Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PROJECT

HOME CARE/HOME SERVICE

SIRUP NODIA (NO DIABETES)

NAMA KELOMPOK : VITAMIN K

KETUA : HERMIN LESTARI ZALUKHU

ANGGOTA : 1. CAHYA DELFIA

2. RAHMA DZULDIANITA

3. SEPTI NARALITA SURYA

4. RIZKA AZILLA AZHARI

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TAHUN 2017
LATAR BELAKANG PEMILIHAN PASIEN

1. KONDISI PASIEN

Jumlah kasus diabetes melitus di seluruh dunia telah meningkat dan merupakan penyebab

utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010). Jumlah kematian disebabkan

diabetes melitus diseluruh dunia diperkirakan 3,96 miliar pada kelompok usia 20-79 tahun 6,8%

menyebabkan kematian pada semua umur (Roqlik, 2010). Prevalensi diabetes melitus di dunia

(Usia 20-79 tahun) pada tahun 2030 akan meningkat 7,7%, atau sekitas 239 juta penderita orang

dewasa. Sehingga dari tahun 2010 sampai 2030 akan terjadi peningkatan 69% di negara

berkembang dan 20% di negara maju (dalam Afrianti, 2013).

Menurut WHO (2007) Indonesia masuk ke dalam sepuluh negara dengan jumlah kasus

diabetes melitus terbanyak di dunia. Indonesia berada pada peringkat ke empat pada tahun 2000

dengan jumlah kasus sebesar 8,4 juta orang dan diprediksi akan meningkat pada tahun 2030

menjadi 21,3 juta orang (Fachruddin, 2013).

Diabetes melitus merupakan salah satu PTM (penyakit tidak menular). Pada tahun 2013,

proporsi penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun dengan DM adalah 6,9 persen. Prevalensi

yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di Yogkyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi

Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%). Prevalensi DM di

Indonesia beranjak naik dari tahun ke tahun (Kemenkes, 2013).

Data Riskesdas tahun 2013, menyatakan prevalensi nasional penyakit diabetes mellitus

adalah 1,5%. Merujuk kepada prevalensi nasional, Sumatera Barat memiliki prevalensi total DM

sebanyak 1,3%. Dimana Sumatera Barat berada diurutan 14 dari 33 provinsi yang ada di

Indonesia. Berdasarakan umur, penderita banyak dalam rentang usia 56-64 tahun dengan

prevalensi sebesar 4,8% (Kemenkes, 2013).


Di Kota Padang, tahun 2013 angka tertinggi kasus baru diabetes mellitus berdasarkan

jumlah kunjungan di Puskesmas berada di wilayah Puskesmas Nanggalo Padang dengan jumlah

kunjungan sebanyak 258 dengan kasus terbanyak yaitu diabetes mellitus tipe 2. Kemudian

diikuti oleh Puskesmas Ambacang dengan jumlah kunjungan 229, dan diurutan ketiga berada di

Puskesmas Lubuk Kilangan dengan jumlah kunjungan 195 orang (Dinkes Kota Padang, 2013).

Seseorang yang menderita penyakit diabetes melitus beresiko terjadi komplikasi seperti

ulkus kaki diabetik dimana terjadi kerusakan sebagian (partial thickness) atau keseluruhan (full

thickness) pada kulit yang dapat meluas kejaringan dibawah kulit, tendon, otot, tulang dan

persendian. Kondisi ini timbul sebagai akibat terjadinya peningkatan kadar gula darah yang

tinggi. Di Indonesia sendiri komplikasi ulkus diabetik mencapai 15% (Tarwoto, 2012).

Menurut Levin (dalam Abique, 2008) Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus

diabetikum adalah angiopati, neuropati dan infeksi, adanya neuropati perifer akan menyebabkan

hilang atau menurunya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa

yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan

terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulserasi pada

kaki klien. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka

penderita akan merasa sakit pada tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Adanya

angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen serta

antibiotika sehingga menyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh, infeksi sering merupakan

komplikasi yang menyertai ulkus diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati,

sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan ulkus diabetikum.

