Anda di halaman 1dari 19

Bedah Buku Sub Bagian

OTOLOGI

OTITIS MEDIA EFUSI


(Bailey BJ. et al. Head & Neck Surgery-Otolaryngology. 4th ed. Lippincott Williams
& Wilkins: Texas. 2006. p. 1266-1275)

Presentan : dr. Sri Mulyani


dr.Histawara Subroto
Hari / Tanggal : Selasa/ 10 Juli 2012
Waktu : 07.30 WIB
Tempat : Ruang Konferensi Bagian THT-KL
FK Unand/ RSUP Dr. M. Djamil Padang
Pembimbing : dr. Yan Edward Sp THT-KL
dr. Jacky Munilson Sp THT-KL

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas - RSUP Dr. M. Djamil
Padang
2012
Otitis Media Efusi
Margaret A. Kenna
Adriane DeWitt Latz

Otitis media (OM) adalah penyakit yang paling sering menjadi alasan dan dijumpai pada
kunjungan medias pada anak-anak usia pra sekolah(1). Pengeluaran nasional untuk pengobatan
otitis media pada anak-anak berusia di bawah 13 tahun lebih dari $ 4 miliar per tahun (2,3).
Komplikasi yang tidak mengancam jiwa seperti kehilangan pendengaran konduktif yang sering
dijumpai dan ada banyak kontroversi tentang pentingnya pengelolaan komplikasi tersebut (4).
Komplikasi serius tersebut masih terjadi meskipun dalam diagnosis dan pengobatan OM
mengalami perbaikan (4).
Definisi dan Terminologi
Otitis media merupakan kondisi peradangan pada telinga tengah dan ruang mastoid tanpa
mengacu pada etiologi atau patogenesisnya (5). Banyak istilah dan klasifikasi yang digunakan
untuk mendefinisikan proses peradangan yang berkaitan dengan berbagai OM. Terminologi saat
ini didasarkan pada pengetahuan tentang patogenesis OM serta pada etiologi dan perjalanan
klinisnya. Ada atau tidak adanya efusi telinga tengah(MEE) dan durasinya membantu lebih
lanjut dalam menentukan proses terjadinya. Efusi adalah cairan yang dihasilkan dari infeksi dan
peradangan mukosa dan dapat terjadi di semua daerah pneumatisasi tulang temporal. Efusi dapat
serous (tipis, berair), berlendir (tebal, kental), atau bernanah (nanah). Urutan proses terjadinya
peradangan temporal dapat dibagi menjadi akut (0 sampai 3 minggu), subakut (3 sampai 12
minggu), atau kronis (lebih dari 12 minggu ). Namun, durasi penyakit ini bisa sangat sulit untuk
ditentukan kecuali sebelumnya pasien sudah diketahui status telinga tengahnya oleh pemeriksa.
Timpanogram dan audiogram yang diperoleh sebelumnya dapat membantu untuk menentukan
lama durasi.

Istilah AOM rekuren menunjukkan empat atau lebih episode OM akut pada 1 tahun atau tiga
atau lebih episode dalam waktu 6 bulan. Secara medis AOM refraktori memiliki tanda-tanda dan
gejala persisten dari AOM meskipun sudah diberikan terapi medis yang tepat (6). Otitis media
efusi (OME) dapat terjadi pasca infeksi AOM, dari infeksi virus, atau karena disfungsi tuba
eustachius (7). OME adalah pengumpulan cairan yang terus-menerus sehingga menyebabkan
penurunan mobilitas dari membran timpani sehingga menjadi penghalang untuk konduksi suara
(8). Banyak anak dengan OME tidak menunjukkan gejala. Otitis media supuratif kronik (OMSK)
ditandai dengan otorrhea purulen melalui perforasi membran timpani atau timpanostomi dengan
pemasangan tube (TT) yang tidak responsif terhadap terapi medis. Keterangan lebih lanjut dari
TM (utuh, perforasi, TT, retraksi, atelektasis, atau timpanosklerosis) akan membantu lebih jelas
saat pemeriksaan (5).
Epidemiologi
Epidemiologi OM telah diteliti dengan baik (2,5). Onset AOM selama tahun pertama kehidupan
adalah penting karena sebagian besar anak-anak dengan AOM memiliki episode pertama mereka
sebelum usia 12 bulan (5). Jika seorang anak tidak memiliki OM sebelum usia 3 tahun, secara
statistik tidak akan berkembang menjadi OM yang berat atau berulang. Dalam sebuah studi oleh
Bondy et al. (2), proporsi anak-anak dengan diagnosis OM tertinggi (42% sampai 60%) dalam
rentang usia 7 - sampai 36-bulan. Penelitian lain menunjukkan kejadian tertinggi AOM untuk
kedua jenis kelamin saat usia 6 - sampai 11-bulan (4,5).
Lebih dari 50% anak-anak mengalami OME pada tahun pertama kehidupan (9). Meskipun
banyak episode kembali spontan, 30% sampai 40% persisten, dan 5% sampai 10% lebih dari 1
tahun atau lebih (5,10) (Gbr. 91,1). OME didiagnosis 2,2 juta kali per tahun (3). Investigasi ini
melibatkan anak-anak sehat yang telah menunjukkan tingginya insiden OME asimtomatik (5).
Insiden OME muncul ke puncak saat tahun kedua kehidupan, yang paling sering selama musim
dingin dan berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan atas (URI). Kebanyakan anak
memiliki resolusi MEE asimtomatik dalam beberapa bulan tanpa intervensi medis atau bedah
(5).

