Koenigswald (1902-1982). Makanan manusia pada masa ini bergantung sepenuhnya
pada alam dengan berburu dan mengumpulkan makanan. Karena berburu menjadi
sarana utama untuk bertahan hidup maka kehidupan manusia purba pada masa ini
bersifat nomaden atau berpindah-pindah. Untuk alat yang ditemukan di Indonesia
pada masa ini adalah Kapak Perimbas, Alat Serpih, Alat Tulang.
2. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut: Budaya Mesolithik
Mas ini diperkirakan terjadi antara 10.000- 2.500 tahun yang lalu. Corak kehidupan
mereka tetap sama dengan masa sebelumnya yaitu berburu dan mengumpulkan
makanan dari alam. Bedanya selain alat-alat dari batu, pada masa ini mereka juga
mampu membuat alat-alat dari tulang dan kulit kerang. Mereka telah mengenal
pembagian kerja. Peninggalan pada masa ini yaitu serpih bilah, Alat tulang, kapak
genggam sumatera.
3. Masa Bercocok Tanam: Budaya Neolithik
Pada masa ini, cara berburu dan mengumpulkan makanan perlahan-lajan ditinggalkan.
Seiring dengan itu mereka mulai memelihara hewan sebagian kecil yang tinggal di
dekat pantai memproduksi garam dan mencari ikan. Pada masa ini mereka juga sudah
mulai hidup menetap dan gotong royong telah menjadi bagian dari corak kehidupan
mereka. Hasil budaya pada masa ini Beliung Peragi, Kapak Lonjong, Alat-alat
obsidian, mata panah, gerabah, perhiasan dan lain-lain. Untuk sistem kepercayaan
mereka menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme.
4. Masa Perundagian: Budaya Megalithik dan Logam
Pada masa ini mereka sudah mekakukan keterampilan, oleh karena itu disebut masa
udnagi atau terampil. Golongan ini sudah terampil melakukan suatu jenis usaha
tertentu seperti membuat alat-alat dari logam, rmah kayu, gerabah dan lain-lain.
Untuk hasil budaya oada masa ini ada alat-alat dari logam perunggu seperti Nekara
dan Moko.
F. Hasil Kebudayaan pada Masyarakat Praaksara Tingkat Lanjut
1. Tradisi, Tradisi Lisan, Foklor
Kata tradisi diartikan sebagai hal yang disampaikan melalui ucapan, dingeng
nyanyian, pantun, cerita rakyat, nasihat dan balada. Pada masyarakat pra aksara
penyampaian kebiasaan dilakukan dengan cara bertutur atau dengan berbicara secara
lisan, inilah yang disebut tradisi lisan.
2. Jenis-Jenis Foklor
Ada berbagai macam jenis foklor, yaitu mitos, legenda, dongeng, nyanyian rakyat,
dan Upacara.
3. Upaya Melestarikan Tradisi Lisan
Berikut ini adalah beberapa tradisi lisan yang masuh dipertahankan di Indonesia yaitu
wayang, Makyong, Rabab Pariaman, Didong dan Tanggomo.
4. Pentingnya Memelihara Tradisi Lisan
Tradisi lisan merupakan identitas komunitas dan salah satu yang penting dalam
pembentukan karakter bangsa melalui nilai-nilai leluhur yang diwariskannya.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
B. Kompetensi Dasar
3.3 Menganalisis berbagai teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu dan
Buddha ke Indonesia
4.4 Mengolah informasi tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu dan
Buddha ke Indonesia serta pengaruhnya pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini
serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan
C. Indikator pencapaian
1. Peserta didik dapat menganalisis Agama Hindu dan Budha
2. Peserta didik dapat menjelaskan mengenai proses masuknya Agama dan Kebudayaan
Hindu-Budha di Indonesia
D. Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu:
1. Menjelaskan mengenai Agama Hindu dan Budha
2. Menganalisis proses masuknya Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia
E. Materi ajar
1. Agama Hindu
2. Agama Budha
3. Proses masuknya Agama dan Kebudayaan Hindu Budha di Indonesia
F. Metode pembelajaran
G. Kegiatan Pembelajaran
2.Inti Mengamati 60
Menalar
Membentuk Jejaring
2. Sumber Belajar
Hapsari, ratna. 2014. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas X kelompok wajib.
Jakarta: Erlangga
2. Pedoman Penilaian
a. Test Essay
3. Tugas
Guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat moto/slogan yang menunjukan
kepedulian terhadap budaya Hindu-Budha di Indonesia.
5. Instrumen Penilaian
1. Penilaian
Aspek Penilaian Skor
akhir (
Nama Sikap Pengetahuan Ketrampilan Jumlah
No Jumlah
Siswa Nilai
Nilai x
10 : 9 )
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mapel
( )
NIP.
Lampiran Materi
Gambar 1.1.
Pada abad 1 Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera)
tetapiberalih kejalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara Cina dan
Indiamelewati selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif dalam perdagangan
tersebut. Akibat hubungan dagang tersebut, maka terjadilah kontak/hubungan antara
Indonesia denganIndia, dan Indonesia dengan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu
penyebab masuknyabudaya India ataupun budaya Cina ke Indonesia.Mengenai siapa yang
membawa atau menyebarkan agama Hindu - Budha ke Indonesia,tidak dapat diketahui secara
pasti, walaupun demikian para ahli memberikan pendapat tentangproses masuknya agama
Hindu - Budha atau kebudayaan India ke Indonesia. Untuk agama Budha diduga adanya misi
penyiar agama Budha yang disebut denganDharmaduta, dan diperkirakan abad 2 Masehi
agama Budha masuk ke Indonesia. Hal inidibuktikan dengan adanya penemuan arca Budha
yang terbuat dari perunggu diberbagaidaerah di Indonesia antara lain Sempaga (Sulsel),
Jember (Jatim), Bukit Siguntang (Sumsel). Dilihat ciri-cirinya, arca tersebut berasal dari
langgam Amarawati (India Selatan) dari abad2 - 5 Masehi.Dan di samping itu juga
ditemukan arca perunggu berlanggam Gandhara(India Utara) di Kota Bangun, Kutai
(Kaltim).Dari penjelasan uraian materi tersebut, apakah Anda sudah memahami? Kalau Anda
belumpaham, baca kembali uraian materi tersebut, dan kemudian lanjutkan menyimak uraian
materiselanjutnya!
Untuk penyiaran Agama Hindu ke Indonesia, terdapat beberapa pendapat/hipotesa
yaituantara lain:
1. Hipotesis Waisya, diutarakan oleh Dr.N.J.Krom, berpendapat bahwa agama
Hindumasuk ke Indonesia dibawa oleh kaum pedagang yang datang untuk berdagang
keIndonesia, bahkan diduga ada yang menetap karena menikah dengan orang Indonesia.
2. Hipotesis Ksatria, diutarakan oleh Prof.Dr.Ir.J.L.Moens berpendapat bahwa
yangmembawa agama Hindu ke Indonesia adalah kaum ksatria atau golongan
prajurit,karena adanya kekacauan politik/peperangan di India abad 4 - 5 M, maka
prajurit yangkalah perang terdesak dan menyingkir ke Indonesia, bahkan diduga
mendirikan kerajaandi Indonesia.
3. Hipotesis Brahmana, diutarakan oleh J.C.Vanleur berpendapat bahwa agama
Hindumasuk ke Indonesia dibawa oleh kaum Brahmana karena hanyalah kaum
Brahmanayang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Kedatangan Kaum
Brahmanatersebut diduga karena undangan Penguasa/Kepala Suku di Indonesia atau
sengajadatang untuk menyebarkan agama Hindu ke Indonesia.
4. Hipotesis Arus Balik, diutarakan oleh G.Coedes ini berkembangnya pengaruh dan
kebudayaan India ini dilakukan bangsa Indonesia sendiri yang datang untuk berkunjung
dan mempelajari Agama Hindu dan Budha.