Diabetes bukan penyakit yang menakutkan, hanya perlu pengendalian agar penderita

dapat hidup dengan penyakit diabetes. Diabetes bila diremehkan akan menyerang seluruh
anggota tubuh. Perawatan dan pengobatan diabetes melitus yang tertib dan baik dapat mencegah

kelanjutan komplikasi-komplikasi selanjutnya (Tjokroprawiro, 2006).

Obat-obat paten untuk penderita diabetes semakin beragam. Biaya untuk pengobatan

diabetes pun juga semakin mahal dan hampir tidak terjangkau. Hal ini dirasakan benar terutama

oleh penderita di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Kemampuan negara-negara

berkembang sendiri untuk mengobati penyakit diabetes sangat diragukan. Diperlukan modal

manajemen yang lebih murah dan efektif (Subroto, 2006).

WHO merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam

pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk

penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. WHO mendukung upaya-upaya dalam

peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional (WHO, 2008).

Menurut Ernawati (2013), saat ini pemerintah Indonesia menganjurkan masyarakat untuk

mengkonsumsi obat berbahan tradisional karena mengingat efek sampingnya yang rendah.

Sedangkan menurut Sari (2013), ada beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam

memilih pengobatan yaitu tingkat pendidikan, motivasi diri dan sosial ekonomi. Tingkat

pendidikan yang rendah berdampak pada pengetahuan seseorang dalam masalah kesehatan

khususnya pengobatan DM. Umumnya orang yang berpendidikan tinggi akan lebih memilih

menggunakan obat medis dan tradisional dibandingkan dengan obat medis saja. Selain itu,

motivasi diri juga mempengaruhi orang dalam memilih pengobatan. Motivasi diri yang rendah

dalam pengobatan medis mengakibatkan orang cenderung lebih memilih pengobatan tradisional.

Rendahnya status ekonomi juga menjadi penyebab orang dalam memilih pengobatan tradisional,

karena pengobatan tradisional lebih murah dibandingkan dengan obat medis. Menurut Yuka

(2011), kebudayaan mempengaruhi masyarakat dalam memilih pengobatan tradisional. Hal ini
dikarenakan kebudayaan didasari oleh turun-temurun dan dapat mempengaruhi keyakinan orang

dalam menggunakan obat tradisional.

Menurut Utami (2003), dikalangan masyarakat telah banyak dikenal pengobatan

alternatif, dengan alasan pemilihannya pengobatan ini alami, efek samping sedikit, dan lebih

murah serta mudah didapat. Pengobatan alternatif seperti obat yang berasal dari simplisia

mempunyai khasiat yang lambat, hal ini disebabkan zat berkhasiat obat dalam simplisia tersebut

sedang merekonstruksi atau membangun jaringan yang rusak menjadi normal kembali.

Sulistyani (2003), dalam penelitiannya yang berjudul “Profil Pengobatan Penderita

Diabetes Mellitus Di Kota Surakarta” mengatakan bahwa penderita diabetes di kota Surakarta

pada tahun 2003 yang diteliti sebanyak 58% responden menggunakan jamu sebagai pilihan obat

alternatifnya, dan tempat berobat yang dikunjungi responden profil pengobatan penderita

diabetes mellitus di kota Surakarta paling banyak adalah dokter spesialis dan rumah sakit.

Sebagian besar Rumah Sakit di Indonesia memfokuskan pelayanan yang bersifat acute care

daripada chronic care sehingga penting untuk menjaring pasien potensial ini. Pelayanan Home Care

merupakan salah satu upaya untuk menjaring pasien potensial ini (Suarjana, 2012).

Menurut Neis dan Mc Ewen (2010) menyatakan Home Healht Care adalah sistem dimana

pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial di berikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau

orang-orang yang harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya. Dalam jurnal penelitian

Steven (2010) di Amerika Serikat ada 5 faktor yang mempengaruhi minat pasien memilih Home

Care : (1) Penuaan penduduk AS; (2) Penyakit kronis; (3) Kemajuan teknologi; (4) Pelayanan

kesehatan; (5) Biaya.

