Anda di halaman 1dari 13

7

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Persepsi

1. Pengertian

Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan. (Rahmat, 2005). Sedangkan menurut Walgito (2001), mengemukakan

persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang

yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang

berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu.

Persepsi adalah interpretasi yang tinggi terhadap lingkungan manusia

dan mengolah proses informasi tersebut “Human interpret their surroundings

on a higher percive their word through information processing” (Wilson. D,

2000). Pendapat lain dikemukakan oleh Maramis (1998), persepsi adalah

daya mengenal barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan antara hal ini

melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah

pancainderanya mendapat rangsang.

Melihat beberapa pendapat tentang persepsi tersebut dapat

disimpulkan bahwa persepsi adalah proses kognitif yang dialami setiap orang

dalam memahami informasi tentang lingkungannya melalui pancaindera, dan

tiap-tiap individu dapat memberikan arti atau tanggapan yang berbeda-beda.


8

2.3 Proses terbentuknya persepsi

Manusia secara umum menerima informasi dari lingkungan lewat

proses yang sama, oleh karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses

dimana ada informasi yang diperoleh lewat memory organisme yang hidup.

Fakta ini memudahkan peningkatan persepsi individu, adanya stimulus yang

mempengaruhi individu yang mencetus suatu pengalaman dari organisme,

sehingga timbul berpikir yang dalam proses perceptual merupakan proses

yang paling tinggi (Hill. G, 2000).

Menurut Mulyana (2005) persepsi sosial adalah proses menangkap arti

obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan

kita. Manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap mereka

mengandung resiko. Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai

realitas di sekelilingnya. Prinsip penting yang menjadi pembenaran mengenai

persepsi sosial adalah :

a. Persepsi berdasarkan pengalaman

Pola-pola perilaku manusia berdasarkan persepsi mereka mengenai

realitas (social) yang telah dipelajari (pengalaman). Ketiadaan pengalaman

terdahulu dalam menghadapi suatu obyek jelas akan membuat seseorang

menafsirkan obyek tersebut berdasarkan dugaan semata, atau pengalaman

yang mirip.

b. Persepsi bersifat selektif

Alat indera kita bersifat lemah dan selektif (selective attention).

Apa yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian orang lain, atau
9

sebaliknya. Ada kecenderungan kita melihat apa yang kita lihat, kita

mendengar apa yang ingin kita dengar. Atensi kita pada suatu rangsangan

merupakan faktor utama yang menentukan selektivitas kita atas

rangsangan tersebut. Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau

rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli

lainnya melemah.

c. Persepsi bersifat dugaan

Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat

penginderaan tidak pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung

pada kesimpulan. Seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena

kita tidak mungkin memperoleh seperangkat rincian yanng lengkap kelima

indera kita. Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita

menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu

sudut pandang manapun. Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu

proses pengorganisasian informasi yang tersedia, menempatkan rincian

yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu yang

memungkinkan kita memperoleh suatu makna lebih umum.

d. Persepsi bersifat evaluatif

Tidak ada persepsi yang bersifat obyektif, karena masing-masing

melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan

kepentingannya. Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis yang

mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan persepsi bersifat

pribadi dan subjektif yang digunakan untuk memaknai persepsi.


10

e. Persepsi bersifat kontekstual

Konteks merupakan salah satu pengaruh paling kuat. Konteks yang

melingkungi kita ketika kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu

kejadian sangat mempengaruhi struktur kogniif, pengharapan dan oleh

karenanya juga persepsi kita. Interpretasi makna dalam konteksnya adalah

suatu faktor penting dalam memahami komunikasi dan hubungan sosial.

Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan

dan kelengkapan.

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi persepsi

Wilson ( 2000 ) mengemukakan ada faktor dari luar dan dari dalam yang

mempengaruhi persepsi diantaranya sebagai berikut :

a. Faktor eksternal atau dari luar :

1) Concreteness yaitu wujud atau gagasan yang abstrak yang sulit

dipersepsikan dibandingkan dengan yang obyektif.

