Anda di halaman 1dari 9

Balancing

I. Data praktikum
𝐹 = 12 𝐻𝑧

𝑅𝑀𝑆𝐴𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑏𝑙𝑒 ≤ 2,5 𝑚𝑚/𝑠

𝑈𝑛𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 = 𝑀. 𝑅

II. Data dan Hasil diperoleh


 Berdasarkan percobaaan yang dilakukan, dengan menggunakan bantuan
stroboskop diperoleh data high spot unbalance pada poin 1. Selanjutnya RMS
terukur pada kondisi awal sebesar 4.5 mm/s. Menurut grafik unbalance,

diperoleh nilai unbalance sebesar 550 (g.mm).

 Melalui persamaan
𝑈=𝑀𝑥𝑅

Maka,
550 (𝑔. 𝑚𝑚) = 𝑀 𝑥 𝑅

Sehingga untuk memenuhi kebutuhan counterbalance yang diinginkan maka


berlaku,
𝑈
𝑀=
𝑅

550 (𝑔. 𝑚𝑚)


𝑀=
65 𝑚𝑚

𝑀 = 8.462 𝑔𝑟𝑎𝑚 (𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛)

0
 Dengan pemberian massa baut sebagai penyeimbang sebesar 8.47 g, pada
jari – jari disk 65 mm diperoleh RMSbaru dengan nilai 6.8 mm/s.
 Dengan melakukan pengulangan identifikasi titik high spot unbalance,
diperoleh titik high spot unbalance pada nilai 8. Namun dengan proses
perhitungan dan RMS awal yang sama yaitu 4.5 mm/s. Diperoleh hasil yang
tidak lebih baik dengan RMS baru bernilai 6.8 mm/s

III. Analisis
1. Analisis Hasil
Pada praktikum balancing didapatkan data serta grafik secara digital dari
komputer melalui 2 proses yaitu mencari titik unbalance dan menyeimbangkannya
dengan menggunakan massa baut dan mur. Titik unbalance ditemukan pada angka
1 pada RMS awal sebesar 4.5 mm/s. Titik ini ditemukan dengan bantuan
stroboskop yang ditembakkan ke piringan berputar hingga terlihat angka tempat
unbalance. Hal ini sulit dilakukan, karena membutuhkan ketelitian dan keakuratan
mata dalam waktu yang singkat serta akan mempengaruhi hasil – hasil berikutnya.
Selain itu titik unbalance juga ditunjukkan pada kecepatan getaran yang terjadi
dimana sistem tidak stabil bila RMS yang didapatkan tidak kurang dari 2.5 mm/s.
Titik unbalance tersebut perlu diseimbangkan dengan cara menarik sudut 180 ̊ dari
sudut refrensi dan ditemukan titik di angka 8 dengan massa untuk melawannya
sebesar 8.46 gram berdasarkan grafik unbalance. Secara teori, hal ini dilakukan
agar jumlah gaya inersia (yang menyebabkan getaran) pada suatu bidang sama
dengan nol sehingga getaran yang terjadi berkurang. Namun, praktikan sulit untuk
menemukan massa baut dan mur yang tepat melainkan mendapatkan angka 8.47
gram melalui pembacaan timbangan digital dan diletakkan pada titik 8 dengan jari-
jari 65 mm. Pengunaan jari- jari harus konstan agar sesuai dengan persamaan
inersia suatu titik dengan titik yang lainnya sehingga bisa terleliminasi. Namun
setelah massa tersebut digunakan, RMS akhir menjadi lebih tidak stabil yaitu 6.8
mm/s yang disebabkan akumulasi kesalahan – kesalahan sebelumnya.

2. Analisis Kesalahan
Kesalahan yang terjadi pada praktikum balancing tentunya terdapat faktor
human error dan juga faktor dari alat. Penyebab kesalahan utama yang terjadi
adalah ketika menentukan titik unbalance menggunakan stroboskop. Titik ubalance
ini selalu berpindah ketika menggunakan pengamatan mata baik di percobaan
pertama dan kedua. Hal ini mungkin terjadi karena kecepataan putaran dari plat di
mana frekuensi stroboskop dibatasi 12 Hz, apabila terjadi kecepatan putar yang
tidak sesuai akan menimbulkan hasil yang tidak akurat sehingga diperlukan
bantuan tambahan alat seperti tachometer. Kemudian, penentuan massa melalui
timbangan digital. Massa baut dan mur yang bervariasi sehingga akhirnya
didapatkan angka 8.47 gram melalui timbangan dapat mempengaruhi hasil akhir
yang signifikan. TImbangan yang memiliki keterbatasan ketelitian juga

1
mempengaruhi pembacaan massa tersebut maupun dalam hal pemilihan massa
mur dan baut yang tidak sesuai oleh praktikan sehingga diperlukan kesabaran dan
ketelitian.

IV. Aplikasi
Balancing dapat diaplikasikan pada roda dan ban kendaraan. Roda dan
ban harus balance (seimbang) agar tidak terjadi getaran. Saat roda berputar, terjadi
gaya sentrifugal pada tiap bagian roda dan ban dimana sejumlah gaya tertarik
keluar dari ban. Jika massa sudah merata ke seluruh roda dan ban (tidak ada titik
berat), gaya akan seimbang maka gaya sentrifugal tidak akan memiliki efek
hambatan. Jika ban memiliki titik berat maka ban akan tidak seimbang (unbalance)
dimana gaya sentrifugal lebih besar pada salah satu titik ban yang akan menarik
gaya yang kuat saat ban berputar. Hal ini akan membuat roda dan ban bergerak ke
atas dan ke bawah atau dari sisi satu ke sisi yang lainnya. Sehingga pengendara
akan merasakan goncangan atau getaran akibat roda yang tidak balance.

V. Kesimpulan
- Ketidakseimbangan pada rotor akibat tidak meratanya distribusi massa yang
menyebabkan rotor bergetar. Getaran ini berasal dari hubungan antara
komponen massa unbalance dengan percepatan radial akibat rotasi, yang
secara bersamaan menimbulkan gaya sentrifugal.
- Balancing untuk meningkatkan distribusi massa rotor, sehingga berotasi pada
bearing tanpa hambatan gaya sentrifigual (meminimalisir). Dapat dilakukan
dengan cara menambah massa counterbalance pada rotor atau mengurangi
massa unbalance seperti dibor.

VI. Refrensi
- Thomson, William. Theory of Vibration with Application 5th Edition. 1998.
Prentice-Hall International
- Meriam, J.L, Kraige, L.G. Engineering Mechanics Dynamics Fifth Edition SI
Version. 2004. John Wiley and Sons.
- Modul Praktikum Mesin Getaran Mekanis, Mata Kuliah Getaran Mekanis.
Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

2
Whirling Shaft
I. Data praktikum
𝑘𝑔
 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑎𝑙𝑢𝑚𝑢𝑛𝑖𝑢𝑚 (𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠), 𝜌 = 2700
𝑚3
 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 (𝑑) = 0,075 𝑚
 𝐾𝑒𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛 (𝑡) = 0,015 𝑚
 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑓𝑡 = 0,006 𝑚

II. Data Diperoleh

Putaran kritis
Jarak a (m) Jarak b (m)
eksperimen (rpm)

0.22 0.35 1078


0.22 0.4 1010
0.22 0.45 959
0.22 0.5 904
0.22 0.55 884

III. Pengolahan Data


a) Massa Alumunium
𝑚= 𝜌𝑥𝑣
𝑘𝑔 𝜋 (0,075 𝑥 0,075)𝑚2 𝑥 0,015 𝑚
𝑚 = 2700 3 𝑥
𝑚 4

𝑚 = 0,179 𝑘𝑔
b) Modulus Young
𝐸 = 6,9 𝑥 1010 𝑁/𝑚2
c) Momen Inersia Poros

𝜋𝑑4
𝐼=
64

3
𝜋 𝑥 0,0064
𝐼= = 0,000001552 𝑚4
64
d) Putaran kritis teoritis
𝐸𝐼(𝑎 + 𝑏)
𝑁𝑐 = 0,276 √
𝑀𝑎2 𝑏 2

N eksperimen
a (m) b (m) (rps) N teoritis (rps) Error (%) EI(N/m2)
0.22 0.35 17.966667 13.397728 34.10234 4.387365
0.22 0.4 16.833333 12.226372 37.68052 4.387365
0.22 0.45 15.983333 11.297612 41.47532 4.387365
0.22 0.5 15.066667 10.540422 42.94177 4.387365
0.22 0.55 14.733333 9.9093334 48.68138 4.387365

Grafik Nc eksperimen dan Nc teoritis


20

15
Nc (rps)

10

0
0.35 0.4 0.45 0.5 0.55
Posisi b (m)

N eksperimen N teoritis

IV. Analisis
1. Analisis hasil
Data yang didapatkan pada praktikum baik langsung maupun teori
menunjukkan bahwa nilai putaran kritis terbesar terjadi ketika jarak antara beban
dengan tumpuan sebesar 0.35 m sedangkan yang terkecil ketika pada jarak 0.55 m.
Nilai ini didapat ketika batang mengalami osilasi dengan defleksi yang besar dan
terdengar suara getaran yang besar maka batang telah mengalami fenomena dimana
putaran yang terjadi sama dengan putaran natural dari batang tersebut. Defleksi yang
terjadi diakibatkan momen puntir yang bekerja pada poros dan sebanding dengan
jarak beban terhadap pusat serta mempengaruhi nilai putaran kritis yang terjadi. Nilai
ini juga sesuai dengan persamaan sebelumnya.

2. Analisis grafik
4
Grafik hubungan antara nilai putaran kritis dan jarak menunjukkan terjadi
penurunan nilai putaran kritis dari jarak variabel b sebesar 0.35 m hingga 0.55 m
sehingga nilai putaran kritis berbanding terbalik dengan jarak. Baik melalui ekperimen
dan teori, besarnya nilai putaran kritis mengalami penurunan sebesar 1 angka
bersamaan setiap jarak variabel b yang bertambah sebesar 5 angka. Namun,
besarnya nilai putaran kritis berbeda dari eksperimen dengan teori dan memiliki nilai
error rata – rata 41 %.

3. Analisis Error
Error ditunjukkan dari perbandingan antara nilai putaran yang diperoleh dari
praktikum dengan perhitungan secara teori. Nilai error terbesar terjadi ketika di jarak
0.55 m dan terkecil ketika 0.35 m. Hal ini dapat disebabkan oleh kelalaian praktikan
dan ketika mengambil data pengukuran seperti jarak pergeseran beban dengan
penggaris perlu dilakukan secara hati – hati dan teliti. Selain itu, penentuan fenomena
putaran kritis diambil melalui perkiraan dari defleksi yang terjadi dan bunyi sehingga
tidak menentu serta ketika pengambilan nilai putaran dengan alat tachometer yang
perlu tepat diletakkan dan stabil pembacaan nilainya.

V. Aplikasi
Fenomena putaran kritis sangat penting dalam kehidupan sehari – hari, poros
turbin pada pembangkit daya (power plant) pada saat operasi dengan putaran tertentu
poros akan terdefleksi akibat berat rotor atau beratnya sendiri. Defleksi yang paling
besar terjadi pada putaran operasi disebut dengan putaran kritis, yang dapat membuat
struktur poros tersebut gagal sehingga dalam operasi dihindari kecepatan putar yang
demikian.

VI. Kesimpulan
- Jarak antara beban dan tumpuan poros mempengaruhi getaran kritis suatu
poros.
- Jarak antara beban dengan tumpuan poros berbanding terbalik dengan nilai
putaran kritis
- Nilai putaran kritis dari percobaan memiliki perbedaan/ error sebesar 40.9 %
dari perhitungan secara teori

VI. Refrensi
- Thomson, William. Theory of Vibration with Application 5th Edition. 1998.
Prentice-Hall International
- Meriam, J.L, Kraige, L.G. Engineering Mechanics Dynamics Fifth Edition SI
Version. 2004. John Wiley and Sons
- Kelly, Graham. Mechanical Vibrations: Theory and Applications. 2012.
Cengage Learning.

5
Getaran Bebas dengan Peredaman Coloumb

I. Data Praktikum
𝑁
 𝐾𝑒𝑞 = 500 𝑚
 Massa sebenarnya, M = 62 kg

II. Data diperoleh

Xo n t(s)
(m) 1 2 3 1 2 3
0.07 3.75 3.75 3.75 5.78 6.82 5.91
0.08 3.75 3.75 3.75 6.18 6.29 6.72
0.09 3.75 4.25 3.75 7.03 7.53 6.29
0.1 4.75 4.75 4.75 7.84 7.81 7.9
0.11 4.75 5.25 4.25 7.94 8.16 7.76

III. Pengolahan Data


Melalui perhitungan massa teoritis menggunakan rumus,

𝜏 2 𝑥 𝐾𝑒𝑞
𝑚=
4𝜋 2
dengan nilai error,

𝑚𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑚𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 =
𝑚𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙

diperoleh hasil sebagai berikut,

m m
Simpangan Frekuensi Getaran Waktu Periode teoritis m rata -rata aktual error
0.07 3.75 5.78 1.5413333 30.11923 34.51387856 62 44.33245
0.07 3.75 6.82 1.8186667 41.9331
0.07 3.75 5.91 1.576 31.48931
0.08 3.75 6.18 1.648 34.43223 36.93783686 62 40.42284
0.08 3.75 6.29 1.6773333 35.66888
0.08 3.75 6.72 1.792 40.7124
0.09 3.75 7.03 1.8746667 44.55524 40.00742253 62 35.4719
0.09 4.25 7.53 1.7717647 39.79814
0.09 3.75 6.29 1.6773333 35.66888
0.1 4.75 7.84 1.6505263 34.53788 34.62682545 62 44.15028
0.1 4.75 7.81 1.6442105 34.27406
0.1 4.75 7.9 1.6631579 35.06854

6
0.11 4.75 7.94 1.6715789 35.42456 36.10620878 62 41.76418
0.11 5.25 8.16 1.5542857 30.62756
0.11 4.25 7.76 1.8258824 42.2665

M (kg) Grafik Rataan M teoritis terhadap M aktual


120

100 62 62
62 62 62

80

60

40 36.93783686 40.00742253
34.51387856 34.6268254536.10620878
20

0
0.07 0.08 0.09 0.1 0.11
Simpangan (m)

m rata -rata m aktual

IV. Analisis
1. Analisis Hasil
Data dan hasil pengolahan menunjukkan bahwa massa beban dapat diukur
melalui periode naturalnya dengan menggunakan persamaan sebelumnya. Namun
hasil ini berbeda cukup signifikan dengan massa beban (manusia) yang diukur melalui
alat timbangan. Pada timbangan terukur massa beban sebesar 62 kg, sedangkan
massa yang terhitung menurut persamaan bila dirata – ratakan sebesar 36.44 kg
dengan error rata – rata 41%.

Massa beban yang yang diperoleh dari periode natural dipengaruhi oleh
simpangan, frekuensi getaran, dan kostanta pegas pada sistem. Simpangan awal
yang diberikan bila diamati dari data, berbanding lurus dengan banyaknya getaran
yang terjadi dan lama getaran tersebut berlangsung hingga stabil pada posisi semula.

2. Analisis Grafik
Grafik berupa garis linear antara massa aktual dengan massa perhitungan
dengan massa aktual yang konstan sedangkan massa perhitungan yang berubah –
ubah terhadap tiap simpangan yang diberikan. Pola garis massa perhitungan tiap
simpangan menunjukkan sedikit peningkatan di awal dan turun setelah simpangan
0.09 m sehingga didapatkan rentang massa 34.51 kg – 40.0 kg. perbedaan nilai
massa perhitungan di tiap simpangan sebesar 2-5 angka.

7
3. Analisis kesalahan
Perbedaan yang terjadi antara massa beban hasil timbangan dengan massa
beban dari perhitungan dapat diakibatkan dari faktor kostanta pegas dari sistem dan
juga ketidaktelitian praktikan. Dari praktikum diketahui bahwa kostanta pegas alat
sebesar 500 N/m sedangkan kostanta pegas dari timbangan tidak diketahui beserta
sistem pegas yang berada di dalamnya (timbangan manual). Nilai kostanta pegas
untuk mencari massa beban dapat mengalami perbedaan signifikan bila nilainya
berbeda sangat besar. Selain itu, kostanta pegas yang disusun pada alat belum tentu
memiliki nilai yang sama antara tiap-tiap pegas dan juga adanya gesekan ketika
beban berosilasi sehingga posisi tidak kembali pada posisi awal pada penggaris serta
posisi duduk yang tidak tetap juga mempengaruhi hasil pembacaan frekuensi getaran
karena pusat gravitasi dari beban berubah.

V. Aplikasi
Getaran diakibatkan oleh gerakan bolak balik suatu objek dari posisi awalnya.
Pada mesin, komponen yang bergerak bolak-balik adalah piston dan komponen yang
bergerak berputar adalah poros engkol, poros cam, roda gigi, dan lain-lain. Ketidak
seimbangan dari komponen yang bergerak tersebut mengakibatkan getaran pada
mesin. Untuk mengatasi getaran yang terjadi pada mesin, biasanya dilakukan dengan
cara memasang isolasi pada mesin sehingga getaran mesin tidak akan sampai pada
rangka kendaraan, tetapi diredam oleh isolasi.

VI. Kesimpulan
- Frekuensi dan waktu getaran dari sistem berbanding lurus dengan simpangan
- Hubungan antara periode dengan kostanta pegas dari sistem dapat digunakan
untuk mencari massa objek

VI. Refrensi
- Thomson, William. Theory of Vibration with Application 5th Edition. 1998.
Prentice-Hall International
- Meriam, J.L, Kraige, L.G. Engineering Mechanics Dynamics Fifth Edition SI
Version. 2004. John Wiley and Sons.
- Modul Praktikum Mesin Getaran Mekanis, Mata Kuliah Getaran Mekanis.
Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai