BAB II
METODE ANALISIS
Pada bagian ini menjelaskan secara rinci mengenai metode analisa dan penyajian data dalam
pekerjaan Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di
Jabodetabek. Terlebih dahulu secara ringkas dibahas pemahaman terhadap KAK dari pihak
Konsultan sebagai dasar acuan atas metode analisis dan penyajian data yang digunakan
selanjutnya.
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-1
--- LAPORAN ANTARA--
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-2
--- LAPORAN ANTARA--
Mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019, salah satu sasaran
pembangunan transportasi perkotaan adalah meningkatnya kinerja lalu lintas jalan perkotaan yang
diukur dengan kecepatan lalu lintas jalan nasional di kota-kota metropolitan/besar minimal 20 km/
jam. Untuk mencapai sasaran RPJM Pembangunan transportasi perkotaan dimaksud maka perlu
segera dilakukan rencana peningkatan kinerja lalu lintas temasuk di kawasan Jabodetabek sebagai
salah satu kota metropolitan.
Namun perlu diketahui, bahwa Jabodetabek adalah wilayah perkotaan metropolitan, yang
mana pergerakan yang ada sangat besar dipengaruhi oleh wilayah penyangga yaitu Kota Bogor,
Kota Depok, Kota Tangerang, Kota Bekasi, dan kota-kota satelit lainnya. Oleh itu, Oleh itu perlu
adanya prioritas, mengingat jalan bertipe jalan nasional di Jabodetabek cukup banyak. Jalan yang
diprioritaskan didasarkan pada pertimbangan nilai tingkat pelayanan jalan, lingkungan jalan (guna
lahan), dan pertimbangan seberapa penting bahwa jalan tersebut sangat berpengaruh pada
pergerakan yang vital. Sebagai contoh koridor Tangerang – DKI Jakarta via jalan Daan Mogot.
Untuk DED ini menurut pemahaman tim konsultan yaitu sebagai salah satu penanganan
teknis dalam hal manajemen dan rekayasa lalu lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di
Jabodetabek yang mencakup 1) mengumpulkan data mengenai kondisi dan kinerja serta
karakteristik permasalahan di setiap lokasi; 2) mengelompokkan permasalahan yang ada sesuai
dengan karakteristiknya; 3) mengidentifikasi alternative solusi/ kebijakan yang sesuai untuk
menyelesaikan setiap kelompok permasalahan, 4) membuat desain manajemen dan rekayasa lalu
lintas (MRLL) untuk setiap lokasi permasalahan sesuai karakteristiknya.
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-3
--- LAPORAN ANTARA--
Tahap persiapan ini merupakan tahapan yang penting untuk mengawali proses pekerjaan
”Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas Pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek”. Pada
tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut:
Survei ini dilaksanakan setelah pembahasan laporan pendahuluan. Hal ini dikarenakan
agar pemahaman antara konsultan dan pemberi pekerjaan memiliki persepsi yang sama mengenai
lokasi, jenis dan kedalaman survei. Metode yang digunakan untuk survei ini secara umum dengan
visual intepretating tanpa pengukuran dibantu alat GPS untuk membuat peta jalan dan lokasi-
lokasi titik tertentu. Kegiatan survei pendahuluan meliputi:
Survei ini berguna untuk mengetahui KM awal dan KM akhir lokasi pekerjaan. Pedoman yang
digunakan untuk survei ini adalah informasi data jalan nasional koridor utama Jabodetabek
yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. Survei
ini akan mencocokkan data dengan kondisi di lapangan. Survei ini akan menghasilkan peta
jaringan jalan 1 : 15.000 digital yang berasal dari GPS tracking. Survei ini juga akan
menghasilkan perbandingan panjang ruas jalan berdasarkan hasil GPS tracking dengan data
panjang jalan yang ada dari Direktorat Jenderal Bina Marga.
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-4
--- LAPORAN ANTARA--
Survei lokasi persimpangan berguna untuk pendataan lokasi persimpangan, nama simpang,
persinyalan dan tipe simpang. Mengingat banyaknya persimpangan yang ada di lokasi studi,
maka perlu dibatasi definisi persimpangan yang menjadi lokasi studi untuk pendataan yaitu
pertemuan atau percabangan jalan baik sebidang maupun tidak sebidang antara jalan
nasional dengan jaringan jalan primer menurut peranannya sebagai jalan arteri, jalan kolektor
1, jalan kolektor 2 dan jalan kolektor 3 sebagaimana tercantum di dalam Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 248/KPTS/M/2015. Survei ini akan
menghasilkan data lokasi persimpangan dalam bentuk peta digital yang berasal dari GPS
marking maupun data tabular.
Survei ini akan memberikan indikasi mengenai kondisi jalan untuk perhitungan biaya/manfaat
(cost/benefit). Survai untuk setiap jalan penghubung harus dilakukan dengan menggunakan
kendaraan roda empat yang dikendarai dan diukur waktunya pada kecepatan pengendaraan
yang nyaman.
Survei ini dilakukan untuk melakukan pendataan perubahan geometri jalan yang signifikan
untuk mengetahui segmen-segmen dari masing-masing ruas jalan. Perubahaan signifikan
yang dimaksud adalah perubahan jumlah lajur, perubahan lebar jalan, perubahan
ada/tidaknya median, perubahan medan dan penggunaan lahan. Survei ini menggunakan
metode GPS marking sebagai penanda lokasi/titik perubahan geometri jalan. Di dalam formulir
survei dituliskan mengenai deskripsi perubahan yang dimaksud dan di titik/lokasi mana. Survei
ini akan menghasilkan peta segmen jalan berdasarkan perubahan geometri jalan.
Survei penggunaan lahan secara umum kondisi lingkungan hambatan samping berdasarkan MKJI.
Survei utama dilaksanakan pada titik-titik yang sudah ditentukan yang mewakili setiap ruas
jalan. Survei ini meliputi:
Survei ini meliputi survei pencacahan arus lalu lintas berdasarkan jenis kendaraan yang
dilaksanakan pada hari Selasa, Rabu atau Kamis dari pukul 06.00-09.00, pukul 11.00 – 14.00,
dan pukul 15.00 – 18.00 dengan periode waktu 15 menitan.
2) Survei geometrik
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-5
--- LAPORAN ANTARA--
Survei ini dilakukan dengan mengukur bagian-bagian jalan dengan potongan jalan cross
section sampai pada batas ruang milik jalan.
Survei ini dilakukan dengan melakukan pengamatan hambatan samping sesuai dengan jenis
pengunaan lahannya berdasarkan MKJI.
Survei ini dilakukan dengan melakukan pengamatan secara visual dan dideskripsikan
mengenai keadaan sekitar lokasi survei lalu lintas.
5) Pemeringkatan secara proporsional dan setara berdasarkan nama ruas jalan dan/atau
karakteristik panjang km yang homogen dan/atau grouping permasalahan ruas jalan yang
ada;
6) Justifikasi atau dasar penetapan nilai pembobotan terhadap parameter-parameter kinerja ruas
jalan tersebut
Tahap ini akan menjadi masukan dalam penyusunan Laporan Sementara dan Buku Data Hasil
Survei.
