Anda di halaman 1dari 16

Struktur Ginjal dan Mekanisme yang Berlangsung Didalamnya

Ika Salamah
(102014151 / kelompok B4)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida wacana
Alamat Korespondensi :
Jln. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat
E-mail: Ika.2014fk151@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak:
Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang berwarna merah tua. Organ ini merupakan
organ retroperitoneal dimana ginjal yang kanan letaknya agak di bawah dari ginjal yang kiri
dikarenakan pada sisi sebelah kanan terdapat organ hati. Ginjal diperdarahi oleh Arteri
renalis. Ginjal terdiri dari dua bagian utama, yaitu korteks dan medulla. Ginjal mengandung
satu sampai empat juta nefron yang merupakan unit pembentuk urin. Fungsi utama dari ginjal
sendiri ialah untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh. Mekanisme kerja ginjal
hingga menghasilkan urin akan melalui serangkaian tahapan yaitu proses filtrasi glomerulus,
reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus sampai akhirnya urin akan di keluarkan dari tubuh.
Gangguan juga sering dialami oleh ginjal. Seperti gagal ginjal ataupun batu ginjal.
Kata Kunci: Ginjal, keseimbangan, filtrasi, reabsorsi, sekresi.

Abstract:
The kidneys are bean-shaped organs are colored a deep red. This Organ is retroperitoneal
organs where the right kidney sits just a bit below from the left kidney is caused the right side
there is the liver orga.n. Kidney traversed by artery renal. The kidney consists of two main
parts, namely the cortex and medulla. The kidneys contain one to four million units which
was a framer nefron urine. The main function of the kidneys is to maintain a balance liquids
of the body. The working mechanism of the kidneys to produce urine are going through a
series of stages which the glomerulus filtration, reabsorption process of tubules and urinary
secretion of tubules until it finally will be issued from the body. Disorders also often
experienced by the kidneys. As kidney failure or kidney stones.
Key Word: Kidney, balance, reabsorsi, filtration, secretion.
Pendahuluan
Ginjal merupakan organ tubuh yang mempunyai fungsi untuk menyaring berbagai zat
makanan dari darah dan kemudian mengeluarkannya melalui urin. Ginjal adalah organ
ekskresi yang bentuknya seperti kacang. fungsi ginjal adalah mengatur air,konsentrasi garam
dalam darah, keseimbangan asam basa darah, serta ekresi bahan buangan dan kelebihan
garam. Ginjal juga berfungsi untuk mengatur tekanan darah didalam tubuh. Jika tekanan
darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan
berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekana darah ke normal, jika tekanan darah
menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah
bertambah dan tekanan darah kembali ke normal. Dalam makalah ini saya akan membahas
tentang fungsi ginjal dalam pengaturan tekanan darah.

Struktur Makroskopik Ginjal


Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya sekitar
12.5 cm dan lebarnya 2.5 cm, kurang lebih sebesar kepalan tangan. Setiap ginjal kurang lebih
memiliki berat antara 125-175 gr pada laki-laki, dan 115-155 gr pada perempuan. Organ ini
merupakan organ retroperitoneal dimana ginjal yang kanan letaknya agak di bawah dari
ginjal yang kiri diakibatkan karena pada sisi sebelah kanan terdapat organ hati.1

Jarak antara kutub atas kedua ginjal kurang lebih 7 cm, jarak kutub bawah kedua
ginjal kurang lebih 11 cm sedangkan jarak kutub bawah ke crista illiaca 3-5cm. Morfologi
ginjal sendiri terbagi menjadi, ekstremitas superior dan inferior, margo medialis dan
lateralis, facies anterior dan posterior. Sama halnya dengan organ lainnya seperti paru-paru,
ginjal juga mempunyai pembungkus. Pembungkus dari ginjal sendiri terbagi menjadi 3, yaitu
capsula fibrosa, capsula adiposa, dan fascia renalis. Capsula fibrosa merupakan
pembungkus yang hanya membungkus ren dan sifatnya mudah dilepas. Sedangkan capsula
adiposa berperanuntuk mempertahankan ginjal pada tempatnya, membungkus ren dan gl.
suprarenalis serta mengandung banyak lemak.
Gambar 1.1. Morfologi ginjal2

Sementara itu, untuk menjalankan fungsinya yang lebih spesifik, ginjal memiliki bagian-
bagian utama lainnya seperti cortex dan medula. Gambar 1.2 di bawah ini menunjukkan
bagian-bagian dari ginjal.

