2. RAHMA DZULDIANITA
TAHUN 2017
LATAR BELAKANG PEMILIHAN PASIEN
1. KONDISI PASIEN
Jumlah kasus diabetes melitus di seluruh dunia telah meningkat dan merupakan penyebab
utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010). Jumlah kematian disebabkan
diabetes melitus diseluruh dunia diperkirakan 3,96 miliar pada kelompok usia 20-79 tahun 6,8%
menyebabkan kematian pada semua umur (Roqlik, 2010). Prevalensi diabetes melitus di dunia
(Usia 20-79 tahun) pada tahun 2030 akan meningkat 7,7%, atau sekitas 239 juta penderita orang
dewasa. Sehingga dari tahun 2010 sampai 2030 akan terjadi peningkatan 69% di negara
Menurut WHO (2007) Indonesia masuk ke dalam sepuluh negara dengan jumlah kasus
diabetes melitus terbanyak di dunia. Indonesia berada pada peringkat ke empat pada tahun 2000
dengan jumlah kasus sebesar 8,4 juta orang dan diprediksi akan meningkat pada tahun 2030
Diabetes melitus merupakan salah satu PTM (penyakit tidak menular). Pada tahun 2013,
proporsi penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun dengan DM adalah 6,9 persen. Prevalensi
yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di Yogkyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi
Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%). Prevalensi DM di
Data Riskesdas tahun 2013, menyatakan prevalensi nasional penyakit diabetes mellitus
adalah 1,5%. Merujuk kepada prevalensi nasional, Sumatera Barat memiliki prevalensi total DM
sebanyak 1,3%. Dimana Sumatera Barat berada diurutan 14 dari 33 provinsi yang ada di
Indonesia. Berdasarakan umur, penderita banyak dalam rentang usia 56-64 tahun dengan
jumlah kunjungan di Puskesmas berada di wilayah Puskesmas Nanggalo Padang dengan jumlah
kunjungan sebanyak 258 dengan kasus terbanyak yaitu diabetes mellitus tipe 2. Kemudian
diikuti oleh Puskesmas Ambacang dengan jumlah kunjungan 229, dan diurutan ketiga berada di
Puskesmas Lubuk Kilangan dengan jumlah kunjungan 195 orang (Dinkes Kota Padang, 2013).
Seseorang yang menderita penyakit diabetes melitus beresiko terjadi komplikasi seperti
ulkus kaki diabetik dimana terjadi kerusakan sebagian (partial thickness) atau keseluruhan (full
thickness) pada kulit yang dapat meluas kejaringan dibawah kulit, tendon, otot, tulang dan
persendian. Kondisi ini timbul sebagai akibat terjadinya peningkatan kadar gula darah yang
tinggi. Di Indonesia sendiri komplikasi ulkus diabetik mencapai 15% (Tarwoto, 2012).
Menurut Levin (dalam Abique, 2008) Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus
diabetikum adalah angiopati, neuropati dan infeksi, adanya neuropati perifer akan menyebabkan
hilang atau menurunya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa
yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan
terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulserasi pada
kaki klien. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka
penderita akan merasa sakit pada tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Adanya
angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen serta
antibiotika sehingga menyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh, infeksi sering merupakan
komplikasi yang menyertai ulkus diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati,
sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan ulkus diabetikum.
Diabetes bukan penyakit yang menakutkan, hanya perlu pengendalian agar penderita
dapat hidup dengan penyakit diabetes. Diabetes bila diremehkan akan menyerang seluruh
anggota tubuh. Perawatan dan pengobatan diabetes melitus yang tertib dan baik dapat mencegah
Obat-obat paten untuk penderita diabetes semakin beragam. Biaya untuk pengobatan
diabetes pun juga semakin mahal dan hampir tidak terjangkau. Hal ini dirasakan benar terutama
berkembang sendiri untuk mengobati penyakit diabetes sangat diragukan. Diperlukan modal
penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. WHO mendukung upaya-upaya dalam
Menurut Ernawati (2013), saat ini pemerintah Indonesia menganjurkan masyarakat untuk
mengkonsumsi obat berbahan tradisional karena mengingat efek sampingnya yang rendah.