Pada dasarnya ketiga teori tersebut memiliki kelemahan yaitu karena golongan ksatria
danwaisya tidak mengusai bahasa Sansekerta.Sedangkan bahasa Sansekerta adalah
bahasasastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Dan golongan Brahmana
walaupun menguasai bahasa Sansekerta tetapi menurut kepercayaan Hindu kolot tidak
bolehmenyebrangi laut.Dari kebenaran maupun kelemahan tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa, masuknyaagama Hindu ke Indonesia dibawa oleh kaum Brahmana yang tidak kolot
atas undanganraja dan orang Indonesia yang belajar ke India.Dengan adanya penyebaran
agama Hindu tersebut maka mendorong orang-orang Indonesiauntuk menambah ilmunya
mempelajari agama Hindu di India sekaligus berziarah ke tempat-tempatsuci. Dan
sekembalinya dari India tersebut, maka orang-orang tersebut dapat menyebarkan agama
Hindu dengan bahasa mereka sendiri, dengan demikian agama Hindu lebih cepat dan mudah
tersebar di Indonesia.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
A. Kompetensi Inti
B. Kompetensi Dasar
3.6 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh
bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini
4.5 Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur
budaya yang berkembang pada masa kerajaan Hindu dan Buddha yang masih
berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini
C. Indikator pencapaian
1. Peserta didik dapat menganalisis kehidupan politik, ekonomi, sosial-budaya
masyarakat Indonesia pada masa Hindu-Budha.
2. Peserta didik dapat menjelaskan kehidupan politik, ekonomi, sosial-budaya
masyarakat Indonesia pada masa Hindu-Budha.
D. Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu:
1. Menjelaskan menganalisis kehidupan politik, ekonomi, sosial-budaya masyarakat
Indonesia pada masa Hindu-Budha.
2. Menjelaskan kehidupan politik, ekonomi, sosial-budaya masyarakat Indonesia pada
masa Hindu-Budha.
E. Materi ajar
Terlampir
F. Metode pembelajaran
G. Kegiatan Pembelajaran
2.Inti Mengamati 60
Menalar
Membentuk Jejaring
4)
b. Kelompok lain yang tidak
maju menanggapi hasil
presentasi, Kelompok 1 ditanggapi kelompok 4, kelompok 3
ditanggapi kelompok 5 dan kelompok 6 ditanggapi kelompok 2
3. Sumber Belajar
Hapsari, ratna. 2014. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas X kelompok wajib.
Jakarta: Erlangga
2. Pedoman Penilaian
a. Test Essay
4. Instrumen Penilaian
Penilaian
Aspek Penilaian Skor
akhir (
Nama Sikap Pengetahuan Ketrampilan Jumlah
No Jumlah
Siswa Nilai
Nilai x
10 : 9 )
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mapel
( )
NIP.
Kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya Masyarakat Indonesia pada Masa Hindu
Budha
Adanya kontak dagangantara Indonesia dengan India, maka mengakibatkan adanya
kontak budaya atau akulturasiyang menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan baru tetapi tidak
melenyapkan kepribadian kebudayaan sendiri. Hal ini berarti kebudayaan Hindu - Budha
yang masuk ke Indonesia tidak diterima sepertiapa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan
disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut
berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadibentuk akulturasi kebudayaan Indonesia
Hindu - Budha. Berikut ini adalah bentuk-bentuk pengaruh Hindu-Budha :
1. Bahasa dan Tulisan
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan
bahasasansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta
tersebutmemperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Sansekerta
pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batubertulis) peninggalan kerajaan Hindu
- Budha pada abad 5 - 7 M, contohnya prasasti Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan
Kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di
gantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan
kerajaan Sriwijaya 7 - 13 M.Sedangkan untuk aksara, dapat dibuktikan dengan adanya
penggunaan huruf Pallawa,tetapi kemudian huruf Pallawa tersebut juga berkembang
menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat
dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo(Malang) yang menggunakan huruf Jawa
Kuno.Demikianlah uraian tentang contoh wujud akulturasi dalam bidang bahasa, untuk
selanjutnya simak uraian materi berikutnya.
2. Religi/Kepercayaan
Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha
masukke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan
Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu - Budha ke Indonesia, maka masyarakat
Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Tetapi agama Hindu dan
Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalamiperpaduan dengan kepercayaan
Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata lainmengalami Sinkritisme. Untuk itu
agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda denganagama Hindu -
Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut misalnya dapat
Anda lihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atauBudha yang ada di
Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara
tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
3. Politik dan Sistem Pemerintahan
Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat Anda lihat
dalamorganisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia
setelahmasuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut,
maka sistem pemerintahan yangberkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang
diperintah oleh seorang rajasecara turun temurun. Raja di Indonesia ada yang dipuja
sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yangkeramat, sehingga rakyat sangat
memuja Raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan denganadanya raja-raja yang memerintah
di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagaiBairawa dan R Wijaya Raja
Majapahit diwujudkan sebagai Harihari (dewa Syiwa danWisnu jadi satu). Permerintahan
Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti diIndia dan ada
juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkanterutama
apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi padamasa
berlangsungnya kerajaan Majapahit, dalam hal pengangkatan Wikramawardana. Wujud
akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam system
kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta.
4. Sistem Pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu
berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan
satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahunsaka dengan tahun masehi
adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654,maka tahun masehinya 654 + 78
= 732 M. Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan
perhitungantahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Apakah Anda sebelumnya
pernahmengetahui istilah Candrasangkala? Candrasangkala adalah susunan kalimat
ataugambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam
prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, danmenggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu
contohnya yaitu kalimat Sirna ilangkertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang =
0, kertaning = 4 dan bhumi = 1,maka kalimat tersebut diartikan dan belakang sama
dengan tahun 1400 saka atau samadengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya
Majapahit .
5. Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan
senipertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief
dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak
menggambarkan suatu kisah/ceritayang berhubungan dengan ajaran agama Hindu
ataupun Budha. Contoh dapat Andaamati gambar 1.4.
Gambar 1.4 adalah relief dari candi Borobudur yang menggambarkan Budha sedangdigoda
oleh Mara yang menari-nari diiringi gendang, hal ini menunjukkan bahwa relief tersebut
mengambil kisah dalam riwayat hidup Sang Budha seperti yang terdapat dalamkitab
Lalitawistara. Demikian pula di candi-candi Hindu, relief yang juga mengambil kisah yang
terdapat dalam kepercayaan Hindu seperti kisah Ramayana. Yang digambarkan melalui
reliefcandi Prambanan ataupun candi Panataran. Dari relief-relief tersebut apabila diamati
lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambilkisah asli ceritera tersebut, tetapi suasana
kehidupan yang digambarkan oleh relieftersebut adalah suasana kehidupan asli keadaan alam
ataupun masyarakat Indonesia. Dengan demikian terbukti bahwa Indonesia tidak menerima
begitu saja budaya India,tetapi selalu berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan suasana di
Indonesia.Untuk wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu
ceritera/kisah yang berkembang di Indonesia yang bersumber dari kitab Ramayana yang
ditulis oleh Walmiki dan kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa. Kedua kitab tersebut
merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi setelahberkembang di Indonesia tidak
sama proses seperti aslinya dari India karena sudahdisadur kembali oleh pujangga-pujangga
Indonesia, ke dalam bahasa Jawa kuno. Dan,tokoh-tokoh cerita dalam kisah tersebut
ditambah dengan hadirnya tokoh punokawanseperti Semar, Bagong, Petruk dan Gareng.