Gambar 1.2. Bagian-bagian ginjal2


Medula renalis terdiri atas kira-kira selusin piramid renalis yang masing-masing mempunyai
basis yang menghadap kekorteks renalis, dan apex yaitu papila renalis yang menonjol
kemedial. Bagian korteks yang menonjol kemedula diantara piramid yang berdekatan disebut
collumna renalis. Papila renalis akan menonjul ke dalam kaliks minor, sedangkan beberapa
kaliks minor akan menjadi kaliks major dan nantinya akan membentuk pelvis renalis.
Korteks tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang merupakan unit struktural dan
fungsional ginjal. Korteks terletak di dalam di antara piramida-piramida medula yang
bersebelahan untuk membentuk columna ginjal yang terdiri dari tubulus-tubulus pengumpul
yang mengalir ke dalam duktus pengumpul. Ginjal terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal.
Setiap lobus terdiri dari satu piramida ginjal, kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan
korteks yang melapisinya.1

Hubungan penting ren dextra :


 Anterior : glandula suprarenalis, hepar, pars descendens duodenum, dam fleksura coli
dextra.
 Posterior : diaphragma, resesus costo diaphragmatikus, costa XII, m. psoas mayor, m.
quadratus lumborum, dan m. transversus abdominis. Nervus subcostalis, n.ilio
hypogastricus, dan n. Ilio inguinalis berjalan kebawah dan lateral.
Hubungan penting ren sinstra :
 Antrerior : glandula suprarenalis, lien, gaster, pangkreas, fleksura coli sinistra, dan
lengkung-lengkung jejenum.
 Posterior : diaphragma, resesus costo diaphragmatikus, costa XI dan costa XII, dan
m.psoa, m.quadratus lumborum, dan m.transversus abdominis. N. Subcostalis, n. Ilio
hypogastricus, dan n. Ilio inguinalis berjalan kebawah dan lateral.1

Pendarahan Ginjal
Ginjal diperdarahi oleh A. renalis. Perjalanan vaskularisasi ginjal dapat diuraikan sebagai
berikut:
 Arteri renalis dipercabangkan dari aorta abdominalis setinggi vertebra lumbalis 1-2. A.
renalis kanan lebih panjang daripada A. renalis kiri karena harus menyilang V. cava
inferior dibelakangnya. A. renalis masuk kedalam ginjal melalui hilus renalis dan
mempercabangkan dua cabang besar. Cabang pertama jalan melalui depan ginjal dan
mendarahi ginjal bagian depan. Sedangkan cabang yang kedua berjalan ke belakang
ginjal dan mendarahi ginjal bagian belakang. Kedua cabang a. renalis bagian depan dan
bagian belakang akan bertemu di lateral pada garis tengah ginjal atau disebut dengan
garis Broedel. Pembedahan ginjal dilakukan pada garis broedel karena pendarahannya
minimal. Arteri renalis berjalan diantara lobus ginjal dan bercabang lagi menjadi a.
interlobaris.3

 Arteri interlobaris
Arteri interlobaris merupakan percabangan dari arteri segmentalis. Arteri ini terdapat di
antara piramida-piramida medularis dan akan bercabang lagi arteri arcuata yang akan
mengelilingi korteks dan medula, sehingga disebut a. arciformis. Setelah itu a. arcuata
mempercabangkan A. interlobularis dan berjalan sampai tepi ginjal, kemudian
mempercabangkan arteriol afferen glomerulus dan arteriol efferen glomerulus.
Pembuluh baliknya mengikuti nadinya dan akan disalurkan ke v. cava inferior untuk
kemudian dibersihkan di jantung.3

Gambar 1.3. Pendarahan ginjal2

Struktur Mikroskopik Ginjal


Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian
dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk
kerucut yang disebut pyramid renalis, puncak kerucut tadi menghadap calyx yang terdiri dari
lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.4
Hilus adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong yang
menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calyx renalis major
yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calyx renalis minor. Struktur
halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Setiap ginjal
mengandung 1 sampai 4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urin.1,4 Nefron terdiri
dari corpuskel malphigi yang terdiri dari glomerulus dan capsula bowman, tubulus kontortus
proksimal, ansa henle, tubulus kontortus distal dan duktus koligens. Gambar 1.4 dibawah
menunjukkan gambaran dari urutan proses pembentukan urin yang terjadi di ginjal.

