Anda di halaman 1dari 9

KONSEKUENSI EKONOMI DAN TEORY AKUNTANSI POSITIF

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Teori Akuntansi

ERMIDA FERMIANA SONBAY


176020300111026

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVESITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ABSTRACT

This paper aims to explain the importance of positive accounting theory in which the
theory aims to explain and predicted accounting practices. Exposure is equipped with
research that supports and also the underlying theory of positive accounting delivered before
and after Watts and Zimmerman wrote his article in 1990. The paper also describes the
economic consequences related to the emergence of new accounting standards which of
course will affect the selection of the method of accounting by management.

Keywords: positive accounting theory, research supporters and detractors of positive


accounting theory, the economic consequences

ABSTRAK

Makalah ini menjelaskan pentingnya teori akuntansi positif, dimana teori membantu
untuk menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi. Pembukaan dilengkapi dengan
penelitian yang mendukung dan juga mendasari teori akuntansi positif yang dilakukan
sebelum dan setelah Watts dan Zimmerman menulis artikel tersebut di tahun 1990. Makalah
juga menggambarkan konsekuensi ekonomi yang berhubungan dengan munculnya standar
akuntansi baru yang mempengaruhi pemilihan metode akuntansi oleh manajemen.

Kata kunci: teori akuntansi positif, penelitian yang mendukung dan mengkritik teori
akuntansi positif, konsekuensi ekonomi
BAB I

PENDAHULUAN

Atas dasar tujuannya, teori akuntansi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teori
akuntansi normatif yang memberikan formula terhadap praktik akuntansi dan teori akuntansi
positif yang berusaha menjelaskan dan memprediksi fenomena yang berkaitan dengan
akuntansi (Ghozali dan Anis, 2007). Teori normatif yang berada pada normative period, yaitu
periode 1956-1970 (Harahap, 2008: 107) berusaha menjelaskan apa yang seharusnya
dilakukan oleh akuntan dalam proses penyajian informasi keuangan kepada para pemakai dan
bukan menjelaskan tentang apakah informasi keuangan itu dan mengapa hal itu terjadi.
Menurut Nelson (1973) dalam Ghozali dan Anis (2007), teori normatif sering disebut sebagai
teori a priori (dari sebab akibat dan bersifat deduktif).

Pendekatan normatif yang berjaya selama satu dekade ternyata tidak dapat
menghasilkan teori akuntansi yang siap dipakai di dalam praktik sehari-hari. Design sistem
akuntansi yang dihasilkan dari penelitian normatif dalam kenyataannya tidak dipakai dalam
praktik. Sebagai akibatnya muncul anjuran untuk memahami secara deskriptif berfungsinya
sistem akuntansi di dalam praktik nyata. Harapannya dengan pemahaman dari praktik
langsung akan muncul design sistem akuntansi yang lebih berarti (Ghozali, 2000).

Teori normatif berkonsentrasi pada penciptaan laba sesungguhnya (true income)


selama satu periode akuntansi atau terkait tipe informasi yang bermanfaat dalam pengambilan
keputusan (decision-usefulness). Teori true income berkonsentrasi pada penciptaan pengukur
tunggal yang unik dan benar untuk aktiva dan laba. Sedangkan pendekatan decision
usefulness menganggap bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk membantu proses
pengambilan keputusan dengan cara menyediakan data akuntansi yang relevan atau
bermanfaat.

Tuntutan atas adanya pendekatan positif terhadap akuntansi terjadi ketika Jensen
(1976) menyatakan bahwa penelitian dalam akuntansi (dengan satu atau dua pengecualian
yang dapat dicatat) tidak bersifat ilmiah...karena fokus penelitian telah sangat normatif dan
terdefinisi. Selanjutnya Jensen mengharapkan adanya perkembangan suatu teori akuntansi
positif yang akan menjelaskan mengapa akuntansi seperti apa adanya ia, mengapa akuntan
melakukan apa yang mereka lakukan, dan apa pengaruh yang dimiliki fenomena terhadap
penggunaan orang dan sumber daya.

Watt and Zimmerman (1986) mengungkapkan bahwa terdapat tiga alasan mendasar
terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke positif, yaitu 1) ketidakmampuan pendekatan
normatif dalam menguji teori secara empiris, karena didasarkan pada premis atau asumsi
yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris, 2) pendekatan normatif
lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individual daripada kemakmuran
masyarakat luas, 3) pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya
alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam
sistem perekonomian yang mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat
menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara
efisien. Lebih lanjut Watt and Zimmerman menyatakan bahwa dasar pemikiran untuk
menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak
memberikan dasar teoritis yang kuat. Untuk menutupi kelemahan dari teori normatif, Watt
and Zimmerman mengembangkan pendekatan positif yang berlaku dalam specific scientific
period (1970-sekarang).
BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Konsekuensi

Economic consequences adalah salah satu konsep yang menegaskan (selain teory
efisiensi market hipotesis) dimana pilihan kebijakan akuntansi akan mempengaruhi nilai
perusahaan (scott, 2007). Terutama gagasan dari Economic consequences mengenai
kebijakan akuntansi yang dipilih perusahaan, dan mengapa perusahaan memilih mengubah
kebijakan akuntansinya. Hal ini tentu memberikan dampak tersendiri bagi perusahaan,
manajer, kreditor dan pengguna informasi lainnya.

Salah satu bagian yang paling persuasif dari konsekuensi ekonomi ada dalam artikel
Stepen Zeff (1978) dengan judul "The Rise of Economic Consequences". Pertanyaan dasar
yang muncul pada artikel itu masih relevan hingga kini. Zef mendefinisikan konsekuensi
ekononomi sebagai "dampak laporan akuntansi pada perilaku pembuatan keputusan pada
bisnis, pemerintah dan kreditor". Esensi dari definisi tersebut adalah bahwa laporan akuntansi
dapat mempengaruhi keputusan riil yang dibuat oleh manajer (atau pihak lain), daripada
secara sederhana mencerminkan hasil dari keputusan tersebut. Zeff mendokumentasikan
beberapa contoh dimana bisnis, asosiasi industri, dan pemerintah berusaha untuk
mempengaruhi atau telah mempengaruhi standar akuntansi yang dibuat oleh Accounting
Principle Board (pendahulu FASB) dan pendahulunya The Committee on Accounting
Procedure.
"Intervensi pihak ketiga" ini, seperti yang disebut oleh Zeff, memperumit penyusunan
standar akuntansi. Jika kebijakan akuntansi tidak penting, pemilihan kebijakan tersebut akan
dilakukan secara ketat antara badan pembuat standar akuntansi, dan audior yang tugasnya
mengimplementasikan standar, karena mereka adalah bagian utama yang terlibat dalam
pemilihan kebijakan akuntansi. Jika hanya bagian ini yang terlibat, model akuntansi yang
sederhana berdasarkan konsep yang telah diketahui sekarang seperti penyeimbangan biaya
dan pendapatan, realisasi, dan konservatisme, dapat diterapkan dengan baik dengan asumsi
tak ada satupun dari orang-orang yang berkepentingan dalam akuntansi terlibat dalam
pemilihan kebijakan yang akan digunakan.
Zeff (1978) dalam artikelnya yang berjudul “ The rise of Economic” mendefinisikan
kunsekuensi ekonomi sebagai “ the impact of accounting reports on the decision making
behaviour of business, governmen and creditors.” Inti dari defenisi tersebut menjelaskan
bahwa pelaporan akuntansi dapat memberikan dampak secara nyata terhadap pengambilan
keputusan manajer, pemerintahan, kreditor dan pemakai informasi keuangan lainnya. Adanya
interpensi dari pihak ketiga ini seperti zeff sebutkan sangat memperumit setting dari standar
akuntansi. Kaarena apibila kebijakan akuntansi terlepas dari permasalah tersebut maksudnya
bebas dari tendensius manajer, investor atau kreditor. Maka penggunaan standar akuntansi
akan menjadi lebih netral
Salah satu contoh yang dipaparkan zeff yakni di United State dimana perusahaan , asosiasi
Industri, dan pemerintahan mereka berusaha mengatur kebijkana standar akuntansi
sebagaimana yang telah disusun oleh Accounting Standar Board (FASB) yang sebelumnya
merupakan Commite on Accounting Procedure (CAP).

2. Opsi Saham karyawan (Employee Stock option)


Pada tanggal 30 Juni 1993, FASB menerbitkan Exposure Draft mengenai akuntansi opsi
saham baru. Exposure Draft menyatakan bahwa jumlah rupiah kompensasi seharusnya
dicatat untuk seluruh opsi saham, dengan demikian mengurangi laba, dan jumlah rupiah
kompensasi merefleksi nilai wajar opsi ketika dihibahkan. Dua metoda yang sangat umum
untuk mengestimasi nilai wajar adalah model Black-Scholes dan model binomial .
Selanjutnya, pada tanggal 23 Oktober 1995 FASB menerbitkan Statement of Financial
Accounting Standards (SFAS) No. 123 yang mendukung perusahaan mengakui jumlah rupiah
opsi saham, tetapi memberikan alternatif lain untuk mengungkap jumlah rupiah yang
diestimasi dalam catatan atas laporan keuangan.
Program opsi saham karyawan (POSK) adalah salah satu bentuk kompensasi yang
diberikan kepada karyawan, terutama karyawan eksekutif. Kompensasi opsi saham
memberikan manajemen hak untuk membeli sejumlah saham perusahaan pada masa yang
akan datang dengan harga yang ditentukan pada saat opsi ditawarkan sebelum tanggal jatuh
tempo, selama karyawan tersebut masih menjadi karyawan perusahaan (Smith dan
Zimmerman, 1976). Dengan opsi saham, top manajemen diharapkan lebih mampu
mempengaruhi kinerja harga pasar jangka panjang daripada laba jangka pendek. Ketika
perusahaan mengadopsi program opsi saham (yang membutuhkan persetujuan pemegang
saham), dewan direksi secara umum menugaskan administrasi program opsi saham pada
komite kompensasi. Komite kompensasi secara resmi menentukan jumlah lembar opsi dan
penyaatan hibah opsi saham, tetapi terdapat beberapa alasan untuk menyarankan eksekutif
mempengaruhi keputusan tersebut.

3. Teory Akuntansi Postif (The positive Theory of accounting)


Munculnya Economic consequences, menimbulkan pertanyaan mengapa hal itu terjadi.
Untuk menjelaska fenomena ini scott memperkenalkan sebuah teori yang konsisten dengan
eksistensi/keberadaan konsekuensi ekonomi yaiutu Teori Akuntansi Positif (PAT). Untuk
tujuan itu istilah positif disini merujuk pada suatu teori yang berusaha membuat prediksi yang
bagus atas kejadian yang nyata, jadi :

“Teori akuntansi positif (PAT) berkaitan dengan prediksi tindakan seperti pilihan kebijakan
akuntansi oleh perusahaan dan bagaimana perusahaan akan merespon standar akuntansi baru
yang sedang diajukan”

Selama tahun 1970an teori akuntansi mengalami pergeseran kembali kearah metodologi
positif atau empiris. Aliran postif merupakan merupakan paradigma yang dikenal luas
dikalangan akademisi saat ini. PAT atau Teori Akuntansi Positif adalah teori yang
menjelaskan mengapa dan apa yang dilakukan akuntan dalam praktek akuntansi. (what and
why they do), sedangkan teori akuntansi normatif adalah teori yang menjelaskan apa yang
seharusnya dilakukan akuntan (what Should they do). Teori akuntansi postif merupakan studi
lanjut dari teori akuntansi normative karena kegagalan normative menjelaskan fenomena
praktek akuntansi yang terjadi masa kini.

PAT mengambil pandangan bahwa perusahaan mengatur diri mereka sendiri dengan cara
yang palin efisien , sehingga memaksimalkan prospek mereka untuk going concert. Bentuk
palin efisen bagi organisasi bagis ebuha perusahaan tertentu bergantung pada faktor-faktor
seperti lingkungan, perijinan, teknologi, tingkat kompetisi industri. Secara keseluruhan
faktor-faktor ini menentukan sejumlah peluang investasi yang aa bagi perusahaan.
Tokoh teori akuntansi positif adalah Watts dan Zimmerman (1978; 1986; 1990). Dalam
buku mereka yang berjudul “Positive Accoumting Theory”, Watts dan Zimmerman (1986)
memaparkan suatu teori akuntansi yang berusaha mengungkapkan bahwa faktor ekonomi
atau ciri-ciri suatu unit usaha tertentu bisa dikaitkan dengan perilaku manajer para pembuat
laporan keuangan. Watts dan Zimmerman (1986) mengungkapkan variabel akonomi memberi
pengaruh terhadap motivasi manajer untuk memilih suatu metode akuntansi. Mereka
menegaskan bahwa teori akuntansi positif mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perkembangan teori akuntansi. Dengan kata lain PAT mampu menjelaskan dan memprediksi
konsekuensi ekonomi yang terjadi jika manajer menentukan pilihan tertentu. Penjelasan PAT
didasarkan pada proses kontrak, atau hubungan keagenan (agency relationchip) antara
manajer dan kelompok lain seperti investor, kreditor, auditor, pihak pengelola pasarmodal
dan institusi pemerintah.
Pendekatan positif berkaitan dengan usaha menguji atau menghubungkan kemabali
hipotesis atau teori dengan pengalaman atau fakta-fakta dunia nyata. Penelitian akuntansi
positif difokuskan pada pengujian empiric terhadap asumsi-asumsi yang dibuat oleh teoritisi
akuntansi normatif. Misalnya dengan menggunakan kuesioner dan tehnik survey lainnya,
peneliti akan menguji sikap manajer terhadap manfaat metode.tehnik akuntansi tertentu.
Pendekatan khusus dapat dilakukan dengan cara mensurvei pendapat-pendapat analis
keuangan, manajer bank atau akuntan terhadap tugas atau kasus tertentu yang dibuat peneliti.
Dengan formula dari Watts dan Zimmerman (1986) ada 3 hipotesis dalam teori akuntansi
positif :
1. The bonus plan hypothesis. jika perusahaan merencanakan bonus berdasarkan net income,
maka perusahaan tersebut akan memilih prosedur akuntansi yang menggeser pelaporan
earnings masa datang ke periode sekarang.
2. The debt covenant hypothesis: perusahaan cenderung untuk menurunkan rasio
utang/ekuitas dengan cara meningkatkan laba sekarang dengan menggeser dari laba-laba
periode besok. Motivasi perusahaan melakukan ini adalah untuk menghindari kedekatan
terhadap kovenan utang dan untuk mendapatkan suku bunga pinjaman yang lebih rendah,
karena semakin rendah rasio/ekuitas semakin rendah risiko kebangkrutan perusahaan.
3. The political cost hypothesis: perusahaan cenderung untuk menurunkan laba sekarang
dengan menggeser ke laba-laba periode besok. Motivasi perusahaan melakukan ini misalnya
untuk menghindari tekanan politik seperti tuduhan monopoli dengan menunjukkan laba
perusahaan tidak berlebihan seperti yang dicurigai, melobi ke konggres untuk melindungi
industri dari barang impor yang menyebabkan keuntungan industri merosot, menghindari
tuntutan serikat kerja dengan menunjukkan bahwa laba perusahaan menurun dan lain
sebagainya. Perusahaan dapat menurunkan laba dengan merubah metode atau prosedur
akuntansi.
Tiga hipotesis diatas akan memberikan arah pengujian empiris suatu prediksi. Manajer
dengan bonus plan diperkirakan akan memilih kebijakan akuntansi yang kurang konservatif
kalau dibandingkan dengan manajer tanpa bonus plan. Manajer tersebut akan menolak
standar akuntansi yang mengakibatkan pelaporan earnings perusahaannya yang lebih rendah,
karena akan mengakibatkan bonus yang diterima juga rendah. Untuk hipotesis kovenan
utang, juga akan terjadi jika manajer dihadapkan pada rasio utang/modal yang tinggi akan
memilih kebijakan akuntansi yang kurang konservatif karena resiko kebangkrutannya juga
tingii. Pada hipotesis kos politik, manajer perusahaan besar lebih suaka memilih kebijakan
akuntansi yang lebih konservatif dibanding manajer perusahaan kecil. Perusahaan besar juga
cenderung tidak menolak standar baru yang melaporkan income yang lebih rendah. Hipotesis
ini juga ditafsirkan dalam pandangan efisiensi kontrak. Manajer cenderung menolak
kebijakan akuntansi yang dapat meningkatkan volatilitas earnings.

Anda mungkin juga menyukai