Bahkan dalam kisah Bharatayuda yangdisadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan
perang antar Pendawa dan Kurawa, melainkan menceritakan kemenangan Jayabaya dari
Kediri melawan Jenggala.Di samping itu juga, kisah Ramayana maupun Mahabarata diambil
sebagai suatu ceriteradalam seni pertunjukan di Indonesia yaitu salah satunya pertunjukan
Wayang. Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia sejak
zamanprasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh
masyarakatJawa. Untuk itu wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari
pengambilanlakon ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari
budayaIndia, tetapi tidak sama persis dengan aslinya karena sudah mengalami
perubahan.Perubahan tersebut antara lain terletak dari karakter atau perilaku tokoh-tokoh
cerita misalnya dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh Durna, dalam cerita aslinya Dorna
adalah seorang maha guru bagi Pendawa dan Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam
lakon di Indonesia Dorna adalah tokoh yang berperangai buruk suka menghasut.Demikian
penjelasan tentang wujud akulturasi dalam bidang kesenian.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
A. Kompetensi Inti
B. Kompetensi Dasar
3.7 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh
bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini
4.5 Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur
budaya yang berkembang pada masa kerajaan Hindu dan Buddha yang masih
berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini
C. Indikator pencapaian
1. Peserta didik dapat menganalisis kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu
dan/atau Budha
2. Peserta didik dapat menjelaskan kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu
dan/atau Budha
D. Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu:
1. Peserta didik dapat menganalisis kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu
dan/atau Budha
2. Peserta didik dapat menjelaskan kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu
dan/atau Budha
E. Materi ajar
Terlampir
F. Metode pembelajaran
G. Kegiatan Pembelajaran
b. Memotivasi siswa
Menanya
Mencoba
Menalar
Membentuk Jejaring
Pemberian tugas\
a. Test Essay
a. Test Essay
1 3
2 3
3 2
4 2
Jumlah 10
6. Tugas
Guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat moto/slogan yang menunjukan
kepedulian terhadap peninggalan kerajaan Hindu-Budha di Kutai dan Tarumanegara.
4. Instrumen Penilaian
2. Penilaian
Aspek Penilaian Skor
akhir (
Nama Sikap Pengetahuan Ketrampilan Jumlah
No Jumlah
Siswa Nilai
Nilai x
10 : 9 )
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mapel
( )
NIP.
Lampiran Materi
KERAJAAN KUTAI
Apa yang terlintas di dalam benakmu saat membicarakan Kerajaan Kutai? Amati gambar di
samping dengan saksama. Dari prasasti itulah kita bisa mengungkap kisah sejarah Kerajaan
Kutai. Prasasti yang berbentuk yupa atau tiang batu berjumlah tujuh buah itu ditulis dengan
menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Para ahli epigrafi berhasil membaca isi
prasasti itu sehingga kita memperoleh berita tentang Kerajaan Kutai yang berkaitan dengan
kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Kerajaan itu diperkirakan muncul pada abad
V M atau sekitar tahun 400 Masehi. Bagaimana kehidupan kerajaan itu? Mari kita analisis
bersama.
a. Letak Kerajaan
Kerajaan Kutai berdiri pada abad ke-5 Mdi Lembah Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Nama Kutai diambil dari nama daerah tempat ditemukannya prasasti Kutai. Wujud
prasastinya berupa tujuh buah tugu batu besar yang disebut yupa. Ketujuh yupa ini
merupakan sumber sejarahKutai. Fungsi yupa sesungguhnya adalah tugu batuuntuk
menambatkan lembu kurban. Aksara yang dipahatkan pada yupa berhuruf Pallawa dan
berbahasa Sanskerta. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh penguasa Kutai bernama
Mulawarman. Mulawarman adalah orang Indonesia asli. Kakeknya, Kudungga, masih
menggunakan nama asli Indonesia.
b. Sumber sejarah
Prasasti Kutai menyebutkan silsilah raja-raja Kutai dengan raja terbesarnya adalah
Mulawarman. Bunyi prasasti tersebut sebagai berikut.
“Sang Maharaja Kudungga yang amat mulia, mempunyai putra mahsyur, Sang
Aswawarman namanya, yang seperti Ansuman (dewa matahari) menumbuhkan
keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarman mempunyai putra tiga, seperti
Api(yang suci) tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra ialah Sang Mulawarman raja
yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan
kenduri(selamatan) emas amat banyak. Buat peringatan kenduri itulah tugu batu
didirikan oleh para brahmana.”
Dari prasasti tersebut, dapat diketahui silsilah penguasa Kerajaan Kutai. Kudungga
(orang Indonesia asli) memiliki putra bernama Aswawarman. Aswawarman
menurunkan Mulawarman. Mulawarman inilah yang merupakan raja terbesar
Kerajaan Kutai. Prasasti berikutnya berbunyi: “Sang Mulawarman, raja yang mulia
dan terkemuka telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para brahmana yang
seperti api didalam tanah yang suci bernama Waprakeswara buat peringatan akan
kebaikan budi sang raja itu, tugu ini telah dibuat oleh brahmana yang datang di tempat
ini.”Dari prasasti ini dapat diketahui bahwa Raja Mulawarman telah memberikan
sedekah 20.000 ekor sapi dalam upacara suci di Waprakeswara kepada para
brahmana. Ini menunjukkan bahwa Raja Mulawarman adalah raja yang kaya dan
teguh dengan agama Hindu.
c. Kehidupan Politik
Menurut prasasti tersebut, raja Kerajaan Kutai yang terbesar adalah Mulawarman. Ia
adalah putra Aswawarman, sedangkan Aswawarman adalah putra Kundunga. Ditilik
dari nama sebutannya, para ahli berpendapat bahwa nama Mulawarman dan
Aswawarman memperoleh pengaruh dari India. Karena, di India juga ditemukan
nama-nama serupa. Sebaliknya, para ahli mengatakan bahwa nama Kundungga yang
merupakan kepala suku itu adalah nama asli Indonesia. Selain itu, prasasti Yupa juga
menyebut Aswawarman sebagai Dewa Ansuman atau dewa Matahari dan dianggap
sebagai sangsakerta atau pendiri keluargaraja. Raja Mulawarman sendiri telah
menganut agama Hindu. Bahkan dalam prasasti itu ditulis bahwa ia telah
menyedekahkan 20.000 ekor lembu kepada para brahmana. Ia merupakan pendiri
dinasti dalam agama Hindu.
d. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial dalam Kerajaan Kutai bisa dilihat dari pelaksanaaan upacara
penyembelihan kurban. Salah satu yupa menyebutkan bahwa Raja Mulawarman
memberikan sedekah berupa 20.000 ekor lembu kepada kaum brahmana. Sedekah itu
sendiri dilaksanakan di tanah suci yang bernama Waprakeswara, yaitu tempat suci
untuk memuja Dewa Syiwa. Dari peristiwa itu, kita bisa melihat bahwa hubungan
yang terjadi antara Raja Mulawarman dengan kaum brahmana terjalin secara erat dan
harmonis.
e. Kehidupan Ekonomi
Ketujuh Yupa yang ditemukan di sekitar Muarakaman tidak menyebutkan secara
spesifik kehidupan ekonomi Kerajaan Kutai. Hanya salah satu Yupa menyebutkan
bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas dan tidak
menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan brahmana. Tidak ada
sumber yang pasti tentang asal usul emas dan sapi yang biasa digunakan untuk
upacara-upacara kerajaan. Tetapi dari situ kita bisa menduga bahwa Kerajaan Kutai
telah melakukan aktivitas perdagangan
f. Kehidupan Budaya
Karena Kerajaan Kutai telah mendapat pengaruh agama Hindu,maka kehidupan
agamanya telah lebih maju. Salah satu contohnya adalah pelaksanaan upacara
penghinduan atau pemberkatan seseorang yang memeluk agama Hindu yang
disebut Vratyastoma. Upacara tersebut dilaksanakan sejak pemerintahan
Aswawarmandan dipimpin oleh para pendeta atau brahmana dari India. Baru pada
masa pemerintahan Mulawarman, upacara tersebut dipimpin oleh kaum brahmana
dari Indonesia. Dari situ kita bisa melihat bahwa kaum brahmana dari Indonesia
ternyata telah memiliki tingkat intelektual yang tinggi karena mampu menguasai
bahasa Sanskerta. Karena, bahasa ini bukanlah bahasa yangd ipakai sehari-hari oleh
rakyat India melainkan bahasa resmi kaum brahmana untuk masalah keagamaan.