Gambar 1.4. Mekanisme pembentukan urin2

Glomerulus dan Kapsula Bowman


Glomerulus yaitu gulungan kapiler yang dikelilingi kapsul epitel berdinding ganda
disebut kapsula Bowman. Glomerulus dan kapsula Bowman bersama-sama membentuk
sebuah korpuskel ginjal.
- Lapisan viseral kapsula Bowman adalah lapisan internal epitelium. Sel-sel lapisan ini
dimodifikasi menjadi podosit, yaitu sel-sel epitel khusus di sekitar kapiler glomerulus. Sel
podosit menempel pada permukaan luar kapiler glomerular melalui pedikel. Ruang
sempit antarpedikel disebut celah filtrasi dimana setiap celah dilapisi membran tipis.
Glomerulus juga memiliki barrier arau sawar.
- Lapisan parietal kapsula Bowman membentuk tepi terluar korpuskel ginjal. Pada kutub
vaskular korpuskel ginjal, terdapat arteriol afferen masuk ke glomerulus dan arteriol
efferen keluar dari glomerulus. Pada kutub urinarius korpuskel ginjal, hasil filtrasi
glomerulus akan masuk ke tubulus kontortus proksimal.4

Pada bagian ini, terjadi proses filtrasi. Sewaktu darah mengalir melalui glomerulus plasma
bebas protein tersaring melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsul bowman. Dalam keadaan
normal, 20 % plasma yang masuk ke glomerulus tersaring. Proses ini merupakan langkah
pertama pembentukan urin. Hasil filtrasi yang berada di kapsul bowman yang di sebut filtrat
sama dengan konstituen yang masuk ke glomerulus kecuali protein.

Tubulus Kontortus Proksimal


Struktur ini merupakan segmen berkelok-kelok, yang bagian awal dari tubulus ini
panjangnya dapat mencapai 14 mm dengan diameter 57-60 mikron. Tubulus konvulatus
prokimalis biasanya ditemukan pada potongan melintang korteks yang dibatasi oleh epitel
selapis kubis atau silindris rendah dengan banyak dijumpai mikrovili yang panjangnya bisa
mencapai 1,2 mikron dengan jarak satu dengan yang lainnya adalah 0.03mikron.
Karakteristik dari tubulus ini ditemukan apa yang disebut Brush Border, sehingga lumen
tidak terlihat jelas dengan sel epitel selapis kubus dan inti bulat, dan tubulus ini bersifat
asidofil.4
Setelah plasma darah telah di filtrasi dan membentuk filtrat, maka zat-zat yang
terkandung dalam filtrat tersebut ada yang diserap kembali dan ada juga zat yang disekresi
seperti ion H+ (bergantung keasaman darah) dan ion-ion organik. Reabsorbsi pada tubulus
proksima bersifat obligat. Zat yang direabsorbsi antara lain, glukosa dan asam amino sebesar
100%, Na+ sebesar 67% (Cl ikut), air sebesar 65%, dan urea sebesar 50%.

Ansa Henle
Ansa henle banyak dijumpai didaerah medula dengan diameter bisa mencapai
15mikron. Ansa Henle mempunyai bentuk seperti huruf ‘U’ yang mempunyai segmen tebal
dan diikuti oleh segmen tipis serta terbagi menjadi bagian descendens dan ascendens. Bagian
descendens mempunyai lumen yang kecil dengan diameter 12 mikron panjang 1-2 mm,
sedangkan bagian ascendens mempunyai lumen yang agak besar dengan panjang 9 mm
dengan diameter 30 mikron. Epitel dari ansa henle merupakan peralihan dari epitel selapis
kubus menjadi epitel selapis gepeng dan kembali lagi menjadi epitel selapis kubus.4
Pada bagian ini, terjadi proses reabsorbsi dimana air akan direabsorbsi sebesar 15%
sehingga menyebabkan Ansa Henle pars descendens bersifat hiperosmotik. Sementara itu,
pada Ansa Henle pars ascendens, hanya terjadi proses reabsorbsi terhadap NaCl sebesar 25%
sehingga menyebabkan bagian tersebut bersifat hipoosmotik.

