Anda di halaman 1dari 41

SOP

PENGUKURAN TEKANAN DARAH


Judul SOP : Mengukur Tekanan Darah
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Kegiatan pemeriksaan tekanan darah merupakan indikator untuk menilai
system kardiovaskular bersamaan dengan pemeriksaan nadi
Tujuan Mengetahui nilai tekanan darah
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggung Jawab
disusun diperiksa Disahkan

Prosedur a. Persiapan Alat


1. Tensimeter
2. Stetoskope
3. Buku / catatan
b. Persiapan Pasien & Lingkungan
1. Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan
2. Atur lingkungan sekitar pasien
c. Pelaksanaan
1. Alat-alat didekatkan
2. Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan
dilakukan dan posisinya diatur sesuai kebutuhan
3. Mengatur posisi pasien
4. Membuka lengan baju atau digulung
5. Letakkan tensimeter sejajar dengan jantung penderita
6. Memasang manset tensimeter pada lengan atas 2-3 cm di atas
vena cubiti dengan pipa karetnya berada di bagian luar lengan.
Manset di pasang tidak terlalu kencang atau terlalu longgar
7. Meraba denyut arteri brachialis lalu stetoskope ditempatkan
pada daerah tersebut
8. Menutup skup balon karet, pengunci raksa dibuka. Selanjutnya
balon dipompa sampai denyut arteri tidak terdengar lagi dan air
raksa di dalam pipa gelas naik
9. Membuka skrup balon perlahan-lahan sehingga air raksa turun
perlahan-lahan. Sambil memperhatikan turunnya air raksa,
dengarkan bunyi denutan pertama dan terakhir
10. Pasien dirapikan
11. Alat-alat dirapikan dan disimpan ditempatnya
12. Petugas cuci tangan
13. Hasilnya dicatat
Unit Terkait UGD, Rawat Inap
SOP
PENGUKURAN SUHU
Judul SOP : Mengukur Suhu
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Kegiatan pemeriksaan suhu merupakan indicator untuk menilai
keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas.
Tujuan Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun Diperiksa disahkan

Prosedur a. Persiapan Alat


1. Thermometer
2. Buah botol berisi larutan sabun, desinfektan dan air
b. Persiapan Pasien & Lingkungan
1. Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan
2. Atur lingkungan sekitar pasien
c. Pelaksanaan
1. Mengukur suhu pada ketiak
a) Cuci tangan
b) Alat-alat didekatkan pada pasien
c) Identifikasi pasien
d) Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
e) Periksa thermometer apakah air raksa tepat pada angka
dibawah 35ο C
f) Atur posisi pasien sesuai kondisi pasien
g) Buka lengan baju pasien (bila perlu) dan ketiaknya harus
dikeringkan lebih dahulu
h) Jepitkan thermometer pada ketiak pasien dengan reservoir
tepat ditengah ketiak dan lengan pasien dilipatkan ke dada
(awasi dan damping khusus pada penderita tidak sadar dan
anak-anak)
i) Setelah 5 sampai 10 menit thermometer diangkat dan
langsung dibaca kemudian dicatat
j) Bersihkan thermometer dengan cara :
i. Celupkan thermometer pada botol yang berisi sabun
ii. Celupkan thermometer pada botol savlon
iii. Dilap dengan potongan tissue
iv. Masukkan pada botol berisi air bersih dan keringkan
k) Air raksa diturunkan kembali dan thermometer diletakkan
pada tempatnya
l) Pasien dikembalikan pada posisi semula
m) Alat-alat dibereskan
n) Cuci tangan
2. Mengukur suhu pada mulut
a) Cuci tangan
b) Alat-alat didekatkan pada pasien
c) Identifikasi pasien
d) Jelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
e) Periksa thermometer apakah air raksa tepat pada angka
dibawah 35ο C
f) Atur posisi pasien
g) Intruksikan pasien untuk membuka mulut
h) Minta pasien untuk mengangkat lidah ke atas
i) Letakkan dengan hati-hati thermometer di bawah lidah di
bagian tengah:
i. Celupkan thermometer pada botol berisi air sabun
ii. Lap dengan potongan tissue
iii. Celupkan pada botol berisi larutan desinfektan
iv. Celupkan pada botol berisi air bersih dan keringkan
j) Intruksikan pasien untuk menutup mulut dan menjepit
thermometer dengan bibirnya dan tidak berbicara selama
thermometer berada dimulutnya
k) Setelah 3 sampai 5 menit ambil thermometer dan baca
dengan teliti kemudian catat
l) Bersihkan thermometer dengan cara:
m) Air raksa diturunkan kembali
n) Alat-alat dibereskan
o) Pasien dikembikan keposisi semula
p) Cuci tangan
3. Mengukur suhu pada rektal
a) Cuci tangan
b) Alat-alat diletakkan pada pasien
c) Identifikasi pasien
d) Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
e) Periksa thermometer apakah air raksa tepat pada angka
dibawah 35ο C dan basahi dengan air bersih
f) Atur posisi pasien dengan tidur miring pada orang dewasa
dan terlentang pada bayi
g) Celana dalam / pokok pasien diturunkan sampai dibawah
bokong dan tutup tubuh dengan selimut
h) Dorong pantat bagian atas sehingga anus terlihat
i) Bersihkan anus dengan potongan tissue
j) Masukkan thermometer kedalam anus secara perlahan dan
anjurkan pasien untuk bernafas panjang dan masukkan
sepanjang 3 inchi untuk dewasa dan ½ inchi untuk bayi
sambil mengangkat kaki bayi ke atas dengan ujung
thermometer dipegang
k) Setelah 3 sampai 5 menit thermometer diambil perlahan
kemudian di lap dengan tissue dan dibaca kemudian
dicatat
l) Bersihkan thermometer dengan cara:
i. Celupkan thermometer pada botol berisi air sabun
ii. Lap dengan tissue
iii. Celupkan pada botol berisi larutan desinfektan
iv. Bersih dan keringkan
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
MENGHITUNG DENYUT NADI
Judul SOP : Menghitung Denyut Nadi
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Nilai denyut Nadi merupakan indicator untuk menilai system
kardiovaskular
Tujuan 1. Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi dan kekuatan)
2. Menilai kemampuan fungsi kardiovaskular
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan

Prosedur a. Persiapan Alat


1. Arloji
2. Buku catatan
b. Persiapan Pasien & lingkungan
1. Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan
2. Atur lingkungan sekitar pasien
c. Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Alat-alat didekatkan pada pasien
3. Identifikasi pasien
4. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
5. Atur posisi pasien dengan terlentang atau duduk
6. Anjurkan pasien untuk rileks
7. Tempelkan ibu jari pada arteri
8. Hitung denyut nadi selama 1 menit sambil merasakan kedalaman
dan keteraturan
9. Catat hasilnya
10. Rapikan alat-alatnya
11. Posisi pasien dikembalikan ke posisi semula
12. Cuci tangan
13. Hasilnya dicatat
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
MENGHITUNG PEMERIKSAAN PERNAPASAN
Judul SOP : Menghitung Pemeriksaan Pernapasan
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Nilai pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indicator untuk
mengutahui fungsi system pernapasan yang terdiri dari mempertahankan
pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam paru dan pengaturan
keseimbangan asam basa.
Tujuan 1. Mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan
2. Menilai kemampuan fungsi pernapasan
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan

Prosedur a. Persiapan Alat


1. Arloji (jam) atau stop-watch
2. Buku catatan
3. Pena
b. Persiapan Pasien & lingkungan
1. Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan
2. Atur lingkungan sekitar pasien
c. Pelaksanaan
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien
4. Hitung frekuensi dan irama pernapasan
5. Catat hasil
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
RESUSITASI JANTUNG DAN PARU
Judul SOP : Resusitasi jantung dan Paru
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Suatu kegiatan yang dilaksanakan dalam memberikan bantuan ventilasi
dan bantuan eksternal terhadap sirkulasi pada penderita dengan henti
jantung dan henti napas.
Tujuan Memberikan oksigen ke otak dan jantung pada pasien sehingga dapat
mengembalikan fungsi jantung dan paru kembali normal.
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
Diperiksa disusun disahkan

Prosedur a. Persiapan Alat


1. Ambubag set
2. Tabung oksigen
3. Mayo/orofaringeal tube sesuai ukuran yang diperlukan
4. Mesin suction dan suction tube
5. Air masak dan tempatnya untuk suction dan tissue bersih
6. Handschoon dan bengkok
b. Persiapan Pasien & lingkungan
1. Memberi penjelasan tentang maksud dan tujuan tindakan kepada
pasien / keluarga
2. Pasang sampiran
c. Pelaksanaan
1. RJP dengan 1 Penolong
a) Pastikan tidak ada respon dengan panggil, tepuk, pundak
b) Penolong memakai handschoon (pastikan memakainya pada
saat bekerja)
c) Periksa jalan nafas
i. Buka jalan nafas dengan cara tengadahkan kepala, angkat
dengan baik, tarik dagu (head till, chin lift dan jaw thrust
bila tidak ada curiga cidera tulang leher)
ii. Bebaskan jalan nafas dengan cara bila ada muntahan
lakukan suction dan bersihkan jalan nafas dengan kassa
bersih dan kassa bekas pakai buang di bengkok
 Bila pasien tidak sadar maka pasang orofaringeal tube /
mayo untuk menahan agar lidah tidak ajtuh ke belakang
 Bila tidak ada muntahan bila perlu pasang mayo untuk
menahan agar lidah jatuh ke belakang
iii. Cek penafasan (lihat, dengar, rasakan) bila ada
pernafasan tiup 2 pernafasan buatan perlahan 91,5 – 2
detik pernafasan) dengan menggunakan ambubag / BVM
yang dihubungkan dengan oksigen dengan aliran tinggi 10
sampai 20 liter dan amati gerakan dada
d) Periksa nadi
 Cek denyut nadi carotis letakkan jari dicekungan antara
trachea dan otot leher untuk meraba arteri cubitis 5-10
detik
 Jika tidak ada denyut nadi mulai lakukan RJP
 Tentukan land mark untuk kompresi dada, menempatkan
tangan dengan posisi yang benar separuh bawah sternum
( 2 jari di atas prosesus xyphoideus)
e) Lakukan teknik kompresi yang benar
 Posisi pasien dan penolong harus benar, dengan bahu tepat
di atas sternum pasien dan siku dalam posisi terkunci
 Tekanan 4-5 cm tegak lurus ke bawah
 Lakukan hitungan1-5, 1-10, 1-15
 Berikan 15 kompresi dada diikuti dengan 2 ventilasi
(1siklus)
f) Periksa denyut nadi carotis dan pernafasan setelah 4 siklus
2. RJP dengan 2 Penolong
a) Lanjutkan RJP dari 1 penolong, saat penolong ke dua masuk
harus mengatakan “Saya bisa melakukan RJP dengan dua
penolong, bisa saya bantu”
b) Penolong orang ke 1:
 Mengiyakan, akhiri siklus 15 kompresi dada, diikuti
dengan 2 ventilasi
 Cek nadi carotis dan raba 5-10 detik
 Katakan “nadi tidak ada” teruskan RJP
c) Penolong orang ke 2:
 Tentukan land mark untuk kompresi dada
 Lakukan teknik kompresi yang benar, posisi tangan dan
tubuh harus benar
 Katakana hitungan 1-5, 1-10, 1-15 hentikan 15 kompresi
dada
d) Penolong orang ke 1
 Berikan 2 ventilasi diantara 15 kompresi dada (untuk
memudahkan setiap kompresi ke 3 dan ke 10 diikuti oleh 1
ventilasi)
Pergantian putaran
e) Penolong orang ke 2:
Katakan ganti, dan 2, dan 3 s/d dan 5, 1-10, pindah ke atas
kepala
f) Penolong orang ke 1:
Berpindah ke dada dan menentukan land mark untuk
kompresi dada
g) Penolong orang ke 2:
Cek nadi karotis, 5-10 detik, jika tidak ada denyut katakana
“tidak ada nadi teruskan RJ”
h) Penolong orang ke 1:
Mulai kompresi dada, posisi tangan dan tubuh yang benar.
Katakana hitungan 1-5, 1-10, 1-15 lakukan kompresi dada
i) Penolong orang ke 2:
Berikan 2 ventilasi diantara 15 kompresi dada
j) Lakukan dengan tekhnik perputaran yang benar sampai
penderita dapat bernafas spontan dan nadi karotis teraba
k) Letakkan penderita dalam “recovery position” bila tidak ada
riwayat trauma dan telah bernafas adekuat
l) Bereskan alat dan rapikan penderita
m) Lepas handscoon
Unit terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
PEMBERIAN O2
Judul SOP : Pemberian oksigen
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen ke dalam paru-paru
melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen.
Pemberian oksigen pada klien dapat melalui tiga cara:
- Kateter nasal
- Kanula nasal dan Masker oksigen
Tujuan a. Memenuhi kebutuhan oksigen
b. Mencegah terjadinya hipoksia
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan

Prosedur a. Persiapan Alat


1. Tabung oksigen lengkap dengan flow meter dan humidifier
2. Kateter nasal, kanula nasal, atau masker
3. Vaselin/jeli
b. Persiapan Pasien dan Lingkungan
1. Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan
2. Atur lingkungan sekitar pasien
c. Pelaksanaan
1. Kateter Nasal
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b) Cuci tangan
c) Atur aliran oksigen sesuai dengan keceptaan yang
dibutuhkan, biasanya 1-6 Liter/menit. Kemudian, observasi
humidifier dengan melihat air bergelembung
d) Atur posisi dengan semi-fowler
e) Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai ke
hidung dan berikan tanda
f) Buka saluran udara dari tabung oksigen
g) Berikan minyak pelumas (vaselin/jelly)
h) Masukkan ke dalam hidung sampai batas yang ditentukan
i) Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum
dengan menekan lidah pasien menggunakan spatel (akan
terlihat posisinya di belakang uvula)
j) Fiksasi pada daerah hidung
k) Periksa kateter nasal setiap 6-8 jam
l) Kaji cuping, septum, dan mukos hidung serta periksa
kecepatan aliran oksien sekitar 6-8 jam
m) Catat kecepatan aliran oksigen , rute pemberian dan respon
klien
n) Cuci tangan setelah prosedur
2. Kanula Nasal
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b) Cuci tangan
c) Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang
dibutuhkan, biasanya 1-6 Liter/menit. Kemudian observasi
humidifier pada tabung dengan adanya gelembung air
d) Pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk
kenyamanan pasien
e) Periksa kanula tiap 6-8 jam
f) Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung serta periksa
kecepatan aliran oksigen tiap 6-8jam
g) Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon
klien
h) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
3. Masker oksigen
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b) Cuci tangan
c) Atur posisi dengan semi-fowler
d) Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan
(umumnya 6-10 liter/menit). Kemudian observasi humidifier
pada tabung air yang menunjukkan adanya gelembung
e) Tempatkan masker oksigen di atas mulut dan hidung pasien,
atur pengikat untuk kenyaman pasien.
f) Periksa kecepatan aliran tiap 6-8 jam, catat kecepatan aliran
oksigen, rute pemberian dan respons klien
g) Cuci tangan setelah prosedur
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
PEMASANGAN INFUS DAN PEMBERIAN CAIRAN
Judul SOP : Pemasangan Infus
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Tindakan memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh
darah vena dalam waktu yang lama dengan menggunakan infus set
Tujuan 1. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
2. Infus pengobatan dan pemberian nutrisi
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan

Prosedur a. Persiapan alat


1. Standar infus
2. Cairan yang akan diberikan
3. Infus set
4. Kapas steril
5. Alcohol 70% dalam botol spray steril
6. Kassa steril
7. Gunting
8. Plester
9. Pengalas
10. Bengkok
11. Torniquet
12. Povidon iodine dalam botol spray steril
13. Korentang dalam tempatnya
14. Handscoon steril
15. Alat ukur
16. I.V cateter
b. Persiapan Pasien & Lingkungan
Penderita dan keluarga diberi penjelasan tindakan yang akan
dilakukan
c. Pelaksanaan
1. Cuci tangan dengan air mengalir
2. Siapkan area yang akan dipasang infus
3. Cukur area bila ada bulu
4. Periksa ulang cairan yang akan diberikan
5. Tusukkan slang infus pada botol cairan
6. Keluarkan udara dari slang infus
7. Pasang pengalas
8. Pakai handsoon steril
9. Pilih dan pastikan vena yang akan ditusuk (utamanya vena
bagian distal/sesuai kondisi pasien)
10. Lakukan desinfeksi pada area yang akan ditusuk dengan
menggunakan kapas steril yang diberi povidone iodine,
kemudian ulangi disenfeksi dengan menggunakan kapas steril
yang sudah diberi alkohol. Kegiatan desinfeksi tersebut
dilakukan dengan gerakan melingkar keluar sampai diameter 6-
8 cm, bila daerah incersi kotor bisa ulangi 2-3 kali
11. Pasang tourniquet di atas lokasi penusukan
12. Masukkan I.V cateter pada vena yang telah ditentukan dalam
sudut 10ο - 30ο dengan lubang jarum menghadap ke atas.
13. Setelah IV cateter masuk vena, tourniquet dilepas, mandirn
ditarik pelan-pelan sambil I.V cateter didorong masuk sampai
pangkalnya
14. Sebelum melepas mandirn, tekan ujung vena cateter dengan
jari, lepas madirmnya kemudian sambungkan pangkal I.V
cateter dengan infus set
15. Pemasangan fiksasi:
a. I.V cateter Bersayap
- Letakkan plester dibawah sayap kemudian lipatkan diatas
sayap searah dan sejajar ujung I.V cateter
- Letakkan plester kedua diatas pangkal I.V cateter dan
sayap dengan posisi melintang
b. I.V cateter tanpa sayap
- Letakkan plester dibawah pangkal I.V cateter silangkan
diatasnya (plester jangan sampai menutupi luka tusukan
I.V cateter)
- Letakkan plester ke 2 dibelakang plester pertama di atas
pangkal I.V cateter
- Tutup dengan kassa steril dan letakkan dengan plester
sesuai kebutuhan
16. Tuliskan tanggal pemasangan I.V cateter pada plester penutup
kassa
17. Hitung jumlah tetesan sesuai dengan kebutuhan
18. Perhatikan reaksi pasien
19. Catat waktu pemasangan, jenis cairan dan jumlah tetesan
20. Pasien dirapikan
21. Alat-alat dibereskan
22. Ganti kassa bila tampak kotor
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
PENCUCIAN DAN PEMBILASAN
Judul SOP : Pemberian Pencucian dan Pembilasan
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Langkah pertama yang penting dalam menangani peralatan,
perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lainnya yang
terkontaminasi
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan

Prosedur 1. Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan
2. Ambil peralatan bekas pakai yang telah didekontaminasi ( hati-hati
bila memegang peralatan yang tajam, seperti gunting dan jarum
jahit)
3. Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastic atau
karet jangan dicuci segera bersamaan dengan peralatan yang terbuat
dari logam
4. Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati
5. Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain
6. Jika peralatan akan didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi
(misalnya dalam larutan klorin 0,5%) tempatkan peralatan dalam
wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai proses
DTT
7. Peralatan yang akan didisinfeksi di dalam otoklaf atau oven panas
kering, tidak usah dikeringkan sebelum proses DTT atau sterilisasi
dimulai
8. Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan
air dan sabun dan kemudian bilas secara seksama dengan
menggunakan air bersih
9. Gantungkan sarung tangan dan biarkan dengan cara dianginkan
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
DESINFEKSI TINGKAT TINGGI
Judul SOP : Desinfeksi Tingkat Tinggi
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Proses menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali beberapa spora
bacterial dari obyek dengan merebus, menguapkan atau memakai
disinfektan kimiawi
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan

Prosedur a. DTT DENGAN CARA MEREBUS


1. Gunakan panic dengan penutup yang rapat
2. Ganti air setiap kali mendisinfeksi peralatan
3. Rendam peralatan sehingga semuanya terendam didalam air
4. Mulai panaskan air
5. Mulai hitung waktu saat air mulai air mendidih
6. Jangan tambahkan benda apapun kedalam air mendidih setelah
penghitungan dimulai:
- Rebus selama 20 menit dan Catat lama waktu perebusan
peralatan di dalam buku khusus
- Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan
sebelum digunakan atau disimpan (jika peralatan dalam
keadaan lembab maka tingkat pencapaian desinfeksi
tingkat tinggi tidak terjaga)
- Setelah peralatan kering gunakan segera atau simpan
dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi dan berpenutup.
Peralatan bisa disimpan sampai satu minggu asalkan
pnutupnya tidak dibuka.
b. DTT SECARA KIMIA
- Setelah dilakukan dekontaminasi, cuci dan bilas, keringkan
dengan seksama semua peralatan
- Rendam semua peralatan menggunakan larutan desinfeksi
tinggi (pastikan peralatan terendam seluruhnya dalam larutan
kimia)
- Rendam selama 20 menit
- Catat lama waktu peralatan direndam larutan kimia dibuku
khusus
- Bilas peralatan dengan air matang dan angina-anginkan sampai
kering di wadah DTT yang berpenutup
- Setelah kering peralatan dapat digunakan dengan segera atau
disimpan dalam wadah DTT yang berpenutup rapat
- Untuk menyiapkan wadah DTT, direbus bila kecil atau isi
dengan larutan klorin 0,5% dan biarkan selama 20 menit
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
MENCUCI TANGAN
Judul SOP : Mencuci Tangan
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Mencuci tangan hingga siku dengan menggunakan air mengalir dan
sabun
Tujuan a. Mengurangi jumlah mikroorganisme pada tangan
b. Mengurangi resiko tranmisi mikroorganisme ke perawat dan klien
serta kontaminasi silang kepada klien lain, anggota keluarga dan
tenaga kesehatan lain
c. Melatih kebiasaan yang baik
d. Memberi perasaan yang enak kepada perawat, pasien dan siapa saja
yang melihatnya
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan

Prosedur 1. Berdiri di depan wastafel


2. Lepaskan perhiasan (cincin, gelang dan jam tangan) serta angkat
lengan baju di atas siku
3. Buka kran, atur kecepatan aliran dan temperatur air
4. Basahi tangan sampai pergelangan, pertahankan agar posisi tangan
selalu lebih rendah dari siku agar air dapat mengalir ke jari-jari
tangan
5. Ambil sabun cair kurang lebih ! sdt (2-4 mL) dari dispenser atau
bila tidak ada basahi sabun batangan sehingga berbusa lalu
kembalikan sabun batangan ke tempatnya
6. Dengan gerakan menggosok dan berputar, gosokkan sabun ke
tangan meliputi daerah telapak tangan, punggung tangan, jari-jari,
sela-sela jari, pergelangan dan lengan bawah
7. Lanjutkan gerakan menggosok selam 10-30 detik minimal 5 kali
8. Bilas tangan dengan air mengalir dari ujung tangan ke pangkal
tangan
9. Pertahankan posisi tangan mengadap ke atas sebelum
mengeringkan tangan
10. Keringkan tangan dari ujung pangkal dengan menggunakan tissue
(paper towel)
11. Matikan kran air dengan menggunakan tissue yang dipakai untuk
mengeringkan tangan. Bila perlu memberikan lotion atau pelembab
untuk kulit kering
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
TRIASE
Judul SOP : TRIASE
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Memilah dan menentukan derajat kegawatan penderita
Tujuan Sebagai acuan menentukan prioritas dan tempat pelayanan medik penderita
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan

Prosedur 1. Penderita datang diterima petugas / paramedis UGD


2. In form concern (penandatangan persetujuan tindakan) oleh keluarga
pasien
3. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan
cepat(selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya. Oleh
paramedis yangterlatih / dokter
4. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kode
huruf :
a. P III adalah penderita tidak gawat dan tidak darurat.Misalnya :
Penderita Common Cold, penderita rawat jalan, abses, luka robek
b. P II adalah penderita yang kegawat daruratan masih tidak
urgent.Misalnya : Penderita Thipoid, Hipertensi, DM
c. P I adalah penderita gawat darurat (pasien dengan kondisi
mengancam)Misalnya : Penderita stroke trombosis, luka bakar,
Appendic acuta, KLL ,CVA, MIA, asma bronchial dll
d. Penderita mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna : P
I-PII-PIII
e. Pada waktu jam kerja penderita dengan prioritas PIII dikirim ke BP /
rawat jalan
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
MENGHISAP LENDIR
Judul SOP : Menghisap lendir
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Tindakan menghisap lender melalui hidung dan atau mulut
Tujuan Sebagai acuan penatalaksaan tindakan penghisapan lendir,
melonggarkan jalan nafas
Kebijakan Dibawah tanggungjawab dokter
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan

Prosedur 1. Persiapan Alat


Perangkat penghisap lendir meliputi:
a. Mesin penghisap lendir
b. Slang penghisap lendir sesuai kebutuhan
c. Air matang untuk pembilas dalam tempatnya (kom)
d. Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam slang
e. Pinset anatomi untuk memegang slang
f. Spatel / sundip lidah yang dibungkus dengan kain kassa
g. Sarung tangan
h. Bak instrument
i. Kassa
j. Bengkok
2. Persiapan Pasien
a. Bila pasien sadar, siapkan dengan posisi setengah duduk
b. Bila pasien tidak sadar:
1) Posisi miring
2) Kepala ekstensi agar penghisap dapat berjalan lancer
3. Penatalaksanaan
a. Jelaskan pada pasien/keluarga + inform concern
b. Alat didekatkan pada pasien dan perawat cuci tangan
c. Perawat memakai sarung tangan
d. Slang dipasang pada mesin penghisap lendir
e. Mesin menghisap lendir dihidupkan
f. Sebelum menghisap lendir pada pasien, cobakan lebih dahulu
untuk yang bersedia
g. Tekan lidah dengan spatel
h. Hisap lendir pasien sampai selasai
i. Bersihkan mulut pasien kasa
j. Membersihkan slang dengan air dalam kom
k. Slang direndam dalam cairan desinfektan yang tersedia
l. Perawat cuci tangan
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
PEMBERIAN OBAT SUPPOSITORIA
Judul SOP : Pemberian Obat Suppositoria
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan
memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.
Tujuan a. Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik
b. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan

Prosedur - Persiapan alat


a. Kartu obat
b. Supositoria rectal
c. Jeli pelumas
d. Sarung tangan
e. Tissue
- Penatalaksanaan
a. Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan,
waktu, jumlah dan dosis
b. Siapkan klien
 Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya
 Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih
dahulu
 Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan
pinggul supinasi eksternal
 Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area
perineal saja.
c. Pakai sarung tangan
d. Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung
bulatnya dengan jelly. Beri pelumas sarung tangan pada jari
telunjuk dari tangan dominan anda
e. Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan
untuk merelakkan sfingter ani
f. Regangkan bokong klien dengan tangan non dominan, dengan
jari telunjuk masukkan supositoria ke dalam anus, melalui
sfingter ani dan mengenai dinding rectal 10 cm pada orang
dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak – anak
g. Tarik jari anda dan bersihkan area kanal klien
h. Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring
selama 5 menit
i. Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses,
letakkan tombol pemanggil dalam jangkauan klien sehingga ia
dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar
mandi
j. Lepaskan sarung tangan, buang ditempat semestinya
k. Cuci tangan
l. Kaji respon klien
m. Dokumentasikan semua tindakan
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
RUJUKAN
Judul SOP :
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Pasien Dirujuk adalah pasien yang atas pertimbangan dokter / perawat /
bidan memerlukan pelayanan di RS baik untuk diagnostik penunjang
atau terapi.
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan

Prosedur Penatalaksanaan
a. Petugas UGD / Rawat Inap menyatakan pasien perlu rujukan
b. Petugas UGD / Rawat Inap menjelaskan dan meminta persetujuan
kepada keluarga pasien untuk dirujuk
c. Keluarga pasien setuju
d. Petugas UGD / Rawat Inap membuat surat rujukan
e. Petugas UGD / Rawat Inap membuat rincian biaya pasien pulang
dan biaya penggunaan ambulan (untuk pasien rawat inap atau
pasien UGD yang sudah diberikab terapi, bagi pasien UGD yang
tidak mendapat terapi cukup membayar biaya ambulan saja)
f. Keluarga pasien membayar dan menerima kwitansi dan surat
rujukan
g. Petugas UGD / Rawat Inap menerima pembayaran
h. Petugas UGD / Rawat Inap mempersiapkan kesiapan pasien dan
Petugas UGD/rawat inap yang lain segera menghubungi sopir
Ambulan
i. Sopir menyiapkan ambulan (jika sudah siap sopir segera
menghubungi petugas UGD bahwa ambulan sudah siap)
j. Petugas UGD / Rawat Inap mendampingi dan mengantarkan
pasien ke tempat tujuan dengan ambulan
k. Setelah selasai mengantarakan dan kembali ke Rumah Sakit
Petugas UGD / Rawat Inap menulis laporan kegiatan pada buku
kegiatan UGD / Rawat Inap
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
TINDAKAN SUCTION
Judul SOP : Tindakan Suction
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang
bertujuan untuk mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan
terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara
mengeluarkan secret dari jalan nafas, pada klien yang tidak mampu
mengeluarkannya sendiri.
Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan nafas
dengan menggunakan alat via mulut, nasofaring atau trakeal.
Tujuan 1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
2. Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk
3. Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan

Prosedur  Prinsip:
Tekhnik steril, agar mikroorganisme tidak mudah masuk ke faring,
trakeal dan bronki.
 Komplikasi:
a. Hipoksia
b. Trauma jaringan
c. Meningkatkan resiko infeksi
d. Stimulasi vagal dan bronkospasm
 Kriteria
a. Kelengkapan alat penghisap lender dengan ukuran slang yang
tepat
b. Menggunakan satu selang penghisap lendir steril untuk satu
klien
c. Menggunkan slang penghisap lendir yang lembut
d. Penghisapan dilakukan dengan gerakan memutar dan
intermitten
e. Observasi tanda-tanda vital
 Indikasi
1. Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu
membersihkan sekret dengan mengeluarkan atau menelan
2. Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan
ditandai terdengar suara pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu
ditemukannya suara crakels atau ronchi, kelelahan pada pasien.
Nadi dan laju pernafasan meningkat, ditemukannya mucus pada
alat bantu nafas.
3. Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan
pembuangan secret oral

