Anda di halaman 1dari 13

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN KELOR (moringa oleifera)


TERHADAP KADAR SGOT,SGPT DAN GAMBARAN
HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS WISTAR JANTAN YANG
DIINDUKSI CCL4

BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:

Ketua : Dita Khairunisa NIM/NPM. 1308260135 (2013)


Anggota 1 : Risna safitri NIM/NPM. 1308260106 (2013)
Anggota 2 : Reni violita NIM/NPM. 1308260142 (2013)
Anggota 3 : Karina nurzikhriyah S NIM/NPM. 1308260150 (2013)
Anggota 4 : Mela Fitri NIM/NPM. 1308260007 (2014)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

MEDAN
201 5

i
BAB 1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Moringa oleifera lam (sinonim: Moringa pterygosperma Gaertner) yang


kita kenal dengan nama kelor sangat banyak ditemukan di daerah tropis dan
merupakan tanaman multi guna yang padat nutrisi. Tanaman kelor mengandung
46 antioksidan kuat yang melindungi tubuh dari radikal bebas, mengandung 18
asam amino (8 diantaranya esensial) yang dibutuhkan tubuh untuk membangun
sel-sel baru serta 90 nutrisi alami seperti vitamin dan mineral.
Pada sebagian besar masyarakat indonesia, moringa oleifera lam
dipercaya memiliki kekuatan magis, digunakan untuk melunturkan susuk,
menangkal ilmu hitam, dan “menetralkan” orang yang sulit meninggal karna ilmu
kebal yang dimilikinya. Dengan demikian, sungguh disayangkan jika tanaman
kelor yang banyak tumbuh di tanah indonesia ini tidak dimanfaatkan.
Kelor telah menjadi salah satu herbal yang paling banyak dipelajari di
filipina, india, afrika, eropa, dan di amerika serikat. Akibatnya, hasil penelitian
kandungan daun kelor telah di publikasikan dalam jurnal medis dan ilmiah
terkenal. Klaim prngobatan tradisional india ayuverda bahwa kelor mampu
menyembuhkan lebih dari 300 penyakit, dan minyak kelor selalu ada di dalam
piramida-piramida mesir, kini di jelaskan dengan baik oleh ilmu pengetahuan
modern.
Anwar f dkk(2007)dalam penelitiannya menyebutkan bahwa daun
moringa oleifera memiliki kadar antioksidan yang tinggi yang mampu menahan
efek radikal bebas sehingga dapat meregenerasi hepatosit pada penyakit hepatitis
kronis.
Setiati dkk (2014) menyebutkan bahwa hati orang dewasa tetap
mempunyai kemampuan untuk beregenerasi ketika kemampuan hepatosit untuk
beregenerasi sudah terbatas, maka sekelompok sel pluripotensial oval yang
berasal dari duktulus-duktulus empedu akan berproliferasi hingga terbentuk
kembali sel-sel hepatosit dan sel-sel billier yang tetap mempunyai kemampuan
beregenerasi.
Elsayed dkk (2015) menjelaskan bahwa pemberian minyak alami moringa
oleifera lam pada sel-sel yang mengalami efek toksik menunjukkan penurunan
yang signifikan pada viabilitas sel dan berespon pada pemberian minyak moringa
oleifera lam secara terus menerus.
Masalahnya adalah, bahwa masyarakat belum meneliti efek ekstrak daun
kelor pada hepatosit yang telah toksik mengingat bahwa daun kelor memiliki
kandungan anti oksidan alanin yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
penelitian yang bertujuan untuk menilai efek ekstrak daun kelor terhadap kadar
sgot, sgpt dan gambaran histopatologi hepar yaitu dengan menggunakan tikus
wistar jantan yang diinduksi zat hepatotoksik.
Alasan pengukuran kadar sgot dan sgpt adalah untuk melihat enzim-enzim
pada hepar yang akan meningkat jumlahnya di dalam tubuh jika hepar mengalami
kerusakan baik kerusakan secara akut maupun kronis. Semakin banyak sel-sel
hepar yang rusak, semakin tinggi pula kadar sgot dan sgpt yang terukur di dalam
darah.

1.2 Urgensi Penelitian

Urgensi penelitian ini adalah sebagai penguat terhadap kandungan anti


oksidan yang dapat bermanfaat dalam proses penyembuhan penyakit
hepatotoksisk. Jika memang hasil penelitian ini terbukti benar, bahwa ekstrak
daun kelor efektif digunakan untuk regenerasi sel-sel hepar yang telak rusak,
maka penelitian ini akan bermanfaat untuk penyembuhan penyakit hepatotoksik.