2) Novelty atau hal yang baru, biasanya lebih menarik untuk di

persepsikan dibanding dengan hal-hal yang baru.

3) Velocity atau percepatan misalnya gerak yang cepat untuk

menstimulasi munculnya persepsi lebih efektif di bandingkan dengan

gerakan yang lambat.

4) Conditioned stimuli, stimuli yang di kondisikan seperti bel pintu,

deringan telepon dan lain-lain.


11

b. Faktor internal atau dari dalam :

1) Motivation, misalnya merasa lelah menstimulasi untuk berespon untuk

istirahat.

2) Interest, hal-hal yang menarik lebih di perhatikan dari pada yang tidak

menarik

3) Need, kebutuhan akan hal tertentu akan menjadi pusat perhatian

4) Assumptions, juga mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman

melihat, merasakan dan lain-lain.

Menurut Rahmat (2005) faktor-faktor personal yang mempengaruhi

persepsi interpersonal adalah:

a. Pengalaman

Seseorang yang telah mempunyai pengalaman tentang hak-hak tertentu

akan mempengaruhi kecermatan seseorang dalam memperbaiki persepsi.

b. Motivasi

Motivasi yang sering mempengaruhi persepsi interpersonal adalah

kebutuhan untuk mempercayai “dunia yang adil” artinya kita mempercayai

dunia ini telah diatur secara adil.

c. Kepribadian

Dalam psikoanalisis dikenal sebagai proyeksi yaitu usaha untuk

mengeksternalisasi pengalaman subyektif secara tidak sadar, orang

mengeluarkan perasaan berasalnya dari orang lain.

Krech dan Crutchfield (1977) menyebutkan persepsi ditentukan oleh

faktor fungsional dan faktor struktural.


12

Faktor-faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu,

kesiapan mental, suasana emosi dan latar belakang budaya, atau sering disebut

faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk

stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli

tersebut.

Sedangkan faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-

efek syaraf yang ditimbulkannya pada system syaraf yang ditimbulkannya

pada system syaraf individu. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat

konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima tidak lengkap, kita akan

mengisinya dengan interpretasi yang berkonsisten dengan rangkaian stimuli

yang kita persepsikan.

B. Masyarakat Pengguna Pelayanan Kesehatan

Masyarakat adalah suatu pranata yang terbentuk karena interaksi antara

manusia dan budaya dalam lingkungannya, bersifat dinamis dan terdiri dari

individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang mempunyai tujuan dan norma

sebagai system nilai. Seseorang sebagai individu dan sebagai anggota keluarga

adalah anggota masyarakat.

Masyarakat dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam

pemenuhan kebutuhan hidupnya. Masyarakat berpengaruh terhadap peningkatan

dan pencegahan suatu penyakit. Ada enam faktor pengaruh masyarakat atau

komunitas terhadap kesehatan anggota masyarakat yaitu tersedianya fasilitas

pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan dan tersedianya fasilitas rekreasi,


13

transfortasi dan komunikasi, tersedianya fasilitas sosial seperti polisi dan

pemadam kebakaran serta nilai dan keyakinan masyarakat.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat pengguna

pelayanan kesehatan adalah masyarakat yang memanfaatkan atau berkunjung ke

Puskemas. Pelayanan kesehatan yang diamaksud, adalah pelayanan kesehatan

yang diberikan oleh tenaga kesehatan termasuk perawat di Poli Umum

Puskesmas.

C. Peran Perawat

Peran adalah pola sikap, perilaku nilai dan tujuan yang diharapkan dari

seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (Keliat,1992). Menurut Kusnanto

(2004) peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang

lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran perawat

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi

keperawatan dan bersifat konstan.

Perawat atau nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang

berarti merawat atau memelihara. Hartley cit. ANA (1999) menjelaskan

pengertian dasar seorang perawat yaitu: seseorang yang berperan dalam merawat

atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injuri dan

proses penuaan.

Organisasi keperawatan sedunia ICN (1973) berpendapat bahwa, ”The

unique function of the nurse is to assist individual, sick or well in the performance

of those activities contributing to health or its recovery (or to a peaceful death) he

would perform unaided of he had necessary strength will or knowledge”


14

yang artinya fungsi unik perawat yaitu melakukan pengkajian pada individu sehat

maupun sakit, dimana segala aktivitas yang dilakukan berguna untuk kesehatan

dan pemulihan kesehatan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Aktivitas ini

dilakukan dengan berbagai cara untuk mengembalikan kemandirian pasien

secepat mungkin”.

Menurut undang-undang kesehatan nomor 23 tahun 1992, perawat

adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan

keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui

pendidikan keperawatan. Perawat dikatakan professional jika memiliki lmu

pengetahuan, bertanggungjawab dan berwewenang secara mandiri atau

berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya.

(Depkes RI, 2002).

Di Indonesia keperawatan sebagai profesi dirumuskan melalui

lokakarya nasional keperawatan tahun 1983. Keperawatan didefinisikan sebagai

bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang meliputi aspek

biologi, psikologi, social, dan spiritual yang bersifat komprehensif ditujukan

kepada individu, keluarga dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit,

mencakup siklus hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Aktivitas keperawatan meliputi peran dan fungsi pemberi asuhan

keperawatan, praktek keperawatan, pengelola institusi keperawatan, pendidikan

klien serta kegiatan penelitian dibidang Keperawatan. (Sieglar, 2000).


15

a. Peran Pelaksana

Peran ini dikenal dengan “care giver”. Peran perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada

klien sebagai individu, keluarga atau masyarakat. Metode yang digunakan

adalah pendekatan pemacahan masalah yang disebut proses keperawatan.

Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai comforter, protector

dan advocate, communicator serta rehabilitator.

Sebagai Comforter perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa

aman kepada klien. Peran sebagai protector dan advocate lebih berfokus pada

kemampuan perawat melindungi dan menjamin hak dan kewajiban klien

terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Peran

sebagai communicator perawat bertindak sebagai penghubung antara klien

dengan anggota kesehatan lainnya, peran ini erat kaitannya dengan keberadaan

perawat mendampingi klien sebagai pemberi asuhan keperawatan selama 24

jam. Sedangkan peran rehabilitator berhubungan erat dengan tujuan

pemberian asuhan keperawatan yakni mengembalikan fungsi organ atau

bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi normal.

b. Peran sebagai Pendidik

Sebagai pendidik perawat berperan mendidik individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat serta tenaga kesehatan atau tenaga kesehatan yang

berada di bawah tanggung jawabnya. Peran ini dapat berupa penyuluhan

kepada peserta klien, maupun bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik

keperawatan, antara sesama perawat atau tenaga kesehatan lain.


16

c. Peran sebagai Pengelola

Sebagai pengelola perawat mempunyai peran dan tanggung jawab

dalam mengelola pelayanan maupun pendidikan keperawatan sesuai dengan

manajemen keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan. Sebagai

pengelola perawat berperan dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan

atau pelayanan keperawatan serta mengorganisasi dan mengendalikan system

pelayanan keperawatan. Mayoritas posisi, lingkup kewenangan dan tanggung

jawab perawat hampir tidak berpengaruh dalam perencanaan dan pengambilan

keputusan.

d. Peran sebagai Peneliti

Sebagai peneliti di bidang keperawatan, perawat diharapkan mampu

mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsif dan metode

penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan

keperawatan. Penelitian dibidang keperawatan berperan dalam mengurangi

kesenjangan penguasaan teknologi dibidang kesehatan, karena temuan

penelitian lebih memungkinkan terjadinya transformasi ilmu pengetahuan dan

teknologi, selain itu penting dalam memperkokoh upaya memantapkan

realisasi keperawatan sebagai profesi dan memajukan profesi keperawatan.

B. Puskesmas

Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional sebagai pusat

pengembangan kesehatan masyarakat dan membina peran serta masyarakat

disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu


17

kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Pelayanan

kesehatan yang diberikan di puskesmas meliputi pelayanan: kuratif/pengobatan,

preventif/upaya pencegahan, promotif/peningkatan kesehatan serta rehabilitatif/

pemulihan kesehatan (Depkes R.I, 1992).

Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan primer yang

melakukan pelayanan preventif, promotif, kuratif, melakukan pelayanan

rehabilitatif,. Oleh sebab itu puskesmas khususnya, dikatakan melakukan

pelayanan kesehatan yang komprehensif (Notoatmodjo, 2003)

Sesuai dengan strategi Indonesia sehat 2010 dan kebutuhan

pembangunan sektor kesehatan di era desentralisasi, Depkes RI sudah menetapkan

Visi Puskesmas yaitu “Terwujudnya Kecamatan sehat 2010. Untuk mewujudkan

visi tersebut Puskesmas harus memanfaatkan kapasitas dan potensi Puskesmas

secara optimal untuk kemudian dikembangkan secara bertahap untuk

mewujudkannya.

Misi puskesmas ialah: Menggerakkan pembangunan berwawasan

kesehatan, memberdayakan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan

kesehatan, menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu. Sesuai

dengan misi tersebut Puskesmas mempunyai fungsi penggerakkan pembangunan

berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam

pembangunan kesehatan,dan pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Upaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

meliputi pelayanan kesehatan masyarakat yang esensial (public health

essentialpublic goods) karena pelayanan kesehatan dasar ini harus menjadi


18

tanggung jawab pemerintah. Semua bentuk pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan oleh Puskemsas tercakup dalam Program Kesehatan Dasar

atau program pokok Puskesmas.

Program kesehatan dasar Puskesmas yang dikembangkan di era

desentralisasi meliputi: promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, Kesehatan Ibu

dan Anak, Perbaikan Gizi, Pemberantasan Penyakit Menular, dan Pengobatan

dasar. Sedangkan Program kesehatan pengembangan merupakan program yang

disesuaiakan dengan permasalahan kesehatan setempat dan atau sesuai tuntutan

masyarakat sebagai program inovatif, yang meliputi: program kesehatan kerja,

program kesehatan manula, program kesehatan jiwa, program kesehatan olah raga

dan lain sebagainya (Depkes. RI, 2001).

Dari uraian diatas jelas bahwa puskesmas adalah satu kesatuan

organisasi yang diberikan kewenangan kemandirian oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota untuk melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan

kesehatan diwilayah kecamatan.

D. Kerangka Konsep

INPUT PROSES OUTPUT


Faktor-faktor yang
mempenagaruhi Peran Perawat: Persepsi Masyarakat
persepsi:  Pelaksana Pengguna Pelayanan
 Faktor  Pendidik kesehatan:
fungsional  Pengelola Klien Poli umum
 faktor struktural  Peneliti
19

C. Kerangka Penelitian

Sangat Baik
Peran Perawat: Persepsi Masyarakat
 Pelaksana Pengguna Pelayanan Baik
 Pendidik kesehatan terhadap
Cukup
Peran Perawat

Kurang

E. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran persepsi masyarakat pengguna pelayanan

kesehatan terhadap peran perawat secara umum di Poli Umum Puskesmas?

2. Bagaimanakah persepsi masyarakat pengguna pelayanan kesehatan

terhadap peran perawat sebagai pelaksana di Poli umum Puskesmas?

3. Bagaimanakah persepsi masyarakat pengguna pelayanan kesehatan

terhadap peran perawat sebagai pendidik di Poli umum Puskesmas?

Anda mungkin juga menyukai