Figure 91.1 Duration of effusion after first episode of acute otitis media. [Adapted from Teele
DW, Klein JO, Rosner BA. Epidemiology of otitis media in children. Ann Otol Rhinol Laryngol
1980;89(suppl 68):5]. (From Bluestone CD, Klein JO. Otitis media and eustachian tube
dysfunction. In: Bluestone CD, Stool SE, eds. Pediatric otolaryngology, 4th ed. Philadelphia:
Saunders, 2003:487, with permission.)

Dalam beberapa penelitian, kejadian AOM sama antara laki-laki dan perempuan. Namun,
beberapa studi lain telah menunjukkan insiden yang lebih tinggi pada anak laki-laki dari pada
anak perempuan (5,9). Meskipun beberapa penelitian telah menunjukkan peningkatan insiden
OM pada anak berkulit putih dan Hispanik di Amerika dibandingkan dengan anak-anak hitam
Amerika, Casselbrant dan rekannya (11) serta Paradise et al. (11a) menemukan bahwa anak-anak
kulit hitam setidaknya memiliki penyakit telinga tengah yang sama dibandingkan dengan anak-
anak kulit putih yang telah menerima perawatan yang sama. Kejadian yang sangat tinggi dari
infeksi telinga tengah telah dilaporkan pada penduduk asli Amerika dan Eskimo, meskipun
akses perawatan medis sangat baik (5). Casselbrant dan rekannya (11b) menunjukkan
kecenderungan genetik yang kuat pada kejadian OM, dengan insiden yang lebih tinggii OM pada
anak yang memiliki saudara kandung atau orang tua dengan riwayat OM. Anak-anak yang
tinggal di pemukiman yang padat atau kondisi sosial ekonomi rendah serta memiliki riwayat
pengobatan medis yang buruk atau keduanya memiliki peningkatan insiden OM baik akut atau
kronis (12). Faktor-faktor ini tidak definitif dalam semua studi, bagaimanapun hanya
mencerminkan peningkatan kejadian pada anak-anak lain dengan URI. Selain itu, hubungan
antara tempat penitipan anak dengan peningkatan insiden OM pada anak berusia kurang 3 tahun
sudah terbukti (5,12,13). Faktor-faktor lain yang dapat meningkatan kejadian OM mencakup
paparan sejumlah besar anak-anak lain (sering dengan URI), kurangnya kemampuan menyusui
bayi, dan paparan perokok pasif. Variasi musiman dalam kejadian OM juga telah dilaporkan,
paling sering di musim dingin, musim gugur, dan musim semi (5). Semua penelitian telah
menunjukkan hubungan antara frekuensi URI dan kejadian OM, dan MEE yang berhubungan
dengan URI di musim dingin berlangsung lebih lama daripada di musim panas (5).
Faktor Resiko Untuk Penyakit Infeksi Telinga Tengah
Kelainan medis dan anatomi tercatat meningkatkan risiko penyakit telinga tengah. Anomali
kraniofasial mempengaruhi fungsi tuba eustachius (ET) dan seringkali meningkatkan risiko OM.
Anak-anak dengan bibir sumbing, cacat dasar tengkorak atau hidung / sinus paranasal memiliki
insiden yang lebih tinggi untuk OM di segala usia, terutama selama 2 tahun pertama kehidupan
(5). Meskipun beberapa studi telah menunjukkan bahwa kejadian penyakit telinga tengah
berkurang setelah dilakukan bedah celah langit-langit, banyak anak-anak dengan celah langit-