Ada 5 faktor yang mempengaruhi perkembangan Home Care yaitu: (a) Kasus-kasus penyakit

terminal dianggap tidak efektif dan tidak efisien lagi jika di rawat di institusi pelayanan kesehatan;

(b) Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada kasus-kasus penyakit
degeneratif yang memerlukan perawatan yang relatif lama; (c) Menajemen rumah sakit yang

berorientasi pada profit; (d) Banyak orang yang merasakan bahwa dirawat di institusi pelayanan

kesehatan dapat membatasi kehidupan manusia, karena seseorang tidak menikmati kehidupan secara

optimal karena terkait dengan aturan-aturan yang ditetapkan; (e) Lingkungan di rumah ternyata

dirasakan lebih nyaman bagi sebagian klien dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit,

sehingga dapat mempercepat kesembuhan (Widyanto, 2014).

2. BIODATA PASIEN
3. RIWAYAT PENYAKIT
4. KONDISI KELUARGA
5. PERSIAPAN HOMECARE

6. PERALATAN YANG DIPERLUKAN

1. Alat

Alat yang digunakan dalam pembuatan sirup nodia yaitu timbangan, pisau, blender,
saringan, solet, kompor, panci, baskom dan botol sirup. Timbangan yang dipakai yaitu
timbangan digital. Pisau untuk memotong buah. Blender digunakan untuk melembutkan dan
menghancurkan buah, kemudian saringan untuk menyaring dan memisahkan ampas buah
dengan sari buah. Untuk memanaskan atau memasak sirup digunakan alat yaitu kompor dan
sebagai wadah sirup yang akan dipanaskan menggunakan panci. Baskom yaitu wadah untuk
mendinginkan sirup setelah dimasak. Pengemasan sirup menggunakan botol sirup yang
terbuat dari kaca.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan situp yaitu jeruk purut, gula tebu, air
aquades/isi ulang, asam sitrat, dan vanile. Jeruk purut yang digunakan dalam pembuatan
sirup ini diperoleh di toko, Pasar Raya Padang. Sirup ini menggunakan gula tebu. Asam
sitrat digunakan untuk mengatur keasaman dan vanile sebagai pengharum. Bahan gula, asam
sitrat, dan vanile tersebut diperoleh di toko Berkat, Pasar Raya Padang

7. MANAJEMEN KEGIATAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktek Produksi Pembuatan Sirup Nodia dilaksanakan mulai bulan September sampai
Oktober 2017 di Kecamatan Nanggalo Padang.

B. Prosedur Pembuatan Sirup Nodia

Dalam pembuatan sirup nodia terdapat prosedur-prosedur yang perlu dilakukan.


Prosedur dalam pembuatan sirup nodia yaitu pertama kulit jeruk purut dikupas dan dicuci
dengan bersih. Kemudian diperas sehinga mengeluarkan air jeruk dengan ditambahkan air
untuk mendapatkan hasil sari yang akan dijadikan bahan baku sirup. Pengancuran dengan
penambahan air 1000 ml supaya mudah dalam proses pemasakan. Buah jeruk purut dsaring
dengan saringan supaya sari buah dengan ampasnya dapat terpisah. Penyaringan sari buah
ini dilakukan sebanyak dua kali supaya dapat hasil sari buah yang baik dan mudah dalam
pemanasan. Kemudian sari buah dipanaskan dengan dimasukkan gula tebu dan diaduk
sampai mendidik dengan suhu 100oC. Setelah mendidih, sari buah ditambahakan asam sitrat
0,3 g untuk mengatur keasaman dan ditambahkan vanile 0,2 g sampai matang dan
mengental. Pada proses pemanasan ini dilakukan dari dimasukannya sari buah sampai
menjadi sirup selama 25 menit hingga mendapatkan hasil sirup yang baik. Kemudian sirup
disaring dengan saringan sebanyak dua kali supaya mendapatkan hasil yang baik dan sedikit
mengurangi kekentalan dalam sirup dan kemudian sirup dimasukkan ke dalam botol yang
sudah disterilkan sebelumnya yaitu direbus selama 15 menit. Kemudian pengemasan sirup
dengan menggunakan botol kaca. Setelah pengemasan sirup dilakukan pasteurisasi lagi
supaya sirup steril dari mikroba akibat pada saat proses pengemasan tersebut. Diagram alur
pembuatan sirup nodia dapat dilihat pada Gambar 3.1