Jalan nasional koridor utama yang terpilih untuk dilakukan DED akan dilakukan tahap
survei DED meliputi:
Survei ini akan menginventarisasi perlengkapan jalan sesuai dengan metode pengumpulan
data perlengkapan jalan secara detail.
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-6
--- LAPORAN ANTARA--
Survei ini akan menginventarisasi gangguan ruas jalan berdasarkan jenis penggunaan lahan,
gangguan tepi dan kepadatan lalu lintas pada titik-titk tertentu di ruas/segmen jalan tersebut.
Survei ini akan dilakukan dengan melakukan pengukuran dan penggambaran geometrik jalan
meliputi cross dan long section dengan batas ruang milik jalan dengan jarak interval 100 m.
5) Survei topografi
Survei ini akan dilakukan dengan melakukan pengukuran dan penggambaran topografi
berdasarkan data dari GPS.
5) Rencana dan program pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan
Hasil tahap penyusunan rencana dan program tersebut dapat digunakan sebagai input dalam
penyusunan produk Konsep Laporan Akhir.
1. Deskriptif yaitu menganalisis langsung terhadap keadaan objek studi melalui uraian,
pengertian ataupun penjelasan-penjelasan baik terhadap analisis yang bersifat terukur maupun
yang tidak terukur.
2. Normatif yaitu menganalisis langsung terhadap keadaan yang seharusnya mengikuti suatu
aturan atau pedoman ideal tertentu . Dan aturan tersebut dapat merupakan suatu standar
yang diterapkan oleh instansi tertentu maupun landasan
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-7
--- LAPORAN ANTARA--
3. Komparatif yaitu menganalisis kondisi objek studi melalui uraian dan penjelasan yanf
membandingkan antara asatu dengan lainnya baik terhadap kondisi yang bersifat terukur dan
maupun yang tidak terukur
4. Interpretatif yaitu menganalisis terhadap kondisi objek studi melalui uraian, pengertian
ataupun penjelasan dan analisis yang bersifat terukur maupun tidak terukur.
2.1.3 Acuan
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek
mengacu pada peraturan-peraturan sebagai berikut :
1. Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
2. Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Provinsi sebagai Daerah
Otonomi
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis
Dampak serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas Jalan;
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2011 tentang Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2013 Tentang Jaringan Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan;
3. Peraturan Presiden
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019;
4. Peraturan Menteri
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-8
--- LAPORAN ANTARA--
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2011 tentang Tata Cara Pemeliharaan
dan Pemilikan Jalan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 78 Tahun 2015 tentang Standar Biaya Kementerian
Perhubungan Tahun Anggaran 2015
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 111 Tahun 2015 tentang Tata
Cara Penetapan Batas Kecepatan
5. Keputusan Menteri
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Perhubungan.
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
248/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan dalam Jaringan Jalan Primer menurut
Fungsinya sebagai Jalan Arteri (JAP) dan Jalan Kolektor Primer-1 (JKP-1)
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-9
--- LAPORAN ANTARA--
2.1.4 Keluaran
Dipahami indikator keluaran kegiatan Penyusunan DED (Detailed Engineering Design)
Penataan Jalan Nasional Koridor Utama Jabodetabek adalah sebagai berikut:
b. Terselanggaranya manajemen dan rekayasa lalu lintas yang baik, sesuai dan tertib terutama
pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek
c. Terwujudnya kelancaran dan keselamatan arus lalu lintas dan angkutan jalan di Jalan Nasional
Koridor Utama Jabodetabek
2.1.5 Sasaran
Dalam KAK tidak disebutkan sasaran dari pekerjaan Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada
Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek, namun Tim Konsultan memahami bahwa sasaran
dari pekerjaan ini adalah untuk memberikan solusi atas permasalahan lalu lintas dan transportasi di
ruas Jalan Nasional Koridor Utama Jabodetabek melalui penanganan manajemen rekayasa lalu
lintas yang lebih detail.
2.1.6 Manfaat
Seperti sasaran diatas, manfaat dalam KAK pun tidak disebutkan dalam KAK. Namun demikian Tim
Konsultan pahami bahwa manfaat yang akan dihasilkan Produk Laporan Akhir pekerjaan
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas Pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek, adalah
sebagai beriku:
4) peningkatan kinerja lalu lintas dan transportasi di ruas Jalan Nasional Koridor Utama
Jabodetabek yang artiya menunjang efisiensi perekonomian nasional.
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-10
--- LAPORAN ANTARA--
Pekerjaan “Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas Pada Jalan Nasional Koridor Utama di
Jabodetabek” pada prinsipnya bertujuan mengidentifikasi kondisi Jalan Nasional Koridor Utama di
Jabodetabek, mengetahui kebutuhan akan perlengkapan jalan, manajemen dan rekayasa lalu lintas
pada koridor terpilih, mengetahui spesifikasi teknis perlengkapan jalan yang dibutuhkan, serta
menyusun RAB sesuai hasil analisis dari pekerjaan ini. Dalam rangka mencapai hasil akhir tersebut,
maka diperlukan pendekatan pemikiran/ pemahaman bersama yang terkonsep menunjukkan
proses input dan output data dan analisis sesuai dengan tahapan-tahapan yang diharapkan
pemberi pekerjaan.
Berdasarkan pemahaman tim konsultan, Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas Pada Jalan
Nasional Koridor Utama di Jabodetabek, dilakukan secara bertahap, yaitu:
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-11
--- LAPORAN ANTARA--
Data sekunder dan primer kondisi Jalan Nasional Koridor Utama Jabodetabek akan
dipadukan untuk mendapatkan ketajaman dari analisis yang dilakukan. Berdasarkan
data di atas, dilakukan analisis yang akan menghasilkan data Jalan Nasional Koridor
Utama Jabodetabek secara lengkap mulai dari tingkat pelayanan jalan, kondisi
lingkungan jalan, dan permasalahan yang terjadi di lapangan. Langkah selanjutnya
adalah memilih/ prioritas terhadap jalan yang akan dilakukan rencana DED Penataan
Lalu Lintas.
Sebelum melangkah pada langkah selanjutnya, tim konsultan perlu adanya pemahaman
yang sama dengan pihak pemberi pekerjaan. Pemahaman tersebut adalah:
Setiap opsi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, akan tetapi semua ini masih bisa
disepakati bersama, dilakukan agar persepi dan kegiatan selanjutnya tidak terganggu. Namun
demikian berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan antara Tim Konsultan dengan pihak
Pemberi Kerja, disepakati bersama bahwa prioritas pemilihan ruas Jalan Nasional Koridor Utama di
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-12
--- LAPORAN ANTARA--
Jabodetabek yang akan ditindaklanjuti dengan kegiatan survey adalah untuk Opsi Kedua. Dalam
hal ini telah dilakukan terlebih dahulu penentuan koridor terpilih yang menjadi prioritas survey dan
dilakukan analisa lebih lanjut. Penentuan koridor terpilih Jalan Nasional Koridor Utama di
Jabodetabek akan secara detail dibahas pada bab berikutnya.