Tubulus Kontortus Distal


Ciri-ciri dari tubulus kontortus distal antara lain tidak memiliki brush border,
memiliki epitel selapis kuboid rendah, lumennya lebih lebar dari tubulus proksimal, inti sel
yang berdekatan serta bersifat basofil. Sepanjang perjalanan pada kortex, tubulus ini
mengadakan hubungan dengan katup vaskuler badan ginjal dari nefronnya sendiri
yakni dekat dengan anteriole aferen dan efferen. Pada tempat hubungan ini, tubulus distalis
mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola afferens. Segmen yang mengadakan
modifikasi bersama dengan arteriola afferens. Segmen yang mengadakan modifikasi ini pada
mikroskop cahaya tampak lebih gelap ini dikarenakan dekatnya dengan inti disebut makula
densa. Fungsi Makula densa belum begitu jelas, tapi beberapa ahli mengatakan, fungsinya
adalah sebagai penghantar data-data osmolaritas cairan dalam tubulus distal keglomerulus.
Pada makula densa yang dekat dengan arteriola afferen mengandung sel-sel jukstaglomerulus
yaitu sel-sel yang mempunyai bentuk epitheloid dan bukan sel otot polos dan ini mungkin
merupakan modifikasi dari otot polos. Sel ini yang nantinya menghasilkan enzim renin.
Hormon ini mengubah hipertensinogen menjadi hipertensin (angiotensin I). Kemudian
anginotensin I diubah menjadi anginotensin II. Angiotensin ini mempengaruhi tunika media
dari arteriola untuk berkontraksi, yang mengakibatkan tekanan darah menjadi naik.1,4 Pada
bagian ini, zat yang mengalami reabsorbsi seperti Na+, Cl, dan air, dipengaruhi oleh kerja dari
hormone aldosteron yang sekresinya dibantu oleh anginotensinogen II. Selain itu ada juga
beberapa zat yang akan disekresi seperti ion K+ (bergantung peran aldosteron) dan ion H+
yang bergantung pH cairan tubuh. Reabsorbsi yang terjadi disini bersifat fakultatif atau
bergantung dari kebutuhan tubuh.4

Ductus Koligens
Tubulus koligens merupakan lanjutan dari nefron bagian tubulus konvulatus distalis
dan mengisi sebagian besar daerah medulla. Tubulus koligens bagian depan mempunyai
lumen yang kecil berdiameter sekitar 40 mikron dengan panjang 20-22 mm. Lumennya
dilapisi epithel kubus selapis, sedangkan tubulus colectivus bagian belakangnya sudah
berubah menjadi `bentuk silindris dengan diameter 200 mikron, panjangnya mencapai 30-38
mm. Pada ductus koligens, terjadi reabsorbsi air yang dibantu oleh kendali ADH serta terjadi
proses sekresi H+.4

Fungsi Ginjal
Ginjal adalah organ ekskresi yang berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian
dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang
mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi. Fungsi utama dari ginjal kita yaitu
sebagai homeostasis, yaitu untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh manusia.
Selain itu, ginjal juga berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan asam basa,
mempertahankan osmolaritas, ekskresi sisa metabolisme seperti urea, asam urat, dan
kreatinin, pengeluaran zat beracun dari ginjal seperti polutan, zat tambahan makanan, obat-
obatan, atau zat kimia asing lain dari tubuh. Dan fungsi yang tidak kalah penting adalah
fungsi hormon.3

Sebagai alat endokrin, ginjal menghasilkan, eritropoietin, renin, dan calcitriol.


Pengaturan produksi sel darah merah dilakukan ginjal dengan melepas eritropoietin, yang
mengatur produksi sel darrah merah dalam sumsum tulang. Ginjal juga melakukan
pengaturan tekanan darah dengan mengatur volume cairan yang esensial bagi pengaturan
tekanan darah, dan juga memproduksi renin. Renin adalah komponen penting dalam
mekanisme renin-angiostensin-aldosteron, yang berperan dalam meningkatkan tekanan darah
dan retensi air. Calcitriol bekerja dalam sel usus untuk membantu penyerapan kalsium dalam
makanan. Calcitriol bekerja pula dalam tulang untuk memobilisasi kalsium dari tulang
kedalam darah. Kekurangan calcitriol mengakibatkan terkumpulnya kalsium di tulang
menjadi terhambat. Pada masa kanak-kanak, hal ini mengakibatkan kelainan bentuk tulang
atau rakitis. Pada orang dewasa, mengakibatkan kelemahan tulang dan menyebabkan
osteomalacia.3

Terdapat dua hormon yang berperan dalam proses dasar ginjal, antara lain aldosteron
dan ADH. Hormon aldosteron bekerja di tubulus distal, fungsi fisiologis hormon aldosteron
yaitu mengatur unsur-unsur mineral antara lain Na+ dan K+, yakni terutama mengatur
reabsorpsi Na+ dan sekresi K+. Dalam hal ini apabila aldosteron meningkat, menyebabkan
reabsorpsi Na+ bertambah dan sekresi K+ bertambah pula. Aldosteron membantu ginjal
mengatur volume plasma atau cairan ekstra sel. Sedangkan ADH bekerja pada ductus
koligentes, Hormon ini mempuyai fungsi fisiologi sebagai anti diuretik dengan pekerjaan
utama untuk “retensi cairan”. Terutama untuk pengaturan volume cairan ekstra sel dan
konsentrasi Na+ dan membantu ginjal mengatur tekanan osmotik plasma.4

Mekanisme Kerja Ginjal


Mekanisme kerja ginjal hingga menghasilkan urine akan melalui serangkaian tahapan
yaitu proses filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus sampai akhinya urin
akan di keluarkan dari tubuh.
Tahap filtrasi
Proses ini berlangsung di glomerulus. Sewaktu darah mengalir melalui glomerulus
plasma bebas protein tersaring melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsul bowman. Dalam
keadaan normal, 20 % plasma yang masuk ke glomerulus tersaring. Proses ini merupakan
langkah pertama pembentukan urin. Hasil filtrasi yang berada di kapsul bowman yang di
sebut filtrat sama dengan konstituen yang masuk ke glomerulus kecuali protein. Tekanan
darah kapiler glomerulus adalah gaya pendorong utama yang berperan untuk menginduksi
filtrasi dari glomerulus ke dalam kapsula bowman harus melewati 3 lapisan yang membentuk
membran glomerulus yaitu dinding kapiler glomerulus, membran basal, dan lapisan dalam
kapsula bowmen.5,6
Untuk melakukan filtrasi glomerulus, harus terdapat gaya yang mendorong sebagian
dari plasma di glomerulus menembus lubang-lubang di membran glomerulus. Tidak terdapat
mekanisme transpor aktif atau pengeluaran energi lokal yang berperan dalam memindahkan
cairan dari plasma menembus membran glomerulus menuju kapsul Bowman. Dalam keadaan
normal ada tiga gaya yang berperan dalam filtrasi glomerulus yaitu tekanan hidrostatik
kapiler glomerulus, tekanan onkotik kapiler glomerulus dan tekanan hidrostatik kapsula
bowman. Tetapi apabila terjadi kerusakan pada glomerulus sehingga protein dapat lolos maka
satu tekanan yang juga di perhitungkan yaitu tekanan onkotik kapsula bowman. Tekanan
hidrostatik pada kapiler glomerulus yang bergantung dari kontraksi jantung dan resistensi
terhadap aliran darah yang ditimbulkan oleh arteriol aferen dan eferen. Tekanan darah
hidrostatik ini cenderung mendorong cairan keluar glomerulus menuju kapsula bowman di
seluruh panjang kapiler glomerulus dan merupakan gaya utama yang menghasilkan filtrasi
glomerulus. Tekanan osmotik (onkotik) di glomerulus berasal dari tekanan protein. Tekanan
ini merupakan tekanan yang melawan filtrasi. Tekanan hidrostatik kapsul bowman melawan
filtrasi.6

Tahap reabsorbsi
Proses ini terjadi di tubulus, reabsorpsi tubulus bersifat sangat selekif. Zat-zat yang
direabsorpsi tidak keluar dari tubuh melalui urin, tetapi di angkut oleh kapiler peritubular ke
sistem vena kemudian dikembalikan ke jantung. Dari 180 liter plasma yang di filtrasi setiap
hari, rata-rata 178,5 liter diserap kembali dengan 1,5 liter sisanya terus mengalir ke pelvis
ginjal untuk di keluarkan sebagai urin. Pada setiap tubulus ginjal, terdapat zat-zat yang
mengalami reabsorbsi, seperti di tubulus proksimal, antara lain, glukosa, asam amino, urea
dan air. Sedangkan di ansa henle dan tubulus distal terdapat reabsorbsi air, dan NaCl.
Sejumlah besar molekul organik yang mengandung nutrisi misalnya glukosa dan asam
amino difiltras setiap hari karena zat-zat ini secara normal direabsorpsi seluruhnya ke darah
oleh tubulus proksimal. Glukosa dan asam amino diangkut melalui transport aktif.6

Tahap sekresi
Sekresi tubulus mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah
kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk
masuk kedalam tubulus ginjal. Sekresi tubulus dapat dipandang sebagai mekanisme
tambahan yang meningkatkan eliminasi zat-zat tersebut dari tubuh. Semua zat yang masuk ke
cairan tubulus, baik melalui fitrasi glomerulus maupun sekresi tubulus dan tidak direabsorpsi
akan dieliminasi dalam urin.
Sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel seperti yang dilakukan reabsorpsi tubulus,
tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi tubulus dapat
aktif atau pasif. Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion
hidrogen(H+), ion kalium (K+), serta anion dan kation organik, yang banyak diantaranya
adalah senyawa-senyawa yang asing bagi tubuh.6
 Sekresi Ion Hidrogen. Sekresi hidrogen ginjal sangatlah penting dalam pengaturan
keseimbangan asam-basa tubuh.
 Sekresi ion Kalium. Ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah
dengan arah berlawanan di berbagai bagian tubulus. Zat ini secara aktif direabsorpsi
di tubulus proksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul.
 Sekresi anion dan kation organik. Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa
sekretorik yang terpisah, satu untuk sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah
untuk sekresi kation organik.5,6
Pengaktifan sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron

Sistem hormon terpenting dalam regulasi Na+ adalah sistem renin-angiotensin-aldosteron.