Pemilihan, pembersihan,
Air, gula tebu, dan pemerasan jeruk
asam sitrat,
vanili, jeruk
purut Didihkan hingga
mengental

Disaring
Endapan

Dibotolkan

Sirup

Gambar 3.1 Diagram alur proses pembuatan sirup nodia.

a. Labelling
Labelling pada pengemasan sirup nodia terdri dari judul produk, netto, komposisi, izin
produksi dari dinas kesehatan, cara penyajian, tanggal pembuatan produk dan kadaluarsa serta
produsen produk. Labelling ini bertujuan untuk mempromosikan produk yang sudah siap
dipasarkan yang sudah mendapatkan izin produksi. Labelling pada sirup nodia ini menggunakan
kertas double-side paper. Walaupun harga kertas ini lebih mahal dari kertas stiker tetapi jenis
kertas ini dapat mencetak label dengan resolusi tinggi dan menghasilkan cetakan foto yang
maksimal dan lebih cerah.kertas label double-side paper sangat awet, tahan air dan tidak mudah
pudar.

8. PAKAR RUJUK
PERNYATAAN MASALAH

1. Masyarakat kurang mendukung karena kami masih berstatus mahasiswa.


2. Program home care masih baru.
3. Masyarakat beranggapan masih merasa sanggup mengurus pasien atau yang
membutuhkan keperawatan home care secara individu tanpa bantuan profesional.
4. Cara pandang dengan melihat mempekerjakan perawat home care untuk menginap adalah
biaya yang mahal, dengan solusi merawat sendiri atau ke rumah sakit / puskesmas hal
yang lebih murah. Pilihan merawat sendiri, akan sangat membahayakan kesehatan karena
kurangnya infomasi / profesional dalam menanggulangi kesehatan, serta akan membuat
terasa lebih rumit.
5. Masyarakat beranggapan obat medis lebih baik dan praktis dibandingkan obat tradisional
yang harus di olah terdahulu sebelum dikonsumsi, karena obat medis diberikan langsung
oleh dokter.
6. Masyakat yang berpendidikan rendah sulit dan memiliki keterbatasan untuk mendapatkan
informasi tentang penggunaan obat tradisional yang baik.
7. Sebagian besar masyarakat yang berkebudayaan negatif menggunakan obat medis saja
dikarenakan kebiasaan mereka bahwa berobat medis saja sudah cukup untuk
menormalkan gula darah, tanpa memerhatikan efek samping dari penggunaan obat medis.
Selain itu, adanya pengalaman dari keluarga mengajarkan mereka untuk menggunakan
obat medis dan tradisional dengan tujuan untuk penatalaksanaan penyakit DM.
1. OBSERVASI
a. Masih tingginya jumlah penderita diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo.
b. Masih tingginya jumlah penderita ulkus diabetik.
c. Perlunya dikembangkan pelayanan kesehatan di rumah (Home Care).
d. Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien di wilayah kerja Home Care Puskesmas
Nanggalo didapatkan rata-rata pasien memilih Home Care karena merasa lebih nyaman
dirawat di rumah dan ada juga pasien yang mengatakan bahwa perawatan di rumah
dapat menghemat biaya, dan saat melakukan wawancara dengan keluarga pasien,
keluarga pasien mengatakan bahwa memilih Home Care karena keluarga merasa lebih
nyaman di rumah dan dekat dengan keluarga.
e. Hasil survey dengan lima orang pasien DM didapatkan dua orang pasien mengatakan
datang berobat ke Puskesmas Nanggalo menggunakan obat medis saja dikarenakan kebiasaan
mereka bahwa berobat medis saja sudah cukup untuk menormalkan gula darah, tanpa memerhatikan
efek samping dari penggunaan obat medis. Selain itu, adanya pengalaman dari keluarga mengajarkan
mereka untuk menggunakan obat medis dan tradisional dengan tujuan untuk penatalaksanaan
penyakit DM. Kemudian 1 orang pasien lainnya mengatakan setelah berobat kepuskesmas
mereka dapat menggunakan obat tradisonal di rumah tanpa biaya tambahan, sedangkan 2 orang pasien
lainnya mengaku tidak tertarik untuk menggunakan obat tradisional, karena mereka beranggapan
obat medis lebih praktis dibandingkan obat tradisional yang harus di olah terdahulu sebelum
dikonsumsi

