Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No.

2 Agustus 2011: 125 - 140

Tinjauan hubungan formasi batuan sedimen dengan iklim


Contoh kasus: endapan teras Bengawan Solo dan red beds
di Cekungan Sumatra Tengah

Danny Z. Herman
Badan Geologi
Jln. Diponegoro 57 Bandung 40122

SARI

Di daerah beriklim tropis ketika curah hujan musiman berlangsung secara maksimum, akan terjadi
discharge sedimen sangat tinggi sehingga menghasilkan endapan-endapan sedimen dataran banjir. Go-
song meander sungai merupakan salah satunya dan melalui proses pengangkatan akan membentuk endap­
an teras. Banjir purba di sepanjang Bengawan Solo diyakini terjadi karena besarnya pasokan air yang
disebabkan peningkatan curah hujan. Sedimen-sedimen gosong yang dikenal sebagai teras Bengawan
Solo, merupakan salah satu di antara jenis-jenis sedimen lainnya hasil pengendapan kegiatan tersebut.
Endapan teras Bengawan Solo merupakan salah satu rekaman geologi penting yang dapat digunakan se-
bagai indikator untuk memahami keterkaitan pembentukannya dengan iklim setempat pada masa lampau.
Peningkatan curah hujan pada periode antara Plistosen Awal hingga Sub-Resen diduga menjadi penyebab
berlimpahnya pasokan air pada saluran sungai yang pada gilirannya mengakibatkan banjir di sepanjang
Bengawan Solo. Rekaman geologi penting lain yang ditemukan di cekungan-cekungan busur belakang
Sumatra Tengah, yang dikenal sebagai formasi sedimen fluvial/lakustrin “Red Beds” diendapkan pada
periode Eosen – Oligosen. Penemuan tersebut mengarah pada dugaan bahwa proses sedimentasi berimpli-
kasi dipengaruhi oleh iklim tropis panas-kering. Kondisi iklim selama periode tersebut diduga menjadi
penyebab terbentuknya pigmen berwarna coklat-merah (hematit), yang diakibatkan oleh proses ubahan
in-situ dari oksida besi yang terhidrasi, berasal dari oksidasi mineral-mineral silikat ferromagnesian dan
magnetit yang merupakan komponen-komponen sedimen lakustrin di cekungan Sumatra Tengah.

Kata kunci: iklim tropis, curah hujan, endapan teras, panas-kering, endapan Red Beds

ABSTRACT

In tropical climate areas when the seasonal rainfall takes place in a maximum intensity, the highest rate
of sediment discharge will occur, the floodplain deposits are formed. Point bar of river meander is one
of those deposits and through an uplift process will form terrace deposit. Ancient flooding along the
Bengawan Solo was believed to occur due to the large intake of water supply caused by increased rainfall.
Point bars known as the Bengawan Solo terrace is one among other types of sediment deposition result
of these activities. The Bengawan Solo River terrace is one of the important geological record that can

Naskah diterima 18 April 2011, selesai direvisi 13 Juli 2011


Korespondensi, email: abi_aizar@yahoo.com
125
126 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2011: 125 - 140

be used as an indicator to understand the interrelatedness of its formation with the local climate in the
past. The increase in rainfall intensity in the periode of Early Pleistocene until Sub-Recent suspected as
the cause of the abundance of water supply in the river channel which in turn resulted in flooding along
the Bengawan Solo. Other important geological records found in the back-arc basin of Central Sumatra,
which is known as fluvial sedimentary formations/lakustrin “Red Beds” was deposited during the Eocene-
Oligocene period. The discovery led to the conjecture that the implications of sedimentation process was
affected by the hot-dry tropical climate. The climatic conditions during this period is thought to be the
cause of the formation of brown-red color (hematite). Hematite may be formed as the product of in-situ
alteration process of hydrated Fe-oxides originating from ferromagnesian silicate minerals and magnetite
of the lacustrine sediments in Central Sumatra basin.

Keywords: tropical climate, precipitation, terrace deposit, hot-dry, Red-Beds deposit

PENDAHULUAN PEMBAGIAN IKLIM DI DUNIA

Perubahan iklim adalah perubahan statistik Pembagian iklim di dunia berdasarkan ke-
distribusi pola-pola cuaca berjangka panjang nampakan rata-rata, ekstrim dan frekuensi un-
selama kisaran periode dekade hingga jutaan sur meteorologi yang terdiri atas suhu, tekan-
tahun. Perubahan dapat terjadi secara rata- an atmosfir, curah hujan, angin, kelembaban,
rata atau berupa perubahan distribusi cuaca dan sinar matahari (Gambar 1; Kemp, 1996).
dibandingkan terhadap kondisi cuaca rata-ra-
1. Iklim kutub (Polar Climates) ditandai
ta, dalam artian lebih kerap atau lebih sedikit
oleh musim dingin yang berlangsung
terjadinya perubahan tersebut (Houghton,
lama sedangkan musim panas berlang-
2001).
sung singkat, udara kering, tanah selalu
Bukti-bukti perubahan iklim dapat diperoleh membeku sepanjang tahun, suhu < 6oC
dari beberapa sumber yang dapat digunakan selama > 6 bulan dengan suhu minimum
untuk merekonstruksi iklim-iklim di masa bulanan – 30oC, angin dingin bertiup
lalu. Dari sebagian besar bukti tidak langsung kuat, tanah ditutupi es di musim dingin,
menunjukkan bahwa yang mencerminkan pe- terbentuk rawa yang luas di musim panas
rubahan-perubahan iklim antara lain ve­getasi, akibat mencairnya es.
inti-inti es, perubahan muka air laut dan gla-
2. Iklim dingin sedang (Cold Temperate
siasi. Selain bukti-bukti di atas, sedimen-se­
Climates) terdiri atas iklim subartik, kon-
dimen terlaminasi juga sering digunakan un-
tinental dingin dan kontinental hangat.
tuk memperkirakan perubahan iklim berjang-
Subartik berciri musim dingin yang ber-
ka pendek, sepanjang setiap laminasi tersusun
suhu sangat rendah, musim panas singkat
oleh sedimen yang diendapkan pada kondisi
dan turunnya hujan terutama di musim
unik.
panas. Kontinental dingin dicerminkan
Tinjauan hubungan formasi batuan sedimen dengan iklim Contoh kasus: 127
endapan teras Bengawan Solo dan red beds di Cekungan Sumatra Tengah - Danny Z. Herman

