PROBOLINGGO
Jl. Dr. Saleh No. 43 Telp. (0335) 423487 Fax. (0335) 421329
Email: klinikamanah@yahoo.co.id
PROBOLINGGO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi di antara negara Asean.
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) 2002-2003,
angka kematian sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup. Milenium Development
Goals 2015 diharapkan turun menjadi < 20 per 1000 kelahiran hidup.
Penyebab terbesar kematian neonatus di Indonesia adalah BBLR (29%),
Asfiksia (27%), Tetanus neonatorum (10%), masalah pemberian ASI (9,5%),
masalah Haematologi (5,6%), dan infeksi (5,4%).
Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatnya
derajat sosial ekonomi masyarakat Indonesia juga menambah tuntutan mutu
pelayanan pada bayi baru lahir yang semakin tinggi.
Rumah Sakit Ibu Dan Anak Amanah Probolinggo dan lebih khusus
Neonatus Intensive Care Unit berusaha senantiasa meningkatkan pelayanan
dengan melakukan kegiatan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan perubahan perilaku dalam pelayanan kepada
pasien. Berbekal panduan dasar serta ditambah beberapa referensi maka
disusunlah pedoman ini.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan, prosedur, dan segala
proses di bidang pelayanan intensive di Rumah Sakit Ibu Dan Anak
Amanah Probolinggo
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pelayanan neonatus yang bermutu dan mengutamakan
keselamatan pasien dalam upaya penurunan Angka Kematian Bayi di
Indonesia.
b. Terlaksananya manajemen pelayanan neonatus dari aspek administrasi &
manajemen, kompetensi SDM, fasilitas dan sarana serta prosedur
pelayanan di RS
c. Terlaksananya sistem rujukan pelayanan neonatus
d. Pembinaan dan pengawasan pelayanan neonatus di RS
D. Batasan Operasional
1. Gangguan respirasi
2. Gangguan kardiovaskuler
3. Skor APGAR kurang dari 4
4. Berat lahir sangat rendah (>1500 gram)
5. Kurang bulan dengan umur kehamilan > 32 minggu
6. Neonatus dengan gangguan susunan saraf pusat seperti kejang dan
ensefalopati hipoksik iskemik
7. Gangguan saluran cerna berat, seperti EKN dan perdarahan saluran cerna
8. Bayi dari ibu Diabetes
9. Bayi yang lahir dari kehamilan berisiko tinggi atau persalinan dengan
komplikasi
10. Gawat nafas yang tidak memerlukan ventilasi bantuan
11. Hiperbilirubinemia yang perlu terapi sinar
12. Sepsis neonatorum
13. Hipotermi
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007 tentang
Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 159b/Menkes/SK/Per/II/1988
tentang Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
6. PMK No. 1438/MENKES/PER/IX/2010 Tentang Standar Pelayanan
Kedokteran
7. KepMenKes No. 938/SK/VIII/2007 Tentang Standar Asuhan Kebidanan
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
C. Pengaturan Jaga
Hal yang berkaitan dengan pengaturan jaga mengikuti aturan sebagai
berikut:
1. Untuk mendukung misi pelayanan di NICU yaitu pelayanan yang cepat
tepat dan akurat, maka perlu disiapkan tenaga dokter, tenaga perawat,
tenaga laborat, dan tenaga administrasi keuangan secara penuh 24 jam
pelayanan.
2. Diberlakukan jam kerja sebagai berikut :
Shift I : 07.00 – 14.00
Shift II : 14.00 – 21.00
Shift III : 21.00 – 07.00
BAB III
STANDAR FASILITAS
B. Standar Fasilitas
1. Persyaratan Fisik Bangunan
a. Unit dekat dengan ruang bersalin dan harus jauh dari tempat lalu lintas
barang dan pengunjung
b. Ada jarak 1 meter antar inkubator atau tempat tidur bayi
c. Lantai tertutup poselen
d. Dinding tertutup porselen
e. Pembatas dari porselen memiliki ketinggian 10 cm
f. Langit-langit di cat dengan cat yang bisa dicuci
g. Tersedia 1 wastafel dengan campuran air panas dan dingin, kran dapat
dibuka dengan siku
2. Sarana
3. Prasarana
a. Peralatan Medis
Perlengkapan Jumlah
Inkubator 2 set
Fototerapi 1 buah
Monitor 2 buah
Pulse Oxymetri 2 buah
Syringe Pump 4 set
Gluco Check 1 set
Radiant Warmer 1 set
Perangkat resusitasi 2 set
Sumber Oksigen Tersedia
Suction Pump 1 set
CPAP 1 set
NeoPuff 1 set
Infus Pump 1 set
Box bayi 1 buah
Cuve bayi 2 buah
Stetoskop bayi 1 buah
Laringoskop 1 set
Termometer digital 1 buah
Timbangan bayi 1 buah
Penggaris panjang bayi 1 buah
Standar infus 1 buah
Alat Penyeteril botol susu 1 buah
Nebulizer 1 buah
b. Perangkat Resusitasi
Perlengkapan Jumlah
Ambubag + PEEP Valve 1 buah
Juction Risk 1 buah
Clemek 1 buah
Bedong 3 buah
Laringoskop 1 set
Pulse Oxymetri 1 buah
Bak instrumen
- Kassa 1 buah
- Gunting 1 buah
- Klem Koher 1 buah
Stetoskop bayi 1 buah
Glove steril 1 pasang
Slym sucker 1 buah
Klem umbilikal 1 buah
OGT No 5 1 buah
Spuit 1 cc, 3 cc, 5 cc Masing-masing 1 buah
ETT No 2,5; 3; 3,5; 4 Masing-masing 1 buah
Pz 100 cc 1 kolf
Epinephrin 3 ampul
Vit K 1 ampul
d. Obat-obatan
e. Cairan
Peralatan Jumlah
Lemari Pendingin 1 buah
AC 1 buah
Tempat Sampah Medis 1 buah
Tempat Sampah Non Medis 1 buah
Savety Box 1 buah
Meja perawat 1 buah
Kursi perawat 1 buah
Kursi pasien 1 buah
Troli obat 1 buah
Troli alat medis 1 buah
Lemari BHP 1 buah
Laci BHP 1 buah
Lemari pakaian bayi 1 buah
Nampan 4 buah
Gunting 1 buah
Kunci inggris 1 buah
Meja pembuatan susu 1 buah
Meja pengoplosan obat 1 buah
Dispenser 1 buah
Baju bayi Tersedia
Bedong bayi Tersedia
Popok bayi Tersedia
BAB IV
LOGISTIK
A. Tujuan
Tujuan dari pengadaan logistik sendiri adalah untuk menunjang
operasional harian agar dapat berjalan dengan lancar demi keamanan
dan keselamatan pasien dan petugas.
B. Tata Laksana Logistik
Ketersediaan logistik di pelayanan NICU menjadi tanggung jawab
dari seluruh staff yang bertugas. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh
setiap staff adalah pergerakan dari setiap barang yang ada dengan cara
melakukan inventarisasi setiap hari. Pengawasan dilakukan oleh kepala
unit, dan jika terjadi ketidakseimbangan antara barang masuk dan
keluar dilakukan penelusuran terhadap hal tersebut. Setiap bulannya
dilakukan analisa pemakaian barang.
C. Perencanaan
Perencanaan pengadaan barang disesuaikan jenis barang. Untuk
pengadaan barang fix asset dilakukan rencana budgeting pada setiap
akhir tahunnya. Barang dengan permintaan untuk POP menggunakan
form LPO (Lembar Permintaan Obat) dilakukan pada hari Senin –
Sabtu.
D. Pemesanan
Jenis pemesanan dapat berupa:
1. Fix asset
Pemesanan barang yang sifat barangnya tidak habis pakai
(menjadi asset) baik yang terdaftar sebagai budget tahunan
maupun permintaan di luar budget (jika ada perluasan,
permintaan barang baru yang sifatnya tidak bisa ditunda)
2. Purchasing request
Bagian purchasing akan memproses pemesanan setiap
permintaan barang baik fixxed asset maupun non fixed asset
3. LPO
Pemesanan barang melalui LPO. Barang yang sudah
dipakai (bahan habis pakai) dapat berupa service unit yang
menjadi beban unit.
E. Penggunaan
Penggunaan barang disesuaikan dengan kebutuhan. Agar tidak
terjadi kerusakan, staff harus memelihara alat/ barang dengan sebaik
mungkin. Barang harus dilakukan perawatan harian, pengecekan
berkala oleh petugas bio medik dan jadwal kalibrasi. Penggunaan
barang harus efektif dan efisien. Seluruh staff memiliki tanggung
jawab terhadap alat/ barang yang ada di area kerjanya.
F. Penarikan
Jika terjadi kerusakan alat/ barang dilakukan proses pengajuan
work order dan jika barangnya tidak dapat diperbaiki dan harus diganti
maka dilakukan mutasi barang. Untuk barang-barang yang kadaluarsa
dilakukan proses retur.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh staff
dengan mengutamakan keselamatan dan keamanan bagi pasien serta untuk
mencegah cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat menjalankan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien
2. Tercapainya International Patient Savety Goals
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian
Keselamatan kerja adalah upaya untuk memberikan keselamatan dan
peningkatan derajat kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan penyakit
dan kecelakaan akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi
kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.
B. Tujuan
Menurut mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari kesehatan dan
keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-
baiknya seselektif mungkin
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
gizi pegawai
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atau kondisi kerja
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
C. Ruang Lingkup
1. Lingkungan misalnya lantai tidak licin
2. Cukup pencahayaan
3. Peralatan siap pakai, dilakukan tes fungsi sebelum menggunakan peralatan
4. Fasilitas terkait tersedia, misalnya safety box untuk membuang jarum
5. Terdapat APD yang sesuai
6. Tidak terpapar infeksi airborne misalnya menggunakan masker jika batuk
atau pilek
D. Prosedur
1. Terdapat prosedur pemakaian APD
2. Prosedur penanggulangan kebakaran
3. Prosedur penanggulangan bencana
4. Prosedur pelaporan Incident Report
5. Prosedur penanganan tumpahan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian
Mutu adalah keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa dalam
tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
B. Indikator
Indikator mutu pelayanan NICU ada dua yaitu:
1. Kepatuhan staff dalam melakukan hand hygiene sesuai 5 momen
pedoman WHO
2. Kepatuhan staff dalam melakukan identifikasi pasien dengan benar
Untuk mengetahui kepatuhan staff terhadap kedua indikator mutu
pelayanan di NICU maka dilakukan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Sosialisasi tentang indikator mutu
2. Sosialisasi tentang 5 momen hand hygiene
3. Audit oleh representatif untuk memantau kepatuhan staff dalam
melakukan hand hygiene
4. Sosialisasi tentang identifikasi pasien
5. Audit oleh representatif untuk memantau kepatuhan staff dalam
melakukan identifikasi pasien dengan benar
6. Sosialisasi dan simulasi tentang teknik hand hygiene yang benar
7. Couching conceling kepada staff yang tidak patuh
8. Breafing oleh Karu/ representatif setiap bulan mengenai indikator
mutu unit
9. Evaluasi pencapaian mutu tiap bulan
BAB IX
PENUTUP
Pedoman pelayanan Neonatus Intensive Care Unit Rumah Sakit Ibu Dan
Anak Amanah Probolinggo ini diharapkan dapat menjadi panduan atau acuan bagi
seluruh staff yang bekerja di NICU sehingga pelayanan kesehatan paripurna
kepada pasien dan keluarga dapat diwujudkan.
Pedoman ini juga menjadi acuan kepada seluruh staff yang bekerja di
NICU baik staff lama ataupun staff yang baru bergabung. Khusus untuk staff yang
baru, pedoman ini akan dapat memberikan gambaran pekerjaan yang akan
dilakukan sehingga pelayanan yang diberikan kepada pasien, keluarga serta
customer lainnya dapat mencapai tujuannya yaitu kepuasan kepada pelanggan
tercapai dengan sebaik-baiknya.