Sedangkan menurut Sari (2013), ada beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam
memilih pengobatan yaitu tingkat pendidikan, motivasi diri dan sosial ekonomi. Tingkat
pendidikan yang rendah berdampak pada pengetahuan seseorang dalam masalah kesehatan
khususnya pengobatan DM. Umumnya orang yang berpendidikan tinggi akan lebih memilih
menggunakan obat medis dan tradisional dibandingkan dengan obat medis saja. Selain itu,
motivasi diri juga mempengaruhi orang dalam memilih pengobatan. Motivasi diri yang rendah
dalam pengobatan medis mengakibatkan orang cenderung lebih memilih pengobatan tradisional.
Rendahnya status ekonomi juga menjadi penyebab orang dalam memilih pengobatan tradisional,
karena pengobatan tradisional lebih murah dibandingkan dengan obat medis. Menurut Yuka
(2011), kebudayaan mempengaruhi masyarakat dalam memilih pengobatan tradisional. Hal ini
dikarenakan kebudayaan didasari oleh turun-temurun dan dapat mempengaruhi keyakinan orang
alternatif, dengan alasan pemilihannya pengobatan ini alami, efek samping sedikit, dan lebih
murah serta mudah didapat. Pengobatan alternatif seperti obat yang berasal dari simplisia
mempunyai khasiat yang lambat, hal ini disebabkan zat berkhasiat obat dalam simplisia tersebut
sedang merekonstruksi atau membangun jaringan yang rusak menjadi normal kembali.
Diabetes Mellitus Di Kota Surakarta” mengatakan bahwa penderita diabetes di kota Surakarta
pada tahun 2003 yang diteliti sebanyak 58% responden menggunakan jamu sebagai pilihan obat
alternatifnya, dan tempat berobat yang dikunjungi responden profil pengobatan penderita
diabetes mellitus di kota Surakarta paling banyak adalah dokter spesialis dan rumah sakit.
Sebagian besar Rumah Sakit di Indonesia memfokuskan pelayanan yang bersifat acute care
daripada chronic care sehingga penting untuk menjaring pasien potensial ini. Pelayanan Home Care
merupakan salah satu upaya untuk menjaring pasien potensial ini (Suarjana, 2012).
Menurut Neis dan Mc Ewen (2010) menyatakan Home Healht Care adalah sistem dimana
pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial di berikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau
orang-orang yang harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya. Dalam jurnal penelitian
Steven (2010) di Amerika Serikat ada 5 faktor yang mempengaruhi minat pasien memilih Home
Care : (1) Penuaan penduduk AS; (2) Penyakit kronis; (3) Kemajuan teknologi; (4) Pelayanan
Ada 5 faktor yang mempengaruhi perkembangan Home Care yaitu: (a) Kasus-kasus penyakit
terminal dianggap tidak efektif dan tidak efisien lagi jika di rawat di institusi pelayanan kesehatan;
(b) Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada kasus-kasus penyakit
degeneratif yang memerlukan perawatan yang relatif lama; (c) Menajemen rumah sakit yang
berorientasi pada profit; (d) Banyak orang yang merasakan bahwa dirawat di institusi pelayanan
kesehatan dapat membatasi kehidupan manusia, karena seseorang tidak menikmati kehidupan secara
optimal karena terkait dengan aturan-aturan yang ditetapkan; (e) Lingkungan di rumah ternyata
dirasakan lebih nyaman bagi sebagian klien dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit,
2. BIODATA PASIEN
3. RIWAYAT PENYAKIT
4. KONDISI KELUARGA
5. PERSIAPAN HOMECARE
1. Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan sirup nodia yaitu timbangan, pisau, blender,
saringan, solet, kompor, panci, baskom dan botol sirup. Timbangan yang dipakai yaitu
timbangan digital. Pisau untuk memotong buah. Blender digunakan untuk melembutkan dan
menghancurkan buah, kemudian saringan untuk menyaring dan memisahkan ampas buah
dengan sari buah. Untuk memanaskan atau memasak sirup digunakan alat yaitu kompor dan
sebagai wadah sirup yang akan dipanaskan menggunakan panci. Baskom yaitu wadah untuk
mendinginkan sirup setelah dimasak. Pengemasan sirup menggunakan botol sirup yang
terbuat dari kaca.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan situp yaitu jeruk purut, gula tebu, air
aquades/isi ulang, asam sitrat, dan vanile. Jeruk purut yang digunakan dalam pembuatan
sirup ini diperoleh di toko, Pasar Raya Padang. Sirup ini menggunakan gula tebu. Asam
sitrat digunakan untuk mengatur keasaman dan vanile sebagai pengharum. Bahan gula, asam
sitrat, dan vanile tersebut diperoleh di toko Berkat, Pasar Raya Padang
7. MANAJEMEN KEGIATAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktek Produksi Pembuatan Sirup Nodia dilaksanakan mulai bulan September sampai
Oktober 2017 di Kecamatan Nanggalo Padang.
Pemilihan, pembersihan,
Air, gula tebu, dan pemerasan jeruk
asam sitrat,
vanili, jeruk
purut Didihkan hingga
mengental
Disaring
Endapan
Dibotolkan
Sirup
a. Labelling
Labelling pada pengemasan sirup nodia terdri dari judul produk, netto, komposisi, izin
produksi dari dinas kesehatan, cara penyajian, tanggal pembuatan produk dan kadaluarsa serta
produsen produk. Labelling ini bertujuan untuk mempromosikan produk yang sudah siap
dipasarkan yang sudah mendapatkan izin produksi. Labelling pada sirup nodia ini menggunakan
kertas double-side paper. Walaupun harga kertas ini lebih mahal dari kertas stiker tetapi jenis
kertas ini dapat mencetak label dengan resolusi tinggi dan menghasilkan cetakan foto yang
maksimal dan lebih cerah.kertas label double-side paper sangat awet, tahan air dan tidak mudah
pudar.
8. PAKAR RUJUK
PERNYATAAN MASALAH
4. INSPIRATION
1) Ide pembuatan home care ini didasari oleh latar belakang kami bidang kesehatan dan ini
juga sama dengan kondisi masyarakat yang sulit mendapatkan layanan kesehatan yang
tidak harus datang ke rumah sakit.
2) Ide pembuatan home care ini didasari karena pengobatan yang diberikan pada penderita
DM yaitu pemberian insulin sebagai terapi utama sering memberatkan pasien utamanya
kelas menengah ke bawah, karena harga sediaan yang tegolong mahal.
3) Pengobatan DM dengan obat herbal dapat dijadikan obat yang mudah diperoleh dan
murah. Banyak herbal-herbal yang dijadikan untuk mengobati diabetes, namun herbal-
herbal tersebut tidak diaplikasikan dalam bentuk produk dan hanya laporan semata.
4) Sirup merupakan aplikasi tepat untuk mengemas herbal dalam hal ini jeruk purut agar
dapat dikonsumsi luas oleh masyarakat. Sirup adalah minuman yang paling digemari
diseluruh penjuru dunia.
5) Selain pengobatan, sirup ini juga dapat dikonsumsi setiap waktu karena harganya murah,
cocok bagi penderita diabetes atau pencegahan bagi non diabetes.
5. KNOWLEDGE
1) Ide homecare ini dipengaruhi oleh kemampuan kami menangani dan pengetahuan tentang
homecare dalam masyarakat yang susah dan minim akses kesehatan.
2) Sejauh ini manajemen pada pasien diabetes masih menggunakan insulin sebagai terapi
utama pengontrol gula darah. Penggunaan insulin sebagai terapi utama sering
memberatkan pasien utamanya kelas menengah ke bawah, karena harga sediaan yang
tergolong mahal (Astiandani 2010).
3) Tanaman obat tradisional merupakan salah satu cara yang manjur untuk menyembuhkan
penyakit diabetes. Selain itu biaya yang dikeluarkan juga tidak terlalu mahal dan pastinya
tanaman obat tradisional akan lebih aman dikonsumsi.
4) Penggunaan buah dan daun jeruk purut telah dikenal oleh masyarakat sejak dahulu
sebagai obat tradisional. Tumbuhan jeruk purut mengandung senyawa metabolit sekunder
yaitu kumarin, flavonoid, steroid, fenolik dan minyak atsiri. Menurut Paul (2002),
flavonoid diketahui dapat menurunkan resiko penyakit kronik salah satunya diabetes pada
manusia (Copriady 2005), sedangkan buah jeruk purut belum banyak dimanfaatkan.
Rasanya yang sangat asam dan agak pahit membuat masyarakat enggan
mengkonsumsinya padahal buahnya dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengobatan
penyakit diabetes. Salah satunya aktivitas antidiabetik jeruk purut adalah dengan memacu
sel β pankreas untuk menghasilkan insulin kembali kembali dan mengandung flavonoid
sebagai antidiabetes (Paul et al. 2002). Hal ini sudah dilakukan secara tradisional di
daerah NTB yang menggunakan jeruk purut sebagai terapi penyakit diabetes. Oleh karena
itu jeruk purut dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan diabetes.
5)