langit terus memiliki masalah telinga tengah. Gangguan kraniofasial lain yang terkait dengan
peningkatan risiko OM termasuk sindrom Down, sindrom Apert, dan mucopolysaccharidoses
(5).
Anak-anak dengan immunodefisiensi bawaan atau didapat memiliki risiko yang lebih tinggi dari
semua jenis infeksi, termasuk penyakit telinga tengah. Anak-anak dengan kondisi seperti
hypogammaglobulinemia, imunoglobulin (Ig) Kekurangan, sindrom DiGeorge, human
immunodeficiency virus (HIV) dan obat(kemoterapi, steroid) sering mengalami kesulitan untuk
melawan infeksi. Bayi dan anak kecil memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum matang,
yang tampaknya membuat mereka lebih rentan terhadap OM.
Kondisi-kondisi lain yang berhubungan dengan peningkatan insiden OM termasuk alergi,
obstruksi hidung (sinusitis, adenoid hipertrofi, tumor hidung atau nasofaring), disfungsi silia, dan
intubasi nasal berkepanjangan atau pemasangan selang nasogastrik dan mungkin
gastroesophageal reflux (5,14). Peran alergi dalam etiologi OM telah lama diceritakan (Gbr.
91,2). Pedoman pertama untuk pengobatan OME tidak menemukan data pendukung bahwa
antihistamin kombinasi dengan dekongestan pada pengobatan OME (12). Meta-analisis dari 4
percobaan acak tidak menunjukkan manfaat yang signifikan untuk antihistamin atau dekongestan
dibandingkan dengan plasebo. Pada pedoman kedua untuk OME sejak tahun 1994 telah
diterbitkan studi baru untuk mengubah rekomendasi ini (7). Sebagian besar anak dengan OM
berulang atau persisten memiliki sistem kekebalan tubuh yang utuh. Namun, jika infeksi telinga
tengah yang berat atau berhubungan dengan sinusitis berulang, bronkitis, atau masalah
pencernaan, kelainan imunologi semuanya mungkin dapat terjadi. Mukosa telinga tengah
memiliki sistem imun yang sama di seluruh saluran pernapasan. Efusi telinga tengah yang
dihasilkan dari infeksi akut atau kronis mengandung imunoglobulin(IgA, IgG, IgM, IgD),
kompleks imun, dan mediator kimia yang terlibat dalam respon inflamasi. Kemungkinan
kekurangan kekebalan humoral pada anak dengan OM termasuk IgA, IgG (terutama dari
subclass IgG 2 dan 3), dan defisiensi komplemen (5,15). Otitis media juga dapat menjadi salah
satu komplikasi dari beberapa infeksi pada keadaan neutropenia atau penyakit HIV. Kekurangan
pada fungsi sel kekebalan tubuh seperti kemotaksis dan fagositosis merupakan predisposisi
timbulnya OM. Dalam perbandingan kejadian otitis yang rawan terjadi pada anak-anak dengan
mereka yang memiliki episode OM hanya sesekal, Prellner dan Kalm mencatat penurunan
kemampuan dari anak dengan OM untuk menghasilkan antibodi terhadap antigen AOM-terkait,
dan anak-anak seperti ini mungkin juga telah tertunda pematangan sel-B nya.

Figure 91.2 Factors involved in the etiology and pathogenesis of otitis media. (From Bluestone
CD, Klein JO. Otitis media and eustachian tube dysfunction. In: Bluestone CD, Stool SE, eds.
Pediatric otolaryngology, 4th ed. Philadelphia: Saunders, 2003:512, with permission.)

Patofisiologi

Fungsi abnormal dari ET merupakan hal terpenting pada patogenesis OM. ET pada bayi dan
anak-anak lebih pendek, lebih horisontal, dan fungsinya kurang sempurna dibandingkan dengan
pada orang dewasa. Kondisi seperti URI menyebabkan edema dan kongesti mukosa pernapasan
dari telinga tengah dan ET serta menyebabkan penyempitan lumen ET. Hal ini menyebabkan
peningkatan tekanan negatif telinga tengah menyebabkan masuknya bakteri dan virus dari
nasofaring ketika ET terbuka. Bakteri dan virus di telinga tengah kemudian mendapatkan respon
inflamasi (5). Respon inflamasi akut meliputi edema mukosa, engorgement kapiler, dan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang telinga tengah . Sebagai respon kronis inflamasi
terjadi infiltrasi limfosit, proliferasi mukosa lamina propria, kerusakan enzimatis tulang, dan
terjadinya pembentukan jaringan granulasi, yang memperburuk obstruksi dan ventilasi dari
telinga tengah dan ET (5). Faktor lainnya yang mempengaruhi fungsi ET termasuk patulous atau
obstruksi secara fungsional / anatomis dari ET dan kelainan mukosa pernapasan, termasuk alergi,
immunokompromise, dan disfungsi silia (lihat Gambar. 91,2). Alergi telah lama terlibat dalam
etiologi OM, tetapi mekanisme yang tepat tetap sulit dipahami. Kemungkinan termasuk
inflamasi pembengkakan telinga tengah, mukosa ET atau obstruksi hidung karena alergi.
Namun, karena sejumlah besar anak yang dengan alergi tidak memiliki otitis secara signifikan,
dan banyak anak dengan otitis secara signifikan tidak didokumentasikan adanya suatu alergi,
hubungan antara alergi dan OME jelas bukan kesatuan yang langsung. Spekulasi mengenai
alergi makanan dan OME sudah lama terjadi. Meskipun tidak ada konsensus yang dicapai,
sebuah studi oleh Aydogan et al. (16) ditemukan adanya alergi makanan pada 44% dari pasien
yang didiagnosis dengan OME. Sebaliknya, pada pasien dengan alergi makanan yang diketahui,
25% ditemukan memiliki OME. Pada kelompok kontrol 18% didiagnosis dengan alergi
makanan, dan 3% didiagnosis dengan OME. Anak-anak dengan immunokompromise bawaan
atau didapat memerlukan perlakuan khusus, karena mereka lebih rentan terhadap infeksi,
termasuk OM, dan organisme. Kelainan kekebalan bawaan termasuk kekurangan sel-B seperti
hipogammaglobulinemia dan defisiensi IgA, kekurangan sel-T seperti sindrom DiGeorge,
gabungan kekurangan sel-T-dan sel-B termasuk ataksia telangiektasia, fagosit yang cacat,
termasuk sindrom Chediak Hagashi, dan defisiensi dari komplemen. Kelainan yang didapat
termasuk neoplasma dan proses inflamasi sekunder seperti infeksi akut atau kronis. Obat yang
menyebabkan imun defisiensi termasuk steroid, obat kemoterapi, dan obat antipenolakan yang
digunakan pada pasien transplantasi. Meskipun defisiensi imun yang berat jarang terjadi pada
anak-anak, banyak kasus otitis terjadi pada anak normal yang memiliki sistem kekebalan tubuh
yang immature seperti yang didokumentasikan oleh respon yang rendah pada vaksin antigen
polisakarida, termasuk jenis Haemophilus influenzae B (HIB), tetanus, dan vaksin pneumokokus
. Kelainan fisiologis maupun anatomi, dari otot langit-langit (terutama tensor veli palatini) dapat
menyebabkan atau memperburuk disfungsi ET. Misalnya, kelainan kraniofasial, termasuk celah
langit-langit, sindrom Crouzon, sindrom Apert, dan sindrom Down, yang berhubungan dengan
abnormalitas dari dasar tengkorak atau otot langit-langit dengan resultansi disfungsi ET .

Mikrobiologi

Kuman patogen aerobik yang paling terkait dengan AOM adalah Streptococcus pneumoniae
(30% sampai 50%), Haemophilus influenzae (20% sampai 30%), Moraxella catarrhalis (10%
sampai 20%), dan kelompok A streptokokus (1% menjadi 5 %) (5,6). Bakteri lain, seperti
Staphylococcus aureus dan organisme gram negatif, termasuk Escherichia coli, spesies
Klebsiella, dan Pseudomonas aeruginosa, dimana secara konsisten terisolasi pada sebagian kecil
pasien. Pada neonatus dan bayi S. pneumoniae dan H. influenzae merupakan kuman patogen
yang paling sering ditemukan namun S. aureus, streptokokus grup B merupakan kuman patogen
enterik gram negatif dan organisme lain yang sering ditemukan hingga 20%. Pada anak-anak
immunocompromised atau yang memerlukan perawatan rumah sakit yang lama, kuman yang
jarang ada (seperti, Mycobacterium tuberculosis, Mycoplasma pneumoniae, dan Chlamydia
trachomatis) telah diisolasi. M. pneumoniae merupakan kuman patogen pernafasan atas yang
penting pada anak-anak dan orang dewasa. Meski jarang diisolasi dari cairan telinga tengah pada
anak-anak dengan imunokompeten tetap tidak dianggap sebagai kuman patogen utama bagi OM.
Chlamydia trachomatis dikaitkan dengan pneumonitis pada bayi dan kadang telah diisolasi dari
telinga tengah bayi yang berusia kurang dari 6 bulan. B ²-Lactamasea yang diproduksi bakteri
semakin meningkat pada penyakit telinga tengah, meningkat hingga 34% pada H.influenza. dan
100% dari M. catarrhalis dengan B²-laktamase positif (17). Meskipun S. pneumoniae tidak
membuat B²-laktamase, faktor perlawanan lainnya seperti perubahan kromosom menyebabkan
penurunan penisilin dalam mengikat protein dan meningkatan resistensi terhadap sulfa seperti
kloramfenikol, tetrasiklin, dan trimetoprim. Persentase yang tepat dari resistensi bakteri untuk
setiap organisme tertentu bervariasi pada wilayah geografis dan populasi.
Pada pasien dengan AOM refraktori yang menunjukkan tanda-tanda toksisitas pada fase kedua
antibiotik, kultur telinga tengah pada saat miringotomi menunjukkan bahwa bakteri gram positif
(staphylococci koagulase negatif, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pneumoniae) (6).
Blok et al. (18) melihat anak usia 7 sampai 24 bulan yang divaksinasi dengan vaksin
pneumokokus heptavalent yang memiliki AOM berat atau refraktori menemukan memiliki dua
kali lipat lebih bakteri gram negatif daripada S. pneumoniae. Dahulu ,OME kronis sering
dianggap steril. Namun, beberapa penelitian mengisolasi S. pneumoniae, H. influenzae, M.
catarrhalis, dan streptokokus grup A pada 30% sampai 50% dari anak-anak dengan OME kronis
(5,19). Pada tahun 1995, Post et al. melaporkan penggunaan reaksi berantai polimerase (PCR)
dalam mendeteksi DNA bakteri pada sampel OME pediatrik yang steril dengan teknik kultur.
Dalam studi ini, 77,3% dari pasien ini di tes PCR positif untuk satu atau lebih organisme (M.
catarrhalis, S. pneumoniae, H. influenzae), sedangkan hanya 28,9% PCR dan kultur yang positif
untuk lebih dari satu organisme . Tidak ada sampel kultur yang positif dan PCR negatif.
Meskipun hasilnya tidak terbukti dari suatu proses infeksi bakteri yang aktif, mereka
menunjukkan bahwa bakteri mungkin ada dalam persentase yang lebih tinggi dari spesimen
OME dari yang diperkirakan sebelumnya. Sebuah hasil PCR positif menunjukkan adanya
kelayakan meskipun nonculturable adanya bakteri (20). Peran bakteri anaerob dalam OME
kronis masih belum jelas, kuman tersebut telah diisolasi sampai dengan 10% dari sampel OME
kronis (19). Bakteri anaerob berperan kecil dalam patogenesis AOM. Pada OME kronis
organisme anaerobik seperti Peptostreptococcus spp., Prevotella spp, dan. Propionibacterium
acnes telah diisolasi (19). Peran virus sebagai organisme primer atau copathogenic di OM telah
menjadi perhatian. Macam Virus seperti respiratory syncytial virus, rhinovirus, virus influenza,
adenovirus, enterovirus, dan virus parainfluenza telah diisolasi dari cairan telinga tengah.
Cytomegalovirus dan herpes simplex virus juga telah diisolasi dalam sejumlah kecil kasus. Virus
dan bakteri saluran pernafasan dapat berpotensi untuk menimbulkan kolonisasi pada nasofaring,
sehingga meningkatkan kejadian OM. OM juga diketahui berhubungan dengan exanthems virus,
termasuk campak dan virus Epstein Barr.

Evaluasi

Sejarah

Diagnosis OM didasarkan pada sejarah dan pemeriksaan fisik (Tabel 91.1). AOM ditandai
dengan onset akut tanda-tanda dan gejala dari radang telinga tengah dengan MEE terlihat pada
pemeriksaan fisik. Gejalanya bervariasi tetapi umumnya termasuk demam, lekas marah, otalgia,
dan gangguan pendengaran. Gejala lain termasuk anoreksia, mual,
P.1269
muntah, dan sakit kepala. Anak-anak sendiri mungkin mengeluh gangguan pendengaran, pusing,
dan tinnitus. Demam hadir dalam hingga dua pertiga dari anak-anak dengan AOM, tapi demam
di atas 40 ° C jarang dan dapat mewakili komplikasi bakteremia atau lainnya (Tabel 91.2).
Gejala lain yang berhubungan dengan AOM meliputi anoreksia, mual, muntah, dan sakit kepala.
Anak-anak mungkin mengeluh gangguan pendengaran, pusing, dan tinnitus. Orang tua dan
pengasuh bayi dan anak-anak muda mungkin melihat gangguan pendengaran atau kehilangan
keseimbangan. Karena ET kurang fungsional ketika anak berbaring, gejala sering muncul lebih
buruk pada malam hari atau saat tidur siang. Pada anak-anak dengan Ome, gangguan
pendengaran mungkin satu-satunya gejala. Anak-anak dengan telinga pengeringan (terutama jika
kronis) mungkin memiliki sedikit atau tidak ada rasa sakit dan dapat tidur dengan baik, tetapi
masih mungkin mengeluhkan gangguan pendengaran dan sesekali demam ringan. Anak-anak
dengan perforasi TM kering biasanya tanpa gejala kecuali untuk gangguan pendengaran. Anak-
anak dengan perforasi TM yang mendapatkan air di telinga mereka mungkin mengalami
ketidaknyamanan yang signifikan. Akhirnya, anak-anak dengan atelektasis dari TM juga
biasanya tanpa gejala, meskipun banyak dari anak-anak ini mengalami gangguan pendengaran
juga.

TABLE 91.1 DIAGNOSIS OTITIS MEDIA


Pneumatic otoscopy
Impedance audiometry
Behavioral audiometry
Tympanocentesis (for organism)
Computed tomography scan (if complications are suspected)

TABLE 91.2 SIGNS AND SYMPTOMS OF OTITIS MEDIA


Common signs and symptoms
Otalgia
Fever
Irritability
Otorrhea
Less common signs and
symptoms
Tinnitus
Vertigo
Facial paralysis
Swelling behind the ear

