Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lebih dari setengah abad yang lalu, penelitian hipertensi telah

membentuk paradigma yang fokus pada regulasi sistem neuroendokrin

vasoaktif sistemik yang mengatur tonus vaskuler dan hemostasis cairan

dan elektrolit pada ginjal. Hal ini menunjukkan bahwa hipertensi

disebabkan oleh gangguan hemostasis pengaturan level hormon di

sirkulasi dan aktivitas sistem saraf simpatis. Dalam hal ini secara

konseptual, pembuluh darah sebagai sistem penerima pasif aksi sistemik

faktor neuroendokrin.

Obat-obat kardiovaskuler adalah obat-obat yang secara langsung

dapat memulihkan fungsi otot jantung dan pembuluh darah yang

terganggu ke keadaan normal. Secara umum obat-obat kardiovaskuler

meliputi obat gagal jantung, antiaritmia, antiangina, dan antihipertensi.

Berdasarkan penelitian tersebut dari organisasi kesehatan manusia

menyatakan bahwa penyakit jantung adalah penyakit pembunuh terbesar

pada manusia. Masalah penyakit jantung berawal dari hal sederhana saja

misalnya dari pola hidup dan konsumsi makanan.

Pada percobaan ini kita menggunakan hewan coba mencit (Mus

musculus) dimana hewan ini akan menjadi hewan percobaan dengan

pemberian obat atau sediaan farmasi sehingga dari hasil sehingga kita

1
dapat mengetahui efektifitas setiap obat dari hasil data praktikum yang

didapatkan .

B. Maksud Percobaan

Untuk menguji efektivitas obat antihipertensi yaitu Amlodipine,

Propranolol dan Nifedipin terhadap hewan coba mencit (Mus musculus)

yang diinduksi Epinefrin.

C. Tujuan Percobaan

Untuk menentukan efektivitas obat antihipertensi yaitu Amlodipine,

Propranolol dan Nifedipin terhadap hewan coba mencit (Mus musculus)

yang diinduksi Epinefrin.

D. Prinsip Percobaan

Pada praktikum ini ditentukan efektivitas pemberian obat antihipertensi

yaitu Propranolol dan Nifedipin dengan parameter vasodilatasi dan

vasokontriksi pada pembuluh darah telinga hewan coba mencit (Mus

musculus) yang diinduksi Epinefrin, yang mana pengamatan dilakukan

pada menit 15, 30 dan 60.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI UMUM

Jantung kita sering kali diibaratkan dengan suatu pompa yang

menyalurkan cairan (darah) melalui pipa elastis (pembuluh) ke wadah

(organ) dan kemudian ke mbali. Bila jantung menguncup (kontraksi),

darah dengan pesat dipompa ke dalam pembuluh nadi besar (aorta)

dengan tekanan agak tinggi. Dari sini darah dialirkan berangsur-angsur

ke dalam arteri dan arteriole lainnya dengan tekanan semakin berkurang.

Tekanan ini adalah perlu agar darah mencapai seluruh organ dan jaringan

dan kemudian untuk bisa mengalir kembali ke jantung melalui vena (Tjay,

2007)

1. Hipertensi

Tekanan darah arteri diatur dalam kisaran yang sempit untuk

menyediakan perfusi jaringan yang adekuat tanpa menyebabkan

kerusakan system vascular, khususnya intima arteri (endothelium).

Tekanan darah arteri secara langsung sebanding terhadap produk

curah jantung dan resistensi perifer terutama dikendalikan oleh dua

mekanisme yang saling tumpang tindih : barorefleks, yang diperantarai

oleh system saraf simpatis dan sitem rennin-angiotensin-aldosterone.

Sebagian besar obat antihipertensi menurunkan tekanan darah

dengan cara menurunkan curah jantung dan/atau menurunkan

resistensi perifer (Harvey, 2013).