Garis Artik
66o32’N

Tropis cancer 23o30’N


Jenis Iklim
Tropis Tropis basah
Hujan Tropis basah dan kering Ekuator 0o
Semi kering atau stepa
Kering Kering atau gurun Panas
Ekuator
Mediterania
Hangat Subtropis lembab Tropis capricorn
Sedang Marin
23o30’S
Panas ekuator
Kontinental, hangat mengikuti titik-titik
Dingin Kontinental, dingin pada garis lintang
Sedang Subarktik
merah, dengan
Kutub Tundra suhu panas tertinggi
Es rata-rata tahunan
Dataran
Tinggi Garis Antartika 66o30’S

Gambar 1. Peta Pembagian Iklim Dunia (Modifikasi dari Kemp, 1996).

oleh lebarnya kisaran suhu tahunan, curah baban tinggi sepanjang hari dan variasi
hujan tahunan yang rendah dan musim angin ringan. Kontinental tropis ber-
­

panas bersuhu agak tinggi. Kontinental ciri suhu tinggi sepanjang tahun, sedikit
panas berciri hampir sama dengan kon- lebih dingin dan lebih tingginya kisaran
tinental dingin, hanya musim panas yang suhu tahunan daripada iklim ekuatorial,
bersuhu agak dingin. penampakan iklim terutama ditunjukkan
oleh pergantian musim basah dan kering.
3. Iklim hangat sedang (Warm Temperate
Iklim gurun ditandai oleh suhu ekstrim
Climates) terbagi atas iklim mediteranian
dengan seringnya bersuhu 20 – 30oC
dan margin. Mediteranian berciri iklim
dalam setahun, dan mencapai 50oC di
panas, musim panas kering dan hangat,
siang hari. Suhu berbeda pada malam hari
musim dingin basah. Margin didominasi
hingga < 0oC, hujan deras hanya turun
oleh monsoon, suhu panas sepanjang ta-
satu kali dalam dua atau tiga tahun.
hun dengan curah hujan tahunan lebih
tinggi.
FORMASI BATUAN SEDIMEN
4. Iklim tropis dibagi menjadi ekuatorial, SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN
kontinental tropis dan gurun. Ekuatorial IKLIM
dicirikan oleh suhu tinggi dan konstan
sepanjang tahun, curah hujan tahunan Formasi-formasi stratigrafi sedimen di se-
>2000 mm dengan hujan deras, kelem­ luruh wilayah Indonesia diyakini memiliki
128 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2011: 125 - 140

karakteristik pembentukan yang dipengaruhi apabila endapan-endapan sedimen menjadi


iklim tropis, dan hubungan keduanya dapat berlimpah maka akan membentuk pulau-pu-
ditafsirkan dengan mempelajari serta mema- lau yang memisahkan aliran air menjadi me-
hami proses sedimentasi, di antaranya yang nyerupai anyaman sehingga disebut sungai
terkait: discharge sedimen fluvial, jenis sedi- teranyam (braided) (Friedman and Sanders,
men yang dihasilkan, dan tidak kalah pen­ 1978).
ting kemungkinan pembentukan pigmen pada
Beberapa unsur di dalam sistem meander
sedimen.
meliputi dataran banjir (floodplain), tanggul
Discharge sedimen dalam sistem fluvial (levee), rawa-rawa belakang tanggul (back
merupakan fungsi iklim. Di daerah beriklim swamp), gosong (point bar), danau oxbow
tropis ketika curah hujan musiman berlang- dan crevasses splay (Gambar 2). Endapan da-
sung secara maksimum, akan terjadi dis- taran banjir biasanya didominasi oleh endap­
charge sedimen sangat tinggi seperti yang an suspensi berupa lanau dan lumpur, meski-
ditunjukkan oleh bahan-bahan endapan da- pun kadang-kadang disertai batupasir halus
taran banjir (flood-plains) atau meander dan yang diendapkan oleh arus lebih kuat pada
sungai teranyam (braided-stream). Keduanya saat puncak banjir. Tanggul terbentuk pada
terbentuk ketika sungai dalam keadaan banjir saat banjir berarus sedang yang hanya men-
atau karena besarnya influks air yang disebab- capai ketinggian sama dengan tebing sungai.
kan oleh tingginya curah hujan (Friedman and Dengan menurunnya kecepatan arus, maka
Sanders, 1978). diendapkanlah sedimen di sepanjang tebing
sungai tersebut. Terjadinya banjir berulang-
Peningkatan aliran sungai dari cabang-cabang
ulang akan membentuk tanggul yang semakin
ke sungai-sungai utama dapat menyebabkan
tinggi terdiri atas endapan sedimen berbu-
limpahan air dengan kecepatan berlebihan
tir halus, dan tinggi maksimum yang terjadi
pada saluran-saluran sungai. Selama mele-
mengindikasikan permukaan air maksimum
wati saluran, air pada kondisi lebih dalam
pada saat banjir. Daerah depresi di belakang
dan meng­alir lebih cepat dibandingkan de­
tanggul ini biasanya merupakan rawa-rawa
ngan ketika berupa aliran dasarnya. Saluran
(back swamp) tempat pengendapan lapisan
air bertambah dalam akibat penambahan air
lanau dan lempung. Endapan gosong ter­
di bagian atasnya dan juga karena terbawa-
akumulasi pada sisi dalam kelokan sungai,
nya sedimen dari bagian dasarnya. Diyakini
merupakan akumulasi bahan-bahan rom-
bahwa sedimen-sedimen bertambah dan seba-
bakan hasil erosi sisi luar tebing sungai; de­
gian mengalami suspensi dan turbulensi. Pada
ngan tekstur endapan berukuran menghalus
sungai-sungai yang berkembang menjadi me-
ke atas (graded) dan berstruktur silang siur.
ander, banjir cenderung menggerus kelokan-
Pada sungai meander tua, gosong-gosong
kelokan su­ ngai dan mengisi daerah-daerah
tersebut dapat terpotong kembali oleh aliran
cross over. Ketika banjir surut, aliran air me­
berarus kuat dari banjir selanjutnya. Proses
ngisi kelok­an meander dan mengerosi daerah-
pengikisan mendatar yang berkesinambungan
daerah crossover. Dalam jangka waktu lama,
Tinjauan hubungan formasi batuan sedimen dengan iklim Contoh kasus: 129
endapan teras Bengawan Solo dan red beds di Cekungan Sumatra Tengah - Danny Z. Herman