Berikut alur penentuan prioritas pemilihan Jalan nasional koridor utama Jabodetabek yang akan
dilakukan DEDnya dalam pekerjaan Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas Pada Jalan Nasional
Koridor Utama di Jabodetabek ini dapat dijelaskan pada gambar berikut:
Data Sekunder
Data Sekunder Jalan Nasional Koridor Utama
Jalan Nasional Koridor Utama Jabodetabek
Jabodetabek
SPESIFIKASI TEKNIS
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-13
--- LAPORAN ANTARA--
Pengelompokan Kinerja 47
Peraturan Direktur Jenderal Ruas Jalan berdasarkan 3 Data Statis
Perhubungan Darat Nomor kelas: ’baik’, ’sedang’, dan LHR
’buruk’ Kecepatan
Tata Guna Lahan Makro
Pemilihan Ruas Jalan Luar Kota
dengan kriteria berdasarkan
penggunaan lahan dan
kecepatan perjalanan Survei Lapangan
Traffic Counting
Kecepatan dan Waktu
Perjalanan
Ruas Jalan Nasional Koridor Tata Guna Lahan Mikro
Utama di Jabodetabek sesuai Geometrik Jalan
kewenangan Ditjen.
Perhubungan Darat
Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM Data Dinamis
96 Tahun 2015 tentang VCR
Manajemen dan Rekayasa Analisis Mikro Kecepatan
Lalu Lintas Penilaian terhadap sub ruas Tata Guna Lahan Mikro
dari ruas jalan nasional Geometrik Jalan
Skoring
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-14
--- LAPORAN ANTARA--
Permasalahan
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-15
--- LAPORAN ANTARA--
4. Kebijakan teknis MRLL - Hasil no 1,2 dan 3 Multi Criteria Analysis - Jenis penanganan
- Teknik-teknik yang tepat untuk
pemecahan masalah setiap lokasi
- Prioritas program
penanganan
masalah
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-16
--- LAPORAN ANTARA--
Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data, baik data primer maupun sekunder akan
digunakan metode yang berbeda, dipengaruhi pula jenis data yang dibutuhkan dalam proses
penyusunan pekerjaan ini.
Sesuai dengan KAK dan berpedoman kepada KM 14/2006 maka untuk keperluan manajemen lalu
lintas di ruas Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek ini diperlukan data-data sebagai
berikut:
1. Data dimensi dan - Panjang ruas jalan Input bagi proses - Survey
geometric jalan - Lebar jalan identifikasi masalah Inventarisasi
- Jumlah lajur lalu lintas dan pelaksanaan jalan
- Lebar bahu jalan DED - Data IRMS
- Lebar trotoar Formatted: Font: 9 pt
- Lebar drainase Formatted: List Paragraph
- Alinyemen horizontal
- Alinyemen vertikal
2 Data perlengkapan Jumlah, jenis dan kondisi Input bagi proses - Survey
jalan perlengkapan jalan terpasang identifikasi masalah kebutuhan
dan pelaksanaan perlengkapan
- Rambu
DED jalan
- Marka
- Data Sekunder di
- APILL
Kemenhub Formatted: Font: (Default) Tahoma, 9 pt
- JPO,dlsb
3 Data lalulintas - Volume dan komposisi Input bagi proses - Survey traffic
lalulintas identifikasi masalah count
- Operating speed dan pelaksanaan - Survey travel
- Average overall travelspeed DED time
- Gang guan samping - Survey
- Operasi alat pemberi isyarat invnetarisasi
lalulintas jalan
- Jumlah dan lokasi kejadian - Data IRMS
pelanggaran berlalulintas - Data Sekunder di
Kemenhub
- Data di
kepolisian
Untuk memperoleh data seperti yang diharapkan mengacu pada Tabel 2.2 diatas maka perlu
dilaksanakan beberapa survey baik primer maupun sekunder.
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-17
--- LAPORAN ANTARA--
Persiapan pengumpulan data dilakukan setelah menentukan lokasi ruas jalan sebagai
lokasi survei data primer. Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan yaitu:
Data sekunder merupakan data hasil olahan yang dilakukan oleh instansi terkait. Jenis data
sekunder yang dibutuhkan antara lain:
Data-data lain yang sifatnya menunjang seperti kondisi dan permasalahan lalu lintas di
sepanjang Jalan Nasional Koridor Utama Jabodetabek
Metode pengumpulan data sekunder adalah dengan mendatangi instansi pemerintah maupun
dengan mengumpulkan data-data penunjang dari sumber lain seperti perpustakaan dan internet.
Instansi yang terlibat dalam pencarian data sekunder adalah:
Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Direktorat Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;
Pada survei data sekunder ini juga dilakukan wawancara terhadap pihak-pihak terkait dengan
manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan atau pihak terkait lainnya untuk mendapatkan
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-18
--- LAPORAN ANTARA--
masukan mengenai persepsi mereka mengenai permasalahan dan solusi alternative yang bisa
diberikan.
a) Tahap Survei Pendahuluan. Survei pendahuluan digunakan untuk mengetahui ruas jaringan
jalan nasional yang termasuk koridor utama Jabodetabek dari awal lokasi survei sampai akhir
lokasi survei. Survei pendahuluan dilaksanakan dengan tujuan memperoleh gambaran umum
kondisi dan permasalahan lalu lintas yang menjadi titik-titik ruas jalan dan persimpangan
bermasalah yang prioritas untuk dilakukan survei utama.
b) Tahap Survei Utama. Tahapan ini meliputi survei arus lalu lintas, survei geometri, survei
pengaturan lalu lintas dan survei kondisi lingkungan dan hambatan samping yang secara
terinci dan terstruktur. Survei ini menggunakan perlengkapan survei dan form survei yang
secara khusus ataupun yang telah dimodifikasi untuk kebutuhan di lapangan telah disediakan
dalam MKJI sesuai dengan jenis ruas dan persimpangan.
c) Tahap Survei DED. Tahapan ini meliputi survei perlengkapan jalan, survei geometri rinci, survei
penggunaan lahan, survei topografi dan survei gangguan ruas jalan.
Pengumpulan data dan informasi permasalahan dan kondisi lalu lintas dilakukan pada tahap
survei pendahuluan. Metode survei yang digunakan adalah dengan menggunakan camera
digital maupun handycam untuk merekam kondisi aktual di ruas jalan persimpangan. Selain
itu, juga dilengkapi dengan lokasi peta dan uraian secara deskriptif yang dilakukan pada saat
pengambilan gambar.
Metode pengumpulan data primer merupakan pengumpulan data secara langsung dari
subjek/objeknya. Cara memperoleh data primer dalam penelitian ini adalah menggunakan
teknik observasi lapangan. Data yang akan diperoleh dengan metode pengumpulan data
primer ini meliputi data kondisi geometrik dan lalu lintas di persimpangan. Data primer ini
sifatnya sebagai data penunjang dalam proses analisis pada kegiatan ini. Data yang diperoleh
dengan metode pengumpulan data primer ini bersumber dari pengamatan lapangan.
Teknik pengumpulan data primer merupakan pengumpulan data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, yang dalam studi ini dilakukan melalui pengamatan (observasi) langsung di
lapangan. Observasi lapangan dalam Teknik pengumpulan data primer yang akan dilakukan
pada studi ini meliputi 2 (dua) cara, yaitu :
1) Pemotretan Lapangan
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-19
--- LAPORAN ANTARA--
Merupakan salah satu teknik survei primer yang dilakukan dengan cara observasi ke
lapangan dengan alat bantu camera untuk mendapatkan kondisi eksisting obyek di
wilayah studi. Kegiatan observasi ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas kondisi
obyek yang akan difoto serta untuk mendapatkan bukti otentik kondisi eksisting obyek
observasi. Perangkat yang digunakan adalah alat bantu yang diperlukan dalam
pelaksanaan survei dalam hal ini pemotretan. Perangkat yang digunakan diantaranya
adalah form pemotretan, camera foto, dan alat tulis. Berikut ini merupakan obyek-obyek
observasi yang akan dipotret, antara lain kondisi lalu lintas kendaraan dan antrian,
kondisi lalu lintas pejalan kaki, kondisi fisik prasarana jalan dan persimpangan serta
kondisi fasilitas perlengkapan jalan. Surveyor mendatangi wilayah studi yang dimaksud
dan memulai aktivitas pendataan.
2) Pengamatan Visual
Observasi visual adalah observasi dengan melakukan pengamatan suatu obyek secara
langsung di lapangan. Metode ini memerlukan ketelitian dan kejelian untuk mengamati
dan memetakan kondisi lapangan untuk mendukung data dan analisis. Observasi visual
ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan permasalahan lalu lintas dan fisik prasarana
persimpangan. Observasi visual membutuhkan perangkat seperti form visual, peta
orietasi studi dan alat tulis. Surveyor mengkompilasi hasil pemetaan observasi untuk siap
diolah dan disajikan
e) Data Geometrik, Pengaturan Lalu Lintas, Kondisi Lingkungan di Ruas Jalan
Data yang terkait dengan ruas jalan dan persimpangan yaitu geometrik, arus lalu lintas,
pengaturan lalu lintas, persinyalan, spot speed, tundaan, kondisi lingkungan (hambatan
samping) di persimpangan dilakukan dalam waktu yang sama di lokasi yang sama.
1) Formulir Survei Lapangan
Formulir survei yang disedikan sesuai dengan jenis survei lapangan yang akan dilakukan,
meliputi:
Formulir Survei inventarisasi ruas jalan dan persimpangan;
Formulir Survei Volume Lalu Lintas di ruas jalan ( Penentuan titik pada terbiasnya arus
lalu lintas );
Survei Waktu Tempuh Perjalanan;
Survei Topografi;
Survei Geometrik Jalan;
Survei Tata Guna Lahan;
Inventarisasi gangguan ruas jalan seperti pasar tumpah, sekolah, dan atau daerah
rawan yang berpotensi terhadap kemacetan, dilengkapi dengan gambar dan
dokumentasi;
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-20
--- LAPORAN ANTARA--
Inventarisasi fasilitas perlengkapan jalan pada persimpangan dan ruas jalan pada
segmen tersebut;
2) Formulir Analisa
Untuk melakukan analisa hasil survei secara efektif, efisien dan sesuai dengan kebutuhan,
maka diperlukan formulir analisa yang telah disediakan MKJI.
i. Jalan Perkotaan
Pengumpulan Data Jalan Perkotaan mengacu pada formulir yang disediakan dalam
MKJI, yaitu:
UR-1 Data Masukan:
- Kondisi umum
- Geometri jalan
UR-2 Data Masukan (lanjutan):
- Arus dan komposisi lalu lintas
- Hambatan samping
UUR-3 Analisa:
- Kecepatan arus bebas kendaraan iringan
- Kapasitas
- Kecepatan kendaraan ringan
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-21
--- LAPORAN ANTARA--
Pengumpulan Data Fasilitas Perlengkapan Jalan di ruas jalan dan persimpangan mengacu pada
formulir yang disediakan dalam Keputusan Jenderal Perhubungan Darat Nomor :
SK.141/AJ.004/DRJD/97 tentang Petunjuk Teknis Survei Kebutuhan Perlengkapan Jalan.
Formulir survei yang disediakan yaitu:
3) delinator;
4) marka jalan;
5) paku jalan;
6) cermin tikungan;
Pendahuluan
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-22
--- LAPORAN ANTARA--
Dalam penyusunan manajamen dan rekayasa lalu lintas di jalan, database mengenai
aspek-aspeknya sangat dibutuhkan dengan sangat aurat. Data-data yang terkait dengan
manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan seperti data ruas jalan, persimpangan, lokasi
permasalahan dan lokasi perlengkapan jalan dapat diperoleh dari survei lapangan
menggunakan alat GPS. Data tersebut terkompilasi dalam bentuk peta yang dibutuhkan
terutama peta digital dengan tingkat keakuratan, sistem koordinat dan skala yang benar.
Seiring dengan kemajuan teknologi, banyak ditemukan alat-alat canggih untuk
memudahkan kegiatan manusia, misalnya dalam pembuatan peta. Dalam pembuatan peta
kita membutuhkan keakuratan data mengenai posisi suatu tempat dengan mengetahui
koordinat titik suatu tempat.
GPS (Global Potitioning System) merupakan hasil teknologi yang berkembang dan
mengalami kemajuan yang pesat dalam beberapa dasawarsa ini. Pertama kali, GPS
digunakan oleh pemerintah Amerika Serikat untuk keperluan militer dan belum bisa
digunakan oleh penduduk sipil. GPS merupakan alat navigasi yang berguna untuk
menentukan koordinat GPS di seluruh permukaan bumi. Selain untuk menentukan
koordinat, GPS juga bisa digunakan untuk mengukur kecepatan dan ketingian suatu
tempat dari permukaan air laut dimana GPS itu berada.
GPS bekerja dengan bantuan satelit navigasi yang berjumlah sekitar 32 unit dengan
menerima sinyal dari satelit. Untuk menentukan suatu koordinat minimal dibutuhkan dua
satelit, sedangkan untuk menentukan koordinat serta ketinggian GPS diperlukan minimal
tiga satelit. Jumlah sinyal satelit yang diterima sangat menentukan akurasi dari koordinat
dan ketinggian tempat. Untuk wilayah Indonesia, sinyal yang diterima satelit relatif banyak
sekitar 7 – 10 satelit sehingga akurasi data GPS relatif tinggi bisa dibawah 15 meter.
Faktor lain yang menentukan akurasi GPS adalah penghalang yang menghalangi sinyal
satelit yang dipancarkan. Penghalang satelit dapat berupa pohon, lokasi GPS, gedung dan
sebagainya. GPS hanya dapat digunakan untuk navigasi jika berada di luar ruangan.
GPS dapat dibagi dua, pertama GPS navigasi yang berguna untuk mengetahui posisi GPS.
Akurasi GPS navigasi kurang mendekati sempurna. Kedua adalah GPS geodesi yang
mempunyai keakuratan data yang sempurna.
Untuk membuat peta jalan dengan skala kecil skala provinsi, dapat menggunakan GPS
navigasi dengan metode tracking system. Peta yang dihasilkan dapat mencapai skala 1 :
15.000. Metode tracking system adalah metode penelusuran jalan dengan menggunakan
GPS secara aktif (on/menyala) secara terus menerus sehingga menghasilkan data vektor
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-23
--- LAPORAN ANTARA--
berupa jaringan jalan yang tersimpan di dalam GPS. Data vektor tersebut dapat diolah
dengan software komputer dan di-convert ke dalam format lain yang dibutuhkan.
007 #
027
#
003 #
008 #
026
#
025 #
029
024 #
009 #
014 #
#
015 #
012 011
#
#
023
022 #
016 #
021 028
017 #
#
#
020 #
#
018
Alat yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah GPS eMap yang diproduksi oleh
GARMIN Corporation.
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-24
--- LAPORAN ANTARA--
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-25
--- LAPORAN ANTARA--
- Untuk pindah lokasi, GPS tidak perlu dimatikan, setelah sampai di lokasi lain, tunggu
beberapa saat lalu cacat kembali;
- Untuk mematikan alat tekan dan tahan tombol POWER.
Pada tabel berikut secara ringkas menjelaskan masing-masing metode survey yang akan
dilaksanakan dalam pekerjaan ini
3. Survey inventarisasi Tata Cara Survey Inventarisasi Jalan Survey dilakukan pada setiap lokasi
jalan dan Jembatan Kota No yang diidentifikasi berpotensi
016/T/BNKT/1990 masalah untuk mendapatkan data
mengenai dimensi dan geometric
jalan
4. Survey kebutuhan Petunjuk Teknis Survey Kebutuhan Survey dilakukan pada setiap lokasi
perlengkapan jalan Perlengkapan Jalan (SK Dirjen Hubdat yang diidentifikasi membutuhkan
No SK 141/AJ/DRDJ/97 perbaikan/ pemasangan
perlengkapan jalan
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-26
--- LAPORAN ANTARA--
5. Survey traffic count Tata cara pelaksanaan Survey Survey dilakukan selama 3x24 jam
Penghitungan Lalu Lintas Cara Manual (2 hari kerja satu hari libur)
( No 016/ T/BNKT/1990) dimana surveyor mencacah jumlah
kendaraan yang melintasi suatu
ruas/ kaki persimpangan sesuai
dengan klasifikasinya
6. Survey travel time Panduan survey dan perhitungan Survey dilakukan selama 2 hari
waktu perjalanan lalu lintas (No dimana surveyor akan melakukan
001/T/BNKT/1990 survey kendaraan mengambang
(floating car) dan menghitung
waktu perjalanan kendaraan dari
suatu titik ke titik lainnya
Untuk dapat menganalisis kinerja jalan arteri primer yang menjadi pokok kajian dari pekerjaan ini,
maka diperlukan tolak ukur yang merupakan batasan dari kinerja jalan, yang diperoleh dari hasil
kajian dari beberapa literatur yang telah diakui oleh Pemerintah.Tolok ukur kinerja jalan arteri
primer dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut
Tabel 2.4 Tolok Ukur Kinerja Jalan Jalan Arteri Primer
No Indikator Batasan Keterangan
4. Kelas hambatan Rendah Pada PP 34/2006 disebutkan bahwa lalu lintas jarak jauh
samping tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas
lokal dan kegiatan lokal. Dalam MKJI kondisi tersbut
dikenal sebagai kelas hambatan samping yang rendah
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-27
--- LAPORAN ANTARA--
8 Jarak antar jalan akses > 500 m Pada PP 34/2006 disebutkan akses dibatasi sedangkan
pada pedoman penataan ruang (Pd.S-01-2004-B)
disebutkan jarak akses > 500 m
Kinerja ruas jalan ditunjukan oleh indikator yang saling berhubungan, yakni kapasitas, kecepatan
dan kepadatan (V/C) . Untuk mengetahui kinerja ruas jalan proses analisisnya dapat dilihat pada
Gambar 2.6 yang merupakan bagan alir dari analisa jalan luar kota yang diambil dari Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997).
TIDAK
Akhir Analisa
Gambar 2.6 Bagan Alir Analisa Jalan Luar Kota (Sumber Bab Jalan Luar Kota, MKJI 1997
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-28
--- LAPORAN ANTARA--
Adapun rumusan untuk melihat kecepatan actual di ruas jalan pada kondisi lalu lintas
tertentu disampaikan sbb :
V : 0,5 x FV X (1+(1-D/C) 0,5
Dimana V adalah kecepatan ruas dengan arus sebesar D (smp/jam) dan FV adalah free
flow speed (km/jam), sedangkan C menyatakan kapasitas ruas jalan yang bersangkutan
dalam smp/jam. Karakteristik persamaan tersebut mendekati kondisi yang diisyaratkan
pada MKIJ 1997 dimana ketika kapasitas tercapai, kecepatan pada ruas yang
bersangkutan bernilai setengah dari free flow speed nya
3. Analisa Kepadatan Lalulintas
Kepadatan lau lintas dihitung dengan membagi volume lalu lintas (smp/jam) dengan
kapasitas pada ruas jalan tersebut (smp/jam) sehingga diperoleh suatu rasio yang disebut
dengan V/C Ratio atau dirumuskan sebagai berikut :
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-29
--- LAPORAN ANTARA--
Dimana D (smp/jam) adalah lalu lintas di ruas jalan yang bersangkutan dan C menyatakan
kapasitas ruas jalan yang bersangkutan dalam smp/jam.
Kinerja persimpangan bersinyal dapat dinyatakan dalam derajat kejenuhan, panjang antrian dan
hambatan (delay). Kinerja persimpangan ini dilakukan untuk setiap pendekat. Untuk mengetahui
kinerja dari simpang bersinyal, proses analisisnya dapat dilihat pada Gambar 2.7 yang merupakan
bagan alir dari analisa simpang bersinyal yang diambil dari Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI
1997).
LANGKAH D : KAPASITAS
D-1 Kapasitas
D-2 Keperluan untuk perubahan
Gambar 2.7 Bagan Alir Analisa Simpang Bersinyal (Sumber Bab SImpang rsinyal, MKJI 1997)
Kinerja persimpangan bersinyal dapat dinyatakan dalam derajat kejenuhan, panjang antrian dan
hambatan (delay). Kinerja persimpangan ini dilakukan untuk setiap pendekat.
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-30
--- LAPORAN ANTARA--
DS = Q/C
Dimana
Q Arus lalu lintas pendekat (smp/ jam)
C Kapasitas persimpangan smp/ jam
C = S x g/C
Dimana :
S = Arus jenuh yang disesuaikan yang dihitung dengan persamaan :
c = ∑g + LTI
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-31
--- LAPORAN ANTARA--
DT = c x A + NQ1 x 3600
C
Dimana :
DT = Tundaan lalu lintas rata-rata (detik/ smp)
C = Waktu siklus yang disesuaikan (detik)
A = 0,5 x (1 – GR)2
(1 – GR x DS)
DG = (1 – PSV ) x PT x 6 + (Psv x 4)
Dimana :
DG = Tundaan geometric rata-rata untuk pendekat (detik/smp)
Psv = Rasio kendaraan terhenti pada pendekat = Min (NS.1)
PT = Rasio kendaraan berbelok pada pendekat
Sehingga diperoleh tundaan rata-rata D = DT +DG
3. Hitung tundaan total dalam detik dengan mengalikan tundaan rata-rata dengan arus lalu
lintas
4. Hitung tundaan rata-rata untuk seluruh simpang (D1) dengan membagi jumlah nilai
tundaan dengan arus total dalam detik dengan mengalikasn tundaan rata=rata dengan
arus lalu lintas.
Metode dan prosedur yang digunakan dalam MKJI untuk menganalisa simpang tak
bersinyal adalah bersifat empiris, karena perilaku lalu lintas pada simpang tak bersinyal dalam hal
aturan memberi jalan , disiplin lajur dan aturan antri yang sangat sulit digambarkan dalam suatu
model perilaku seperti model berhenti/ beri jalan yang berdasarkan pada pengambilan celah.
Perilaku lalu lintas di Indonesia rata-rata hampir dua pertiga dari seluruh kendaraan yang datang
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-32
--- LAPORAN ANTARA--
dari jalan minor melintasi simpang dengan perilaku “tidak menunggu cela” dan celah kritis yang
kendaraan tidak memaksa lewat sekitar 2 detik.
Metode ini memperkirakan pengaruh terhadap kapasitas dan ukuran-ukuran terkait lainnya
akibat kondisi geomerik, lingkungan dan kebutuhan lalu lintas. Untuk mengetahui kinerja dari
simpang tak bersinyal, proses analisanya dapat dilihat pada Gambar 2.8 yang merupakan bagan
alir dari analisa simpang tak bersinyal yang diambil dari Manual Kapasitas Jalan Nasional (MKJI,
1997).
PERUBAHAN
LANGKAH B : KAPASITAS
B-1 Lebar pendekat dan tipe simpang
B-2 Kapasitas dasar
B-3 Faktor penyesuaian lebar pendekat
B-4 Faktor penyesuaian median jalan utama
B-5 Faktor penyesuaian ukuran kota
B-6 Faktor penyesuaian tipe lingkungan, hambatan
samping dan kendaraan tidak bermotor
B-7 Faktor penyesuaian belok kiri
B-8 Faktor penyesuaian belok kanan
B-9 Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor
B-10 Kapasitas
YA
LANGKAH C : PERILAKU LALU-LINTAS
C-1 Derajat kejenuhan
C-2 Tundaan
C-3 Peluang antrian
C-4 Penilaian perilaku lalu lintas
TIDAK
Akhir Analisa
Metode dan prosedur yang diuraikan dalam MKJI mempunyai dasar empiris, karena perilaku lalu
lintas pada simpang tak bersinyal dalam hal aturan memberi jalan, disiplin lajur dan aturan antri
sangat sulit digambarkan dalam suatu model perilaku seperti model berhenti/ beri jalan yang
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-33
--- LAPORAN ANTARA--
berdasarkan pada pengambilan celah. Hasil yang paling menentukan dari perilaku lalu lintas adalah
bahwa rata-rata hampir dua pertiga dari seluruh kendaraanyang datang dari jalan minor melintasi
simpang dengan perilaku “tidak menunggu celah” dan celah kritis yang kendaraan tidak memaksa
lewat adalah sangat rendah yaitu sekitar 2 detik.
Metode ini memperkirakan pengaruh terhadap kapasitas dan ukuran-ukuran terkait lainya akibat
kondisi geometri, lingkungan dan kebutuhan lalu lintas.
a. Kapasitas
Kapasitas total untuk seluruh lengan simpang adalah hasil perkalian antara kapasitas dasar (CO)
yaitu kapasitas pada kondisi tertentu (ideal) dan faktor-faktor penyesuaian (F) dengan
memperhitungkan pengaruh kondisi lapangan terhadap kapasitas. Bentuk model kapasitas
menjadi sebagai berikut.
Manual Indonesia tidak berdasarkan metode pengambilan celah dan tidak ada perbedaan
yang jelas antara jalan utama dan jalan minir. Karena manual juga tidak memungkinkan
perhitungan kapasitas pendekat melainkan kapasitas simpang, maka sudut belok pendekat
tidak dipergunakan.
b. Derajat Kejenuhan
DS = Qsmp/ C
Dimana :
Qsmp = Arus total (smp/jam) dihitung sebagai berikut :
Qsmp = Qkend x Fsmp
Fsmp = Faktor smp, dihitung sebagai berikut :
Fsmp = (empLV x LV%+empHV x HV% + empMC x MC%)/100
empLV,LV%, empHV,HV%,empMC dan MC% adalah komposisi lalu lintas untuk kendaraan
ringan, kendaraan berat dan sepeda motor
C = Kapasitas (smp/jam)
c. Tundaan
Tundaan pada simpang dapat terjadi karena sua sebab :
1) Tundaan Lalu Lintas (DT)
Akibat interaksi lalu lintas dengan gerakan yang lain dalam simpang
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-34
--- LAPORAN ANTARA--
Tundaan lalu lintas simpang (simpang tak bersinyal, simpang bersinyal dan bundaran)
dalam manual adalah berdasarkan anggapan-anggapan sebagai berikut :
Kecepatan referensi 40 km/jam
Kecepatan belok kendaraan tak terhenti 10 km/jam
Tingkat percepatan dan perlambatan 1.5m / det 2
Kendaraan terhenti mengurangi kecepatan untuk menghindari tundaan
perlambatan, sehingga hanya menimbulkan tundaan percepatan
Tundaan meningkat secara berarti dengan arus total, sesuai dengan arus jalan utama
dan jalan minor dan dengan derajat kejenuhan. Hasil pengamatan menunjukkan tidak
ada perilaku “pengambilan celah’ pada arus yang tinggi. Ini berati model barat yaitu
lalu lintas jalan utama berperilaku berhenti / memberi jalan , tidak dapat diterapkan (di
Indonesia). Arus keluar stabil maksimum pada kondisi tertentu yang ditentukan
sebelumnya, sangat sukar ditentukan , karena variasi perilaku dan arus keluar sangat
beragam. Karena itu kapasitas ditentukan sebagai arus total simpang dimana tundaan
lalu lintas rata-rata melebihi 15 detik/ smp, yang dipilih pada tingkat probabilitas berati
untuk tiap titik belok berdasarkan hasil pengukuran lapangan; (nilai 15 detik/smp
ditentukan sbeelumnya). Nilai tundaan yang didapat dengan cara ini dapat digunakan
bersama dengan nilai tundaan dan waktu tempuh dengan cara dari fasilitas lalu lintas
lain dalam manual ini, untuk mendapatkan waktu tempuh sepanjang rute jaringan jika
tundaan geometric di koreksi dengan kecepatan ruas sesungguhnya.
d. Peluang Antrian
Peluang antrian ditentukan dari kurva peluang antriab/ derajat kejenuhan secara empiris.
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-35
--- LAPORAN ANTARA--
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah teknik purposive sampling yaitu teknik
sampling yang memiliki tujuan tertentu dan didasarkan pada ciri yang dianggap mempunyai
hubungan erat dengan ciri populasi. Pemilihan dari populasi dalam rangka pengambilan sampel
yang mempunyai sifat-sifat populasi yang dikehendaki perlu dilakukan dalam pekerjaan ini,
sehingga sifat-sifat populasi harus diketahui terlebih dahulu (Singarimbun, 1988). Berdasarkan
kondisi ruas jalan nasional pada koridor utama Jabodetabek maka disusunlah beberapa variabel
sebagai dasar pertimbangan dalam melakukan pemilihan 14 (empat belas) ruas jalan bermasalah
dengan kinerja terendah yang akan dilakukan DED Manajemen Lalu Lintasnya. Adapun variabel-
variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keterkaitan dengan keberadaan jalur angkutan massal berbasis jalan atau jalur Bus Rapid
Transit (BRT) baik yang sudah beroperasi maupun pada tahapan rencana;
2. Kinerja lalu lintas yang dinilai berdasarkan rasio kapasitas dan volume lalu lintas jalan
(VCR) ;
3. Kinerja lalu lintas yang dinilai berdasarkan kecepatan rata-rata kendaraan pada arus
bebas ;
Secara rinci untuk masing-masing uraian analisis akan dibahas secara mendalam dalam bab
selanjutnya (BAB 4).
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-36
--- LAPORAN ANTARA--
1) Pendefinisian Permasalahan
Dalam studi yang dilakukan perlu kiranya didefinisikan permasalahan-permasalahan yang
terkait. Dalam hal ini adalah permasalahan transportasi pada segmen ruas jalan.
Permasalahan yang didefinisikan menyangkut pula penyebab dan implikasinya, meliputi :
- Kecepatan;
- VC Ratio;
- Hambatan Samping (melalui indentifikasi TGL)
- Kondisi Marka;
- Tipe Ruas Jalan;
Seluruh elemen tersebut memberikan implikasi dan pengaruh terhadap permasalahan
transportasi pada ruas jalan.
2) Decomposition
Setelah permasalahan-permasalahn didefinisikan, perlu dilakukan pemecahan terhadap
permasalahan yang utuh untuk ditemukenali permasalahan lanjutannya, sampai tidak
mungkin lagi dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapat tingkatan dari
permasalahan tadi atau terhirarki.
3) Comperative Judgement
Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada satu
tingkatan stertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakan inti
dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Peertanyaan yang
biasa diajukan adalah :
- Elemen mana yang lebih (penting / disukai / mungkin / ...)? dan
- Berapa kali lebih (penting / disukai / mungkin / ...)?
Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, seseorang yang
akan memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang elemen-elemen yang
dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari. Skala dasar
yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-37
--- LAPORAN ANTARA--
Dalam penilaian kepentingan relatrif dua elemen berlaku aksioma reciprocal, artinya jika
elemen i dinilai 3 kali lebih penting jika dibandingkan dengan j, maka elemen j harus sama
dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen i. Disamping itu perbandingan dua elemen
yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Dua elemen yang belainan
dapat saja dinilai sama penting. Jika terdapat n elemen, maka akan diperoleh matriks
pairwise comparison berukuran nxn. Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam
penyusunan matriks ini adalah n(n-1).2 karena matriksnya reciprocal dan elemen-elemen
diagonal sama dengan 1.
4) Synthesis of Priority
Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari eigenvectornya untuk
mendapatkan local priority. Karena matriks (matriks-matriks) pairwise comparison terdapat
pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa
diantara local priority, prosedur melakukan sintesa berbeda menurut bentuk hirarki.
Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa
dinamakan priority setting.
5) Logical Consistency
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek-obyek yang serupa dapat
dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi.
Dalam studi Detail Engineering Design pada ruas jalan di Kawasan Jabodetabek, tingkatan
pelaksanaan AHP yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Tingkat 3 Alternatif
Alternatif Ruas Jalan Terpilih
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-38
--- LAPORAN ANTARA--
Prosentase
Variabel Kec VCR KM K. TGL TRJ DPK KRJ AV AH
(%)
Kecepatan x x X x x x x x x
VC Ratio x X x x x x x x
Kondisi Marka X x x x x x x
Hambatan
x x x x x x
Samping
Tipe Ruas
x x x x x
Jalan
Sumber: Arsip Tim Penyusun, 2015
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-39
--- LAPORAN ANTARA--
Hasil survei responden dan rekapitulasi maupun klasifikasi data hasil survei dengan
kuisioner ini akan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan software expert choice
atau AHP, sehingga didapat nilai-nilai prosentase bobot dari masing-masing variabel yang
selanjutnya dapat digunakan untuk melakukan analisis dalam menentukan ruas jalan
bermasalah di jalan nasional pada Kawasan Jabodetabek.
Selain itu, karena kemungkinan permasalahan yang harus ditangani cukup banyak dan tidak
mungkin dapat ditangani/ dibiayai dalam 1 tahun anggaran maka perlu ada proses prioritasi
diantara masing-masing lokasi. Untuk keperluan tersebut diatas, dibutuhkan perangkat analisis
yang dapat digunakan untuk memilih dan atau memperioritaskan sejulmlah alternative solusi dan
lokasi permasalahan (alternative) dengan menggunakan sejumlah kriteria yang merepresentatikan
berbagai pertimbangan secara komprehensi. Salah satu alternativenya adalah dengan
menggunakan Analisis Multi Kreiteria (AMK).
Pendekatan AMK cocok untuk digunakan dalam pengambilan keputuan untuk memilih alternative
dan menyusun program kerja. Metode yang digunakan dalam penetapan nilai dan bobot untuk
menilai karakteristik data lalulintas dikembangkan dengan metode pembobotan langsung dengan
rentang nilai yang ditetapkan. Berdasarkan pembobotan dan penilaian tersebut, maka penataan
lalu lintas yang lebih prioritas untuk ditangani adalah lokasi dengan nilai yang tertinggi. Dalam
pekerjaan ini, AMK mampu mengelaborasikan berbagai pertimbangan/ kriteria sehingga pemilihan
alternative dan penyusunan prioritas tidak berdasar intuisi saja atau hanya berdasarkan hasil
analisis ekonomi namun juga mempertimbangkan manfaat social, hankam, lingkungan dsb.
Analisis Multi Kriteria (AMK) merupakan alternatif teknik pengambilan keputusan yang mampu
menggabungkan sejumlah kriteria dengan besaran yang berbeda (multi-variabel) dan dalam
persepsi pihak terkait yang bermacam-macam (multi- stakeholder). AMK memiliki sejumlah
kelebihan jika dibandingkan dengan proses pengambilan keputusan informal (informal judgement)
yang saat ini umum digunakan. Keuntungan tersebut antara lain :
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-40
--- LAPORAN ANTARA--
1. Proses pengambilan keputusan dilakukan secara terbuka bagi semua pihak yang
berkepentingan
2. Variabeldan kriteria analisis yang digunakan dapat lebih luas, baik yang kuantitatif maupun
yang kualitatif;
3. Pemilihan variable tujuan dan kriteria terbuka untuk dianalisis dan diubah jika dianggap
tidak sesuai,
4. Nilai dan bobot ditentukan secara terbuka sesuai dengan persepsi pihak terkait yang
dilibatkan (stakeholders)
5. Memberikan arti lebih terhadap proses komunikasi dalam pengambilan keputusan, diantara
para penentu kebijakan dan dalam hal tertentu dengan masyarakat luas.
Secara umum proses yang harus dilalui dalam AMK untuk aplikasi dalam perencanaan terdiri dari :
Dalam studi ini AMK digunakan untuk memilih alternative penanganan masalah dan melakukan
prioritasi program kerja dari beberapa lokasi yang dianggap bermasalah. Bagan alir dibawah ini
merupakan aplikasi AMK dalam pekerjaan ini.
Perbandingan bobot relative antar kriteria dan penilaian kinerja setiap alternative dapat dihasilkan
dari survey wawancara kepada wakil dari stakeholder terkait atau dapat pula diwakili oleh panel
expert (tim ahli). Berikut secara rinci diuraikan untuk masing-masing pembobotan dan penilaian
dalam Analisis Multi Kriteria ini.
A. Pembobotan
Metode perhitungan untuk memperoleh bobot relative antar kriteria adalah sebagai berikut :
Wi = n
√ (Wi1 + Wi2….+Win
3. Jumlahkan seluruh rata-rata geometric dari langkah 2:
Wi = W1 + W2 …..+ Wn
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-41
--- LAPORAN ANTARA--
4. Normalisasi jumlah rata-rata geomerik setiap baris hasil langkah 2 dengan membaginya
dengan jumlah total geometric hasil langkah 3. Untuk mendapatkan bobot relative setiap
kriteria :
Wi (relative) = Wi /Wt
Tabel 2.8 Skala Penilaian Antar Kriteria
Perbandingan nilai Definisi Penjelasan
relative antara kriteria i Penilaian
dan kriteria j (Xij)
Sama penting Dua kriteria ( i dan j) memiliki tingkat
1
kepentingan terhadap efektifitas pemenuhan
tujuan yang sama
Tabel 2.9
Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan (Pairwise Comparison)
Kriteria a b c d e f g
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-42
--- LAPORAN ANTARA--
B. Penilaian (Scooring)
Untuk melakukan penilaian (scoring) kinerja setiap alternative solusi dan setiap lokasi masalah
terhadap variable/ kriteria yang disusun perlu ditetapkan suatu skala penilaian sebagai dasar dalam
menetapkan seberapa baik kapabilitas suatu program dalam memenuhi keinginan suatu kriteria.
Umumnya skala penilaian yang digunakan dalam AMK menggunakan skala 0-10, dimana suatu
program yang secara sempurna dapat memenuhi keinginan suatu kriteria dapat diberi nilai 10
(=sangat memuaskan), sedangkan penilaian relative terhadap program liannya yang lebih rendah
kinerjanya akan diberikan nilai dengan kualifikasi sebagaimana disampaikan pada Gambar 2.10
10
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-43
--- LAPORAN ANTARA--
. . . . .
.
. . . . .
.
Keterangan
Sij : Skor alternative i terhadap kriteria j
Wij : Bobot kepentingan untuk kriteria j
Sij * Wij : Skor terbobotkan (weighted score) untuk alternative i terhadap kriteria j
Pi : Kinerja keseluruhan (overall performance) dari alternative i
Penyimpulan dari hasil AMK berupa matriks kinerja ini adalah sebagai berikut :
Preferensi dan atau potensi prioritas untuk setiap alternative solusi dan lokasi
permasalahan ditentukan oleh besarnya nilai kinerja keseluruhan dari alternative yang
bersangkutan (Pi) dimana alternative yang menunjukkan nilai kinerja P i yang lebih
besar akan lebih berpotensi untuk diprioritaskan
Penyusunan prioritas penanganan berdasarkan AMK cukup valid, jika tidak ada
kebijakan khusus (over rule) yang dapat menyebabkan suatu kebijakan dapat
diprioritaskan tanpa memperhatikan hasil AMK
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-44
--- LAPORAN ANTARA--
Perkiraan Kinerja
(alternatif solusi)
KRITERIA PENANGANAN MASALAH
Efisiensi Biaya
Efektivitas solusi
Dampak social dan lingkungan
Keterpaduan dengan instansi lain Penilaian Kinerja
(Scoring)
Pembobotan Kinerja
(Weighting)
Matrik Kinerja
(Perfomance Matrix)
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-45
--- LAPORAN ANTARA--
Jenis Marka
Adapun jenis marka jalan sesuai dengan Panduan Pemasangan Rambu dan Marka
Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Direktorat Bina Sistem
Transportasi Perkotaan, terdiri dari :
Marka membujur garis ganda yang terdiri dari garis utuh dan garis putus-putus
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-46
--- LAPORAN ANTARA--
4) Marka Lambang.
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-47
--- LAPORAN ANTARA--
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-48
--- LAPORAN ANTARA--
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-49
--- LAPORAN ANTARA--
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-50
--- LAPORAN ANTARA--
Pelaksanaan desain harus memperhatikan petunjuk teknis atau aturan yang berlaku serta
memperhatikan karakteristik setemepat (topografi, geologi dan tata ruang) dan kriteria
perencanaan yang disesuaikan dengan kebutuhan lalu lintas. Berikut digambarkan proses
pelaksanaan DED pada pekerjaan ini.
Pelaksanaan Desain
Pengolahan data
Pembuatan gambar rencana
Gambar 2.11 Proses Pelaksanaan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di
Jabodetabek
2.3.8 Metode Perhitungan RAB Pembangunan Penataan Lalu Lintas Pada Jalan
Nasional Koridor Utama
Perhitungan RAB Pembangunan Penataan Lalu Lintas mengacu pada Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 78 Tahun 2015 tentang Standar Biaya Kementerian Perhubungan Tahun
Anggaran 2015. Pada peraturan tersebut sudah mengatur harga masing-masing komponen
masing-masing fasilitas lalu lintas. Berikut merupakan contoh form RAB perhitungan rambu:
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-51
--- LAPORAN ANTARA--
Total
Jenis Jumlah Satuan Biaya Biaya
Selain mengatur biaya satuan rambu, juga terdapat biaya lainnya seperti paket pembuatan
zebracross, guardrail, pita penggaduh dan lain sebagainya.
Penyusunan DED Penataan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Koridor Utama di Jabodetabek II-52