3
Penggolongan obat antihipertensi yaitu:

a. Diuretik

Diuretik dapat digunakan sebagai terapi obat lini pertama

untuk hipertensi, kecuali jika terdapat alas an yang memaksa

pemilihan agen lain. Terapi diuretic dosis rendah adalah aman,

murah dan efektif dalam mencegah stroke, infark miokardium, dan

gagal jantung kongestif, yang semua itu dapat menyebabkan

kematian. Data terkini menunjukkan bahwa diuretic lebih unggul

dibandingkan penghambat- 𝛽 untuk mengobati hipertensi pada

pasien lansia. Contoh obatnya : bumetanid, eplerenone, furosemid,

hydrochlorothiazide, spironolactone, dan triamteren (Harvey, 2013).

b. Penghambat β

Berbagai mekanisme penurunan tekanan darah akibat

pemberian β-bloker yaitu penurunan frekuensi denyut jantung dan

kontraktilitas miokard sehingga menurunkan cerah jantung,

hambatan sekresi rennin di sel-sel jukstaglomeruler ginjal dengan

akibat penurunan produksi angiotensin II, dan efek sentral yang

mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, prubahan pada sensitivitas

baroreseptor, perubahan aktivitas neuroadrenergik perifer dan

peningkatan sintesis prostaglandin (Nafrialdi, 2007). Contoh

obatnya yaitu atenolol, carvedilol, labetalol, metoprolol, nadolol,

propranolol, dan timolol (Harvey, 2013).

4
c. Penghambat ACE

ACE-inhibotor menghambat perubahan AT1 menjadi AT2

sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldoosteron

(Nafrialdi, 2007). Contoh obatnya yaitu benazepril, captopril,

enalapril, fosinopril, lisinopril, moexpril, quinapril, ramipril

(Harvey,2013).

d. Penghambat reseptor Angitensin II

Obat-obat ini menghambat reseptor AT1. Efek farmakologis

obat ini serupa dengan penghambat ACE yaitu menghasilkan

dilatasi arteriol, dan vena serta menghambat sekresi aldosteron

sehingga menurunkan tekanan darah, dan menurunkan retensi

garam beserta air.Contoh obatnya yaitu candesartan, eprosartan,

irbesartan, olmesartan, telmisartan, valsartan (Harvey, 2013).

e. Penghambat Renin

Penghambat renin selektif, aliskiren. Aliskiren menghambat

rennin secara langsung sehingga bekerja lebih dini pada system

rennin-angitensin-aldosteron dibandingkan penghambat ACE atau

ARB (Harvey, 2013).

f. Penghambat kanal Ca+

Antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot

polos pembuluh darah dan miokard. Dipembuluh darah amtagonis

kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena

kurang dipengaruhi (Nafrialdi, 2007). Contoh obatnya yaitu

5
amlodipine, diltiazem, felodipine, isradipine, necardipine, nifedipine,

nisoldipine, verapamil (Harvey, 2013).

g. Penghambat α

Hambatan reseptor α1 menyebabkan vasodilatasi di arteriol

dan venula sehingga menurunkan resistensi perifer (Nafrialdi,

2007). Contoh obatnya yaitu alfasozin, doxasozin, terasozin

(Harvey, 2013)

2. Gagal jantung

Gangal jatung merupakan ganguanyang kompleks dan progresif

sehingga jantung tidak mampum memompa darah secara episiens

untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Tanda – tanda kardinalnya adalah

dispnea, kelelahan, dan retetsi cairan. Gagal jantung disebabkan oleh

ganguan kemampuan jantung untuk mengisi dan memompa darah

secara adekuat. Keadaan ini sering kali disertai peningkatan abnormal

volume darah dan cairan interstisial, oleh sebab itu istilah menjadi

gagal jantung “kongestif” karenanya gejalanya termasuk dispnea dari

kongesti paru – paru pada HF kiri dan edema perifer pada HF kanan

(Harvey, 2013)

Penggolongan obat gagal jantung yaitu :

a. Penghambat system rennin- aniotensin

- Penghambat ACE

Obat-obat ini menghambat enzim yang memecah angiotensin I

untuk membentuk vasokontriktor poten angiotensin II. Agen-agen

6
ini juga mengurangi kecepatan inaktivitas bradikinin. Contoh

obatnya yaitu captopril, enalapril, fosinopril, lisinopril, quinapril,

ramipril (Harvey, 2013).

- Penghambat reseptor angiotensin

Penghambat reseptor angiotensin merupakan antagonis

kompetitif yang luar biasa poten pada reseptor angiotensin tipe

1. Contoh obatnya yaitu candesartan, losartan, telmisartan,

valsarta (Harvey, 2013).

b. Penghambat reseptor β

Penghambat reseptor β bekerja terutama menghambat efek

merugikan dari aktivitas simpatis pada pasien gagal jantung, dan

efek ini jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan efek

inotropik negatifnya (Setiawati, 2007). Contoh obatnya yaitu

atenolol, carvedilol, metoprolol (Harvey, 2013).

c. Diuretik

Diuretik menurunkan volume plasma dan selanjutnya

menurunkan aliran balik vena menuju jantung (preload). Hal ini

mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen. Diuretk

juga menurunkan afterload dengan mengurangi volume plasma

yang selanjutnya menurunkan tekanan darah. Contoh obatnya yaitu

bumetanid, furosemid, hydrochlorothiazide, metalazon (Harvey,

2013).

7
d. Vasodilator langsung

Dilatasi pembuluh darah vena menyebabkan penurunan preload

jantung dengan cara meningkatkan kapasitas vena, dilator arteri

menurunkan resistensi arteriol sistemis dan menurunkan afterload.

Contoh obatnya yaitu hydralazine, isosorbid dinitrat, dan sodium

nitropressud (Harvey, 2013).

e. Agen inotropik

Agen-agen inotropik positif meningkatkan kontraktilitas otot

jantung sehingga meningkatkan curah jantung. Meskipun obat-obat

ini bekerja dengan mekanisme yang berbeda pada setiap kasus

kerja inotropik merupakan akibat peningkatan kontraksi kalsium

sitoplasma yang meningkatkan kontraktilitas otot jantung. Contoh

obatnya yaitu amrinone, digitoksin, digoksin, dobutamine, mirinone

(Harvey, 2013).

f. Antagonis aldosteron

Pasien dengan penyakit jantung yang lanjut mengalami

peningkatan kadar aldosteron akibat stimulasi angiotensin II dan

penurunan bersihan hepatic hormone. Contoh obatnya yaitu

spironolactone (Harvey, 2013)

3. Aritmia

Aritmia merupakan sesuatu yang sederhana yang disfungsinya

menyebabkan gangguan pembentukan influs dan konduksi dan otot

jantung. Namun, secara klinis aritmia muncul sebagai suatu kelompok

8
gangguan yang kompleks yang menunjukkan beragam gejala misalnya

aritmia jantung dapat menyebabkan denyut jantung berdenyut terlalu

lambat (bradikardia) atau berdenyut sangat cepat (takikardia) dan

berdenyut secara teratur ( sinustakikardi dan sinus bradikardia) atau

tidak teratur (fibrilasi atrium) sebagian besar aritmia terjadi akibat

aberasi atau penyimpangan pembentukan impuls (otomatisasi yang

abnormal) atau dari efek konduksi impuls (Harvey, 2013).

Penggolongan obat Antiaritmia yaitu:

a. Kelas I (penghamabat kanal Na+)

Obat antiaritmia kelas I menghambat arus masuk ion Na +,

menekan depolarisasi fase 0, dan memperlambat kecepatan

konduksi serabut puekinje miokard ke tingkat sedang pada nilai

Vmax istirahat normal (Muchtar, 2007). Contoh obatnya yaitu

dysopiramid (IA), procainamid (IA), quinidine (IA), lidocaine (IB),

mexlletine (IB), tocainamid (IB), flecainamid (IC), dan propafenon

(IC) (Harvey, 2013).

b. Kelas II (penghambat adrenoreseptro β)

Obat propranolol memperlihatkan dua efek langsung lain yang

berkaitan dengan efek antiaritmia, yaitu meningkatkan arus masuk

ion K+, dan pada kadar yang tinggi menekan arus masuk ion Na +

yang dikenal sebagai efek stabilisasi membrane (Muchtar,2007).

Contoh obatnya yaitu esmolol, propranolo, metoprolol (Harvey,

2013).

9
c. Kelas III (penghambat kanal K+)

Menghambat kanal kalium sehingga mengurangi arus kalium

keluar selama repolarisasi sel jantung. Obat ini memperpanjang

lama potensial aksi tanpa mengganggu depolarisasi fase 0 atau

potensial membrane istirahat. Contoh obatnya yaitu amiodaron,

dofetilled, sotalol (Harvey, 2013).

d. Kelas IV (penghambat kanal Ca+)

Obat ini mengurangi arus masuk yang dibawa kalsium,

menyebabkan penurunan kecepatan depolarisasi spontan fase V.

Obat ini juga memperlambat konduksi pada jaringan yang

tergantung pada arus kalsium seperti nodus AV. Contoh obatnya

yaitu diltiazem dan verapamil (Harvey, 2013).

4. Antiangina

Antiangina atau angina pektoris merupakan suatu keadaan yang

ditandai dengan nyeri dada secara tiba – tiba, terasa berat, menjalar

keleher, rahang, pungung , dan lengan. Keadaan ini disebabkan oleh

aliran darah koroner yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

oksigen miokardium sehingga menyebabkan iskemia. Ketidak

seimbangan antara panghantaran oksigen dan pengunaanya dapat

terjadi selama pengerahan tenaga akibat spasme otot polos vaskular

atau akibat obstruksi pembuluh darah oleh lesi ateroskleroti.

10
Penggolongan obat antiangina yaitu (Harvey, 2013):

a. Nitrat organic

Nitrat menurunkan vasokontriksi atau spasme dan meningkatkan

perfusi miokardium dengan cara merelaksasi arteri koroner. Selain

itu, obat golongan ini juga merelaksasi vena, menurunkan preload,

dan mengurangi konsumsi oksigen miokardium. Contoh obatnya

yaitu isosorbit dinitrat, isosorbit mononitrat, dan nitroglycerin.

b. Penghambat β

Obat golongan ini menekan aktivitas jantung dengan cara

menghambat reseptor beta dan mengurangi kerja jantung dengan

cara menurunkan denyut jantung, kontraktilitas, dan curah jantung

serta tekanan darah. Contoh obatnya yaitu acebutolol, atenolol,

metoprolol, dan propranolol.

c. Penghamabat Ca+

Obat penghambat kanal kalsium akan melindungi jaringan dengan

cara menghambat kalsium memasuki sel-sel otot polos jantung dan

pembuluh koroner serta sistem anyaman arteri sistemis. Contoh

obatnya yaitu amlodipine, diltiazem, felodipine, necardipine,

nifedipine, verapamil

11
B. Uraian obat

a. Epinefrin® (MIMS, 2014 : 327, Harvey, 2013)

Nama paten : PEHACAIN

Indikasi : Anastesi lokal

Kontraindikasi : Inflamasi lokal & atau sepsis.

Farmakodinamik : Epinefrin memperkuat kontaktilitas

miokardiaum, menimbulkan bronkodilatasi kuat

melalui kerja langsung pada otot polos

bronkus, dan epinefrin memicu lipolisis melalui

aktivitas agonisnya pada reseptor β.

Farmakokinetik : Absorpsi pada pemberian oral tidak mencapai

dosis karena sebagian besar dirusak oleh

enzim pencernaan. Epinefrin memiliki awitan

yang cepat tetapi berdurasi kerja singkat.Obat

dalam sirkulasi mengalami metabolismedi

hepar. Eksresi: urin, atau sebagai inaktif

metanefrin, dan sulfat dan derivate hidroksi

asam mandelat.

Dosis : Ampul 2 mL x 20

12
b. Propanolol (Nafrialdi, 2007, Harvey, 2013, Krishnaias, 2005, Tjay,

2007)

Golongan obat : Golongan β-blocker

Indikasi : Hipertensi ringan sampai sedang pada pasien

dengan penyakit jantung

Kontraindikasi : Bradikardia, blockade AV derajat 2 dan 3 dan

gagal jantung yang belum stabil

Farmakodinamik : Beta bloker yang memblok secara kompetitif

respon terhadap stimulasi alfa bloker dan beta

bloker adrenergik yang akan menghasilkan

penurunan denyut jantung, kontraktilitas

jantung, tekanan darah dan kebutuhan oksigen

pada jantung.