g. Nama-Nama Raja Kutai
1. Maharaja Kundungga, gelar anumerta Dewawarman
2. Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)
3. Maharaja Mulawarman
4. Maharaja Marawijaya Warman
5. Maharaja Gajayana Warman
6. Maharaja Tungga Warman
7. Maharaja Jayanaga Warman
8. Maharaja Nalasinga Warman
9. Maharaja Nala Parana Tungga
10. Maharaja Gadingga Warman Dewa
11. Maharaja Indra Warman Dewa
12. Maharaja Sangga Warman Dewa
13. Maharaja Candrawarman
14. Maharaja Sri Langka Dewa
15. Maharaja Guna Parana Dewa
16. Maharaja Wijaya Warman
17. Maharaja Sri Aji Dewa
18. Maharaja Mulia Putera
19. Maharaja Nala Pandita
20. Maharaja Indra Paruta Dewa
21. Maharaja Dharma Setia
KERAJAAN TARUMANEGARA
a. Letak Kerajaan
Berdasarkan catatan dalam berbagai prasasti, Kerajaan Tarumanegara berdiri di Jawa Barat
pada akhir abad ke-5. Wilayah Tarumanegara meliputi hampir seluruh Jawa Barat, tepatnya
dari sekitar Banten – Jakarta sampai Cirebon.
b. Sumber sejarah
Sumber-sumber sejarah yang membuktikan keberadaan Kerajaan Tarumanegara sebagai
berikut.
1) Berita dari bangsa asing
Banyak berita dari bangsa asing yang mengungkap adanya Kerajaan Tarumanegara. Salah
satu berita dari Claudius Ptolomeus. Dalam bukunya Geography, ahli ilmu bumi Yunani
Kuno ini menyebutkan bahwa di Timur Jauh ada sebuah kota bernama Argyre yang terletak
di ujung Pulau Iabadium (Jawa dwipa = Pulau Jelai = Pulau Jawa). Kata Argyre berarti perak,
diduga yang dimaksud adalah Merak yang terletak di sebelah barat Pulau Jawa. Kabar
lainnya datang dari Gunawarman, seorang pendeta dari Kashmir yang mengatakan bahwa
agama yang dianut rakyat Taruma adalah Hindu. Berita dari Cina yang dibawa Fa Hsien
dalam perjalanannya kembali ke Cina dari India menyebutkan bahwa rakyat di Ye-Po-Ti
(Jawa = Taruma) sebagian besar beragama Hindu, sebagian kecil beragama Buddha dan
Kitters (penyembah berhala). Adapun berita dari Soui (Cina) menyebutkan bahwa pada tahun
528 dan 535 datang utusan dari Tolomo (Taruma) ke Cina.
c. Kehidupan Politik
Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Raja diraja guru Jaya singawarman pada tahun 358 M
di tepi Sungai Gomati. Pada tahun 397 M, Purnawarman membangun ibu kota kerajaan
barudi Sundapura. Raja Purnawarman adalah raja ketiga yang memiliki kekuasaan besar,
sangat berpengaruh, dan memiliki beragam kebijakan. Kekuasaan raja dilambangkan dengan
cap telapak kaki seperti yang terdapat pada prasasti Ciaruteun, Jambu,dan Cianteun. Sebagai
perbandingan, di India cap telapak kaki itu melambangkan kekuasaan. Dalam interpretasi
yang lain, Purnawarman dilambangkan sebagai Dewa Wisnu yang merupakan penguasa dan
pelindung rakyat. Purnawarman diketahui banyak menundukkan daerah musuh-musuhnya.
Pada masa pemerintahan Suryawarman, kekuasaan raja-raja daerah dikembalikan sebagai
hadiah kesetiaannya terhadap Tarumanegara. Pengembalian kekuasaan diberikan kepada
Rakeyan Juru Pengembat, yang merupakan wakil raja di daerah tersebut. Apakah ini yang
disebut otonomi daerah di era sekarang, belum ada yang tahu pasti. Menurut Pustaka
nusantara, kekuasaan Purnawarman meliputi 48 raja daerah yang membentang dari
Salanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) hingga Purwalingga
(sekarang Purbalingga). Hingga akhir kekuasaannya, Tarumanegara hanya memiliki dua
belas orang raja. Kedua belas raja itu adalah: Jayasingawarman (358–382),Dharmayawarman
(382–395), Purnawarman (395–434),Wisnuwarman (434–455), Indrawarman (455–515),
Candrawarman(515–535), Suryawarman (535-561), Kertawarman (561–628), Sudhawarman
(628–639), Hariwangsawarman (639–640), Nagajayawarman (640–666), dan Linggawarman
(666–669).
d. Kehidupan Sosial
Sebagai kerajaan Hindu yang beraliran Wisnu, Tarumanegara juga menjalankan upacara
sedekah dengan menyembelih 1.000 ekor sapi yang diserahkan kepada kaum brahmana.
Upacara tersebut dilaksanakan pada tahun 417 M setelah penggalian Sungai Gomatidan
Candrabhaga selesai dilaksanakan. Saluran air tersebut memiliki panjang 6.112 tombak atau
sekitar 11 km. Menurut prasasti Tugu, saluran tersebut dibuat untuk menghadapi bencana
banjir dan melindungi petani. Proyek ini dikerjakan secara gotong royong dan melibatkan
seluruh rakyat dalam waktu 21 hari.
e.Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi Kerajaan Tarumanegara didasarkan pada bidang pertanian. Menurut
catatan Fa Hien pada abad V M, aspek kehidupan itu meliputi pertanian, peternakan,
perburuan binatang, dan perdagangan. Komoditas yang diperdagangkan antara lain berupa
cula badak, perak, dan kulit penyu. Dari prasasti Tugu,kita bisa mengetahui bahwa Raja
Purnawarman sanga tmemerhatikan bidang pertanian.
f. Kehidupan Budaya
Masuknya pengaruh agama dan kebudayaan Hindu, memengaruhi kehidupan budaya
Kerajaan Tarumanegara. Pengaruh itu berupa sistem dewa dewi, bahasa dan sastra, mitologi,
dan upacara.Mitologi Hindu yang banyak ditemukan dalam prasasti-prasastiTarumanegara
adalah Airawata. Misalnya yang terdapat padaprasasti Telapak Gajah. Gajah tunggangan
Batara Indra itu dijadikan nama gajah perang milik Purnawarman. Bahkan, bendera Kerajaan
Tarumanegara berlukiskan rangkaian bunga teratai di atas kepala gajah. Selain dari sejumlah
prasasti di atas, berita mengenai keberadaan Kerajaan Tarumanegara juga bisa ditemukan di
luarnegeri. Pada tahun 414 M, Fa Hien membuat buku yang berjudulFa-Kao-Chi. Isinya
antara lain menceritakan bahwa di Ye-po-tihanya sedikit orang-orang yang beragama
Buddha. Menurut beritadari Dinasti Sui, pada tahun 528 dan 535 telah datang utusandari To-
lo-mo yang terletak di selatan. Sedangkan berita dari Dinasti Tang, mengisahkan datangnya
utusan dari To-lo-mo padatahun 666 dan 669. Secara fonetis, To-lo-mo adalah sebutan untuk
Taruma (negara).
g. Berita dari prasasti
Ada tujuh buah prasasti yang menjadi sumber sejarah keberadaan Tarumanegara.
a) Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor)
Dalam prasasti ini, ada lukisan laba-laba dan telapak kaki. Bunyi prasasti ini adalah
“Ini (bekas) dua kaki yang seperti kaki dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang
Purnawarman, raja negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia.”
b) Prasasti Pasir Kaleangkak (Bogor)
Prasasti ini ditemukan di sebelah barat Bogor di sebuah kebun jambu. Dalam prasasti
inilah pertama kali ditemukan sebutan negara “Tarumanegara”. Menurut Brandes,
yang dimaksud prasasti itu adalah Tarumanegara. Prasasti itu berbunyi:
“Gagah, mengagumkan, dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang
tiada taranya, yang termasyhur Sri Purnawarman, yang memerintah diTaruma dan
baju zirahnya yang terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang
tapak kakinya yang senantiasa berhasil menggempur kota musuh, hormat kepada para
pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya.”
c) Prasasti Kebon Kopi (Cibungbulang)
Prasasti ini terletak di hilir Cibungbulang. Dalam prasasti ini terdapat dua tapak kaki
gajah, yakni gajah Airawata. Bunyinya: “Di sini tampak sepasang kaki … yang
seperti Airawata, gajah penguasa Taruma yang agung dalam …dan kejayaan.”
d) Prasasti Tugu
Prasasti ini terletak di dekat Cilincing, Jakarta. Isi prasasti Tugu adalah yang
terpanjang di antara semua peninggalan Purnawarman. Bunyinya: “Dahulu kali yang
bernama Kali Chandrabhaga (= Kali Bekasi) digali oleh Maharaja Yang Mulia yang
mempunyai lengan yang kencang dan kuat, yakni Raja Purnawarman. Setelah
melewati istana baginda yang masyhur, kali itu dialirkan ke laut. Kemudian, di dalam
tahun ke-22 dari takhta baginda, Raja Purnawarman yang berkilau karena kepandaian
dan kebijaksanaannya serta menjadi panji segala raja, memerintahkan pula menggali
kali yang indah serta jernih airnya. Kali Gomati namanya. Kali ini mengalir di tengah-
tengah kediaman Sang Pendeta Nenek da Sang Purnawarman. Pekerjaan ini dimulai
pada hari yang baik, yakni pada tanggal 8 paro peteng bulan Phalguna dan diakhiri
pada hari tanggal 13 paro terang bulan Caitra. Galian itu panjangnya 6.122 tumbak.
Untuk itu, diadakan selamatan yang dilaksanakan oleh para brahmana. Untuk
selamatan itu, Raja Purnawarman mendharmakan seribu ekor sapi”. Ada beberapa hal
yang menarik dari prasasti ini. Di antaranya, penyebutan dua sungai yang terkecil di
Punjab, Chandrabhaga, dan Gomati. Chandrabhaga oleh Poerbatjaraka secara
etimologi diartikan sebagai Sungai Bekasi yang dipercaya sebagai pusat Kerajaan
Tarumanegara. Hal menarik lainnya adalah adanya upacara selamatan oleh brahmana
yang menghasilkan 1.000 ekor sapi kepada raja dan mulai adanya penyatuan bulan
Phalguna – Caitra yangdisamakan dengan Februari – April. Dari prasasti ini dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut.
1) Purnawarman memerhatikan kemakmuran rakyatnya.
2) Kerajaan Tarumanegara bersifat agraris dan sudah memiliki sistem irigasi.
3) Masyarakatnya hidup teratur dengan gotong royong.
4) Agama yang dianut adalah Hindu, terbukti dari hewan yang digunakan untuk
kurban adalah lembu.
e) Prasasti Pasir Awi
f) Prasasti Muara Cianten
Kedua prasasti ini tidak terbaca huruf-hurufnya.
g) Prasasti Cidangiang.
Prasasti ini ditemukan di desa Lebak, daerah Pandeglang, Banten. Bunyiprasasti ini
adalah “Inilah keperwiraan, keagungan, dan keberanian yangsesungguhnya dari raja
dunia. Yang Mulia Purnawarman, yang menjadi panjisekalian raja”.
h.Runtuhnya Tarumanegara
Pada akhir abad ke-7, Tarumanegara tidak terdengar lagi kabar beritanya. Ada
kemungkinan kerajaan ini ditaklukkan oleh Sriwijaya. Kemungkinan ini dapat kita
ketahui dari sumber-sumber sejarah berikut.
1) Dalam prasasti Kota Kapur disebutkan bahwa pada tahun 686, Sriwijaya
menghukum bumi Jawa karena tidak taat kepada Sriwijaya.
2) Sejak abad ke-7, Kerajaan Cina tidak pernah menyebut lagi adanya utusan
yang datang dari dan ke Tarumanegara
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
A. Kompetensi Inti
B. Kompetensi Dasar
3.8 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh
bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini
4.5 Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur
budaya yang berkembang pada masa kerajaan Hindu dan Buddha yang masih
berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini
C. Indikator pencapaian
1. Peserta didik dapat menganalisis kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu
dan/atau Budha
2. Peserta didik dapat menjelaskan kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu
dan/atau Budha
D. Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu:
1. Peserta didik dapat menganalisis kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu
dan/atau Budha
2. Peserta didik dapat menjelaskan kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu
dan/atau Budha
E. Materi ajar
Terlampir
F. Metode pembelajaran
G. Kegiatan Pembelajaran
b. Memotivasi siswa
Menanya
Mencoba
Menalar
Membentuk Jejaring
4. Instrumen Penilaian
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mapel
( )
NIP.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SMA SANTUN UNTAN
Kelas :X
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia (wajib)
Materi Pokok : Pengaruh Agama dan Kebudayaan Hindu Budha di Indonesia
Sub Materi Pokok : Kerajaan-Kerajaan Tradisional di Indonesia yang bercorak Hindu
dan/atau Budha (Kerajaan Kalingga, Mataram dan Medang Kamulan)
Pertemuan ke : 8 (delapan)
Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit
A. Kompetensi Inti
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan factual, konseptual,
procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan proseduiral
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.8 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh
bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini
4.5 Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya
yang berkembang pada masa kerajaan Hindu dan Buddha yang masih berkelanjutan
dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini
C. Indikator pencapaian
1. Peserta didik dapat menganalisis kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu
dan/atau Budha
2. Peserta didik dapat menjelaskan kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu
dan/atau Budha
D. Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu:
1. Peserta didik dapat menganalisis kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu
dan/atau Budha
2. Peserta didik dapat menjelaskan kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu
dan/atau Budha
E. Materi ajar
Terlampir
F. Metode pembelajaran
Metode Pembelajaran : Diskusi, Ceramah, tanya jawab
Pendekatan Pembelajaran : Scientific Learning
Model Pembelajaran : Project Based Learning, Problem Based Learning,
Discovery Learning dsb
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
1.Pendahuluan e. Mengucap salam 10 Mnt
f. Memotivasi siswa
g. Mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan
mengkaitkan materi sebelumnya dengan materi yang
akan diajarkan
h. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan Kompetensi dasar
yang akan dicapai
2.Inti Mengamati 70 Mnt
Siswa memabaca materi kerajaan Hindu-Budha di Indonesia
Menanya
Siswa membuat pertanyaan terkait materi
Mencoba
Dengan dipimpin ketua kelas siswa membetuk kelompok
diskusi untuk membahas pertanyaan-pertanyaan yang muncul
dalam proses menanya
Menalar
Siswa mendiskusikan materi yang didapat bersama angggota
kelompok
Membentuk Jejaring
Setelah diundi oleh ketua kelas Kelompok 1, 3, 6
mempresentasikan hasil diskusi, dapat dengan powerpoint dan
LCD, dengan ketentuan
Beberapa kelompok maju untuk mempersentasikan hasil diskusi
Kelompok lain yang tidak maju menanggapi hasil presentasi,
Kelompok 1 ditanggapi kelompok 4, kelompok 3 ditanggapi
kelompok 5 dan kelompok 6 ditanggapi kelompok 2
3.Penutup Secara bersama-sama siswa menyimpulkan 10 Mnt
pembelajaran dengan dipandu oleh guru
Siswa memberikan umpan balik terhadap proses dan
hasil pembelajaran
Penjelasan materi dalam pertemuan berikutnya
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mapel
( )
NIP.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SMA SANTUN UNTAN
Kelas :X
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia (wajib)
Materi Pokok : Pengaruh Agama dan Kebudayaan Hindu Budha di Indonesia
Sub Materi Pokok : Kerajaan-Kerajaan Tradisional di Indonesia yang bercorak Hindu
dan/atau Budha (Kerajaan Kediri dan Singasari)
Pertemuan ke : 9 (Sembilan)
Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit
A. Kompetensi Inti
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan factual, konseptual,
procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan proseduiral
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.8 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh
bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini
4.5 Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya
yang berkembang pada masa kerajaan Hindu dan Buddha yang masih berkelanjutan
dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini
C. Indikator pencapaian
1. Peserta didik dapat menganalisis kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu
dan/atau Budha
2. Peserta didik dapat menjelaskan kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu
dan/atau Budha
D. Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu:
1. Peserta didik dapat menganalisis kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu
dan/atau Budha
2. Peserta didik dapat menjelaskan kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu
dan/atau Budha
E. Materi ajar
Terlampir
F. Metode pembelajaran
Metode Pembelajaran : Diskusi, Ceramah, tanya jawab
Pendekatan Pembelajaran : Scientific Learning
Model Pembelajaran : Project Based Learning, Problem Based Learning,
Discovery Learning dsb
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Memotivasi siswa
Menanya
Mencoba
Menalar
Membentuk Jejaring
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mapel
( )
NIP.
A. Kompetensi Inti
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan factual, konseptual,
procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan proseduiral
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.8 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh
bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini
4.5 Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya
yang berkembang pada masa kerajaan Hindu dan Buddha yang masih berkelanjutan
dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini
C. Indikator pencapaian
1. Peserta didik dapat menganalisis kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu
dan/atau Budha
2. Peserta didik dapat menjelaskan kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu
dan/atau Budha
D. Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu:
1. Peserta didik dapat menganalisis kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu
dan/atau Budha
2. Peserta didik dapat menjelaskan kerajaan-kerajaan tradisional yang bercorak Hindu
dan/atau Budha
E. Materi ajar
Terlampir
F. Metode pembelajaran
Metode Pembelajaran : Diskusi, Ceramah, tanya jawab
Pendekatan Pembelajaran : Scientific Learning
Model Pembelajaran : Project Based Learning, Problem Based Learning,
Discovery Learning dsb
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Memotivasi siswa
Menanya
Mencoba
Menalar
Membentuk Jejaring
4. Instrumen Penilaian
Aspek Penilaian Skor
akhir (
Nama Sikap Pengetahuan Ketrampilan Jumlah
No Jumlah
Siswa Nilai
Nilai x
10 : 9 )
1 2 3 1 2 3 1 2 3
( )
NIP.
A. Kompetensi Inti
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan factual, konseptual,
procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan proseduiral
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.8 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh
bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini
4.5 Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya
yang berkembang pada masa kerajaan Hindu dan Buddha yang masih berkelanjutan
dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini
C. Indikator pencapaian
1. Peserta didik dapat menganalisis penyebab runtuhnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha
2. Peserta didik dapat menjelaskan penyebab runtuhnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha
D. Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu:
1. Peserta didik dapat menganalisis penyebab runtuhnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha
2. Peserta didik dapat menjelaskan penyebab runtuhnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha
E. Materi ajar
Seiring berkembang pesatnya pengaruh Islam dari Timur Tengah, Kerajaan-Kerajaan
Islam mulai berdiri dan dan agama Islam mulai menyebar. Akibatnya, pengaruh agama
dan kebudayaan Hindu dan Budha menurun pada akhir abad ke-15.
F. Metode pembelajaran
Metode Pembelajaran : Diskusi, Ceramah, tanya jawab
Pendekatan Pembelajaran : Scientific Learning
Model Pembelajaran : Project Based Learning, Problem Based Learning,
Discovery Learning dsb
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
1.Pendahuluan i. Mengucap salam 10 Mnt
j. Memotivasi siswa
k. Mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan
mengkaitkan materi sebelumnya dengan materi yang
akan diajarkan
l. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan Kompetensi dasar
yang akan dicapai
2.Inti Mengamati 70 Mnt
Siswa memabaca materi kerajaan Hindu-Budha di Indonesia
Menanya
Siswa membuat pertanyaan terkait materi
Mencoba
Dengan dipimpin ketua kelas siswa membetuk kelompok
diskusi untuk membahas pertanyaan-pertanyaan yang muncul
dalam proses menanya
Menalar
Siswa mendiskusikan materi yang didapat bersama angggota
kelompok
Membentuk Jejaring
Setelah diundi oleh ketua kelas Kelompok 1, 3, 6
mempresentasikan hasil diskusi, dapat dengan powerpoint dan
LCD, dengan ketentuan
Beberapa kelompok maju untuk mempersentasikan hasil diskusi
Kelompok lain yang tidak maju menanggapi hasil presentasi,
Kelompok 1 ditanggapi kelompok 4, kelompok 3 ditanggapi
kelompok 5 dan kelompok 6 ditanggapi kelompok 2
3.Penutup Secara bersama-sama siswa menyimpulkan 10 Mnt
pembelajaran dengan dipandu oleh guru
Siswa memberikan umpan balik terhadap proses dan
hasil pembelajaran
Penjelasan materi dalam pertemuan berikutnya
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mapel
( )
NIP.
A. Kompetensi inti :
3. memahami dan merapkan pengetahuan factual,konseptual ,procedural dlm Ilmu
pengetahuan,teknologi,seni,budaya dan homaniora dg wawasan kemanusiaan
Kebangsaan,kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian serta
Menerapakan pengetahuan procedural dlm bidang kajian yg spesifik sesuai dg Bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. mengolah,menalar dan menyanji dlm ranah konrkrit dan ranah abstrak terkait Dengan
pengembangan dari yg dipelajarinya disekolah secara mandiri, dan Mampu
menggunakan metode sesuai kidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.7 Menganalisis berbagai teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Islam
ke Indonesia
4.6 Mengolah informasi teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Islam ke
Indonesia dengan menerapkan cara berpikir sejarah, serta mengemukakannya dalam
bentuk tulisan
E. Materi Ajar
Terlampir
F. Metode Pembelajaran
- Pendekatan : Scientific Learning
- Model : Problem Based Learning,
- Metode : diskusi kelompok, ceramah bervariasi, dan penugasan
(mencoba)
Kunci Jawaban :
1. Dst.
Pedoman penilaian :
Setiap soal apabila tepat akan diberi nilai 25
Skor Nilai tertinggi (apabila menjawab dengan sempurna ) masing-masing soal nilai 25
Apabila hanya bisa menjawab 2 item dalam tiap soal, diberi nilai 15
Apabila hanya bisa menjawab 3 dalam tiap soal, diberi nilai 20
Apabila hanya bisa menjawab 1 atau tidakmenjawab, diberi nilai 5
Kriteria penilaian
100 : Istimewa
90-85 : Sangat baik
84-80 : Baik
79-76 : Cukup
Kesungguhan Partisipasi
dalam diskusi dalam Kerja Sama Total
No Nama Peserta didik presentasi
(10) (10) score
(10)
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mapel
( )
NIP.
Lampiran Materi
Kedatangan Islam ke Nusantara mempunyai sejarah yang panjang. Satu di antaranya adalah
tentang interaksi ajaran Islam dengan masyarakat di Nusantara yang kemudian memeluk
Islam. Wujud dari keberlangsungan interaksi yang hingga kini masih terlihat adalah
banyaknya umat Muslim Indonesia yang menjalankan ibadah haji dan umrah. Di samping itu
tidak sedikit para ulama dari Timur Tengah yang berkunjung ke Indonesia dalam rangka
berdakwah. Bagi umat Islam di Indonesia, berbagai bentuk interaksi tersebut akan semakin
memantapkan keimanan danketakwaan terhadap ajaran agamanya. Kemudian yang
menjadipertanyaan adalah kapan dan dari mana kira-kira pertama kali
Data arkeologis (prasasti maupun data historis berupa berita asing:
dampak jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) terhadap jalur perdagangan di Nusantara:
Para pedagang mengambil jalur alternative dengan melintasi Semenanjung atau pantai
barat Sumatra ke selat Sunda.
Pergeseran ini melahirkan pelabuhan perantara yang baru, seperti: Aceh, Patani,
Johor, Banten, Makasar dll.
Pelayaran di selat Malaka sering diganggu oleh bajak laut. Sehingga rute pelayaran
perdagangan yang semula melalui Asia Barat ke Jawa lalu berubah melalui pesisir
Sumatra dan Sunda
Teori-teori masuknya Islam di Indonesia yaitu Teori Gujarat Teori gujarat adalah teori
masuknya Islam ke Indonesia yang pertama kali dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan J.
Pijnapel. Dalam teori ini disebutkan bahwa Islam di Indonesia sebetulnya berasal dari
Gujarat, India dan mulai masuk sejak abad ke 8 Masehi. Islam masuk ke Indonesia melalui
wilayah-wilayah di anak benua India, seperti Gujarat, Bengali, dan Malabar. Seperti
diketahui bahwa Bangsa Indonesia pada masa itu memang telah menjalin hubungan dagang
dengan India melalui saluran Indonesia-Cambay.[BACA : Sejarah Masuknya Islam di
Indonesia] Berdasarkan teori ini, masuknya Islam ke Indonesia ini diyakini berasal dari
Gujarat karena didasarkan pada adanya bukti berupa batu nisan Sultan Samudera Pasai Malik
as-Saleh berangka tahun 1297 yang bercorak Gujarat. Selain itu, teori gujarat juga didasarkan
pada corak ajaran Islam yang cenderung memiliki warna tasawuf. Ajaran ini dipraktikan oleh
orang muslim di India Selatan, mirip dengan ajaran Islam di Indonesia pada awal
berkembangnya Islam. 2. Teori Persia Teori persia adalat teori masuknya Islam ke Indonesia
yang dikemukakan oleh Hoessein Djajadiningrat. Dalam teori ini dikemukakan bahwa Islam
yang masuk ke Indonesia adalah Islam yang berasal dari Persia (Iran). Islam diyakini dibawa
oleh para perdagang Persia mulai pada abad ke 12. Teori persia berlandaskan pada bukti
maraknya paham Syiah pada awal masuknya Islam ke Indonesia. Selain itu, ada kesamaan
tradisi budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia. Peringatan 10 Muharam
atau hari Asyura di Iran dengan upacara Tabuik atau Tabut di Sumatera Barat dan Jambi
sebagai lamang mengarak jasad Husein bin Ali bin Abi Thalib yang terbunuh dalam peristiwa
Karbala menjadi salah satu contohnya. Bahkan kuatnya tradisi Syiah masih terasa hingga saat
ini. [BACA : Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia] Adanya suku Leran dan Jawi di
Persia menunjukan bukti bahwa orang-orang Persia yang membawa Islam ke Indonesia. Suku
ini disinyalir merujuk pada orang-orang Leran dari Gresik dan suku Jawa. Selain itu, dalam
suku Jawa dikenal dengan tradisi penulisan Arab Jawa atau Arab Pegon sebagaimana
diadopsi oleh masyarakat Persia atas Tulisan Arab. Hal ini diperkuat dengan istilah Jer yang
lazim digunakan masyarakat Persia. 3. Teori Arab atau Teori Mekah Berdasarkan teori Arab,
masuknya Islam ke Indonesia diyakini berasal dari Arab, yaitu Mekkah dan Madinah pada
abad perama Hijriah atau abad ke 7 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada adanya bukti
perkampungan Islam di Pantai Barus, Sumatera Barat, yang dikenal sebagai Bandar Khalifah.
Wilayah ini disebut dengan wilayah Ta-Shih. Ta-Shih adalah sebutan orang-orang China
untuk orang Arab. Bukti ini terdapat dalam dokumen dari Cina yang ditulis oleh Chu Fan Chi
yang mengutip catatan seorang ahli geografi, Chou Ku-Fei. Dia mengatakan adanya
pelayaran dari wilayah Ta-Shih yang berjarak 5 hari perjalanan ke Jawa. Dalam dokumen
China keberadaan komunitas muslim Arab di Pantai Barus tercatat sekitar tahun 625 Masehi.
Menilik tahun tersebut, berarti hanya sembilan tahun dari rentang waktu ketika Rasululloh
menetapkan dakwah Islam secara terbuka kepada penduduk Mekkah. Beberapa sahabat telah
berlayar dan membentuk perkampungan Islam di Sumatera. Pelayaran ini sangat mungkin
terjadi mengingay adanya perintah Rasululloh agar kaum muslimin menuntut ilmu ke negeri
Cina. Hal ini berarti Islam masuk ke Indonesia saat Rosululloh masih hidup. Bukti arkeologis
juga ditemukan di Barus, berupa sebuah makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai,
Barus. Pada salah satu batu nisannya tertulis nama Syekh Rukunuddin yang wafat pada tahun
672 M. Para arkeolog dari Ecole Francaise D’extreme-Orient Prancis dan Pusat Penelitian
Arkeologi Nasional menyatakan bahwa sekitar abad 9 sampai 12 Masehi, Barus menjadi
sebuah perkampungan dari berbagai suku bangsa seperti Arab, Aceh, India, Cina, Tamil,
Jawa, Bugis, dan Bengkulu. [BACA : Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia] Bukti lain
yang mendukung teori masuknya Islam ke Indonesia adalah munculnya kerajaan Islam
pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Perlak yang diteruskan oleh Kerajaan Samudra Pasai.
Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan bercorak paham Syafi’i yang kala itu dianut banyak
penduduk Mesir dan Mekah.
a.Saluran Perdagangan
Pada awalnya, agama Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan yang dilakukan
oleh perdagangan (India). Hal itu sesuai dengan perkembangan lalu lintas perdagangan laut
pada abad ke-7 M sampai dengan abad ke-16 M. Para pedagang ini singgah di Indonesia
untuk sementara waktu dan menanti saat yang tepatu ntuk meneruskan pelayarannya ke
wilayah lain, seperti ke CIna. Pada saat para pedagang Islam singgah, terjadi interaksi antara
pedagang Islam dan penduduk lokal. Pedagang Islam tersebut selain berdagang juga
menyiarkan agama Islam sehingga penduduk pribumi tertarik pada ajaran dan kebudayaan
Islam.
b. Saluran Pernikahan
Para pedagang muslim banyak yang menetap cukup lama di Indonesia. Mereka menikahi
wanita pribumi sebagai putrinya. Sebelum dinikasi, wanita yang belum beragama Islam
diminta masuk. Islam terlebih dahulu. Di antara wanita yang dinikahi pedagang muslim
adalah putri raja atau bangsawan. Khusus pada proses perkawinan yang melibatkan putri raja
atau bangsawan sangat bermanfaat bagi penyebaran agama Islam. Dengan proses seperti itu,
agama Islam menjadi cepat berkembang. Apabila seorang raja atau adipati sudah masuk
Islam maka rakyatnya juga akan mudah diajak masuk Islam.
Contoh pernikahan yang melibatkan putri raja atau bangsawan, antara lain
perkawinan Maulana Ishak dengan putri Raja Blambangan yang melahirkan Sunan Giri;
perkawinan Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Gede Manila, putri
TumenggungWilatikta; perkawinan putri Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati di
Cirebon; perkawinan putri Adipati Tuban (R.A.Teja) dengan Syekh Abdurrahman (muslim
arab) yang melahirkan Syekh Jali (Laleluddin). Dari pernikahan itu, terbentuk ikatana
kekerabatan yang kuat.
c. Saluran Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran atau cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Para ahli tasawuf
biasanya memiliki keahlian yang dapat membantu masyarakat, misalnya ahli menyembuhkan
penyakit. Mereka mengajarkan agama Islam di Indonesia menyesuaikan dengan pola pikir
masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu dan Buddha sehingga mudah
dimengerti. Oleh karna itu, masyarakat pribumi mudah menerima agama Islam. Tokoh-tokoh
tasawuf di Indonesia, antara lain Hamzah Fansyuri, Syamsuddin as Sumatrani, Nur al Din al
Raniri, Abdul al Rauf, Syekh Siti Jenar, dan Sunan Panggung.
A. Kompetensi inti :
B. Kompetensi Dasar
D. Tujuan Pembelajaran
E. Materi Ajar
Terlampir
F. Metode Pembelajaran
Absensi siswa
MENALAR
MENANYA
MENCOBA
MEMBUAT JEJARING
Guru meminta perwakilan masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas
Sumber Pembelajaran
Internet
Buku – Buku :
Hapsari, ratna. 2014. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas X kelompok wajib.
Jakarta: Erlangga
Instrumen :
Kesungguhan Partisipasi
dalam diskusi dalam
No Nama Peserta didik (10) presentasi Kerja Sama Total
(10) (10) score
30 : Baik
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mapel
( )
NIP.
Lampiran Materi
Kehidupan Politik dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia pada Masa Perkembangan
Islam
Masuknya Islam berpengaruh besar pada masyarakat Indonesia. Kebudayaan Islam terus
berkembang sampai sekarang. Pengaruh kebudayaan Islam dalam kehidupan masyarakat
Indonesia antara lain pada bidang-bidang berikut.
a. Bidang Politik
Sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu-
Buddha. Tetapi, setelah masuknya Islam, kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu- Buddha
mengalami keruntuhan dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak
Islam, seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka, dan lainnya. Sistem pemerintahan yang
bercorak Islam, rajanya bergelar sultan atau sunan seperti halnya para wali. Jika rajanya
meninggal, tidak dimakamkan di candi tetapi dimakamkan secara Islam.
b. Bidang Sosial
Kebudayaan Islam tidak menerapkan aturan kasta seperti kebudayaan Hindu. Pengaruh Islam
yang berkembang pesat membuat mayoritas masyarakat Indonesia memeluk agama Islam.
Hal ini menyebabkan aturan kasta mulai pudar di masyarakat. Nama-nama Arab seperti
Muhammad, Abdullah, Umar, Ali, Musa, Ibrahim, Hasan, Hamzah, dan lainnya mulai
digunakan. Kosakata bahasa Arab juga banyak digunakan, contohnya rahmat, berkah
(barokah), rezeki (rizki), kitab, ibadah, sejarah (syajaratun), majelis (majlis), hikayat,
mukadimah, dan masih banyak lagi. Begitu pula dengan sistem penanggalan. Sebelum
budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal kalender Saka
(kalender Hindu) yang dimulai pada tahun 78 M. Dalam kalender Saka ini, ditemukan nama-
nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage, dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam,
Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan
peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
c. Bidang Pendidikan
Pendidikan Islam berkembang di pesantren-pesanten Islam. Sebenarnya, pesantren telah
berkembang sebelum Islam masuk ke Indonesia. Pesantren saat itu menjadi tempat
pendidikan dan pengajaran agama Hindu. Setelah Islam masuk, mata pelajaran dan proses
pendidikan pesantren berubah menjadi pendidikan Islam.Pesantren adalah sebuah asrama
tradisional pendidikan Islam. Siswa tinggal bersama untuk belajar ilmu keagamaan di bawah
bimbingan guru yang disebut kiai. Asrama siswa berada di dalam kompleks pesantren. Kiai
juga tinggal di kompleks pesantren.
d. Bidang Sastra dan Bahasa
Persebaran bahasa Arab lebih cepat daripada persebaran bahasa Sanskerta karena dalam
Islam tak ada pengkastaan. Semua orang dari raja hingga rakyat jelata dapat mempelajari
bahasa Arab. Pada mulanya, memang hanya kaum bangsawan yang pandai menulis dan
membaca huruf dan bahasa Arab. Namun selanjutnya, rakyat kecil pun mampu membaca
huruf Arab. Penggunaan huruf Arab di Indonesia pertama kali terlihat pada batu nisan di
daerah Leran Gresik, yang diduga makam salah seorang bangsawan Majapahit yang telah
masuk Islam. Dalam perkembangannya, pengaruh huruf dan bahasa Arab terlihat pada
karyakarya sastra. Bentuk karya sastra yang berkembang pada masa kerajaan-kerajaan Islam
di antaranya sebagai berikut.
1. Hikayat, cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat
ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Contoh hikayat yang terkenal adalah
Hikayat Amir Hamzah.
2. Babad, kisah pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad
Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
3. Suluk, kitab yang membentangkan soal-soal tasawuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk
Wijil, Suluk Malang Sumirang, dan lainnya.
4. Syair, seperti Syair Abdul Muluk dan Gurindam Dua Belas.
e. Bidang Arsitektur dan Kesenian
Islam telah memperkenalkan tradisi baru dalam teknologi arsitektur seperti masjid dan istana.
Ada perbedaan antara masjid-masjid yang dibangun pada awal masuknya Islam ke Indonesia
dan masjid yang ada di Timur Tengah. Masjid di Indonesia tidak memiliki kubah di puncak
bangunan. Kubah digantikan dengan atap tumpang atau atap bersusun. Jumlah atap tumpang
itu selalu ganjil, tiga tingkat atau lima tingkat serupa dengan arsitektur Hindu. Contohnya,
Masjid Demak dan Masjid Banten.
Demak merupakan nama kerajaan islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah
sekitar 1500. Raden Patah berhasil memisahkan diri dari Majapahit. Dalam waktu singkat,
Demak mencapai kejayaannya, daerah-daerah pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Timur
mengakui kedaulatannya. Demak merupakan kerajaan maritim, karena perekonomian
utamanya berasal dari perdagangan antarpulau. Demak merupakan bandar transito yaitu
perantara atara pusat rempah-rempah di Maluku dan pusat perdagangan internasional di
perairan Selat Malaka. Kerajaan demak merupakan pusat penyebaran agama islam. Dari
istana Bintoro (Demak), agama islam menyebar ke:
kawasan pantai utara jawa Barat (Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon)
daerah-daerah pantai Utara Jawa Timur (Tuban, Giri, Surabaya, Pasuruan, dan
Madura
daerah pedalaman Jawa Tengah (Pajang dan Mataram)
d. ke daerah Banjar di Kalimantan Selatan.
Kerajaan Mataram Islam didirikan oleh Sutawijaya pada Tahun 1582. Sutawijaya merupakan
putra dari Ki Ageng Pamanahan. Karena berjasa dalam membunuh Arya Panangsang, Ki
Ageng Pamanahan diberi hadiah di daerah Mataram oleh Joko Tingkir. Di Mataram inilah Ki
Ageng Pamanahan bersama putranya membangung pemukiman. Kerajaan Mataram mencapai
puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raden Mas Rangsang yang dikenal dengan nama
Sultan Agung (1613-1645). wilayah kerajaan Mataram meliputi seluruh Jawa Tengah, Jawa
Timur, sebagian Jawa Barat, Pulau Sumatera (Palembang dan Jambi) serta Kalimantan.
Hanya Cirebon, Banten, dan Batavia yang tidak dikuasai Mataram karena Mataram
menganggap Cirebon dan Banten adalah saudara dan didirikan oleh salah satu Wali Songo,
sehingga harus dihormati. Mataram pernah dua kali menyerang Batavia yaitu pada tahun
1628 dan 1629 namun gagal.
Kerajaan Banten
Kerajaan Banten merupakan Kerajaan Islam yang didirikan oleh Hidayatullah tahun 1524.
Syarif Hidayatullah merupakan salah satu anggota Wali Songo yang dikenal dengan sebutan
Sunan Gunung Jati. Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan
Sultan Ageng Tritayasa. Perdagangan Banten berkembang dengan pesat hingga mencapai
Donggala, Filipina, Persi dan Turki. Sultan Ageng Tirtayasa gigih menghadapi VOC hingga
akhirnya VOC mengadu domba dengan putranya bernama Sultan Haji.