Sel granular aparatus jukstaglomerolusmengeluarkan hormon enzimatik, renin, kedalam
sebagai respon terhadap penurunan NaCl/ volume CES/ tekanan darah. Fungsi ini adalah
tambahan terhadap peran sel makula densa aparatus jukstaglomerolus dalam otoregulasi.
Secara spesifik, tiga sel granular meningkatkan sekresi renin.:4
1. Sel glanular itu sendiri berfungsi sebagai “baroreseptor internal”. Sel ini peka
terhadap perubahan tekanan di dalam arteriol afferen. Ketika mendeteksi penurunan
tekanan darah sel glanular ini mengeluarkan lebih banyak renin.
2. Sel makula densa di bagian tubulus apartus jukstaglomelurus peka terhadap NaCL
yang melewatinya melalui lumen tubulus. Sebagai respons terhadap penurunan NaCL,
sel makula densa memicu sel glanular mengeluarkan lebih banyak renin.
3. Sel glanular disarafi oleh sistema saraf simpatis. Ketika tekanan darah turun di bawah
normal, refleks barroreseptor meningkatkan aktivitas simpatis. Sebagai bagian dari
respon reflek ini, peningkatan aktivitas simpatis merangsang sel glanular
mengeluarkan lebih banyak renin.
Sinyal-sinyal yang saling terkait untuk meningkatkan sekresi renin ini semuanya
menunjukan perlunya meningkatkan volume plasma untuk meningkatkan tekanan arrteri
ke normal dalam jangka panjang. Melalui serangkaian proses kompleks yang melibatkan
RAA, peningkatan sekresi renin menyebabkan peningkatan reabsorsi Na+ oleh tubulus
distal dan koligentes. Klorida selalu secara pasif mengikuti Na+ menuruni gradien listrik
yang terbentuk oleh perpindahan aktif Na+. Manfaat akhir dari retensi garam ini adalah
bahwa tetensi tersebut mendorong retensi H2O secara otomatis, yang membantu
memulihkan volumen plasma sehingga penting dalam control jangka panjang tekanan
darah.4
Setelah dikeluarkan dalam darah, renin bekerja sebagai enzim untuk mengaktifakan
angiotensinogen menjadi angiotensinogen 1 . angiotensin adalah suatu protein plasma
yang disintesis oleh hati dan selalu terdapat di plasma dalam konsentrasi tinggi. Ketika
melewati paru melalui sirkulasi paru, angiontensin 1 diubah menjadi angiotensin 2 oleh
Agiontensin converting enzim (ACE), yang banyak terdapat di kapiler paru. Angiotensin
2 perangsang utama sekresi hormon aldosteron dari korteks ardenal adalah kelenjar
endokrin yang menghasilkan beberapa hormon berbeda, masing-masing disekresikan
sebagai respon rangsangan yang berbeda.4
Gambar3. Aparatus jukstaglomelurus5
Fungsi sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Diantara berbagai efeknya, aldosteron meningkatkan reabsorsi Na+ oleh tubulus distal
dan Koligentes. Hormon ini melakukannya dengan mendorong penyisipan saluran Na+
tambahan dari membran luminal dan penambahan pembawa Na+ K+ ATPase ke dalam
membran basolateral sel tubulus distal dan koligentes. Hasil akhirnya adalah peningkatan
fluks pasif Na+ masuk ke dalam sel. Dan peningkatan pemompaan Na+ masuk ke dalam sel
tubulus dalam lumen dan peningkatan pemompaan Na+ keluar sel ke dalam plasma yaitu,
peningkatan reabsorsi Na+, disertai CL- mengikuti secara pasif. Karena itu, RAA mendorong
retensi garam yang pasif. Karena itu RAA, mendorong retensi garam yang menyebabkan
retensi H2O dan peningkatan tekanan darah arteri. Melalui mekanisme umpan balik negatif
sistem ini menghilangkan faktor-faktor yang memicu pelepasan awal renin-yaitu, deplesi
garam, penurunan volumen plasma, dan penurunan darah tekanan darah arteri.4
Selain merangsang sekresi aldosteron, angiotensin 2 adalah kontrikstor poten arteriol
sistemik, secara langsung meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi
perifer total. Selain itu, angiotensin 2 merangsang rasa haus ( meningkatkan asupan cairan)
dan merangsang vasopresin ( suatu hormon yang meningkatkan retensi H2O oleh ginjal ),
dimana keduanya ikut berperan dalam menambah volume plasma dan meningkatkan tekanan
arteri. 6
Situasi yang berlawanan terjadi jika beban Na+, volume CES dan plasma, dan
tekanan darah arteri diatas normal. Pada keadaan-keadaan ini sekresi renin terhambat.
Dengan demikian, karena angiotensinogen tidak diaktifkan menjadi Angiotensinogen dengan
demikian tidak diaktifkan menjadi angiotensin 1 dan 2, maka sekresi aldosteron tidak
terangsang. Tanpa Aldosteron, tidak terjadi reabsorsi Na+ yang dependen aldosteron (
jumlahnya kecil) di segmen distal tubulus. Na+ yang tidak direabsorsi ini kemudian keluar
bersama urin. Tanpa aldosteron, pengeluaran terus menerus sebagian kecil dari Na+ yang
terfiltrasi ini dapat dengan cepat mengeluarkan kelebihan Na+ dari tubuh. Meskipun hanya
8% dari Na+ yang terfiltrasi yang bergantung pada aldosteron untuk di absorsi, namun
pengeluaran sedikit-sedikit ini, yang sering terjadi karena seluruh volumen plasma di filtrasi
melalui ginjl beberapa kali dalam sehari, dapat menyebabkan peneluaran Na+ dalam jumlah
bermakna.5
Jika tidak terdapat aldosteron sama sekali maka garam yang dapat disekresikan per
hari adalah 20 gram. pada sekresi aldosteron maksimal, semua Na+ yang terfiltasi ( dan
karenanya, semua CL- yang terfiltrasi) direabsorsi sehingga eksresi garam di urin nol. jumlah
aldosteron yang di sekresikan, dan karenanya jumlah relatif garam yang dihemat versus yang
dikeluarkan, biasanya bervariasi antara kedua ekstrim ini, bergantung pada kebutuhan tubuh.
Sebagai contoh, orang yang mengonsumsi garam dalam jumlah biasa umumnya
mengekresikan sekitar 10 gram per hari di urin, mereka yang mengonsumsi garam dalam
jumlah besar mengeluarkan lebih banyak, dan orang yang telah kehilangan cukup banyak
garam karena mandi keringat mengeluarkan lebih sedikit garam melalui urin. Dengan
mengubah-ubah jumlah renin dan aldosteron yang disekresikan sesuai dengan jumlah cairan (
yang ditentukan oleh garam ) di tubuh, ginjal dapat dengan tepat menyesuaikan jumlah garam
yang di tahan keluarkan. Dengan melakukan hal ini ginjal mempertahankan beban garam dan
volume CES/tekanan darah arteri pada tingkat yang relatif konstan meskipun konsumsi
garam sangat bervariasi dan adanya pengeluaran cairan penuh garam secara abnormal.5,6