2. INCOVENIENCE (Tidak Menyenangkan)


1) Gagal diawal percobaan
2) Cuaca dan hal yang tidak terduga sehingga merugikan.
3) Kurangnya waktu dikarenakan adanya tugas-tugas lain.
4) Sepinya pembeli dan turunnya minat pembeli.
5) Kurangnya kekompakan.
3. IMAGINATION
1) Membuka usaha home industri yang menjadi awalan produksi sirup antidiabetes. Selain
dapat membuka lapangan kerja baru, home industri ini langkah nyata terciptanya sirup
antidiabetes.
2) Menjadikan sirup antidiabetes ini produk yang diproduksi dan dikonsumsi masyarakat.
Tentunya dengan penggunaan bahan baku yang berkualitas, proses produksi yang sesuai
standar, serta melewati uji toksisitas, uji organoleptik, sistem jaminan halal, sertifikat
departemen kesehatan, sertifikat obat dan makanan, dan lain-lain, agar sirup antidiabetes
ini layak dikonsumsi dan diterima masyarakat luas.
3) Selain itu karena sirup antidiabetes ini satu-satunya di Indonesia maka perlu adanya
perencanaan strategi harga, strategi pemasaran, strategi distribusi, strategi promosi yang
tepat agar produk ini laku dipasaran dan dapat bersaing dengan produk serupa atau produk
lainnya yang sama-sama diperuntukkan untuk penderita diabetes maupun non diabetes.
4) Produk ini lebih murah sehingga penderita diabetes maupun non diabetes mampu
membelinya.
5) Memperoleh dukungan dan kontribusi positif dari mahasiswa, perguruan tinggi,
masyarakat, industri, organisasi atau forum peduli antidiabetes, dan pemerintah juga
penting untuk keberlanjutan sirup ini agar tetap menjadi pilihan masyarakat baik itu
penderita diabetes maupun non diabetes, serta menjadikan sirup antidiabetes ini
memberikan manfaat lain yang lebih luas lagi, misalnya menjadi bahan riset berbagai
bidang.
6) Untuk langkah strategis jangka panjang adalah menjadikan perusahaan sirup antidiabetes
yang memiliki brand, serta melakukan diversifikasi produk, misalnya sirup antidiabetes
dan produk minuman gelasnya.

4. INSPIRATION
1) Ide pembuatan home care ini didasari oleh latar belakang kami bidang kesehatan dan ini
juga sama dengan kondisi masyarakat yang sulit mendapatkan layanan kesehatan yang
tidak harus datang ke rumah sakit.
2) Ide pembuatan home care ini didasari karena pengobatan yang diberikan pada penderita
DM yaitu pemberian insulin sebagai terapi utama sering memberatkan pasien utamanya
kelas menengah ke bawah, karena harga sediaan yang tegolong mahal.
3) Pengobatan DM dengan obat herbal dapat dijadikan obat yang mudah diperoleh dan
murah. Banyak herbal-herbal yang dijadikan untuk mengobati diabetes, namun herbal-
herbal tersebut tidak diaplikasikan dalam bentuk produk dan hanya laporan semata.
4) Sirup merupakan aplikasi tepat untuk mengemas herbal dalam hal ini jeruk purut agar
dapat dikonsumsi luas oleh masyarakat. Sirup adalah minuman yang paling digemari
diseluruh penjuru dunia.
5) Selain pengobatan, sirup ini juga dapat dikonsumsi setiap waktu karena harganya murah,
cocok bagi penderita diabetes atau pencegahan bagi non diabetes.

5. KNOWLEDGE
1) Ide homecare ini dipengaruhi oleh kemampuan kami menangani dan pengetahuan tentang
homecare dalam masyarakat yang susah dan minim akses kesehatan.
2) Sejauh ini manajemen pada pasien diabetes masih menggunakan insulin sebagai terapi
utama pengontrol gula darah. Penggunaan insulin sebagai terapi utama sering
memberatkan pasien utamanya kelas menengah ke bawah, karena harga sediaan yang
tergolong mahal (Astiandani 2010).
3) Tanaman obat tradisional merupakan salah satu cara yang manjur untuk menyembuhkan
penyakit diabetes. Selain itu biaya yang dikeluarkan juga tidak terlalu mahal dan pastinya
tanaman obat tradisional akan lebih aman dikonsumsi.
4) Penggunaan buah dan daun jeruk purut telah dikenal oleh masyarakat sejak dahulu
sebagai obat tradisional. Tumbuhan jeruk purut mengandung senyawa metabolit sekunder
yaitu kumarin, flavonoid, steroid, fenolik dan minyak atsiri. Menurut Paul (2002),
flavonoid diketahui dapat menurunkan resiko penyakit kronik salah satunya diabetes pada
manusia (Copriady 2005), sedangkan buah jeruk purut belum banyak dimanfaatkan.
Rasanya yang sangat asam dan agak pahit membuat masyarakat enggan
mengkonsumsinya padahal buahnya dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengobatan
penyakit diabetes. Salah satunya aktivitas antidiabetik jeruk purut adalah dengan memacu
sel β pankreas untuk menghasilkan insulin kembali kembali dan mengandung flavonoid
sebagai antidiabetes (Paul et al. 2002). Hal ini sudah dilakukan secara tradisional di
daerah NTB yang menggunakan jeruk purut sebagai terapi penyakit diabetes. Oleh karena
itu jeruk purut dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan diabetes.
5)

6. IDE GENERATION TECHNIQUES


Tabel of Checklist

Checklist subject Before After


Put other use
Modify
Adapt
Magnify
Subtitute and Reverse

7. OTHER PEOPLE VIEW (OPV) pandangan orang lain

No Our Perspective Perspective of people around the area


1. Diabetes melitus adalah kondisi Bisnis ini bisnis yang baru dan harus dibuat
dimana konsentrasi glukosa dalam legalitasnya. Karena bisnis ini memliki
darah lebih tinggi daripada nilai normal, peluang di masa depan baik dari segi modal
hal ini akibat tubuh kekurangan insulin yang tidak terlalu besar untu ukuran
atau fungsi insulin tidak efektif. mahasiswa. Keuntungannya juga sangat
Penderita DM dilarang mengkonsumsi bermanfaat bagi kesehatan dan belum ada
makanan yang memiliki kandungan yang melakukan usaha seperti ini yang
gula tinggi seperti sirup, akan tetapi merujuk kepada kesehatan. Semoga bisnis
dengan sedikit inovasi, penderita ini bisa berlanjut bukan hanya sebagai uji
diabetes juga bisa mengkonsumsi sirup coba atau laporan semata. (Rizka-
kembali, tentunya dengan mengganti Mahasiswa)
gulanya dengan gula xilitol dari ampas
tebu, dan ditambahkan herbal yaitu
jeruk purut.
2. Sirup adalah minuman yang paling Penyejuk dahaga, sehat, dan nggak buat
digemari diseluruh penjuru dunia. kita diabetes karena manisnya. (Humaida-
Produk berupa sirup dari buah jeruk Karyawan)
purut yang ditambahkan gula tebu dari
proses alamiah memiliki manfaat dapat
mengobati dan mencegah diabetes
sekaligus dapat menjadi diversifikasi
makanan bagi penderita diabetes.
3. Bisnis ini memiliki peluang yang besar
Produk ini dapat menciptakan lahan
hanya perlu merapikan rasa dan kemasan
pekerjaan baru dibidang kesehatan
serta meningkatkan promosi. (Juwita-
dengan membuka lahan bagi budidaya
Karyawan)
jeruk purut, pabrik untuk produksi
pemanfaatan ampas tebu, ataupun
perusahaan sirup antidiabetes pertama
di Indonesia.
4. Dengan adanya sirup nodia ini
diharapkan dapat mengobati kerinduan
para penderita DM pada nikmatnya
aroma dan rasa manis sirup. Selain
pengobatan, sirup ini juga dapat
dikonsumsi setiap waktu karena
harganya murah, cocok bagi penderita
diabetes atau pencegahan bagi non
diabetes.

Anda mungkin juga menyukai