1.3 Temuan

Temuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah data tentang efek
ekstrak daun kelor terhadap sel-sel hepar yang rusak yang dilakukan melalui dua
kelompok uji coba (perlakuan). Perbedaan masing-masing perlakuan akan
menghasilkan gambaran yang lebih jelas dan dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat: (1) sebagai rujukan bagi


peneliti berikutnya dalam melakukan penelitian tentang manfaat ekstrak daun
kelor, dan (2) dapat digunakan sebagai pengobatan penyakit hepar toksik

1.5 Luaran

Luaran hasil penelitian ini adalah deskripsi hasil penelitian yang


menggambarkan tentang perbedaan masing-masing perlakuan gambaran
histopatologi dan penilaian kadar sgot dan sgpt setelah diberikan ekstrak daun
kelor sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Selanjutnya,
hasil penelitian ini akan disusun dalam bentuk artikel ilmiah yang siap diterbitkan
di jurnal kesehatan.
BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelor (moringa oleifera)

Moringa oleifera lam yang dikenal dengan nama kelor adalah species yang
paling terkenal dari tiga belas species genus moringacae. Diduga memiliki asal-
usul di Agra dan Oudh, terletak di barat laut India, wilayah pegunungan Himalaya
bagian selatan. Nama shigon untuk kelor telah disebutkan dalam kitab “shushruta
sanhita” yang ditulis pada awal abad pertama masehi. Ada bukti bahwa kelor ini
telah dibudidayakan di India sejak ribuan tahun yang lalu. Meskipun, merupakan
tanaman asli kaki bukit selatan Himalaya, namun kelor hadir di semua negara-
negara tropis.

2.1.1 Klasifikasi moringa oleifera

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lam

2.1.2 Nama Daerah

Pada setiap daerah, Melastoma candidum memiliki sebutan yang berbeda-


beda, seperti Harendong yang biasa disebut oleh warga Sunda, Senggani sebutan
dari Jawa, Senduduk unuk Sumatera/Melayu, Kemanden oleh warga Madura,
bahkan China sendiri sudah memiliki nama tersendiri bagi Melastoma candidum
yaitu Yeh mu tan, serta dalam bahasa inggris disebut Asian melastome. (Starr et
al., 2003, Prianto et al., 2006, Hariaman, 2008, Sentra informasi IPTEK, 2009
dalam ; Liana, ida. 2010). Sedangkan pada daerah Aceh khususnya kabupaten
Aceh Singkil yang merupakan bagian selatan provinsi Aceh, Melastoma
candidum disebut Sempula.

2.1.3 Kandungan Daun Kelor

Pada tahun 1999, adalah Fuglie LJ yang pertama kali mempublikasikan


hasil penelitiannya yang mengejutkan dunia tentang kandungan nutrisi Kelor dan
tertuang dalam buku “The Miracle Tree: Moringa oleifera: Natural Nutrition for
the Tropics” (Church World Service, Dakar. 68 pp.;). Buku yang memicu
gelombang penelitian ilmiah lanjutan tentang Kelor ini, kemudian direvisi tahun
2001 dan dipublikasikan kembali dalam judul : “The Miracle Tree: The Multiple
Attributes of Moringa”.
Menurut hasil penelitiannya, daun Kelor ternyata mengandung vitamin A, vitamin
C, Vit B, kalsium, kalium, besi, dan protein, dalam jumlah sangat tinggi yang
mudah dicerna dan diasimilasi oleh tubuh manusia. Jumlahnya berlipat-lipat dari
sumber makanan yang selama ini digunakan sebagai sumber nutrisi untuk
perbaikan gizi di banyak belahan negara.Tidak hanya itu, Kelor pun diketahui
mengandung lebih dari 40 antioksidan.Kelor dilaporkan mengandung 539
senyawa yang dikenal dalam pengobatan tradisional Afrika dan India (Ayurvedic)
serta telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mencegah lebih dari
300 penyakit.

