Bab I Laporan PKL
Bab I Laporan PKL
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
BPOM di Kupang berlokasi di Jalan R.A. Kartini-Kota Baru, Kelurahan Kelapa Lima.
Fasilitas di BPOM cukup memadai dilengkapi dengan Laboratorium Teranokoko
(Teraupetik, Napza, Kosmetik, Obat Tradisional dan Produk Kompkemen), Laboratorium
Pangan dan Bahan Berbahaya dan Laboratorium Mikrobiologi. Unit pelaksanaan teknis
lingkungan BPOM mempunyai tugas melaksanakan kebijakan dibidang pengawasan produk
terapeutik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk
komplemen, keamanan pangan dan bahan berbahaya. Pelaksanaan tugas tersebut berdasarkan
konsep wilayah atau catehment area. Konsep pelaksanaan ini dijalankan dengan prinsip
tindakan pengamanan yang cepat, dan akurat berdasarkan data ilmiah (scientific based
decision) kegiatan berskala nasional atau lintas provinsi dengan networking nasional-
internasional.
Pengawasan obat dan makanan mempunyai aspek permasalahan dengan dimensi yang
sangat luas. Pengawasan di lakukan hanya produk akhir yang ada di masyarakat, tetapi harus
dilakukan sejak awal proses, mulai bahan baku, proses produksi, proses setengah jadi, produk
jadi sampai produk tersebut beredar dimasyarakat. Oleh karena itu, pengawasan obat dan
makanan dikembangkan dalam pendekatan sistem pengawasan oleh masyarakat. Pengawasan
oleh masyarakat tak kala pentingnya karena masyarakat yang memutuskan untuk membeli
atau mengonsumsi suatu produk. Oleh karena itu, akses informasi mengenai mutu, keamanan
dan cara penggunaan produk yang rasional merupakan kunci keberhasilan dalam usaha
melindungi konsumen.
Secara hukum produsen bertanggung jawab pada mutu dan keamanan produk yang
dihasilkan. Untuk itu produsen harus memiliki sistem pengawasan internal atau manejemen
pengawasan mutu yang dapat mengontrol dan mendeteksi mutu produknya sejak awal proses
sampai produk tersebut beredar di masyarakat. Penerapan cara-cara produksi yang baik atau
good manufacturing practice mutlak perlu untuk mendeteksi penyimpangan mutu dari awal.
Pengawasan oleh pemerintah BPOM mencakup pengaturan, standarisasi, penilaian
keamanan, khasiat, mutu produk sebelum diizinkan beredar dilanjutkan dengan pemeriksaan,
penyelidikan, pengawasan peredaran, pengambilan sampel dan pengujian laboratorium,
informasi dan public warning yang didukung penegakan hukum.
2.2.1 Visi
Obat dan makanan aman meningkatkan kesehatan masyarakat dan daya saing bangsa.
2.2.2 Misi
1. Meningkatkan sistem pengawasan obat dan makanan berbasis resiko untuk melindungi
masyarakat.
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan obat dan
makanan serta memperkuat komitmen dengan pemangku kepentingan.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM.
Keripik pisang adalah makanan olahan dari buah pisang yang diiris tipis kemudian
digoreng menggunakan minyak hingga buah pisang berubah warna dan teksturnya menjadi
renyah. Menurut SNI 01-4315-1996, keripik pisang adalah produk makanan ringan dibuat
dari irisan buah pisang dan digoreng, dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang
diizinkan.
Bahan baku pembuatan keripik pisang tersebut adalah buah pisang khususnya buah
yang masih mentah dan sudah tua. Pisang adalah salah satu jenis tanaman atau tumbuhan
terna yang memiliki ukuran relatif besar atau raksasa yang berdaun besar dengan suku
Musaceae. Tanaman pisang ini juga merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat
dibudidayakan dengan baik pada iklim tropis maupun sub tropis.
Tanaman pisang ini ada juga yang dapat dikonsumsi dan tidak dapat dikonsumsi seperti
pisang abaka, pisang hias, dan pisang kipas, sedangkan pisang yang dapat dikonsumsi pisang
kepok, pisang raja, dan pisang lainnya.
2.3.2 Klasifikasi tanaman pisang
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Family : Musaceae
Genus : Musa
Species : Musa paradisiaca
1. Akar
Akar tanaman pisang berserabut, tidak berakar tunggang, berwarna kecoklatan
kotor, dan tumbuh dengan baik namun menyamping kepurmakaan tanah.
2. Batang
Batang tanaman pisang berbentuk bulat silindris berlapis, batang tanaman ini
memiliki dua bagian yaitu batang asli atau utama dan batang semu atau batang palsu.
Batang bagian bawah ini akan tumbuh tunas baru, dan batang palsu akan membantu
menutupi atau membentuk lapisan baru pada batang tanaman pisang. Pada umumnya,
batang tanaman ini berwarna hijau muda dengan lapisan berwarna kecoklatan.
3. Daun
Daun tanaman ini berbentuk bulat memanjang dan melebar, dengan pertulangan daun
yang besar yang terbentuk dari pelepah, bagian ujung daun tumpul dan bagian tepi
merata. Pada umumnya, daun ini memiliki warna kehijuan, dan juga tampak garis
berwarna keputihan pada permukaan daun.
4. Bunga
Bunga tanaman ini berbentuk hampir menyerupai jantung, juga berwarna kemerahan
muda, dan mahkota berwarna kekuning–kuningan serta berserabut halus berwarna
kehitaman. Pada umumnya, bunga tanaman ini disebut bunga berani dan juga muncul
pada ketiak daun.
5. Buah
Buah tanaman ini tersusun dari tandan, dalam satu tandan terdapat dari beberapa sisir
dan juga buah ini berwarna hijau jika belum matang dan berwarna kekuingan jika
sudah matang. Dalam satu sisir buah pisang ini sekitar 8-10 buah bahkan lebih
tergantung varietesnya. Dalam buah, ada terdapat bintik–bintik kehitaman berbentuk
bulat kecil dan juga hanya terdapat di pisang–pisang tertentu saja.
2.4 Boraks
Boraks atau dalam nama ilmiahnya dikenal sebagai Sodium tetraborate decahydrate
merupakan bahan pengawet yang dikenal masyarakat awam untuk mengawetkan kayu,
antiseptik kayu dan pengontrol kecoa. Tampilan fisik boraks adalah berbentuk serbuk kristal
putih. Boraks tidak memiliki bau jika dihirup menggunakan indera pencium serta tidak larut
dalam alkohol. Indeks keasaman dari boraks diuji dengan kertas lakmus adalah 9,5, ini
menunjukkan tingkat keasaman boraks cukup tinggi (Bambang, 2008).
2.5.1 Definisi
Spektrofotometri adalah suatu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk
mengukur konsentrasi sampel secara kuantitatif, berdasarkan interaksi materi dengan cahaya.
Cahaya yang diserap oleh materi ini akan terukur sebagai Transmitans ataupun Absorbans.
Dalam analisis cara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang
elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200-380 nm), daerah visible (380-700
nm) dan daerah inframerah (700-3000 nm).
2.5.3 Spektrofotometer
METODE PELAKSANAAN
a. Waktu
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan dari tanggal 4 September-4 Oktober 2017.
b. Tempat
PKL tersebut dilaksanakan di Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Kupang,
Nusa Tenggara Timur.
3.4 Perhitungan
Kadar asam borat dalam cuplikan dihitung dan ditetapkan menggunakan kurva
kalibrasi dengan persamaan garis lurus:
y = bx + a
kadar asam borat dalam cuplikan adalah:
𝒙
× 𝑭𝒑
𝑩𝒖
Keterangan:
X : Mikro gram asam borat yang diperoleh dari kurva baku
Fp : Faktor pengenceran sampel
Bu : Bobot zat uji (gram)
3.5 Pesyaratan
Dilarang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berikut ini merupakan tabel hasil pengujian penetapan kadar boraks dalam sampel
keripik pisang nomor 157:
4.2 Pembahasan
Peningkatan kualitas hidup manusia tidak hanya melalui peningkatan pendidikan dan
ilmu pengetahuan, tetapi juga ditentukan oleh kualitas pangannya. pangan yang dikomsumsi
harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah aman, bergizi, bermutu dan dapat
terjangkau oleh daya beli masyarakat. Aman yang dimaksud mencakup bebas dari pencemaran
biologis, mikrobiologi, logam berat dan pencemaran lain yang dapat mengganggu, merugikan
dan membahayakan kesehatan manusia (Asterina, dkk, 2008).
Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk melindungi
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, serta membahayakan kesehatan manusia. Mendapatkan pangan yang aman
merupakan hak asasi setiap individu (Triatama J, 2014).
Namun, para produsen masa sekarang sering menambahkan bahan pengawet makanan
ke dalam olahan pangan mereka. Bahan Tambahan Pengawet (BTP) merupakan bahan yang
ditambahkan ke dalam pangan untuk memengaruhi sifat atau bentuk pangan. Bahan Tambahan
Pengawet (BTP) berupa zat atau bahan kimia dalam penggunaannya mempertimbangkan faktor
keamanan pangan.
Setiap Bahan Tambahan Pengawet (BTP) penggunaannya diatur pada dosis tertentu.
Beberapa bahan kimia seperti boraks dan zat warna tekstil seperti rodamin bukan merupakan
Bahan Tambahan Pengawet (BTP). Sehingga meskipun dalam dosis kecil, penggunaannya
tidak diperbolehkan dalam bahan pangan (Rauf R, 2015). Bahan pengawet yang diizinkan
untuk digunakan pada bahan pangan terdiri atas dua kelompok, yaitu pengawet kimia atau
sintetis dan pengawet alami.
Keripik adalah salah satu jenis makanan yang disukai masyarakat Indonesia. Terkhusus
di Nusa Tenggara Timur, salah satu jenis keripik yang sangat digemari adalah keripik yang
terbuat dari pisang. Selain rasanya yang sangat renyah dan enak, cara pembuatannya yang
tergolong mudah dengan bahan-bahan yang mudah didapat merupakan faktor mengapa keripik
pisang adalah salah satu jenis keripik yang digemari di Indonesia, khususnya NTT.
Meskipun diperjual-belikan, keripik pisang tersebut bisa didapatkan dengan harga yang
sangat murah. Namun, kebanyakan produsen masa sekarang sering melakukan hal yang
melanggar peraturan pangan dan kesehatan, yaitu menambahkan bahan-bahan berbahaya yang
tidak diperbolehkan ke dalam bahan olahan mereka. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan
untuk meningkatkan rasa bahan olahan tersebut ataupun tekstur dari bahan olahan tersebut.
Salah satu bahan kimia yang sering dimasukkan ke dalam bahan olahan makanan oleh
produsen yaitu boraks. Sudah dijelaskan pada bagian tinjauan pustaka mengenai bahaya dari
boraks tersebut, sehingga dalam keadaan sengaja ataupun tidak senagaja boraks tidak
diperbolehkan ditambahkan dalam bahan makanan, apalagi sampai masuk ke dalam tubuh.
Pada pengujian penetapan kadar boraks kali ini, sampel yang diuji adalah keripik pisang
nomor 157 dengan metode spektrofometri.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa, sampel keripik pisang tidak
mengandung boraks.
5.2 Saran
Sebaiknya lembaga-lembaga yang bekerja di bidang pangan lebih meningkatkan usaha
pengawasan jajanan berhubung maraknya pemakaian bahan tambahan pangan dan bahan-
bahan kimia berbahaya yang melanggar peraturan.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 942 Tahun 2003 Tentang
Makanan Jajanan. Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI. 2004. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004
Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Depkes RI: Jakarta.
Saparinto, Cahyo dan Diana H. 2006. Bahan Tambahan Pangan. P61: Yogyakarta.