 Persiapan
a. Lingkungan
- Penjelasan pada kleuarga
- Pasang skerem/ tabir
- Pencahayaan yang baik
b. Klien
- Penjelasan terhadap tindakan yang akan dilakukan
- Atur posisi klien :
Klien sadar : posisi semi fowler kepala miring ke satu sisi
(oral suction) dan posisi fowler dengan leher ekstensi (nasal
suction)
Klien tidak sadar : baringkan klien dengan posisi lateral
menghadap pelaksana tindakan (oral/nasal suction)
c. Alat-alat
1. Regulator vakum set
2. Kateter penghiap steril sesuai ukuran
3. Air steril/ normal salin
4. Hanscoon steril
5. Pelumas larut dalam air
6. Selimut/ handuk
7. Masker wajah
8. Tong spatel k/p
d. Pelaksanaan
A. Fase orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi/ validasi
3. Kontrak
B. Fase kerja
1. Suction Orofaringeal
Digunakan saat klien mampu batuk efektif tetapi tidak
mampu mengeluarkan sekresi dengan mencairkan
sputum atau menelannya. Prosedur digunakan setelah
klien batuk.
a. Siapkan peralatan disamping tempat tidur klien
b. Cuci tangan dan memakai sarung tangan
c. Mengatur posisi klien (perhatikan keadaan umum
klien)
d. Pasang handuk pada bantal atau di bawah dagu
klien
e. Pilih tekanan dan tipe unit vakum yang tepat
f. Tuangkan air steril/ normal salin dalam wadah steril
g. Ambungkan kateter penghisap steril ke regulator
vakum
h. Ukur jarak antara daun telinga dan ujung hidung
klien
i. Basahi ujung kateter dengan larutan steril
j. Penghisapan, masukkan ke satu sisi mulut klien dan
arahkan ke orofaring dengan perlahan
k. Sumbat “port” penghisap dengan ibu jari. Dengan
perlahan rotasi kateter saat menariknya, tidak boleh
lebih dari 15 detik.
l. Bilas kateter dengan larutan steril. Bila klien tidak
mengalami disteress pernafasan, istirahat 20-30
detik, sebelum memasukkan ulang kateter.
m. Bila diperlukan penghisapan ulang, ulang langkah 9
-11
n. Bila klien mampu minta untuk nafas dalam dan
batuk efektif diantara penghisapan.
o. Hisap secret pada mulut atau bawah lidah setelah
penghisapan orofaringeal.
p. Buang kateter penghisap bersamaan dengn
pelepasan hanscoon
q. Cuci tangan
2. Suction ETT
a. Kaji adanya tanda dan gejala yang mengindikasikan
gejala adanya sekresi jalan nafas bagian atas
b. Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan
c. Persiapkan alat dan bahan
d. Tutup pintu atau tarik gorden
e. Berikan pasien posisi yang benar
f. Tempatkan handuk di atas bantal atau di bawah
dagu klien
g. Pilih tipe tekanan pengisap yang tepat untuk klien.
Misalnya tekanan 110-150 mmHg untuk dewasa,
95-110 mmHg untuk anak-anak, dan 50-95 untuk
bayi.
h. Cuci tangan
 Untuk pengisapan dengan kateter yankauer
1. Kenakan sarung tangan bersih
2. Hubungkan satu ujung selang penghubung
dengan mesin pengisap dan ujung lain
dengan kateter pengisap yankauer. Isi
mangkuk dengna air
3. Periksa apakah peralatan berfungsi dengan
baik dengan mengisap sejumlah air dari
mangkuk
4. Pindahkan masker oksigen jika terpasang
5. Masukkan kateter ke dalam mulut
sepanjang garis gusi ke faring. Gerakkan
kateter mengelilingi lubang mulut sampai
sekresi terangkat
6. Dorong klien untuk batuk. Angkat masker
oksigen
7. Bersihkan kateter dengan air di dalam
mangkuk atau Waskom sampai selang
penghubung bersih dari sekresi. Matikan
pengisap
8. Kaji kembali status pernafasan klien
9. Angkat handuk, letakkan di kantong kotor
untuk dicuci. Lepaskan sarung tangan dan
buang di wadah
10. Reposisikan klien, posisi sims mendorong
drainase dan harus digunakan jika klien
mengalami penurunan tingkat kesadaran
11. Buang air yang tersisa ke dalam wadah
yang tersedia
12. Tempatkan selang penghubung di daerah
kering dan bersih
13. Cuci tanganI
 Suction tracheostomy
1. Nyalakan peralatan pengisap dan atur
regulator vakum pada tekanan negative
yang sesuai
2. Jika diindikasikan tingkatkan oksigen
tambahan sampai 100% atau sesuai
program dokter
3. Gunakan peralatan pengisap dengan
membuka bungkusan dengan tetap
menjaga kesterilan pengisap tersebut.
4. Buka pelumas. Tekan dalam bungkusan
kateter steril yang terbuka tersebut tanpa
menyentuh bungkusannya.
5. Kenakan masker dan pelindung mata
6. Kenakan sarung tangan steril pada kedua
tangan atau kenakan sarung tangan bersih
pada tangan tidak dominan dan sarung
tangan steril pada tangan dominan
7. Angkat kateter pengisap dengan tangan
dominan tanpa menyentuh permukaaan
yang tidak steril. Angkat selang
penghubung dengan tangan tidak dominan.
Masukkan kateter ke dalam selang
8. Periksa apakah peralatan berfungi dengan
baik dengan mengisap sejumlah normal
saline dari Waskom
9. Lumasi 6-8 cm kateter distal dengna
pelumas larut air
10. Angkat peralatan pemberian oksigen, jika
terpasang dengan tangan tidak dominan.
Tanpa melakukan pengisapan, dengan
perlahan tetapi cepat, insersikan kateter
dengan ibu jari dan jari telunjuk dominan
ke dalam hidung dengan gerakan sedikit
mirimg ke arah bawah atau melalui mulut
saat klien menghirup nafas
11. Lakukan pengisapan secara intermitten
sampai selam 10 detik dengan meletakkan
dan mengangkat ibu jari tidak dominan
dari lubang ventilasi kateter sambil
memutarnya ke dalam dan keluar di antara
ibu jari dan jari telunjuk dominan
12. Bilas kateter dengan selang penghubung
dengan normal saline sampai bersih
C. Fase Terminasi
1. Evaluasi terhadap tindakan yanmg telah dilakukan
2. Rencana tindak lanjut
3. Kontrak yang akan dating
D. Pendokumentasian
Pengkajian sebelum dan sesudah suction, ukuran kateter,
lama tindakan, secret (warna,bau,jumlah dan konsistensi),
toleransi klien terhadap tindakan yang dilakukan.
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
INFORMED CONSENT
Judul SOP : Informed Consent
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Suatu persetujuan dari pasien/keluarga mengenai tindakan medis/
perawatan selama dirawat di Puskesmas
Tujuan
Sebagai pedoman persetujuan dari pasien atau keluarga terhadap
tindakan yang dilakukan
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan

Prosedur  Setelah pasien diindikasikan tindakan oleh dokter, pasien atau


keluarga dijelaskan mengenai:
- Pengertian tindakan

- Tujuan

- Indikasi

- Komplikasi dan prosedur tindakan

 Penjelasan diberikan oleh dokter yang merawat pasien tersebut atau


perawat yang sudah mendapatkan limpahan dari dokter yang
merawat
 Yang berhak menandatangani persetujuan tindakan adalah
- Pasien itu sendiri dengan usia > 18 tahun dan dalam kondisi
sadar penuh

- Pasangan hidup pasien (istri atau suami)

- Orang tua / wali

- Bagi pasien usia < 18 tahun, wali atau orang tua atau keluarga
terdekat (penanggung jawab)

 Setelah pasien dan keluarga paham tentang tindakan yang akan


dilakukan, kemudian menandatangani surat persetujuan yang telah
tersedia dengan disertai saksi sesuai dengan format surat
pernyataan
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap

SOP
PEMERIKSAAN FISIK
Judul SOP : Pemeriksaan Fisik
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Menyelenggarakan kegiatan pemeriksaan fisik
Tujuan 1. Kelancaran kegiatan pelayanan pasien di ruang pelayanan
2. Mengetahui abnormal dari tanda vital
3. Menemukan tanda klinis suatu penyakit
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan

Prosedur a. Persiapan Alat


1. Jam tangan
2. Tensimeter
3. Stetoskop
4. Alat tulis
5. Termometer
6. Larutan disinfektan
7. Tissue
b. Pelaksanaan
1. Peralatan didekatkan
2. Menjelaskan maksud dan tujuan ke pasien
3. Pemeriksa cuci tangan
4. Pemeriksaan tekanan darah
a. Bebaskan lengan yang akan ditensi
b. Letakkan manset pada lengan atas, periksa agar manset
tidak terlalu longgar
c. Cari arteri brachialis dan letakkan stetoskop diatasnya
d. Kunci pompa balon dan pompa sampai terdengar sistole
e. Buka kunci balon perlahan – lahan sampai terdengar
diastole
f. Catat hasil dan peralatan di rapikan
5. Pemeriksaan nadi
a. Letakkan 3 ujung jari ke arteri yang mau kita periksa
(arteri radialis, arteri brakialis, arteri karotis, arteri
poplitea, arteri dorsalis pedis)
b. Hitung selama 1 menit
c. Catat hasil
6. Pemeriksaan respirasi
a. Lihat, dengarkan dan rasakan pernafasan pasien
b. Pada pasien yang sadar menghitung respirasi tanpa
diketahui pasien
c. Hitung selama 1 menit
d. Catat hasil

7. Pemeriksaan suhu
a. Termometer diturunkan sampai batas yang ditentukan
b. Letakkan termometer pada tengah axilla, tunggu 3-5 menit
c. Baca hasil dan dokumentasikan
d. Termometer ditaruh dilarutan disinfektan dan di lap
dengan tissue

8. Pemeriksa cuci tangan

Unit Terkait UGD dan Rawat Inap


SOP
ANAMNESA
Judul SOP : Anamnesa
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai :
berlaku
Pengertian suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara
seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang
lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data
pasien beserta permasalahan medisnya
Tujuan 1. Memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang
dialami atau dirasakan oleh pasien
2. Untuk membangun hubungan yang baik antara seorang dokter dan
pasiennya.
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan

Prosedur 1. Tempat dan suasana


Tempat dan suasana dimana anamnesis ini dilakukan harus
diusahakan cukup nyaman bagi pasien.