Gambar 1 : Perbandingan Nutrisi Daun Kelor Segar dan Serbuk, dengan beberapa
sumber nutrisi lainnya. (Diolah dari: fuglie LJ (1999) The Miracle tree : Moringa
Oliefera: and published as The Miracle Tree: The multiple Atributes of Moringa,
172 pp.)
Tahun 2006, Wiley InterScience mempublikasikan artikel berjudul “Moringa
oleifera: A Food Plant with Multiple Medicinal Uses”.
Tentang penggunaan bagian-bagian tanaman kelor sebagai obat penyembuh
disebutkan, berbagai bagian dari tanaman kelor berisi mineral penting dan
merupakan sumber protein yang baik, vitamin, , β-karoten, asam amino fenolat
dan berbagai asam amino essensisal lainnya. Kelor menyediakan kombinasi yang
kaya dan langka dari azeatin, quercetin, β - sitosterol, asam caffeoylquinic dan
kaempferol.
Selain memiliki kekuatan sebagai pemurni air yang efektif dan nilai gizi yang
tinggi, Kelor sangat penting untuk pengobatan alami. Berbagai bagian dari
tanaman Kelor seperti daun, akar, biji, kulit kayu, buah, bunga dan polong
dewasa, bertindak sebagai stimulan jantung dan peredaran darah, memiliki anti-
tumor, anti-piretik, anti-epilepsi, anti-inflamasi, anti-ulcer, anti-spasmodic,
diuretik, anti-hipertensi, menurunkan kolesterol, antioksidan, anti-diabetik,
hepatoprotektif, anti-bakteri dan anti-jamur. Saat ini Kelor sedang diteliti untuk
digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit dalam sistem kedokteran,
khususnya di Asia Selatan.Kelor memang merupakan Tanaman Ajaib anugrah
Tuhan untuk umat manusia.
2.2. Hati
2.2.1. Anatomi Hati
2.2.2. Histologi Hati

Hati terdiri atas bermacam-macam sel. Hepatosit meliputi 60% sel hati,
sedangkan sisanya terdiri atas sel-sel epithelial system empedu.

2.3.3. Fisiologi Hati

Fungsi utama hati adalah pembentukan dan ekskresi empedu sebanyak satu
literper hari kedalam usus halus.

2.3.4. Regenerasi Hati

Kemampuan hati untuk beregenerasi setelah perlukaan jaringan atau


reseksi bedah sangat mencengangkan.dari penelitian model binatang ditemukan
hepatosit tunggal dari tikus dapat mengalami pembedahan hinggaal ± 34 kali,atau
memproduksi jumlah sel yang mencukupi sel-sel untuk membentuk 50 hati tikus.
Dengan demikian dapat dikatakan sengatlah memungkinkan untuk melakukan
hepatrktomi hingga 2/3 dari seluruh hati.

2.3.5. Enzim Hati

Enzim adalah protein dan senyawa organic yang dihasilkan oleh sel
hidup.Enzim terdiri atas bagian protesis yang tiak mengandung protein tetapi
mengandung vitamin atau mineral dan bagian yang mengandung protein yang
terdiri atas polipeptida.
Enzim terdiri atas 6 kelas yaitu: 1).oksidereduktase misalnya LDH; 2).
Transferase misalnya alanine aminotransferase; 3).Hydrolase misalnya CHE;
4).Liase misalnya ALD; 5).Isomerase mislanya glukosa fosfat isomerase;
6).Ligase misalnya piruvat karboksilase.
Enzim umumnya terdapat didalam sel dan bissa berada dalam struktur yang
spesifik seperti organel atau mitokondria atau juga terdapat didalam sitosol.
Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan anatra pembentukan enzim
dengan penghancurannya. Walaupun terdapat keseimbangan antara penghancuran
dengan pembentukan enzim, akan selalu terdapat sedikit enzim yang keluar ke
ekstraselukar. Apabila terjadi kerusakan sel atau peningkatan permeabelitas
membrane sel, enzim akan banyak keluar keruang ekstraselular dan dapat
digunakann sebagai sarana untuk membuat diagnosis.
Enzim yang berhubungan dengan kerusakan sel yaitu
SGOT,SGPT,GLDH, dan LDH.Nilai normal SGOT/AST yaitu 5-40 IU/I dan nilai
normal SGPT/ALT yaitu 5-35 IU/I. SGOT dan SGPT meningkat sesuai inflamasi
atau nekrosis hepatosit. (Setiati et al (2014))
SGOT merupakan singkatan dari serum glutamic oxaloacetic transaminase.
Beberapa laboratorium juga sering memakai istilah AST aspartat
aminotransferase. Adanya kerusakan pada hati, otot jantung, otak, ginjal dan
rangka bisa dideteksi dengan mengukur kadar SGOT.
SGPT merupakan singkatan dari serum glutamic piruvaic transaminase,sering
juga disebut dengan ALT (alanine aminotransferase). SGPT dianggap jauh lebih
spesifik untuk menilai kerusakan lever kronis dan hepatitis.

