Buku Ikatan Surveyor
Buku Ikatan Surveyor
PROSIDING
Forum Ilmiah
Tahunan 2014
& Musyawarah Nasional XV
Ikatan Surveyor Indonesia
Tim Editor :
Albertus Deliar
Riantini Virtriana
Aminah Kastuari
Alfita Puspa Handayani
Ryan Nurtyawan
Irwan Meilano
Irwan Gumilar
Rizki Abdul Haris
Tim Editor :
Albertus Deliar
Riantini Virtriana
Aminah Kastuari
Alfita Puspa Handayani
Ryan Nurtyawan
Irwan Meilano
Irwan Gumilar
Rizki Abdul Haris
ISBN : 978-602-71616-0-3
Diterbitkan pada tanggal : 29 Oktober 2014
Penerbit :
Ikatan Surveyor Indonesia
Redaksi :
Jalan Pahlawan Revolusi 100 B
Jakarta
Telf : 021 86600710
Fax : 021 86600709
Email : sekretariatisi@gmail.com
PRAKATA
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
PRAKATA ..................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. ii
PENATAAN BATAS WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN DENGAN METODE GEODETIK
(STUDI KASUS: KW. WSWD003, PULAU MANIANG, KECAMATAN WUNDULAKO, KABUPATEN
KOLAKA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA) ............................................................................... 1
EVALUASI SEBARAN HASIL PENGAMATAN PENURUNAN TANAH TERHADAP TUTUPAN LAHAN
DI WILAYAH PESISIR KOTA SURABAYA..................................................................................... 22
PEMODELAN 3D MENARA “LONCENG JATINANGOR (LOJI)” DENGAN METODE TERRESRIAL
LASER SCANNER ....................................................................................................................... 31
STUDI SURVEY TERRESTRIAL LASER SCANNING (TLS) UNTUK DOKUMENTASI BANGUNAN TIGA
DIMENSI (3D) ........................................................................................................................... 39
APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK DETEKSI ZONASI BANJIR LAHAN SAWAH DI
KABUPATEN DEMAK JAWA TENGAH ....................................................................................... 50
PENGGUNAAN DATA GLOBAL UNTUK PEMODELAN KAWASAN RAWAN BENCANA ERUPSI
GUNUNG API (STUDI KASUS DI GUNUNG API MERAPI) .......................................................... 61
STUDI KOMPARASI SISTEM PENILAIAN LAHAN DI INDONESIA................................................ 71
PENENTUAN KUALITAS DATA BATIMETRI MENGGUNAKAN METODE PEMBOBOTAN
BERBASISKAN SISTEM GRID SKALA RAGAM (WILAYAH STUDI: SELAT SUNDA)....................... 85
NERACA SUMBERDAYA HUTAN DAN NILAI VALUASI EKONOMI KABUPATEN BUOL PROVINSI
SULAWESI TENGAH BERDASARKAN SISITEM INFORMASI GEOGRAFI DAN METODE BENEFIT
TRANSFER ................................................................................................................................. 97
PENGGUNAAN METODE POLIGON VORONOI DALAM PEMBUATAN PETA ZONA NILAI TANAH
(WILAYAH STUDI: KELURAHAN SUKAMAJU BANDUNG)........................................................ 107
PEMANFAATAN AUTOKORELASI SPASIAL TERHADAP NJOP .................................................. 120
KONTRIBUSI HIDROGRAFI DALAM PENANGANAN DAMPAK PEMASANGAN KABEL BAWAH
LAUT ....................................................................................................................................... 127
PEMBANGUNAN BASIS DATA GEOSPASIAL GUNA MENDUKUNG TERSELENGGARANYA
PEMBANGUNAN SIMPUL JARINGAN DAERAH (WILAYAH STUDI: KABUPATEN BANGKA BARAT)
................................................................................................................................................ 151
PEMODELAN VARIABEL DINAMIKA LAUT UNTUK DESAIN LOKASI DAN RUTE PIPA BAWAH LAUT
................................................................................................................................................ 163
PEMBENTUKAN BASIS DATA GRAFIS UNTUK MENDUKUNG SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
GEDUNG (STUDI KASUS: LABTEK IX C, ITB) ............................................................................ 178
Abstrak
Penurunan tanah merupakan permasalahan utama yang dihadapi beberapa kota
besar seperti Jakarta , Semarang, Bandung . Perkembangan kota memberikan dampak yang
besar terhadap terjadinya penurunan tanah, selain faktor fisik seperti tektonisme, dan
konsolidasi tanah. Kota-kota seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya mengalami
pembangunan yang pesat, pusat-pusat bisnis, perdagangan, hiburan dan tempat tinggal
berkembang sangat pesat. Perkembangan inilah yang juga dapat mempengaruhi penurunan
tanah. (Abidin,dkk.2010)
Pengamatan penurunan tanah di Kota Surabaya dibutuhkan untuk melihat
kecenderungan pada pola geometrik dan pola fisik yang terjadi. Teknologi Global Positioning
System (GPS) dapat memberikan informasi terkait posisi 3 dimensi (x,y dan z) secara akurat,
apabila sejak awal pengamatan menggunakan metode yang tepat. Penelitian ini memberikan
informasi awal tentang sebaran terjadinya penurunan tanah, dari beberapa titik pengamatan
penurunan tanah, yang kemudian dikaitkan dengan kondisi tutupan lahan terkini
(existing)serta penggunaan air tanah.
Pada umumnya titik BM pengamatan yang tersebar diwilayah pesisir Kota Surabaya
mengalami penurunan tanah dari tahun 2010, 2012 dan 2014 dengan penurunan tanah
terbesar terjdi di titik BM05 dan BM06 sebesar 0.17 meter dan 0.14 meter dengan harga
korelasi 0.9 serta komposisi tutupan lahan berupa wilayah industri pergudangan dan tambak
beserta explorasi air tanah tinggi,incharge (imbuhan) rendah.
Kata Kunci : Penurunan tanah, konsolidasi tanah,pola geometrik,Global Positioning System (GPS), tutupan
lahan.
Latar belakang
Penelitian penurunan tanah selama ini terjadi di Indonesia disebabkan empat hal, yaitu
eksploitasi air tanah berlebihan, proses pemampatan lapisan sedimen yang terdiri dari batuan
muda dan ditambah dengan pembebanan tinggi oleh bangunan di atasnya serta pengaruh
gaya tektonik.( Lombok Hutasoid,2004)
Dalam kondisi alami, air tanah mengisi rongga-rongga atau pori di bebatuan. Ketika dipompa
ke permukaan dalam batas tertentu, rongga akan terisi kembali oleh air hujan. Bila tingkat
penyedotan lebih tinggi dibandingkan dengan pengisian kembali, terjadi subsiden.
Percepatan bisa terjadi bila permukaan tanah mengalami pembebanan tinggi seperti
penurunan tanah akibat beban bangunan disekitarnya serta pengambilan air tanah yang
berlebihan.
Fenomena penurunan tanah ini merupakan salah satu faktor yang cukup signifikan penyebab
terjadinya banjir di suatu daerah atau kawasan. Ketika titik-titik yang mewakili suatu kawasan
mengalami penurunan, yang menyebabkan daerah tersebut menjadi lebih rendah dari
tempat-tempat lainnya (membuat cekungan), atau malah lebih rendah dari bentang hidrologi
yang ada di sekitarnya, maka daerah tersebut akan menjadi daerah yang berpotensi banjir
terutama ketika musim hujan tiba.
Kota Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia yang sebagaian wilayah pesisirnya
didapat dari proses sedimentasi , telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, baik dari
segi fisik maupun non fisik. Dengan luas wilayah kota kurang lebih dari 33.048 ha, dimana
60,17% luas wilayah merupakan kawasan terbangun dan jumlah penduduk kurang lebih 3 juta
jiwa.Dengan kondisi seperti ini maka dimungkinkan adanya proses yang dapat mengawali
terjadinya penurunan tanah terutama dikawasan yang padat akan bangunan serta tingkat
intrusi air laut yang tinggi.
Kota Surabaya terletak di tepi pantai utara Provinsi Jawa Timur yang sebagian besar
wilayahnya terdiri atas tanah alluvial hasil endapan sungai dan pantai. Seperti halnya kota-
kota besar lainnya, Kota Surabaya juga tidak lepas dari ancaman bahaya akibat penurunan
tanah. Indikasi terjadinya penurunan tanah di Kota Surabaya terlihat dari tingginya genangan
dan rob terutama di wilayah pesisir Kota Surabaya. Untuk itu diperlukan suatu sistem
pemantauan dan pengukuran penurunan tanah secara berkala untuk mendapatkan
pengetahuan suatu wilayah secara vertikal dengan baik, kegiatan ini sudah dimulai sejak
tahun 2010 dengan menempatkan sebaran pada awalnya 20 titik di wilayah Surabaya Timur
dan Utara yang merupakan kawasan pesisir.
Metode yang dapat digunakan untuk pemantauan penurunan tanah adalah dengan
memanfaatkan teknologi Global Positioning System (GPS). Prinsip pemantauan penurunan
tanah dengan metode survei GPS yaitu dengan menempatkan 17 titik pantau tetap
(benchmark/ BM) di beberapa lokasi yang berbeda jenis tutupan lahannya, kemudian diamati
untuk mendapatkan data koordinat secara berkala tahun 2010,2012 dan tahun 2014. Dari
hasil koordinat BM dilakukan evaluasi mengenai tingkat penurunan tanah di setiap titik
beserta perubahan besaran arah vertikal yang terjadi, yang kemudian di hubungkan dengan
faktor tutupan lahan.
Tujuan Penelitian
Mengevaluasi hasil pengukuran berkala (2010,2012,2014) penurunan tanah dari sebaran 17
buah titik tetap (BM) di wilayah pesisir Kota Surabayai serta keterkaitannya dengan faktor
tutupan lahan disekitar BM tersebut.
Dalam pengukuran dengan GPS elevasi yang didapat merupakan elevasi berdasarkan ellipsoid
(tinggi ellipsoid), untuk itu yang dipentingkan dalam pengukuran GPS adalah beda tingginya.
Dengan menggunakan referensi tinggi geoid yang pengukurannya disatukan dengan
pengukuran koordinat tiga dimensi dengan GPS, maka dapat dikombinasikan koordinat
planimetris dengan sistem UTM,,beda tinggi dilakukan dengan pengukuran GPS,elevasi titik
dipergunakan referensi geoid.
Data tinggi ellipsoid (h) yang dihasilkan dari pengukuran GPS (Global Positioning System) telah
lama menarik perhatian para peneliti dan praktisi survei pemetaan, untuk bisa dimanfaatkan
secara praktis dengan menurunkannya menjadi tinggi ortometris (H) yang mengacu ke bidang
geoid.
Pada umumnya para peneliti menggunakan metoda mengkonversi kedua sistem tinggi
tersebut dengan memanfaatkan data undulasi geoid (N) melalui persamaan : (Hubungan
sistem tinggi)
H = h - N (untuk tinggi absolut), atau
dH = dh – dN (untuk tinggi relatif)
H topografi
h
N
Geoid/MSL
h = tinggi geodetic/ellipsoid
H = tinggi orthometrik ellipsoid
N = undulasi geoid
Strategi lain pemanfaatan tinggi elipsoid dari GPS yang memungkinkan tanpa”melibatkan”
kebutuhan data undulasi geoid adalah dengan memfokuskan pada aspek tinggi relatif (beda
tinggi) pada pengamatan GPS. Beberapa peneliti telah membahas strategi ini baik di tingkat
teoretis maupun aplikasi praktis
Dari hasil banyak penelitian bisa disimpulkan sementara bahwa pada jaringan berskala lokal
pengukuran tinggi (relatif) GPS bisa diaplikasikan untuk menggantikan metoda sipat
datar/levelling dengan beberapa persyaratan, antara lain:
a. Pengukuran memakai receiver GPS type geodetik
Desain jaring pengukuran secara geometrik terdiri dari rangkaian segitiga yang simultan yang
mencakup wilayah kerja. Bentuk jaring yang direncanakan adalah sebagai berikut :
Gambar.3. Perubahan format dari tutupan lahan yang didapat dari citra satelit menjadi peta
garis dengan skala 1 : 5000 dititik BM04 yang merupakan area industri, pergudangan dan
tambak.
Dari hasil hitungan didapatkan koordinat masing masing BM dalam sistem UTM untuk posisi
horisontal (X,Y) serta sistem elipsoid dan geoid untuk posisi vertikal/elevasi (H). Standart
deviasi resultante untuk arah horisontal memiliki harga terkecil adalah 0,003 meter dan
terbesar 0.051 meter pada titik BM 07, sedangkan untuk posisi vertikal didapat ketelitian
terkecil 0.004 meter dan terbesar 0.030 meter pada titik BM 20.
Dilakukan uji statistik dengan metoda Fisher untuk nilai standart deviasianya, dengan nilai
tingkat kepercayaan alpha 5% maka didapat untuk masing masing standart deviasi tidak boleh
lebih besar dari 3 x nilai standart deviasi rata rata, untuk koordinat x,y dan Z memiliki batas
simpangan dari nilai deviasi standart adalah 0,036 mm, 0,021 mm , 0.036 mm. Dalam
pengamatan ini rata rata ketelitian yang dicapai oleh posisi horisontal lebih baik dibandingkan
posisi vertikal. Untuk selanjutnya yang digunakan untuk memantau penurunan tanah adalah
posisi vertikal.
Dalam rangka mengamati secara berkala dari data BM penurunan tanah maka dilakukan
penggabungan data penurunan tanah dari posisi vertikal dengan sistem koordinat ellipsoid
dari tahun 2010 dan tahun 2012 pada titik BM penurunan tanah yang sama dan bersumber
dari BAPPEKO Surabaya sebagai berikut : Hasil ukuran tahun 2010, 2012, 2014.
Tabel.2. Hasil pengukuran BM penurunan tanah untuk tahun 2010,2012 dan 2014.
Saran
Dengan adanya hasil awal pengukuran penurunan tanah di wilayah pesisir Kota Surabaya yang
menunjukkan adanya kecenderungan mengalami penurunan maka diperlukan adanya
pengamatan yang periodik dengan jangka waktu yang lama agar didapat hasil yang mewakili
kondisi penurunan tanah yang sebenarnya.
Daftar Pustaka
Abidin,H.Z, Andreas,H, Gumilar,I, Gamal,M, Fukuda,Y, T.Deguchi. 2009. Land Subsidence and
Urban development in jakarta. 7th FIG Regional Conference : Hanoi,Vietnam
Abidin,H.Z, Andreas,H, Gumilar,I, Sidiq,T, Gamal,M, D Murdohardono, Supriyadi, Yoichi
Fukuda.2010.Studying land Subsidence in Semarang (Indonesia) Using Geodetic
Methods. FIG Congress : Sydney,Australia
Abidin,H.Z, Andreas,H, Gamal,M, D.Darmawan .2006. Land Subsidence Characteristics of
Bandung Basi Between 2000 and 2005 as Estimated from GPS Surveys. FIG Congress
: Munich, Germany
Bappeko.2010. Laporan Pemetaan Penurunan Tanah Kota Surabaya. Bappeko-Surabaya
Bappeko.2012. Laporan Pemetaan Penurunan Tanah Kota Surabaya. Bappeko-Surabaya
Caspary,W.F.1987. Concepts of Network and Deformation Analysis. University of New South
Wales
Chen,Y.Q,Chrzanowski,Secord.1986. Geometrical Analysis of Deformation Surveys-
Deformation Measurements Workshop,MIT,Cambridge,Massachusset. Cambridge :
MIT
Djaja,R, Rais,J, Abidin,H.Z, Wedyanto,K.2004.Land Subsidence of Jakarta Metropolitan Area.
3rd FIG Regional Conference : Jakarta
H.M.E.Verhoef and H.M.de Heus.1994.On the Estimation of Polynomial Breakpoints in the
Subsidence of the Groningen Gasfield. FIG International Congress:Melbourne
Kuang,Shanlong.1996. Geodetic Network Analysis and Optimal Design : Concepts and
Applications. Michigan : Ann Arbor Press,Inc
Kurniawan,Akbar.2011. Evaluasi Penurunan Muka Tanah Di Wilayah Kota Surabaya Dari
Data Pengamatan GPS dengan GAMIT/GLOBK. Tesis : Teknik Geomatika-ITS
N.Phien-wej,P.H.Giao,P.Nutalaya.2006.Land Subsidence in Bangkok,Thailand. Engineering
Geology,Vol82, Page 187-201
Strang,G,Borre,K.1997.Linear Algebra, Geodesy, and GPS. Wellesley-Cambridge Press
Subarya.2004. Jaring Kontrol Geodesi Nasional Dengan pengukuran Global positioning
System Dalam System ITRF2000 Epoch 1998.0 . Bakosurtanal
Tigor,MHL,Murdohardono,D,Panggabean,J.2007. Evaluasi Geologi Teknik Land Subsidence
Surabaya Tahap I,Propinsi Jawa Timur. Dinas ESDM-Jawa Timur
Wellenhoff,dkk. 2001. GPS Theory and Practice.SpringerWien : New York