2. Penampilan dokter
Penampilan seorang dokter juga perlu diperhatikan karena ini akan
meningkatkan kepercayaan pasiennya.

3. Periksa kartu dan data pasien


Sebelum anamnesis dilakukan sebaiknya periksa terlebih dahulu
kartu atau data pasien dan cocokkan dengan keberadaan pasiennya.

4. Dorongan kepada pasien untuk menceritakan keluhannya


Pada saat anamnesis dilakukan berikan perhatian dan dorongan
agar pasien dapat dengan leluasa menceritakan apa saja
keluhannya.

5. Gunakan bahasa/istilah yang dapat dimengerti


Selama tanya jawab berlangsung gunakan bahasa atau istilah umum
yang dapat dimengerti pasien.

6. Buat catatan
Adalah kebiasaan yang baik untuk membuat catatan-catatan kecil
saat seorang dokter melakukan anamnesis, terutama bila pasien
yang mempunyai riwayat penyakit yang panjang.

7. Perhatikan pasiennya
Selama anamnesis berlangsung perhatikan posisi, sikap, cara bicara
dan gerak gerik pasien.

8.Gunakan metode yang sistematis


Anamnesis yag baik haruslah dilakukan dengan sistematis menurut
kerangka anamnesis yang baku.
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap

SOP
PENGUKURAN TINGGI BADAN
Judul SOP : Pengukuran Tinggi Badan
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Pengukuran Tinggi badan (cm) dimaksud untuk mendapatkan data
tinggi badan semua kelompok umur, agar dapat diketahui status gizi
penduduk
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan

Prosedur Alat :
Pengukur tinggi badan : MICROTOISE dengan kapasitas ukur 2 meter
dan ketelitian 0,1 cm
a. Pengukuran Tinggi badan untuk Orang Dewasa dan Anak yang
sudah Bisa Berdiri
- Persiapan (cara memasang Microtoise)
1. Gantungkan bandul benang untuk memasang microtoise di
dinding agak tegak lurus
2. Letakkan alat pengukur di lantai yang datar tidak jauh dari
bandul tersebut dan menempel pada dinding. Dinding
jangan ada lekukan atau tonjolan (rata)
3. Tarik papan penggeser tegak lurus keatas, sejajar dengan
benang berbandul yang tergantung dan tarik sampai angka
pada jendela baca menunjukkan angka 0 (nol). Kemudian
dipaku atau direkat dengan lakban pada bagian atas
microtoise
4. Untuk menghindari terjadi perubahan posisi pita, beri lagi
perekat pada posisi sekitar 10 cm dari bagian atas
microtoise
- Prosedur Pengukuran Tinggi Badan
1. Minta responden melepaskan alas kaki (sandal/sepatu0,
topi (penutup kepala)
2. Pastikan alat geser berada diposisi atas
3. Responden diminta berdiri tegak, persis dibawah alat geser
4. Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan
tumit menempel pada dinding tempat microtoise dipasang
5. Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi
tergantung bebas
6. Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala
responden. Pastikan alat geser tepat ditengah kepala
responden. Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser
harus tetap menempel pada dinding
7. Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka
yang lebih besar (ke bawah) Pembacaan dilakukan tepat di
depan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata
petugas
8. Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, penukur
harus berdiri di atas bangku agar hasil pembacaannya benar
9. Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka
dibelakang koma (0,1 cm) contoh: 157,3 cm; 163,7 cm
b. Pengukuran Tinggi Badan untuk Anak yang Belum Bisa Berdiri
1. Letakkan pengukur panjang badan pada meja atau tempat yang
rata. Bila tidak ada meja, alat dapat diletakkan di atas tempat
yang datar (misalnya, lantai)
2. Letakkan alat ukur dengan posisi panel kepala di sebelah kiri
dan panel penggeser di sebelah kanan pengukur. Panel kepala
adalah bagian yang tidak bisa digeser
3. Tarik geser bagian panel yang dapat digeser sampai perkirakan
cukup panjang untuk menaruh bayi/anak
4. Baringkan bayi/anak dengan posisi telentang, diantara kedua
siku, dan kepala bayi/anak menempel pada bagian panel yang
tidak bisa di geser
5. Rapatkan kedua kaki dan tekan lutut bayi/anak sampai lurus
dan menempel pada meja/tempat menaruh alat ukur. Tekan
telapak kaki bayi/anak sampai membentuk siku, kemudian
geser bagian panel yang dapat digeser sampai persis menempel
pada telapak kaki bayi/anak
6. Bacalah panjang badan bayi/anak pada skala kearah angka yang
lebih besar. Misalkan ; 67,5 cm.
7. Setelah pengukuran selesai, kemudian bayi/anak diangkat
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
PENGUKURAN LINGKAR PERUT
Judul SOP : Pengukuran Lingkar Perut
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
obesitas abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh
terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus.
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan

Prosedur a. Persiapan
1. Ruangan yang tertutup dari pandangan umum. Jika tidak ada
gunakan tirai pembatas
2. Pita pengukur
3. Spidol dan bulpen
b. Pelaksanaan
1. Jelaskan pada responden tujuan pengukuran lingkar perut dan
tindakan apa saja yang akan dilakukan dalam pengukuran
2. Untuk pengukuran ini responden diminta dengan cara yang
santun untuk membuka pakaian bagian atas atau
menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba tulang rusuk
terakhir responden untuk menetapkan titik pengukuran
3. Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah
4. Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul
5. Tetapkan titik tengah di antara titik tulang rusuk terakhir titik
ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul dan tandai titik
tengah tersbut dengan alat tulis
6. Minta responden untuk berdiri tegak dan bernapas dengan
normal (ekspirasi normal)
7. Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik
tengah kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang
dan perut kembali menuju titik tengah diawal pengukuran
8. Apabila responden mempunyai perut yang gendut ke bawah,
pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu berakhir
pada titik tengah tersebut lagi
9. Pita pengukur tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang
mendekati angka 0,1 cm
Hal-hal yang perlu diperhatikan;
a. Pengukuran lingkar perut yang benar dilakukan dengan
menempelkan pita pengukur di atas kulit langsung.
Pengukuran di atas pakaian sangat tidak dibenarkan
b. Apabila responden tidak bersedia membuka/menyingkap
pakaian bagian atasnya, pengukuran dengan menggunakan
pakaian yang sangat tipis (kain nilon, silk dll)
diperbolehkan dan beri catatan pada kuesiner
c. Apabila responden tetap menolak untuk diukur, pengukuran
lingkar perut tidak boleh dipaksakan dan beri catatan pada
kuesioner.
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
PENGUKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA)
Judul SOP : Pengukuran Lingkar Lengan Atas
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Pengukuran Lingkar Lengan Atas dimaksudkan untuk mengetahui
prevalensi wanita usia subur umur 15 – 45 Tahun dan ibu hamil yang
menderita Kurang energy Kronis (KEK)
Tujuan Mengetahui status gizi wanita usia subur
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
Disusun diperiksa disahkan

Prosedur a. Alat
Pita LILA sepanjang 33 cm dengan ketelitian 0,1 cm atau meteran
kain.

b. Persiapan
1. Pastikan pita LILA tidak kusut, tidak berlipat-lipat atau tidak
sobek
2. Jika lengan responden > 33 cm, gunakan meteran kain
3. Responden diminta berdiri dengantegak tetapi rileks, tidak
memegang apapun serta otot lengan tidak tegang
4. Baju pada lengan kiri disingsingkan ke atas sampai pangkal
bahu terlihat atau lengan bagian atas tidak tertutup

c. Pengukuran
Sebelum pengukuran, dengan sopan minta izin kepada responden
bahwa petugas akan menyingsingkan baju lengan kiri responden
sampai pangkal bahu. Bila responden keberatan, minta izin
pengukuran dilakukan di dalam ruangan tertutup.
1. Tentukan posisi pangkal bahu
2. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan
telapak tangan ke arah perut
3. Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku
denganmenggunakan pita LILA atau meteran dan beri tanda
dengan pulpen/spidol (sebelumnya dengan sopan minta izin
kepada responden). Bila menggunakan pita LILA perhatikan
titik nolnya
4. Lingkarkan pita LILA sesuai tanda pulpen di sekeliling lengan
responden sesuai tanda (di pertengahan antara pangkal bahu dan
siku)
5. Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LILA
6. Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar
7. Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LILA
(kearah angka yang lebih besar)
8. Tuliskan angka pembacaan pada kuesiner
Keterangan:
Jika lengan kiri lumpuh, yang diukur adalah lengan kanan (beri
keterangan pada kolom catatan pengumpul data)
1. Simpan pita LILA dengan baik, jangan sampai berlipat-lipat
2. Simpan pita LILA dengan baik, jangan sampai robek
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
PENGUMPULAN, PENGEMASAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL URINE
Judul SOP : Pengumpulan, Pengemasan dan Pengiriman
No Sampel Urine
Dokumen : …/PK.UGD/PKM…/
No. Revisi : Tahun 2014
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Pengumpulan sampel urine untuk pemeriksaan penunjang
Tujuan Sebagai pemeriksaan penunjang dalam menentukan diagnosa
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan

Prosedur Perhatian :
- Pengumpulan sampel urine harus terhindar dari kontaminasi
- Anak usia sekolah yang dipilih adalah umur 6-12 tahun belum
baligh (jika anak perempuan belum menstruasi)

Prosedur Pengumpulan Sampel Urine ialah sebagai berikut:


1. Responden diminta kencing ke dalam wadah plastic yang disediakan
2. Sekitar 5-10 mL urin dipindahkan dari wadah plastic ke dalam botol
plastic yang diseduakan
3. Botol plastic ditutup rapat dibagian dalam dan luar. Tutup botol
disegel dengan pita plastic/selotip
4. Tempelkan stiker nomor urin pada botol plastic yang berisi urin

Prosedur Pengemasan dan Pengiriman Sampel Urine sebagai berikut:


1. Cek botol dengan cara mebalikkan botol ke atas dank e bawah 2-3
kali untuk mengetahui apakah botol berisi urin telah rapat dan tidak
bocor
2. Botol dijajarkan di dalam kotak kardus yang disediakan pada posisi
berdiri
3. Ruang antara botol diisi dengan sobekan kertas agar tidak
bergoyang
4. Masukkan form pengambilan urin ke dalam kantong plastik untuk
mencegah menjadi basah, lalu dimasukkan ke dalam kotak kardus
5. Dibuat tanda posisi ke atas dibagian luar kotak kardus untuk
mencegah botol diletakkan pada posisi salah
6. Kotak kardus berisi sampel urin dan form pengambilan urin
kemudian dikirim dari tiap kabupaten/kota ke Laboratorium
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap

SOP
PENILAIAN KESADARAN PASIEN
Judul SOP : Penilaian Kesadaran Pasien
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian
Tujuan
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan

Prosedur TINGKAT KESADARAN


Kesadaran Tanda-Tanda
Komposmentis Sadar penuh, dapat menjawab semua pertanyaan
keadaan sekelilingnya.
Apatis Keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak
acuh
Samnolen Keadaan kesadaran yang mau tidur saja, dapat
dibangunkan dengan rangsangan nyeri, akan tetapi
jatuh tidur lagi
Delinium Keadaan kacau motoric yang sangat, memberontak,
berteriak-teriak dan tidak sadar terhadap orang lain,
tempat dan waktu
Soopor Keadaan kesadaran yang menyerupai koma reaksi
(Semikoma) hanya dapat ditimbulkan dengan rangsangan nyeri
Koma Keadaan kesadaran yang hilang sam asekali dan
tidak dapat dibangunkan dengan rangsangan apapun
TINGKATAN GRADASI KEKUATAN OTOT
Skala Kekuatan Normal Ciri-ciri
(%)
0 0 Paralisis Total
1 10 Tidak ada gerakan, teraba/terlihat
adanya kontraksi otot
2 25 Gerakan otot penuh menentang
gravitasi, dengan sokongan
3 50 Gerakan normal menentang gravitasi
4 75 Gerakan normal penuh menentang
gravitasi dengan sedikit penahanan
5 100 Gerakan normal penuh menentang
gravitasi dengan sedikit penahanan
penuh

SKALA KOMA GLASGOW (GCS)


Parameter Respon Nilai
Mata Mata membuka spontan 4
Mata baru membuka setelah diajak bicara 3
Membuka mata karna rangsangan 2
Tidak membuka walaupun dirangsang 1
Verbal Orientasi baik/penuh dan mampu berbicara 5
Pasien tidak orientasi penuh 4
Pasien bisa bicara tapi tidak nyambung 3
Pasien bisa bicara tapi tidak bisa ditangkap 2
Tidak ada respon suara apapun 1
Motorik Mampu ikut perintah sederhana 6
Mampu menunjukkan tepat tempat rangsangan 5
Fleksi menjauh dari rangsangan 4
Fleksi abnormal 3
Ekstansi abnormal 2
Sama sekali tidak ada respon 1
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
Judul SOP :
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai :
berlaku
Pengertian
Tujuan
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan

Prosedur
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap

SOP
Judul SOP :
No : …/PK.UGD/PKM…/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai :
berlaku
Pengertian
Tujuan
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan
Prosedur
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap

Anda mungkin juga menyukai