Keterangan:
A Meander sungai
B Anak sungai Yazoo
C Crevasses splay
D Gosong (point bars)
E Danau oxbow
F Tebing batas dataran banjir
G Tanggul sungai (levee)
H Rawa belakang tanggul (back swamp)
I Aluvium

Gambar 2. Sketsa daerah dataran banjir (floodplain) dan endapan-endapan sedimen (Modifikasi dari Lemke and
Heywood, 2009).

pada kelokan sungai meander dapat meng- berukuran butir kasar, terdiri atas pasir dan
hasilkan pengendapan sedimen di sisi lain dan kerikil yang terakumulasi karena kondisi
mengakibatkan putusnya aliran sungai untuk alir­an dangkal di bagian atas regim aliran se-
membentuk danau oxbow. Crevasses splays hingga membentuk gelombang-gelombang
adalah sedimen yang diendapkan ketika air pasir. Ketika arus sungai melemah dan air
melimpah di sisi kiri dan kanan sungai berupa berkurang, sedimen berukuran lebih halus
endapan bertekstur klastika berbutir mengha- diendapkan di bagian top sekuen untuk me-
lus ke atas dan berstruktur horizontal ripple lengkapi bagian butiran halus ke arah atas
cross bedding (Friedman and Sanders, 1978). yang merupakan bagian dari lapisan bersusun
(graded). Namun endapan sedimen ini jarang
Sungai teranyam umumnya terbentuk di
terbentuk karena disapu oleh banjir berikut-
daerah-daerah dengan kemiringan lereng
nya.
menengah - tinggi dan di dalam saluran-
saluran sungainya berkembang endapan bar Berlimpahnya curah hujan diperlukan untuk
longitudinal berukuran butir semakin halus ke kelangsungan hidup vegetasi, maka kekuran-
bagian bawahnya. Sekuen vertikal endapan gan hujan yang berkelanjutan akan mengaki-
sungai ini disusun oleh sebagian besar pasir batkan keringnya suatu daerah, dan akhirnya
dan kerikil, dengan sedikit atau absen lapisan berujung pada pembentukan gurun. Gurun
lumpur. mempunyai konotasi daerah berve­getasi se-
mak, rendah curah hujan (25 - 50 cm/tahun)
Sedimentasi sungai teranyam dimulai dengan
dan proporsi evaporasi yang tinggi. Batuan
rombakan hasil penggerusan dan konsentrat
dasar yang tersingkap meliputi > 50% dari
130 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2011: 125 - 140

seluruh daerah gurun, kira-kira ¼ dari per- densitas dan viskositas campurannya, meng­
mukaannya ditutupi oleh sedimen terpilah ubah alirannya menjadi lebih bersifat massa
buruk. Diperkirakan 20% dari total daerah plastis sehingga disebut aliran debris. Endap­
gurun di dunia dilandasi oleh pasir lepas, an yang terbentuk berupa sedimen terpilah
berupa akumulasi gosong pasir. Lebih banyak buruk atau tidak terpilah dan berbutir kasar,
hasil rombakan lepas maka akan lebih mudah termasuk kerakal dan bongkah yang berada
angin atau air mentransportasinya. Sedimen-
­
dalam matriks lumpur. Sementara aliran lum-
sedimen berukuran seperti pasir halus, lanau pur hampir sama dengan aliran debris, tetapi
dan lempung dipindahkan oleh angin jauh dengan dominan lumpur dan di dalamnya
dari tempat asalnya, kemudian terakumulasi mengandung partikel-partikel berukuran pasir
sebagai gosong-gosong pasir yang diendap- dan lebih halus lagi (umumnya mengandung
kan di balik onggokan kerikil dan pasir kasar. ≥ 25% partikel berukuran lempung).
Endapan-endapan sedimen di lingkungan gu-
Proporsi mekanisme transportasi sedimen
run termasuk kipas aluvium, sungai-sungai
yang membentuk kipas tersebut beragam
intermiten, gosong pasir dan danau ephem-
tergantung jumlah, frekuensi dan intensitas
eral (Friedman and Sanders, 1978).
hujan. Pada umumnya, endapan kipas pada
Kipas aluvium adalah endapan-endapan sedi- wilayah beriklim lebih kering lebih didomi-
men dengan permukaan berupa segmen keru- nasi oleh aliran debris dan lumpur. Sedangkan
cut dan tersebar secara radiate ke arah bawah di wilayah beriklim lembab, endapan kipas
lereng di sepanjang suatu daerah jurang sesar terbentuk oleh aliran sungai.
atau lereng terjal, tempat sungai-sungai mun-
Beberapa penampakan gurun ditunjukkan
cul dari dataran tinggi berbatu. Endapan-
oleh keberadaan sungai-sungai yang hampir
endapan ini terbentuk melalui mekanisme
setiap waktu dalam keadaan kering, hanya di-
transportasi: aliran air sungai (stream flow),
isi air ketika terjadi hujan sehingga biasa dise-
aliran rombakan (debris flow), dan aliran lum-
but sungai intermiten. Selama periode hujan;
pur (mud flow).
air sungai mengalir deras untuk mengerosi,
Aliran air sungai dapat mengendapkan sedi- mentransportasi dan mengendapkan sedimen
men lanau, pasir dan kerikil dengan sedikit berjumlah besar. Sedimen yang terbentuk
lempung; tersebar oleh jaringan sungai-su­ dapat mencapai panjang beratus-ratus kilo-
ngai teranyam. Melebarnya aliran ke arah ba- meter dan beberapa kilometer lebar. Sedimen
gian dangkal, berkurangnya air dan cepatnya berukuran halus tersebar, karena: tingkat ener­
arus air dapat menghasilkan endapan pasir gi air sungai mentransportasi beban berukur­
dan kerikil terpilah baik dengan struktur per- an kasar; banjir berikutnya memusnahkan
lapisan stratifikasi silang-siur atau horisontal sedimen berukuran halus hasil pengendapan
hingga laminasi atau lapisan-lapisan tebal. banjir sebelumnya; dan endapan sedimen
berukuran halus tertiup angin selama peri-
Ketika air mengalir melalui kipas dan tercam-
ode kering setelah peristiwa banjir, jauh dari
pur sedimen lain maka terjadi peningkatan
tempat pengendapannya. Jenis sedimen yang
Tinjauan hubungan formasi batuan sedimen dengan iklim Contoh kasus: 131
endapan teras Bengawan Solo dan red beds di Cekungan Sumatra Tengah - Danny Z. Herman

terbentuk berupa batupasir berukuran kasar kan oleh air banjir yang tidak sering terjadi.
dan berstruktur silang-siur, dengan debris ber­ Karena berada pada daerah perselingan peris-
ukuran kasar berkisar dari terpilah baik pada tiwa banjir dan kekeringan, endapan-endapan
endapan aliran sungai hingga terpilah buruk playa umumnya bersifat daur (cyclic) dan
pada endapan aliran debris. dapat terdiri atas perselingan lapisan pasir,
lanau, lempung, dan mineral-mineral evaporit
Danau ephemeral adalah danau yang terben-
(kalsit, anhidrit, dolomit, gipsum atau halit).
tuk dalam waktu singkat di daerah gurun atau
Endapan evaporit berbentuk laminasi halus
daerah beriklim panas dan hujan hanya terjadi
dan terdiri atas mineral-mineral berbeda, di-
sesekali dalam setahun. Danau ini terdiri atas
dominasi oleh gipsum dan halit dengan se-
sabkha dan playa. Endapan sabkha terbentuk
tempat mengandung kalsit, aragonit, dan do-
di antara dua gosong pasir, hasil pengendapan
lomit. Beberapa lapisan berwarna kehitaman
oleh sungai-sungai intermiten dan oleh angin.
karena keberadaan sulfida besi dan beraso-
Terdapat dua jenis endapan ini, yaitu shabka
siasi dengan lensa-lensa sulfur (Friedman and
pantai dan benua. Jenis pertama merupakan
Sanders, 1978).
bagian dari hasil pengendapan pantai dan
darat, terdiri atas sedimen karbonat terutama Di wilayah-wilayah non-marin beriklim tropis
aragonit. Gipsum diendapkan luas, kemudian dapat juga terbentuk danau-danau besar berair
dilarutkan ulang, bermigrasi dan diendapkan dalam, yang airnya dapat secara permanen
kembali sebagai anhidrit, kadang-kadang ber­ terstratifikasi. Lapisan air permukaan yang
asosiasi dengan celestit dan magnesit. Endap­ hangat tidak pernah mendingin untuk dapat
an shabka benua terbentuk di bagian daratan menggantikan air termoklin dibawah­nya, se-
dan terdiri atas campuran gosong pasir dan hingga lapisan-lapisan air bagian bawah men-
bahan karbonat hasil transportasi angin pan- jadi stagnan. Di sisi lainnya, karakteristik air
tai. Batuan dasar yang keras menjadi landasan danau sangat erat hubungannya dengan sedi-
endapan sedimen ini, menyebabkan muka air men-sedimen yang diendapkan di dasar danau
tanah berada dekat permukaan untuk memba- dan dikendalikan oleh iklim. Terutama faktor-
wa ke arah terjadinya evaporasi. Pengendap­ faktor sirkulasi, salinitas, dan suhu air danau
an di wilayah ini dapat menghasilkan sekuen mempengaruhi terjadinya jenis-jenis endapan
evaporit seperti yang terjadi pada evaporasi sedimen danau. Pada kedalaman < 50 m, air
air laut di suatu cekungan tertutup. Peng- danau dengan kandungan sejumlah kecil ok-
gantian secara luas di antara mineral-mineral sigen terlarut akan digantikan oleh H2S; dan
evaporit dimungkinkan terjadi di lingkungan dengan tingginya salinitas air dapat diendap-
shabka ini (Friedman and Sanders, 1978). kan mineral-mineral evaporit seperti aragonit,
halit, atau gipsum (Friedman and Sanders,
Playa adalah daerah depresi dangkal dan luas
1978).
di wilayah gurun, yang kadang-kadang di-
genangi sedikit air. Daerah ini sedikit dialiri Ditemukannya formasi-formasi non-marin
sungai, terbentuk pada permukaan topografi purba berwarna merah (red beds) di daerah-
terendah. Sedimen-sedimen playa diendap- daerah ekuator diduga merupakan indikasi
132 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2011: 125 - 140

keterkaitannya dengan iklim hangat. Pemben- 1. Endapan Teras Bengawan Solo


tukan pigmen merah pada kebanyakan for-
Teras adalah rupa bumi dengan permukaan
masi sedimen non-marin purba masih diper-
berkemiringan landai, kadang-kadang pan-
debatkan hingga kini, terutama terkait dengan
jang dan sempit dengan salah satu sisinya di-
pertanyaan bagaimana warna merah terben-
batasi oleh lereng terjal naik dan sisi lainnya
tuk dan aspek kelembaban iklim purba yang
oleh lereng terjal menurun (Zuindam, 1985);
kering atau basah. Pigmen merah merupakan
atau rupa bumi serupa tangga yang mem-
indikator keberadaan hematit (Fe2O3), yang
batasi suatu dataran banjir sungai dan meng­
terbentuk sebagai kristal-kristal halus hek-
andung endapan aluvial (Bates dan Jackson,
sagonal berdiameter antara 20 – 0,03 µ. Pada
1980). Teras merupakan unsur penting dalam
beberapa formasi sedimen berukuran halus
bentang alam, karena dapat mencerminkan
hanya terdapat besi (Fe) sebagai pigmen.
penurunan dasar permukaan tempat diendap-
Pigmen terbentuk berupa matriks di antara
kannya sedimen yang terkait perubahan iklim
partikel-partikel kuarsa dalam batulanau atau
dan tektonik (Reading, 1986).
sebagai selubung partikel-partikel kuarsa.
Selubung hematit tidak terbentuk pada tem- Sebaran endapan teras yang terkenal di Pulau
pat terdapatnya partikel-partikel kuarsa yang Jawa merupakan contoh lain sedimen sungai
saling menekan satu dengan lainnya. Pigmen purba yang ditemukan di sepanjang Bengawan
tersebut termasuk mineral maghemit (oksida Solo. Distribusinya dipercaya mengikuti alir­
ferik magnetis) meskipun sebagai aksesori. an sungai purba yang melintasi dua wilayah
Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, mem-
TINJAUAN TERHADAP FORMASI bentuk pola aliran meander pada wilayah
BATUAN SEDIMEN DI INDONESIA perbukitan Kendeng (Gambar 3). Meskipun
tidak ditemukan bahan galian emas atau intan
Tinjauan dilakukan dalam upaya mengiden- di dalamnya, endapan teras tersebut dikenal
tifikasi indikator-indikator pendukung keter- mengandung fosil-fosil yang berguna untuk
kaitan proses pembentukan formasi-formasi penelitian palaeontologi dan arkeologi. Zuin-
sedimen dengan kondisi iklim di masa lalu. dam (1985) telah mengenali beberapa unsur di
Meskipun tidak seluruh kriteria formasi di dalam sistem meander Bengawan Solo yang
atas dapat terpenuhi, setidaknya dari ba­han- meliputi dataran banjir (flood plain), tanggul
bahan tinjauan diperoleh informasi yang (levee), rawa-rawa di belakang tanggul (back
mengarahkan kepada penemuan bukti-bukti swamp), gosong (point bar) yang telah men-
keterkaitan pengaruh iklim terhadap proses jadi teras, danau oxbow, dan crevasses splay.
sedimentasi. Pada bagian ini penulis mencoba
melakukan tinjauan terhadap formasi-formasi Sartono (1976) membedakan enam fasa for-
batuan sedimen tertentu dari wilayah Indone- masi teras di sepanjang Bengawan Solo, yai-
sia, di antaranya: tu: (1) Rambut, berumur Plistosen Awal; (2)
Kedungdowo, berumur Plistosen Awal; (3)
Tinjauan hubungan formasi batuan sedimen dengan iklim Contoh kasus: 133
endapan teras Bengawan Solo dan red beds di Cekungan Sumatra Tengah - Danny Z. Herman

Getas, berumur Plistosen Tengah; (4) Ngan- sungai meander, dengan masing-masing umur
dong, berumur Plistosen Atas; (5) Jipa­ngulu, yang berbeda berkisar dari Plistosen Awal
berumur Holosen Awal; dan (6) Menden, hingga Sub-Resen. Teras pada umumnya ter-
berumur Sub-Resen. Sementara Sidarto dan diri atas perlapisan pasir hingga pasir tufaan
Morrwood (2004) melalui interpretasi citra bersusunan andesitis dan kerakal-kerikil atau
satelit (DEM dan Landsat) mengidentifikasi konglomerat, yang sebagian di antaranya
23 lokasi keberadaan endapan-endapan teras mengandung fosil-fosil hominid dan verte-
di sepanjang Bengawan Solo, wilayah pegu- brata.
nungan Kendeng.
2. Endapan Red Beds di Cekungan Sumatra
Sartono (1976) serta Sidarto dan Morrwood Tengah
(2004) mengidentifikasi bahwa formasi-
Cekungan Sumatra Tengah dibatasi sebe-
formasi teras Bengawan Solo merupakan
lah baratdaya oleh geantiklin Bukit Barisan
endapan-endapan point bar dari suatu sistem

110°30' 111° 110°30'

Jawa - Sea N 111°26' 111°28'

Menden
22 Sunggun
0 25 km 20
G.Muria
6°30' 6°30' KETERANGAN
19
7°16' 21 23 7°16' 1. Pandean Terrace
2. Jimapulu Teraace
3. Padasmalang Terrace
4. Sembungan Terrace
18 5. Kudu Terrace
17 6. High Pendem Terrace
7. Low Pendem Terrace
Nginggil 16 8. High Karsono Terrace
14 9. Low Karsono Terrace
Semarang 15 10. High Sugihan Terrace
12 11. Low Sugihan Terrace
7°18' 7°18' 12. High Bugel Terrace
13 13. Low Bugel Terrace
Purwodadi 14. Kalitos Terrace
Randublatung 15. High Nginggil Terrace
Menden 16. Middle Nginggil Terrace
Ngandong 17. Low Nginggil Terrace
18. High Belokan Terrace
Salatiga Solo - River
8
9 19. Low Belokan Terrace
20. High Jimapulu Terrace
21. Low Jimapulu Terrace
G.Merbabu 7 22. North Sunggun Terrace
7°20' 7°20'
7°30' Sragen Ngawi 7°30' 6 23. South Sunggun Terrace
G.Merapi
5
Boyolali 2
1
Solo G.lawu Sembungan
11
4
10
7°22' 3 7°22'
Yogyakarta

Solo River

7°24' 7°24'
Ngawi

Indian - Ocean 111°26' 111°28'


Study Area
110°30' 111° 111°30'

(a) (b)

Gambar 3. a. Peta Indeks Wilayah Pegunungan Kendeng, b. Sebaran endapan teras Bengawan Solo di sekitar
Pegunungan Kendeng (Sidarto dan Morrwood, 2004).
134 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2011: 125 - 140

dan busur vulkanik, sebelah utara oleh bu- ring. Karakteristik stratigrafi sedimen berupa
sur Asahan, sebelah tenggara oleh Tinggian endapan fluvial/lakustrin termasuk ke dalam
Tigapuluh, dan sebelah timur oleh kraton Formasi Pematang yang terdiri atas Red Bed
Sunda. Cekung­an ini merupakan salah satu Bawah, Serpih coklat dan Red Bed Atas. Ang-
dari cekungan-cekungan busur belakang gota pertama terutama disusun oleh batupasir,
(back-arc basins) yang terbentuk di sepan- batulanau, batulempung, dan konglomerat
jang bagian timur Sumatra dan Jawa (Gam- kipas aluvial yang berkembang di sepan-
bar 4). Sedimen-se­dimen diendapkan pada jang terban. Yang kedua merupakan endapan
sistem terban berorientasi utara-selatan se- lakustrin terdiri atas serpih kaya kandungan
lama perkembangan fasa ekstensional, walau- organik hingga batupasir berbutir halus. Se-
pun tidak ditemukan umur pasti dari endapan dangkan formasi ketiga terdiri atas batupasir
tersebut diduga bahwa pengendapannya dim- berbutir kasar-halus, perselingan batulanau
ulai pada Eosen (Dally et al., 1987). dan batulempung bervariasi warna merah.

Dally et al. (1987) telah melakukan pe­ Pada Oligosen Atas, tingkat amblasan ber-
nyelidikan bahwa Cekungan Sumatra Tengah langsung semakin perlahan sehingga me-
merupakan bagian dari rangkaian blok terban nyebabkan menghilangnya tepian terban
dari rejim ekstensional yang beriklim ke­ dan mengeringnya danau-danau tempat

Keterangan
Cekungan Keterangan:
Sumatra Utara
Gunung api aktif
Platform Zona subduksi
Malaka
Sistem sesar regional

Punggungan Busur Muka

Simeuleu

Cekungan
Cekungan Sumatra
Nias Sibolga Tengah

Bangka
Cekungan
Sumatra
Selatan

Cekungan
Bengkulu
Pergerakan Cekungan
relatif lempeng Sunda

Enggano

0 200 400 km

Gambar 4. Tataan tektonik regional Sumatra (Modifikasi dari Dally et al.,


1987).
Tinjauan hubungan formasi batuan sedimen dengan iklim Contoh kasus: 135
endapan teras Bengawan Solo dan red beds di Cekungan Sumatra Tengah - Danny Z. Herman

pe­ngendapan sedimen-sedimen lakustrin. swamp), gosong (point bar), danau oxbow,


Sistem ekstensional terhenti pada akhir Oli- crevasses splay. Tingkatan pergerakan lateral
gosen dan dikuti oleh transgresi regional pada meander dapat mencapai puluhan atau ratusan
Miosen Awal, mengendapkan batupasir dan meter/tahun, tetapi juga dapat berkisar < 10
serpih berlapis tebal untuk mengisi terban- m/tahun pada sungai-sungai kecil. Kendala-
terban serta menutupi platform dasar. kendala atau ketidakteraturan yang terjadi di
dalam saluran sungai dapat memperlambat
aliran air dan menyebabkan pengendapan
DISKUSI
sedimen secara setempat.
Besarnya banjir sungai di daerah beriklim
Pada kasus Bengawan Solo, endapan-endap­
tropis berkaitan dengan curah hujan. Ke-
an teras yang berasal dari gosong (point bar)
tika hujan turun sebagian airnya meresap ke
adalah salah satu rekaman geologi penting
dalam tanah (infiltrasi), di bawah tanah terjadi
yang kemungkinan dapat digunakan se­bagai
perkolasi melalui soil dan batuan, sedangkan
indikator keterkaitan pembentukannya de­
yang tertinggal di permukaan mengalami
ngan iklim setempat pada masa lampau.
penguapan untuk kembali ke atmosfir. Sisa
Banjir di sepanjang Bengawan Solo diyakini
dari ketiga jenis air di atas bergerak sebagai
karena besarnya pemasukan (influx) air yang
air permukaan, mengalir di bawah pengaruh
disebabkan peningkatan curah hujan. Selama
gravitasi berupa sungai-sungai menuju da­
banjir, permukaan air pada saluran sungai
nau-danau atau samudra. Banyak faktor yang
mengalami kenaikan; kemudian pada kondisi
menentukan terjadinya banjir, di antaranya
ekstrim sedimen yang berada di dasar saluran
yang terutama adalah kuantitas dan kecepat­
bergerak dan sebagian daripadanya diangkut
an pasokan air saat memasuki sistem aliran
oleh air banjir yang bersifat suspensi turbulen
su­ngai. Ketika pemasukan air melebihi kapa-
sehingga mengakibatkan pendalaman dasar
sitas sungai maka aliran air melampaui banta-
saluran sungai.
ran sungai (Montgomery, 2006).
Sedimen yang dibawa banjir diendapkan
Sungai-sungai tidak selalu mengalir mengiku-
berupa gosong (point bars) yang saat ini dike-
ti garis lurus dalam jangka panjang. Meskipun
nal sebagai teras Bengawan Solo, merupakan
terjadi sedikit ketidakteraturan aliran air pada
salah satu di antara jenis-jenis sedimen lain-
saluran sungai akan menyebabkan fluktuasi
nya hasil pengendapan kegiatan tersebut di
kecepatannya secara setempat, menghasilkan
atas. Meskipun tidak secara lengkap menun-
erosi kecil di daerah-daerah berlawanan yang
jukkan rangkaian endapan gosong, ciri domi-
berarus air kuat dan mengendapkan sedimen
nan mengarah kepada susunan bagian bawah
di daerah-daerah dengan arus air melemah.
endapan dimaksud yaitu berkisar dari kerikil-
Maka terbentuklah sungai-sungai berkelok
kerakal hingga konglomerat berlapis buruk;
atau meander dengan unsur-unsur dapat ter-
dengan sebagian daripadanya ditutupi oleh
diri atas dataran banjir (flood plain), tanggul
sedikit pasir tufaan terlitifikasi (Tabel 1). Se-
(levee), rawa-rawa di belakang tanggul (back
136 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2011: 125 - 140

hubungan sedimen gosong yang bersusunan Terkait dengan pembentukan endapan sedi-
komponen-komponen vulkanik andesitik, men Red Beds dari Cekungan Sumatra Te­
menunjukkan bahwa proses sedimentasi ber- ngah dan apabila penamaan tersebut mem-
langsung di lingkungan geologi yang domi- punyai hubungan erat dengan warna pigmen
nan ditempati oleh batuan vulkanik andesitik merah yang berasal dari hematit, maka dis-
(Gambar 5). kusi di bawah ini dapat dijadikan bahan dasar
pemahaman keterjadiannya.
Mengacu kepada penemuan endapan-endapan
gosong purba di sepanjang Bengawan Solo Kandungan Fe di dalam sedimen bervariasi
dengan kisaran dari Plistosen Awal hingga tergantung jenis batuannya. Mineral-mineral
Sub-Resen, membawa ke arah dugaan bahwa Fe di dalam batuan sedimen berasal dari ke-
telah terbentuk suatu formasi batuan sedi- lompok oksida, karbonat, silikat lempung
men penyusun stratigrafi regional Jawa Te­ dan sulfida. Sementara sedimen dipastikan
ngah -Timur melalui proses sedimentasi yang me­ngandung oksida-oksida rombakan dan
berlangsung ketika air sungai sedang dalam bentuk­an baru. Di antara oksida-oksida ter-
kondisi banjir. Peningkatan curah hujan pada masuk titanomagnetit dan ilmenit yang ber-
periode antara Plistosen Awal hingga Sub-Re- tahan terhadap pelapukan karena tingginya
sen diduga menjadi penyebab berlimpahnya stabilitas terhadap lingkungan permukaan.
pemasukan air pada saluran sungai yang pada Konsentrasi yang tinggi dari kedua mineral
gilirannya menciptakan banjir di sepanjang tersebut dapat terbentuk di dalam sedimen-
Bengawan Solo. sedimen pasiran.

Tabel 1. Beberapa endapan teras yang ditemukan di Bengawan Solo (Sidarto dan Morrwood, 2004)

Elevasi
Nama dari dasar sungai Susunan endapan teras Umur
Padasmalang 3–4m Kerikil-kerakal dan pasir tufaan
Kudu 2m Pasir andesitik
Sedikit konglomerat dan pasir tufaan andesitik,
Pendem Bawah 2–3m
mengandung fosil vertebrata Sub-Resen
Karsono Bawah 2–3m Konglomerat andesitik
Sugian Bawah 2–3m Pasir dengan sedikit kerikil-kerakal, bersifat andesitik
Konglomerat andesitik mengandung fosil vertebrata
Jimapulu 16 m
dan pasir tufaan
Pasir tufaan dan kerikil-kerakal andesitik, Holosen Awal
Sugian Atas 13 m
mengandung fosil vertebrata
Pandean >16 m Fragmen andesit dan pasir
Konglomerat andesitik mengandung fosil vertebrata,
Pendem Atas 16 – 17 m Plistosen Akhir
pasir tufaan
atau lebih muda
Karsono Atas 16 – 17m Konglomerat pasiran andesitik
Sedikit konglomerat dan pasir andesitik, mengandung Plistosen Akhir
Sembungan 20 m
fosil vertebrata atau lebih tua
Tinjauan hubungan formasi batuan sedimen dengan iklim Contoh kasus: 137
endapan teras Bengawan Solo dan red beds di Cekungan Sumatra Tengah - Danny Z. Herman

a b

c d

Gambar 5. a. Bagian dari endapan teras Ngandong atas terdiri atas pasir tufaan (Sidarto dan Morrwood, 2004), b.
Bagian dari endapan teras Ngandong Bawah terdiri atas konglomerat andesitik (Sidarto dan Morrwood, 2004), c.
Bagian dari endapan teras Karsono Atas terdiri atas konglomerat dan pasir tufaan andesitik (Sidarto dan Morrwood,
2004), dan d. Bagian dari endapan teras Sembungan terdiri atas konglomerat dan pasir tufaan andesitik (Sidarto dan
Morrwood, 2004).

Endapan red beds dapat berasal dari benua karena proses pelapukan; (2) hematit berupa
atau marin, mempunyai warna bervariasi dari kristal autigenik dan idiomorfik berukuran
coklat kemerahan hingga merah, tetapi dapat beberapa µm sebagai agregat-agregat. Didu-
juga berwarna merah hingga ungu. Pada ke- ga bahwa jenis hematit kedua ini merupakan
nyataannya, hematit sering teridentifikasi di pseudomorf dari goetit, biotit, atau pirit. He-
dalam endapan red beds. Secara mikroskopis matit autigenik beraneka bentuk kristal dapat
dibedakan berdasarkan ukuran partikel: dari berasal dari magnetit, biotit dan ilmenit yang
ultra-halus pigmen merah (kristal-kristal tung- teroksidasi; sementara transformasi pseudo-
gal tidak kasat mata) hingga berukuran kasar morf goetit menjadi hematit terjadi pada saat
(2 – 40 µm) berupa hematit spekular. Secara kenaikan suhu dari 47oC ke >105oC sejalan
genetika terdapat 2 jenis hematit, yaitu: (1) dengan penambahan kedalaman penimbunan
hematit rombakan yang terbentuk sebagai (550 m ke 2500 m). Kristal-kristal hematit
selubung dan impregnasi fragmen-fragmen idiomorfik terkonsentrasi di dalam pori-pori
batuan, berasal dari soil merah yang tererosi batuan dan menyebabkan tersemennya butir­
138 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2011: 125 - 140