2.3. Kelainan enzim hati dan kerusakan hati


2.3.1. Hepatitis viral akut

pada keadaaan hepatitis akut tanpa komplikasi, derajat kerusakan sel


parenkimnya relatif ringan aka tetapi peradangan sel yang terjadi berat. Ditandai
dengan Kadar SGOT meningkat dan enzim hati lainnya terutama transaminase
dalam keadaan akut.
2.3.2. Kerusakan hati toksik

Di tandai dengan peningkatan gamma GT.

2.3.3. Kerusakan hati yang disebabkan oleh obat

Di samping alcohol, diperkirakan ada lebih dari 250 obat yang


hepatotoksik.Gangguan hati karena obat-obatan ini merupakan toksik langsung
yang tergantung kepada dosis obat atau bisa juga tergantung reaksi alergi pada
masing-masing individu.
Pada gangguan hati yang disebabkan oleh haloten,kelainan yang terjadi
adalah peningkatan kadar GLDH dan SGOT. Kerusakan hati yang terjadi
disiniadalah nekrosis sentral. Pada obat yang mensupresi tiroid seperti metimazol
akan terjadi penyumbatan saluran empedu. Kerusakan hati akibat obat kontrasepsi
akan terlihat sedikit peninggian SGOT dan SGPT.

2.3.4. Hepatitis kronik

pada hepatitis kronik keruskan hepatoselularnya lebih berat. SGOT dapat


meningkat sampai 5 kali atau 10 kai di atas angka normal. (setiati et al (2014))
2.4. Pathogenesis kerusakan hati

Radang hati – mempunyai beberapa penyebab,


termasuk:
 Racun dan zat kimia seperti alkohol berlebihan;
 Penyakit yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh
menyerang jaringan sehat dalam tubuh, yang disebut sebagai
 penyakit autoimun; dan
 Mikroorganisme, termasuk virus.
menyerang sel hati – atau hepatosit –yang menjadi tempat yang bersahabat bagi
virus untuk berkembang biak. Sebagai reaksi terhadap infeksi, system kekebalan
tubuh memberikan perlawanan dan menyebabkan peradangan hati(hepatitis)
dapat bekembang menjadi jaringan parut di hati, sebuah kondisi yang disebut
fibrosis. Lambat laun, semakin banyak jaringan hati diganti dengan jaringan parut
seperti bekas luka, yang dapat menghalangi aliran darah yang normal melalui hati
dan sangat mempengaruhi bentuk dan kemampuannya untuk berfungsi
semestinya.Ini disebut sebagai sirosis.Bila hati rusak berat, mengakibatkan
bendungan di limpa dan kerongkongan bagian bawah akibat tekanan di organ
yang tinggi.Dampak dari kondisi ini – yang disebut sebagai hipertensi portal –
termasuk pendarahan saluran cerna atas dan cairan dalam perut (asites).Kerusakan
pada hati juga dapat mengurangi pembuatan cairan empedu yang dibutuhkan
untuk pencernaan yang baik dan mengurangi kemampuan hati untuk menyimpan
dan menguraikan bahan nutrisi yang dibutuhkan untuk hidup. Dampak lain dari
hati yang rusak temasuk ketidakmampuan untuk menyaring racun dari aliran
darah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan bahkan
koma. (Horn dan James (2005))
BAB 3.METODE PENELITIAN
3.1 Tahapan Penelitian
Penelitian ini dirancang dalam empat tahap yaitu tahap persiapan,
pelaksanaan, analisis hasil penelitian, dan penyusunan laporan hasil kegiatan.
Pada tahap persiapan dilakukan aktivitas pengumpulan instrumen penunjang
kegiatan. Luaran kegiatan ini adalah tersedianya barang, tempat, dokumen, dan
peralatan penunjang kegiatan penelitian. Pada tahap pelaksanaan, aktivitas yang
dilakukan adalah menjalankan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian.
Luaran kegiatan ini adalah laporan perkembangan kegiatan penelitian. Pada tahap
analisis hasil penelitian, aktivitas yang dilakukan adalah menganalisa temuan-
temuan yang diperoleh pada saat penelitian berlangsung guna penarikan
kesimpulan atas hasil penelitian. Luaran kegiatan ini adalah butir-butir hasil
analisis penelitian. Selanjunya, pada tahap penyusunan laporan kegiatan,
dilakukan penyusunan hasil kegiatan secara menyeluruh dan penulisan artikel
ilmiah hasil penelitian. Luaran kegiatan ini adalah laporan hasil penelitian dan
artikel ilmiah.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah animal eksperimental, menggunakan hewan coba
yaitu tikus wistar janatan. Rancangan penelitian, sampel terdiri atas 30 ekor
mencit, dikelompokkan dalam 3 kelompok masing-masing 9 ekor dan 3 ekor
cadangan. Pembagian kelompok perlakuan sebagai berikut:

K01 : tidak di berikan intervensi, kelompok kontrol


K02 : tidak diberikan treatment
K03 : diberikan ekstrak daun kelor 100 mg 1 x sehari dengan
sonde lambung.

8
3.2.1 Persiapan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitia ini adalah Tikus wistar jantan
umur 3-4 bulan, dengan kisaran berat badan 200-250 gram dan sehat, diperoleh
dari unit pengelola hewan laboratorium (UPHL) FK UMSU. Sebelum perlakuan
tikus terlebih dahulu diaklimatisasi selama seminggu. Tikus dipelihara dalam
kandang yang diberi alas sekam dan anyaman kawat sebagai penutup. Pemberian
pakan dilakukan setiap hari secara ad libitum. Selanjutnya secara acak tikus
dimasukkan ke dalam tiap kandang terpisah yang sudah diberi tanda sesuai
dengan perlakuan.
3.2.2 Persiapan Bahan Uji
Daun kelor (moringa oleifera) dicuci dengan air yang mengalir, kemudian
daun ini dikeringkan pada suhu ruangan selama 24 jam. Daun yang sudah
dikeringkan diinkubasi pada suhu 60°C selama 24 jam. Setelah daun kelor
(moringa oleifera) kering selanjutnya dihaluskan dengan menggunakan mortar,
setelah halus serbuk daun kelor kering ditimbang dengan timbangan analitik
(gram) dilarutkan kedalam alkohol 96 %, kemudian diaduk dan didiamkan selama
24 jam. Filtrat yang diperoleh dengan penyaringan melalui 4 lapis kain kasa atau
kertas saring. (kasolo et al (2011)). Selanjutnya diuapkan dengan vakum rotary
evaporator pada suhu 50°C, 70 rpm sehingga diperoleh ekstrak kasar
menggunakan metode soklet ekstrak yang didapat kemudian ditampung dalam
botol steril.

3.2.3 Tahap Pelaksanaan

Tikus di berikan CCL4 secara intraperitoneal dengan dosis 1 ml/kgBB,


selanjutnya dibiarkan selama 24 jam kemudian dilakukan pemeriksaan kadar
SGOT dan SGOT sebagai pre-tes. Lalu diberikan ekstrak daun kelor sesuai dosis
pada perlakuan masing-masing kelompok, selanjutnya diamati selama 1 bulan
dan diperiksa kadar SGOT,SGPT dan gambaran histopatologinya.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, data-data dikumpulkan melalui pengamatan dan
pencatatan terhadap sampel penelitian. Setiap kelompok sampel diamati dan
dicatat segala perkembangannya setelah diberi atau tidak diberi perlakuan. Data
yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil pemeriksaan kadar
SGOT dan SGPT pre-tes serta kadar SGPT, SGOT dan gambaran histopatologi
hepar tikus pada post-tes.
3.4 Teknik Analisis Data
Data yang akan akan diperoleh dari penelitian ini yaitu data waku yang
dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka. Jika data berdistribusi normal dan
homogen, maka data akan dianalisis dengan mengunkan uji ANOVA . Jika hasil
ANOVA P<0.05 maka terdapat efektifitas daun senggani terhadap proses
penyembuhan luka. Sedangkan jika data tidak berdistribusi normal dan tidak
homogen, maka data akan di uji dengan uji tanda beda non parametrik.
Selanjutnya akan dianalisi apakah ada efektifitas ekstrak daun kelor terhadap
kadar SGPT,SGOT dan gambaran histopatologi hepar tikus wistar jantan.

BAB 4.BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai