Anda di halaman 1dari 18

PENDIDIKAN AGAMA PROFIL MUSLIM

MODERN

KELOMPOK 12

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH


PROF.DR.HAMKA
BAB I

PENDAHULUAN

Segala puji bagi ALLAH SWT yang dengan nikmat dan karuniaNya sehingga
dengan nikmat tersebut kita dapat beribadah kepada ALLAH SWT dan dapat
menyelesaikan makalah agama pada materi terakhir ini yang insya ALLAH akan
kita bahas bersama-sama.

Sholawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya dan pengikutnya.

Kami akan membahas Profil Masyarakat dan Muslim modern.


A. Latarbelakang Masalah

Masa kini sudah tidak asing lagi dengan teknologi yang semakin maju sehingga
zaman kini menjadi modern serta karakter masyarakat maupun sikapnya menjadi
modern pula.

Alam tidak lagi hal yang amat vital dalam menunjang kehidupan mereka seperti
yang dialami masyarakat tradisional. Sebaliknya alam dikendalikan dengan
kemampuan pengetahuan mereka dalam menunjang kehidupan yang lebih baik.
Masyarakat modern yang hidupnya mengalami gejala modernisasi yang ingin
kehidupannya dikendalikan oleh sumber daya manusia yang instan bukan lagi
dikendalikan oleh alam. Menjadikan masyarakat modern yang sebagian besar
masyarakatnya mempunyai karakter yang berbeda dengan masyarakat tradisional,
yang mana masyarakat modern mereka lebih cenderung individual tidak peka
terhadap keaadan sekitar.

a. Rumusan Masalah
1. Berbagai pandangan hidup dalam masyarakat modern
2. Pandangan hidup islam
3. Islam dan modernitas
4. Sikap muslim modernitas
5. Cirri – cirri muslim modern
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pandangan Hidup Masyarakat Modern

a. Berpikir Rasional
Masyarakat modern sangat percaya pada kekuatan akal manusia. Manusia modern
berfikir bahwa tidak ada sesuatu yang tidak dapat dipertanyakan secara kritis dan
rasional. Bila manusia tradisional bisa dibungkam dengan otoritas, manusia
modern justru menuntut penjelasaan dan pembuktian rasional dari siapapun juga,
termasuk dari otoritas tertinggi sekalipun.
b. Terobsesi dengan Perubahan atau Kemajuan
Manusia sangat terobsesi untuk melakukan inovasi dan perubahan di segala
bidang, yang paling mencolok diantaranya adalah perubahan dalam sarana
komunikasi dan transportasi. Pada masa kita sekarang, manusia dapat
mengelilingi bumi tak lebih dari satu hari saja, dan dapat berkomunikasi langsung
dengan semua manusia di belahan dunia. Manusia modern sangat terobsesi pada
kecepatan, efektifitas, dan kemudahan dalam segala hal. Karena obsesi ini, waktu
bagi mereka menjadi sedemikian berarti.
c. Mengandalkan Sains dan Teknologi
Pengandalan akal dan obsesi akan perubahan dan kecdepatan memnbuat manusia
modern terus melakukan inovasi dan pengembangan dalam bidang sains dan
teknologi. Telah banyak kemajuan sains dan teknologi yang dihasilkan, sampai-
sampai zaman modern disebut-sebut sebagai the age of science and technology
(zaman sains dan teknologi). Dengan sains dan teknologi, manusia semakin tidak
tergantung pada alam. Karena cenderung lebih percaya pada sains, manusia
modern mempunyai ketergantungan pada sains. Manusia modern telah
mengeksplorasi dan mengeksploitasi alam secara besar-besaran yang berdampak
pada rusaknya ekosistem.
d. Cenderung Materialis
Masyarakat modern cenderung materialis dan mengabaikan yang spiritual.
Manusia modern cenderung pada konsumerisme dan hedonisme. Modernisme
sendiri telah ditopang oleh mesin ekonomi yang disebut kapitallisme, yang telah
mengiringi manusia modern untuk berorientasi pada materi. Di tengah orientasi
materi ini, tak jarang muncul kehampaan spiritual dalam diri manusia modern.
Mereka pun rentan terjangkit penyakit kejiwaan, seperti kecemasan, kesepian,
kebosanan, dan prilaku menyimpang. Dengan bantuan teknologi di segala aspek
kehidupan, manusia modern ternyata justru terjebak dalam rantai ketergantungan
pada alat yang turut membuatnya terasing dari kualitas dan kemampuan jiwa dan
raganya sendiri.
e. Terobsesi dengan Kebebasan
Manusia modern pada dasarnya mengangungkan kebebasan. Obsesi akan
kebebasan inilah yang menyuburkan individualism dalam masyarakat modern.
Manusia modern telah mengembangkan konsep hak sedemikian rupa untuk
mnjamin terciptanya kebebasan individu dalam hal apapun, seperti berpendapat,
beragama, dsb.
f. Memberikan Penghargaan dan Imbalan berdasarkan Prestasi
Manusia modern tidak memberikan imbalan berdasarkan kasta atau status social
namun berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan hasil kerja.

Pandangan hidup lain diantaranya:

 Masyarakat cenderung instan


 Masyarakat yang serba diburu waktu
 Masyarakat yang berubah dari sifat kolektif ke individualistic
 Meniru gaya hidup masyarakat global (kekinian)
 Ingin melakukan banyak hal sekaligus atau dalam satu waktu(cepat/instan)
 Tingkat stress masyarakat modern lebih banyak di banding masyarakat
tradisional.
 Tingkat kriminalitas meningkat
 Kekerasan dalam masyarakat tinggi
 Berpikir lebih objektif dan rasional
2. Pandangan Hidup Muslim Modern

a. Taat beragama

Firman Allah di Al Quran

) 56: ‫(سورة الذاريات‬ ‫وما خلقت الجن و االنس اال ليعبدون‬

Pandangan muslim modern dengan taat beragama sangat penting karena untuk
mencapainya hidup yang tentram dan sejahterta. Agama pun menjadi landasan
kehidupan kita dalam hal apapun baik dalam social, politik maupun akademik.
Taat Bergama mencakup salimul aqidah, salimul aqidah iyalah aqidahnya yang
lurus yang selamat, bersih dari kesyirikan ataupun menyekutukan ALLAH,
karakteristik muslim modern ini walaupun ia mengikuti perkembangan teknologi
yang semakin maju namun karakter ini akan terus melekat dalam dirinya, inilah
karakter muslim modern.

b. Berakhlak Mulia

Inilah misi diturunkannya rasulullah. Misi menegakkan akhlak mulia. Di Al


Quran Allah menekankan akhlak mulia ini tak hanya dengan manusia, tapi juga
dengan hewan dan lingkungan. Boleh seorang muslim mengikuti teknologi yang
semakin modern namun berakhlaq mulia pun.

c. Berilmu atau memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas

Menuntut ilmu adalah kewajiban hingga liang lahat. Tentu yang dimaksud
adalah ilmu yang bermanfaat. Ijtihad: usaha (inovasi dan kreatifitas)
olehulama. Masyarakat pembelajar muncul ulama-ulama yang
menjadirujukan. Semuanyalahirdarikomunitas yang memiliki komitmen
pembelajar.Jika seorang muslim modern tidak mempunyai karakter ini maka dia
akan dibodohi oleh teknologi yg semakin canggih.
d. Moderat

Menyeimbangkan hajat hidup di dunia dengana khirat. Rasul suatu hari


mendengarkan 3 sahabat yang berbincang: Sahabat pertama: Tahajud lalu; sahabat
kedua: puasa lalu; sahabat ketiga: Tak mau kawin. Rasul tidak menyetujuinya.
Harus ada hal lainnya. Cara berpikir dan bersikap yang moderat. Sikap moderat
ini mengajarkan kita bahwa kita menyeimbangkan keperluan dunia dan akhirat.

e. Terbuka

Muslim dulu (jaman Rasul) bisamerespon terhadap budaya-budaya lainnya


dengan sikap selektif di zaman modern ini, memilah milih budaya-budaya
barat(modern) yang sisi positifnya bisa diikuti dan sisi negatifnya sebaliknya
daripada itu.

f. Dinamis

Hari ini harus lebih baik dari kemarin. Apa yang kit abangun selama ada manfaat
untuk peradaban akan diberi pahalaoleh Allah SWT. Dan karakter muslim modern
disamping dinamis ia juga bisa bermanfaat bagi muslim lainnya.

g. Mutsaqoful Fikri

Luas wawasan berfikirnya sehingga dia mampu menangkap berbagai informasi


serta perkembangan yang terjadi di sekitarnya. Mengikuti perkembangan
teknologi namun memilah milih yang mana baik baik dia dan orang lain.

h. Qodirun ‘alal kasbi

Mampu berusaha sehingga menjadikan seorang yang berwija mandiri dan tidak
mau bergantung kepada orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
3. Islam dan modernitas
Islam dan tantangan modernitas secara teologis. Islam merupakan suatu sistem
nilai dan ajaran yang bersifat ilahiah. Pada posisi ini islam adalah pandangan
dunia yang memberikan kacamata pada manusia dalam memahami realitas

a. Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah organisasi pembaharuan dan modernisasi yang didirikan


oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan (1868±1923). Ahmad Dahlan bertujuan
memurnikan ajaran Islam dari apa yang disebutnya T.B.C. (tachajoel, bid`ah,
choerafat). Muhammadiyah mempelopori penentuan arah kiblat secara eksak,
penggunaan metode hisab untuk menentukan awal dan akhir puasa Ramadhan,
shalat hari raya di lapangan, pemberian khutbah dalam bahasa yang difahami
jemaah, penghilangan bedug dari mesjid; penyederhanaan upacara kelahiran,
khitanan, perkawinan, dan pengurusan jenazah. Di bidang sosial dan pendidikan
Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah, panti asuhan, dan poliklinik.
Agar kaum wanita terangkat derajatnya, Ahmad Dahlan dan istrinya, Siti Walidah
(Nyi Haji Ahmad Dahlan), mendirikan perkumpulan Sopotresno tahun 1914,
yang diubah namanya menjadi Aisyiyah pada tahun 1917. Kemudian berdiri pula
kepanduan Hizbul Wathan tahun 1918, disamping perkumpulan Siswa praja
Wanita dan Siswa praja Pria sebagai wadah anak-anak muda, yang kemudian
masing-masing menjadi Nasyi’at ul-Aisyiyah tahun 1931 dan Pemuda
Muhammadiyah tahun 1932.

a. Persatuan Islam

Pembicaraan mengenai gerakan modernisme Islam tidaklah lengkap apabila kita


mengabaikan sebuah organisasi pembaharuan yang bersifat ³caberawit´: kecil
tetapi pedas. Itulah organisasi Persatuan Islam (Persis) yang didirikan di Bandung
tanggal 17 September 1923 atau 5 Safar 1342) oleh ulama asal Palembang, Kyai
Haji Zamzam (1894±1952), yang juga pernah bertahun-tahun menuntut ilmu
keagamaan di Makkah. Seperti Muhammadiyah dan Al-Irsyad, Persatuan Islam
juga menyatakan sebagai penerus gerakan pembaharuan Muhammad Abduh dan
Rasyid Ridha. Tokoh Persatuan Islam yang terkenal adalah Ahmad Hassan
(1887±1958).Lahir dan besar di Singapura, Ahmad Hassan sejak remaja sudah
mengenal gagasan pembaharuan yang disebarkan majalah Al-Imam. Ahmad
Hassan berpendapat bahwa pintu ijtihad harus dibuka dengan cara shock therapy,
sehingga umat Islam terbangun dari tidur lelap. Jika Muhammadiyah
mengutamakan aksi-aksi sosial melalui sekolah, rumah sakit dan panti asuhan,
maka Persatuan Islam mengutamakan da`wah lisan dan tulisan, seperti
memperbanyak tabligh, menerbitkan buku dan majalah, menyelenggarakan debat
publik, dan berpolemik di media massa. Buku-buku dan majalah yang diterbitkan
Persatuan Islam menjadi bahan rujukan bagi kaum modernis diIndonesia,
terutama majalah Pembela Islam dan Al-Lisan. Demikian pula seri 11 buku So’al
Djawab karya Ahmad Hassan tersebar di seluruh Indonesia dan Malaysia.

b. Kaum Tradisionalis

Munculnya gerakan modernisme menyebabkan para pengamat keislaman


membagi umat Islam Indonesia menjadi dua kelompok, yaitu kaum modernis dan
kaum tradisionalis. Yang disebut terakhir ini pada garis besarnya mempunyai tiga
ajaran utama. Pertama, menganut mazhab Muhammad ibn Idrisasy-Syafi`i (767-
820) dalam masalah hukum agama, dengan tidak mengesampingkan mazhab Abu
Hanifah (700±767), mazhab Malik ibn Anas (711±795), dan mazhab Ahmad ibn
Hanbal (780±855). Kedua, menganut skolastisisme Abu Hasan al-Asy`ari
(873±935) dan Abu Mansur al-Maturidi (896±944) dalam masalah ketuhanan.
Ketiga, menganut ajaran Abul-Qasim al-Junaidi (828±910) dan Abu Hamid al-
Ghazali (1058±1111) dalam masalah tasawuf.
Kaum tradisionalis di Indonesia juga terstimulasi untuk membentuk organisasi.
Pada tahun 1917 K.H. Abdul Halim di Majalengka mendirikan Persyarikatan
Ulama (sejak 1952 bernama Persatuan Umat Islam atau PUI). Lalu pada 31
Januari 1926 (17 Rajab 1344) di Surabaya lahir Nahdlatul-`Ulama (NU) yang
didirikan K.H. Hasyim Asy`ari (1871±1947). Kemudian menyusul duaorganisasi
di Sumatera, yaitu Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) di Minangkabau pada
tanggal 5 Mei 1928 (15 Dzulqa`dah 1346), serta Jam`iyyahal-Washliyyah di
Medan pada tanggal 30 November 1930 (9 Rajab 1349).
Semua organisasi kaum tradisionalis ini mempertahankan mazhab Syafi`i.
Gerakan-gerakan modernisme Islam oleh beberapa pengamat dinilai telah
kehilangan semangat pembaharuannya, karena terlalu sibuk mengelola amal
usaha dan kegiatan rutin lainnya, sehingga kurang tanggap terhadap masalah-
masalah baru yang dihadapi umat Islam
4. Sikap Muslim terhadap Modernitas
Menghadapi modernisasi seorang muslim mempunyai sikap yang berbeda-beda
ada yang sepenuhnya menolak menganggap bahwa modernitas bertentangan
dengan Islam sebagaimana yang mereka pahami, ada yang menerima secara
selektif dan ada yang menerima sepenuhnya. Berdasarkan perbedaan sikap ini,
meraka dapat dikelompokkan menjadi 3:
A. Kelompok Tradisionalis, kelompok ini berpegang teguh pada tradisi dan
melihat modernitas sebagai nsesuatu yang tidak penting untuk di ikuti
B. Kelompok Modernis, yang bersikap sangat terbuka pada modernitas dan
melihatnya penting atau harus diikuti. Kelompok ini memandang bahwa
tradisi dan modernitas cukup kompatibel.
C. Kelompok Neomodernis, kelompok ini bersikap selektif dalam menyikap
modernisasi. Mereka menyadari bahwa modernisasi memiliki sisi positif
yang bisa atau penting diikuti namun juga memiliki sisi negative yang
harus ditinggalkan.

Sikap kaum muslimin juga harus mengkaji dunia barat (modern) secara objektif
dengan gagasan dan ajaran-ajarannya dalam sejarah keagamaannya sendiri, bila
tidak dikaji secara objektif maka keberhasilannya dalam menghadapi dunia lebih
modern merupakan suatu yang mustahil bahkan untuk kelangsungan hidupnya
saja pun akan sangat meragukan.

Sikap muslimin terhadap modernitas antara lain menyikapinya secara positif dan
tidak menyalahi syariat, memanfaatkannya sebagai sarana dakwah virtual yang
bermanfaat bagi kaum muslimin lainnya dan menjadikannya ladang pahala
dengan adanya teknologi yang semakin maju dan modern, contohnya :
mengeshare tutorial sholat nabi dan juga bisa membuat video tentang cara bersuci
ke youtube yang bisa dilihat orang banyak lalu dipraktikkan. Disamping itu juga
sikap kaum muslim terhadap modernitas mengkaitkan yang baik antara pranata-
pranata barat (modern) dengan tradisi islam melalui sumber al quran dan sunnah.
5. Ciri – cirri muslim modern
1. Hidupnya digunakan untuk mencari uang. Siapa saja pelakunya,
dimana saja tempatnya, bagaimana saja caranya, pokoknya cari duit dan
cari duit. Slogan yang sering diucapkan: “Time is money.”
2. Setelah mendapat uang, hidupnya diisi dengan acara senang-senang
melulu, memuaskan hawa nafsu sepuas yang mereka mampu.
Istilahnya, having funs. Slogan yang sering mereka ucapkan: “The life is
too short, so play more!” (hidup terlalu singkat, maka bermainlah
sebanyak-banyaknya).
3. Bertahan hidup agar bisa melakukan poin 1 dan 2. Cara bertahan hidup
misalnya ikut fitness, jaga kebugaran fisik, rajin kontrol kesehatan,
melakukan general check up setiap tahun, konsumsi makanan bergizi,
memakai obat natural, ikut terapi ini dan itu. Juga menempelkan sticker
“safety driving and riding” karena takut kecelakaan. Kalau ditanya, kenapa
sih mesti ikut ini dan itu? Jawabnya: “Biar bisa terus cari duit dan senang-
senang.”

Poin 1 dikenal dengan istilah MATERIALISM (hidup untuk cari duit). Poin 2
dikenal sebagai HEDONISM (hidup untuk senang-senang). Poin 3 dikenal
sebagai SURVIVALISM (hidup untuk terus hidup).

Para politisi Senayan, para pejabat birokrasi haus kuasa, para pengamat berjiwa
selebritis, para elit politik, para komedian politik; para artis, pemain sinetron,
gadis-gadis model, pemain boy band, vokalis band (yang kemarin baru keluar
penjara itu), para komedian asli, para presenter TV, para model iklan (meat show
profile); para bisnisman kapitalis, para eksekutif muda hedonis, para penyuka seks
ilegal, para penyuka seks sejenis; para operator korupsi, makelar kasus, makelar
proyek (cara-cara hitam), mafia, dan seterusnya; termasuk di dalamnya orang-
orang yang menjadikan agama sebagai komoditi, apapun bungkus dan
retorikanya. Sayangnya, orang-orang gituan kini banyak menjadi social model di
negeri kita. Masyarakat menjadikan mereka role model, lalu meniru, mengagumi,
hingga menangis haru untuk manusia-manusia begituan.

Padahal Al Qur’an sudah berbicara tentang manusia-manusia semodel itu…

“Dan sungguh Kami akan memenuhi neraka jahannam itu dengan kebanyakan
dari manusia dan jin. Mereka memiliki hati-hati, tetapi tidak digunakan untuk
memahami (ayat-ayat Allah); mereka memiliki mata-mata, tetapi tidak digunakan
untuk mendengar; mereka memiliki telinga-telinga, tetapi tidak digunakan untuk
mendengarkan. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai.” [Al A’raaf: 179].

Kami ingin memberikan nasehat kepada kaum Muslimin, kepada orang-orang


beriman:

“Hendaklah Anda semua selalu istiqamah di jalan Islam ini; jangan lemah, jangan
putus asa, jangan gentar hati melihat kelakuan manusia-manusia aneh di sekitar
Anda. Mereka telah menempuh jalannya, dan kita pun menempuh jalan kita.
Mereka didukung oleh kekuatan sekuler, hedonis, jahiliyah; tetapi kita didukung
oleh ALLAH Rabbul ‘Alamiin, Sang Penguasa langit dan bumi. Sulitnya hidup
kita di zaman ini adalah ujian keimanan semata. Bersabarlah, bersabarlah, dan
bersabarlah melihat kelakuan manusia-manusia yang kelak akan binasa itu.
Kesabaranmu akan menjadi hujjah bagi Rabb-mu untuk menasehati manusia-
manusia yang lalai itu.”

RAHASIA: Orang-orang yang hidupnya untuk mencari duit dan senang-senang


itu, wallahi sungguh mereka tidak pernah mendapatkan bahagia sebenarnya. Apa
yang mereka dapat hanya kepalsuan dan kegembiraan artifisial saja. Pada
hakikatnya jiwa mereka merana, hati mereka gelisah, nurani mereka meronta. Apa
yang mereka klaim sebagai jalan bahagia itu, ternyata hanya kepalsuan belaka.
“Wa man yata’adda hududallah faqad zhalama nafsah” (dan siapa yang
melanggar batas-batas Allah, sejatinya dia telah menganiaya dirinya sendiri). [At
Thalaq: 2]
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Masyarakat modern pada umumnya berpikir rasional mereka sangat percaya pada
kekuatan akal manusia, manusia modern juga sangat terobsesi untuk melakukan
inovasi dan perubahan di segala bidang. Manusia modern sangat terobsesi pada
kecepatan, efektifitas, dan kemudahan dalam segala hal. Karena obsesi ini, waktu
bagi mereka menjadi sedemikian berarti. Mereka cenderung mengandalkan sains
dan teknologi, materialis, terobsesi dengan kebebasan.

B. SARAN

Cara kaum muslim menyikapi modernitas harus selektif, karena modernitas


memiliki sisi positif dan negatif. Kita juga harus mengkaji modernitas secara
objektif dan tidak menyalahi syariat serta memanfaatkan teknologi untuk kegiatan
yang bermanfaat bagi sesama manusia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Al – Quran
2. Razak, Yusron. 2001. Pendidikan Agama Islam. UHAMKA
press.
3. Saleh, Fauzan. Modern Trends in Islamic Theological in
Twentiethcentruy Indonesia: A Critical Survey. Leiden: Brill, 2001
4. http://raudlatina.blogspot.com/2012/03/makalah-islam-dan-
modernitas.html
5. https://abisyakir.wordpress.com/tag/ciri-manusia-modern/
Nama Anggota =
1. Tanjung Pangestu
2. Wahyu Hermawan
3. Rohmatullah

Anda mungkin juga menyukai