an mineral berukuran kasar. Diduga bahwa 4. Hematit berasal dari satuan lapisan ber-
peningkatan ukuran butir hematit dapat me­ warna merah terdahulu, yang kemudian
ngubah warnanya dan karena itu sedimen diendapkan kembali sebagai partikel-par-
menjadi berubah warna dari merah menjadi tikel daur ulang kedua.
ungu (Cornell, 2003).
5. Hematit diendapkan langsung di luar da­
Pendekatan di atas akan menjadi lebih leng- erah laut selama tahap-tahap evaporasi.
kap dengan penjelasan mekanisme (Friedman
Kelima mekanisme di atas dapat menghasil-
and Sanders, 1978) sebagai berikut:
kan hematit yang membuat suatu lapisan ba­
1. Hematit dapat terbentuk di dalam soil tuan menjadi berwarna merah. Namun yang
lateritik pada iklim tropis-lembab karena berkaitan dengan iklim adalah butir 1, 2, dan
oksidasi besi ferro yang berasal dari mi­ 3, yaitu masing-masing berimplikasi iklim
neral-mineral silikat pembentuk batuan tropis-basah untuk butir 1 dan 3, serta iklim
ferromagnesian (piroksen, hornblenda, tropis kering untuk butir 2.
biotit, dan klorit) dan magnetit. Kemu-
Sehubungan penemuan sedimen Red Beds di
dian hematit ditransportasi ke tempat pe­
Cekungan Sumatra Tengah (Formasi Pema-
ngendapan dan tidak mengalami banyak
tang) yang diendapkan pada periode Eosen –
perubahan.
Oligosen sebagai sedimen cekungan-cekung­
2. Hematit terbentuk oleh perubahan in-situ an busur belakang (back-arc basins), mem-
dari oksida besi terhidrasi, berasal dari ha- bawa ke arah dugaan bahwa proses pemben-
sil oksidasi mineral-mineral mengandung tukan formasi sedimen pada periode waktu
besi (silikat-silikat ferromagnesian dan tersebut berimplikasi dipengaruhi oleh iklim
magnetit) pada iklim tropis panas-kering. tropis-kering. Dugaan ini diperkuat oleh per-
Mineral-mineral asal yang mengandung nyataan Dally et al. (1987) bahwa Cekungan
besi ferro diendapkan sebagai aluvium Sumatra Tengah merupakan bagian dari rang-
tidak berwarna merah, terubah in-situ kaian blok terban dari rejim ekstensional yang
menjadi oksida besi terhidrasi berwarna beriklim kering.
kecoklatan, dan sejalan waktu berubah
Mengeringnya danau-danau pada Oligosen
menjadi hematit.
Akhir diduga erat kaitannya dengan pengaruh
3. Hematit terbentuk dalam waktu lama iklim tersebut. Kondisi iklim diduga menye-
dari oksida ferrik terhidrasi berwarna babkan mineral-mineral Fe-oksida (silikat
keku­ningan dan kecoklatan pada iklim ferromagnesian dan magnetit) sebagai kom-
tropis-basah; oksida-oksida ini diendap- ponen-komponen sedimen lakustrin mengala­
kan sebagai aluvium: (a) berupa soil ha- mi hidrasi, yaitu terserapnya molekul-mole-
sil pelapukan yang ditransportasi dan di- kul air oleh mineral-mineral dimaksud; yang
endapkan oleh air sungai, atau (b) berupa pada gilirannya mengalami ubahan in-situ
hasil ubahan in-situ dari mineral-mineral untuk membentuk mineral-mineral baru me­
ferromagnesian. ngandung air kristal (di antaranya hematit).
Tinjauan hubungan formasi batuan sedimen dengan iklim Contoh kasus: 139
endapan teras Bengawan Solo dan red beds di Cekungan Sumatra Tengah - Danny Z. Herman

Keberadaan hematit ditunjukkan oleh variasi ACUAN


pigmen dimulai dari berwarna kekuningan
Bates, R.L. and Jackson, J.A., 1980, Glossary of
dan kecoklatan, kemudian berubah menjadi
Geology, Second Edition, American Geological
merah. Perubahan dari warna kekuningan/ke-
Institute, Falls Church, Virginia, 750 pages.
coklatan menjadi merah dapat terjadi dalam
waktu berkisar ribuan hingga beberapa juta Cornell, R.M., 2003, The Iron Oxides: Structure,
tahun. Properties, Reactions, Occurences and Uses. U.
Schwertmann Copyright © WILEY-VCH Verlag
KESIMPULAN GmbH & Co.KgaA, Weinheim. ISBN: 3-527-
30274-3.
1. Penemuan endapan-endapan gosong
purba (teras) Bengawan Solo, membawa Dally, M.C., Hooper, B.G.D., and Smith, D.G.,
ke arah dugaan bahwa sedimen tersebut 1987, Tertiary Plate Tectonics and Basin Evolu-
diendapkan ketika wilayah Pegunungan tion in Indonesia, in proceedings Indonesian Pe-
Kendeng mengalami iklim tropis-basah troleum Association, Sixteenth Annual Conven-
dan air sungai sedang dalam kondisi ban- tion, Jakarta, pp. 399-428.
jir karena peningkatan curah hujan. Friedman, G.M. and Sanders, J.E., 1978, Princi-
2. Keberadaan endapan red beds di cekung­ ples of Sedimentology, Jhon Wiley & Sons, New
an Sumatra Tengah mengekspresikan York-Chichester-Brisbane-Toronto-Singapore,
bahwa formasi sedimen tersebut me­ 576 pages.
ngandung pigmen coklat-merah (hema- Houghton, J. T., 2001, Climate change: the scien-
tit), yang terbentuk ketika bagian tengah tific basis: contribution of Working Group I to the
Pulau Sumatra mengalami iklim tropis- Third Assessment Report of the Intergo­vernmental
kering. Panel on Climate Change, Cambridge, UK: Cam-
3. Tinjauan keterkaitan proses sedimentasi bridge University Press. ISBN 0-521-80767-0.
dengan pengaruh iklim tropis basah dan Kemp, A.E.S., 1996, Palaeoclimatology and pal-
kering di atas diharapkan dapat men- aeooceanography from laminated sediments, Geo­
jadi bahan inspirasi para ahli geologi logical Society Special Publication No. 116.
untuk melakukan penelaahan hubungan
perubah­an iklim dengan aspek geologi Lemke, Ritter, and Heywood, 2009, Physical Geo­
lainnya. graphy Laboratory Manual, McGraw-Hill.

Montgomery, C.W., 2006, Environmental Geo­


Ucapan Terima Kasih
logy, Seventh Edition, McGraw Hill International
Terima kasih disampaikan kepada Sdr. Sofyan Su- Edition, 540 pages.
wardi (Ivan), ST, atas upaya­nya dalam memodi-
Reading, H.G., 1986, Sedimentary Environments
fikasi gambar-gambar untuk kelengkapan karya
and Facies. Blackwell Scientific Publication, Mel-
tulis ini.
bourne.
140 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2011: 125 - 140

Sartono, S., 1976, Genesis of the Solo terraces. es, Geological Research and Development Centre,
Mod. Quad. Res. in SE Asia, 2, 1-21. Bandung, 196-207.

Sidarto and Morrwood, M.J., 2004, Solo River Zuindam, R.A. van, 1985, Aerial photo-interpreta-
Terrace Mapping in the Kendeng Hills area, Java: tion in terrain analysis and geomorphologic map-
Use of Landsat Imagery and Digital Elevation ping. Smits Publication – The Hague, The Neth-
Model Overlays, Journal of Geological Resourc- erlands.

Anda mungkin juga menyukai