Peran Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron dalam berbagai Penyakit


Sebagai kasus Hipertensi ( tekanan darah tinggi) disebabkan oleh peningkatan
abnormal aktivitas RAA. Sistema ini juga ikut berperan menyebabkan retensi cairan dan
edema yang terjadi pada gagal jantung kongestif. Karena jantung mengalami kepayahan
maka curah jantung berkurang dan tekanan darah arteri menjadi rendah meskipun vlolume
plasma normal atau bahkan meningkat. Jika penurunan tekanan darah disebabkan oleh gagal
jantung dan bukan penurunan jumlah garam/cairan di tubuh maka refleks-refleks untuk
menahan garam dan cairan terpicu oleh rendahnya tekanan darah oleh hal yang kurang tepat.
Eksresi natrium dapat turun hingga nyaris nol meskipun ingesti garam berlanjut dan terjadi
akumulasi di tubuh. Ekspansi CES yang terjadi menimbulkan edema dan memperparah gagal
jantung Kongestif karena jantung yang telah melemah tidak dapat mempompa volume
plasma tambahan tersebut.6
Mekanisme terjadinya Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.7
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan
hipertensi.6
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.6,7
Kesimpulan
Ginjal merupakan organ penting dalam proses penyaringan plasma darah. Fungsi dari ginjal
sendiri yang paling utama ialah untuk menjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh kita.
Gangguan pada kerja organ ginjal ini, dapat menimbulkan berbagai penyakit yang salah
satunya adalah hipertensi pada gagal ginjal terminal. Beratnya pengaruh hipertensi pada
ginjal tergantung dari tingginya tekanan darah dan lamanya menderita hipertensi. Semakin
tinggi tekanan darah dalam waktu lama maka semakin berat komplikasi yang dapat
ditimbulkan Jadi dapat disimpulkan, sakit kepala setiap hari itu dikarenakan tekanan darah
yang meningkat.

Daftar Pustaka
1. Slonane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003.h.318-9.
2. Guyton, A.C., and Hall, J.E., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed, Jakarta:
EGC, h. 231-237 dan 326-327
3. O’Callagahan, C.A., 2007. At a Glance Sistem Ginjal. 2th ed. Jakarta: Erlangga, h. 94-95
4. Fawcett D. Buku ajar histologi. Edisi ke-12. Jakarta: EGC; 2002.h.650.
5. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed.20. Jakarta: EGC; 2002.h.62-72.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.h.554-
72.
7. Tessy, A., 2009. Hipertensi Pada Penyakit Ginjal. In: Sudoyo, A.W., Setiyobudi, B.,
Alwi, I., Simadibarata, M., Setiati, S., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. 5th
ed, Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, h. 1086-1089.

Anda mungkin juga menyukai