Farmakokinetik : Resorpsinya dari usus baik. Propranolol

mengalami metabolisme lintas pertama yang

ekstensif dan sangat beragam. Waktu paruh 3-

6 jam. Bersifat sangat lipofil sehingga

distribusinya dijaringan dan otak baik dengan

sering kali menimbulkan efek sentral.

Penghambat beta memerlukan beberapa

minggu untuk menghasilkan efek lengkapnya

Dosis : 40 mg 2-3 kali sehari

13
c. Amlodipine (Lakshmi, 2012, Nafrialdi, 2007, Tjay, 2007)

Golongan obat : Golongan penghambat kanal Ca+

Indikasi : Hipertensi

Kontraindikasi : Bradikardia, blockade AV derajat 2 dan 3 dan

gagal jantung yang belum stabil

Farmakodinamik : Golongan Calcium Channel Blocker (CCB)

dengan menghambat ion kalsium masuk ke

dalam vaskularisasi otot polos dan otot

jantung sehingga mampu menurunkan

tekanan darah

Farmakokinatik : Bioavaibilitas oral (60-65%), memiliki waktu

kadar puncak maksimal 6-9 jam.

Dimetabolisme dihati dalam bentuk metabolit

inaktif serta diekskresikan melalui ginjal.

Dosis : 5 mg satu kali sehari max 10 mg

d. Nifedipine (Nafrialdi, 2007, Tjay, 2007)

Golongan obat : Golongan penghambat kanal Ca+

Indikasi : Hipertensi

Farmakodinamik : Menghambat ion kalsium masuk ke sel sel

otot jantung dan area sel-sel otot polos

miokardium selama depolarisasi, hingga

menghasilkan relaksasi otot polos pembuluh

darah koroner (terjadi efek vasodilatasi).

14
Meningkatkan pengiriman oksigen ke jantung

pada pasien dengan angina vasospastic.

Farmakokinatik : Resorpsinya dari usus baik (90%), tetapi BA-

nya hanya rata-rata 60% karena FPF tinggi.

Mulai kerjan kapsul 20 menit dan bertahan 1-2

jam. PPnya diatas 90%, waktu paruh 2-5 jam.

Dalam hati zat ini dirombak menjadi metabolit

inaktif yang diekskresikan lewat kemih (90%)

dan tinja (10%).

Dosis : 10-20 mg 3 kali sehari

C. Uraian hewan coba

1. Klasifikasi Hewan Coba (Sugoro, 2004)

Mencit (Musmusculus)

Kingdom : Animalia

Phylum : Cordata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

2. Karakteristik (Sugoro, 2004)


Mencit (Mus musculus) merupakan hewan mamalia hasil

domestikasi dari mencit liar yang paling umum digunakan sebagai

hewan percobaan pada laboratorium, yaitu sekitar 40%-80%. Banyak


15
keunggulan yang dimiliki oleh mencit sebagai hewan percobaan, yaitu

memiliki kesamaan fisiologis dengan manusia, siklus hidup yang relatif

pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi

dan mudah dalam penanganan. Mencit merupakan hewan poliestrus,

yaitu hewan yang mengalami estrus lebih daripada dua kali dalam

setahun. Seekor mencit betina akan mengalami estrus setiap 4-5 hari

sekali. Mencit betina memiliki lima pasang kelenjar susu, yaitu tiga

pasang di bagian dada dan dua pasang di bagian inguinal.

16
BAB III

METODE KERJA

A. Alat yang digunakan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah kanula,

spoit injeksi 1 ml dan stopwatch.

B. Bahan yang digunakan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Na-CMC

1%, amlodipine, nifedipine. Propanolol dan epinefrin.

C. Hewan Coba

Adapun hewan coba yang digunakan pada praktikum adalah mencit

(Mus musculus).

D. Pembuatan Bahan

Pembuatan Na-CMC 1% b/v

- Disiapkan alat dan bahan

- Ditimbang Na-CMC sebanyak 1 gr

- Dipanaskan hingga 700C 100 ml air suling

- Dilarutkan Na-CMC dengan air suling yang telah dipanaskan sedikit

demi sedikit sambil di aduk.

- Dimasukkan larutan Na-CMC dalam wadah dan di simpan dalam

lemari pendingin.

17
E. Pembuatan Obat

1. Epinefrin

- Disiapkan alat dan bahan

- Dipipet 1 mL epinefrin kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10

ml, dicukupkan dengan aqua pro injeksi hingga 10 mL (1mg/10mL)

- Dipipet larutan diatas sebanyak 0,5 mL kemudian dimasukkan ke

dalam labu ukur 10 ml, dicukupkan dengan aqua pro injeksi hingga

10 mL.

2. Nifedipin

- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

- Ditimbang obat nifedipin sebanyak 50 mg

- Dicukupkan volumenya dengan Na-CMC 1% hingga 10 mL dan

dihomogenkan

- Diambil larutan diatas sebanyak 11,974 mL, dicukupkan volumenya

dengan Na-CMC 1% hingga 10 mL

- Dihomogenkan lalu diberi etiket.

3. Propanolol

- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

- Ditimbang obat propranolol sebanyak 50 mg

- Dicukupkan volumenya dengan Na-CMC 1% hingga 10 mL dan

dihomogenkan

- Dipipet larutan tersebut sebanyak 3,686 mL dan dicukupkan

volumenya dengan Na-CMC 1% hingga 10 mL

18
- Dihomogenkan lalu diberi etiket.

4. Amlodipine

- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

- Ditimbang obat amlodipine sebanyak 50 mg

- Dicukupkan volumenya dengan Na-CMC 1% hingga 10 mL dan

dihomogenkan

- Diambil larutan diatas sebanyak 3,126 ml, dicukupkan volumenya

dengan Na-CMC 1% hingga 10 mL

- Dihomogenkan lalu diberi etiket.

F. Perlakuan hewan coba

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Disiapkan mencit kemudian dibagi menjadi 3 kelompok

3. Masing-masing mencit diamati pembuluh darah telinga pada mencit

sebelum diinduksi epinefrin

4. Diinduksi epinefrin secara intraperitonial (IP)

5. Setelah 15 menit, diamati kembali pembuluh darah telinga pada

mencit, jika berwarna pucat menandakan vasokontriksi (hipertensi).

6. Mencit I (30 gram) diberikan obat nifedipine secara oral sebanyak 1 ml,

mencit II (25 gram) diberikan obat propranolol secara oral sebanyak

0,8 ml, dan mencit III (29 gram) diberikan obat nifedipin secara oral

sebanyak 0,9 ml.

7. Diamati warna telinga mencit pada menit 15, 30 dan 60, jika warna

merah (vasodilatasi) mengalami penurunan tekanan darah dan jika

19
warna putih pucat (vasokontriksi) mengalami peningkatan tekanan

darah.

20
BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

Pada percobaan ini telah dilakukan pengujian efektivitas obat

antihipertensi yang meliputi Amlodipine, Nifedipine, dan Propranolol.

Obat BB Vp TD Tekanan darah


Awal setelah setelah menit ke-
diinduksi
epinephrine (IP)
15 30 60
Nifedipine 30 g 1 mL - + + +

Propranolol 25 g 0,8 mL - - + +

Amlodipine 29 g 0,9 mL + + - -

(+) = vasodilatasi

(-) = vasokontriksi

B. Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan pengujian efektivitas obat

antihipertensi yaitu Amlodipine, Propanolol dan Nifedipin terhadap hewan

coba mencit (Mus musculus). Mencit terlebih dahulu diinduksi dengan

menggunakan epinefrin untuk meningkatkan tekanan darah pada hewan

coba mencit.

Mekanisme kerja dari obat epinefrin ialah memperkuat kontaktilitas

miokardiaum, menimbulkan bronkodilatasi kuat melalui kerja langsung

21
pada otot polos bronkus, dan epinefrin memicu lipolisis melalui aktivitas

agonisnya pada reseptor β.

Dilakukan pemberian obat pada hewan coba mencit yaitu

nifedipine, amlodipine, dan propranolol untuk menurunkan tekanan darah

pada hewan coba mencit. Para meter pengamatannya adalah vasodilatasi

dan vasokontriksi pada pembulu darah telinga mencit.

Nifedipine adalah obat golongan penghambat kanal kalsium

dimana mekanisme kerjanya yaitu menghambat influks kalsium pada sel

otot polos pembuluh darah dan miokard. Dipembuluh darah amtagonis

kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang

dipengaruhi. Penurunan resistensi perifer sering diikuti oleh reflex

takikardia dan vasokontriksi, terutama bila menggunakan golongan

dihidropiridin kerja pendek (Nafrialdi, 2007). Pemberian obat nifedipine

pada menit ke 15 terjadi vasodilatasi, pada menit ke 30 terjadi

vasodilatasi, dan pada menit ke 60 terjadi vasodilatasi.

Propranolol adalah obat golongan penghambat β dimana

mekanisme kerjanya yaitu ada berbagai mekanisme penurunan tekanan

darah akibat pemberian β-bloker yaitu penurunan frekuensi denyut jantung

dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan cerah jantung, hambatan

sekresi rennin di sel-sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan

produksi angitensin II, dan efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf

simpatis, prubahan pada sensitivitas baroreseptor, perubahan aktivitas

neuroadrenergik perifer dan peningkatan sintesis prostaglandin (Nafrialdi,

22
2007). Pemberian obat propanolol pada menit ke 15 terjadi vasokontriksi,

pada menit ke 30 terjadi vasodilatasi, dan pada menit ke 60 terjadi

vasodilatasi.

Amlodipine merupakan obat golongan penghambat kanal kalsium

dimana mekanisme kerjanya yaitu menghambat influks kalsium pada sel

otot polos pembuluh darah dan miokard. Dipembuluh darah amtagonis

kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang

dipengaruhi. Penurunan resistensi perifer sering diikuti oleh reflex

takikardia dan vasokontriksi, terutama bila menggunakan golongan

dihidropiridin kerja pendek (Nafrialdi, 2007). Pemberian obat amlodipine

pada menit ke 15 terjadi vasodilatasi, pada menit ke 30 terjadi

vasokontriksi, dan pada menit ke 60 terjadi vasokontriksi.

Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa obat nifedipine dan

propranolol menyebabkan vasodilatasi pada mencit, sedangkan obat

amlodipine menyebabkan vasokontriksi pada mencit.

Faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada praktikum ini ialah

kesalahan pada pemberian obat pada hewan coba dan kurang telitinya

praktikan dalam mengamati hewan coba.

23
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa obat nifedipine dan

propranolol yang diberikan pada hewan coba mencit dapat memberikan

efek penurunan tekanan darah.

B. Saran

Diharapakan kerja samanya pada saat praktikum dan asisten selalu

mendampingi praktikannya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 2014., MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi., Penerbit Asli


(MIMS Pharmacy Guide).

Harvey, Richard dan Pamela C., 2013.,Farmakologi Ulasan Bergambar


Edisi IV., Jakarta: EGC.

Krishnaias, Y. S. R., Alsaidan M. S., Chandrasekhar V. D., Satyanarayana


V., 2005, Bioavailability of Nerodilol Based Transdermal
Therapeutic System of Nicorandil in Human Volunteers,
J.Controlled. Release, 106 (1): 111-122.

Lakshmi, S. & Lakshmi, K. S., 2012. Simultaneous Analysis of Losartan


Potassium, Amlodipine Besylate, and Hydrochlorothiazide in
Bulk and in Tablets by High-Perfomance Thin Layer
Chromatography with UVAbsorption Densitometry. Journal of
Analytical Methods in Chemistry, 2012(2012), pp. 1-5.

Muchtar, Armen., Obat Antiaritmia dalam buku Farmakologi dan Terapi


edisi 5., Jakarta :Balai Penerbit Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FK UI

Nafrialdi., 2007.,Obat Antihipertensi dalam buku Farmakologi dan Terapi


edisi 5., Jakarta :Balai Penerbit Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FK UI

Setiawati, Arini., Obat Gagal Jantung dalam buku Farmakologi dan Terapi
edisi 5., Jakarta :Balai Penerbit Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FK UI

Sugoro, dkk., 2004., Pengontrolan Penyakit Mastitis dan Manajemen


Pemerahan susu., Artikel PATIR BATAN

Tjay, Tan Hoan., 2007., Obat-Obat Penting, Penerbit PT Elex Media


Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia: Jakarta.

25
LAMPIRAN

Skema Kerja

3 ekor coba mencit

I II III

Diamati warna telinga mencit

Diinduksi dengan epinefrin secara intraperitonial (IP)

Setelah 15 menit, diamati warna telinga mencit, jika berwarna pucat


menandakan vasokontriksi (hipertensi) dan bewarna merah menandakan
vasodilatasi

Nifedipine Propranolol Amlodipine

Amati warna telinga mencit pada menit 15, 30 dan 60

(warna merah (vasodilatasi) penurunan tekanan darah)

(warna pucat (vasokontriksi) peningkatan tekanan darah)

26
Perhitungan Dosis

1. Propranolol 30 mg
30 mg
- Dosis umum manusia = 60 kg BB = 0,5 mg/kgBB

mg 37
- Dosis umum mencit = 0,5 x = 6,166 mg/kgBB
kgBB 3

6,166 mg
- Dosis max tikus = X 30 g = 0,184 mg
1000 g

10 mL
- Laruran stok = x 0,184 mg = 1,84 mg/10 mL
1 mL

0,184 mg
- BYD = x 100,166 mg = 18,430 mg
10 mg

- Pengenceran

50 mg 10 ml (50 mg/10 ml)

x 10 ml (18,430 mg/10 ml)

10 𝑚𝑙 𝑥 18,430 𝑚𝑔
𝐽𝑎𝑑𝑖, x =
50 𝑚𝑔

x = 3,686 ml

2. Amlodipine 10 mg
10 mg
- Dosis umum manusia = 60 kg BB = 0,166 mg/kgBB

mg 37
- Dosis umum mencit = 0,166 x = 2,047 mg/kgBB
kgBB 3

2,047 mg
- Dosis max tikus = X 30 g = 0,061 mg
1000 g

10 mL
- Laruran stok = x 0,061 mg = 0,61 mg/10 mL
1 mL

0,61 mg
- BYD = x 254,274 mg = 15,632 mg
10 mg

27
Pengenceran

50 mg 10 ml (50 mg/10 ml)

x 10 ml (15,632 mg/10 ml)

10 𝑚𝑙 𝑥 15,632 𝑚𝑔
𝐽𝑎𝑑𝑖, x =
50 𝑚𝑔

x = 3,126 ml

3. Nifedipine 30 mg
30 mg
- Dosis umum manusia = = 0,5 mg/kgBB
60 kg BB

mg 37
- Dosis umum mencit = 0,5 x = 6,166 mg/kgBB
kgBB 3

6,166 mg
- Dosis max tikus = X 30 g = 0,184 mg
1000 g

10 mL
- Laruran stok = x 0,184 mg = 1,84 mg/10 mL
1 mL

1,84 mg
- BYD = x 325,4 mg = 59,873 mg
10 mg

- Pengenceran

50 mg 10 ml (50 mg/10 ml)

x 10 ml (59,873 mg/10 ml)

10 𝑚𝑙 𝑥 59,873 𝑚𝑔
𝐽𝑎𝑑𝑖, x =
50 𝑚𝑔

x = 11,974 ml

4. Epinefrin 1 mg
1 mg
- Dosis umum manusia = 60 kg BB = 0,016 mg/kgBB

mg 37
- Dosis umum mencit = 0,016 x = 0,197 mg/kgBB
kgBB 3

28
0,197 mg
- Dosis max tikus = X 30 g = 0,005 mg
1000 g

10 mL
- Laruran stok = x 0,005 mg = 0,05 mg/10 mL
1 mL

- Pengenceran

1mg 10 ml (1mg/10ml)

x 10 ml (0,05 mg/10 ml)

10 𝑚𝑙 𝑥 0,05 𝑚𝑔
𝐽𝑎𝑑𝑖, x =
1 𝑚𝑔

x = 0,5 ml

29

Anda mungkin juga menyukai