Pemeriksaan Fisik
Meskipun pneumatik otoscopy adalah bagian paling penting dari pemeriksaan fisik untuk OM,
evaluasi lengkap dari kepala dan leher sangat penting. Pinnae The, eksternal pendengaran kanal,
TM, dan telinga tengah landmark harus dievaluasi. Jika telinga adalah diputar ke depan dengan
edema atau eritema dari sulkus aurikularis posterior, mastoiditis akut mungkin hadir. Pneumatic
otoscopy membutuhkan anak menjadi bergerak tetapi tidak nyaman. Jika anak sangat tidak
kooperatif atau tidak dapat bergerak dengan aman, sedasi atau anestesi umum mungkin
diperlukan jika pemeriksaan dianggap sangat penting untuk diagnosis dan pengobatan penyakit
telinga.
TM normal adalah abu-abu dan tembus dengan mobilitas normal pada otoscopy pneumatik.
Tengah-telinga landmark yang dapat dilihat melalui TM normal meliputi proses singkat dari
malleus, sendi Incudostapedial, dan kadang-kadang Korda timpani. Posisi TM dapat bersikap
netral, melotot, ditarik, atau penuh. Warna dari TM yang abnormal sering buram dan mungkin
tampak kuning atau biru (menunjukkan MEE), merah tua (trauma, perdarahan), atau merah
(AOM atau hiperemia karena menangis atau batuk). Mobilitas TM harus dinilai pada kedua
tekanan positif dan negatif. Penurunan mobilitas dari TM pada kedua tekanan positif dan negatif
sering menunjukkan MEE, sedangkan gerakan hanya dengan tekanan negatif menunjukkan
disfungsi ET. Dalam kasus TT paten atau perforasi TM, tidak ada mobilitas TM ditemukan.
Tengah-telinga efusi dapat digambarkan sebagai serosa (tipis, berair), berlendir (tebal, kental),
purulen, atau jelas (yang mungkin menunjukkan peradangan atau kebocoran cairan
serebrospinal). Aira € "cairan tingkat atau gelembung dapat dilihat, menunjukkan pengudaraan
dari telinga tengah melalui ET.
Lokasi dan ukuran perforasi TM harus diperhatikan, bisa dari berbagai ukuran, dan kadang-
kadang lebih dari satu dapat dilihat. Sebuah TM akut berlubang sering erythematous dan
menebal, dengan otorrhea pemakaian melalui perforasi. Perforasi di kuadran superior posterior
bisa sulit untuk memvisualisasikan dan sering dikaitkan dengan cholesteatoma. Evaluasi TM
dapat mengungkapkan patologi lainnya, termasuk timpanosklerosis, kantong retraksi, atau area
atelektasis. Timpanosklerosis muncul sebagai daerah putih dan menebal dari TM yang harus
dibedakan dari cholesteatoma. Kantong retraksi dapat ditemukan di mana saja di TM dan dapat
mewakili bidang atelektasis, TT sembuh atau situs perforasi, atau efek tekanan terus-menerus
negatif telinga tengah. Kantong retraksi, terutama jika diisi dengan puing-puing atau
berhubungan dengan otorrhea, mungkin menunjukkan cholesteatoma a.
Hearing Evaluation
Evaluasi pendengaran merupakan bagian penting dari pemeriksaan dalam setiap pasien dengan
riwayat penyakit telinga tengah. Metode audiologic pemeriksaan dapat dibagi menjadi dua
kelompok: (a) evaluasi audiometri, untuk menguji pendengaran perifer, dan (b) audiometri
immitance untuk mengevaluasi kekakuan sistem TM dan telinga tengah. Gangguan pendengaran
konduktif adalah penemuan yang paling umum dengan sejarah OM. Jenis evaluasi audiometri
bervariasi berdasarkan usia pasien, tingkat kerjasama, dan kematangan. Otoacoustic emisi adalah
salah satu teknik pilihan untuk mendengar skrining pada bayi baru lahir pembibitan. Tengah-
telinga efusi merupakan salah satu penyebab utama otoacoustic (OAE) kegagalan emisi,
sehingga OAE tidak boleh digunakan untuk evaluasi pendengaran yang berkaitan dengan
penyakit telinga tengah. Auditory respon batang otak adalah metode pilihan untuk membedakan
konduktif dari gangguan pendengaran sensorineural pada bayi berusia kurang dari 6 bulan.
Auditory brainstem Tanggapan juga dianjurkan pada anak-anak yang tidak mampu berpartisipasi
dalam evaluasi audiometri lain karena kurangnya kerjasama atau jatuh tempo tanpa memandang
usia, atau jika telinga-informasi spesifik yang diperlukan. Pengamatan audiometri Perilaku
(BOA) dianjurkan untuk bayi usia 6 bulan sampai 1 tahun, dan audiometri penguatan visual
(VRA) digunakan untuk balita usia 1 sampai 2 tahun. Keakuratan BOA dan VRA bergantung
pada tingkat pengalaman audiolog dan tingkat perkembangan anak. BOA dan VRA tidak akurat
membedakan antara gangguan pendengaran konduktif
P.1270
dan gangguan pendengaran sensorineural dan umumnya tidak memberikan informasi spesifik
telinga. Audiometri bermain dianjurkan pada anak kooperatif lebih tua dari 2 tahun dan tidak
hanya telinga yang spesifik, tetapi juga membedakan jenis gangguan pendengaran (konduktif
atau sensorineural). Audiometri konvensional dapat digunakan pada anak kooperatif lebih tua
dari 5 tahun.
Tympanometry adalah ukuran suara yang dipantulkan oleh struktur TM dan telinga tengah. Ini
memberikan representasi grafis dari perubahan kepatuhan sebagai tekanan telinga-kanal yang
bervariasi. Pola tympanometric yang berbeda yang berhubungan dengan telinga tengah dan TM
patologi. Pengukuran telinga-saluran volume dapat dilakukan untuk menilai lebih lanjut status
telinga tengah dan khususnya TM. Anak-anak dengan TM berlubang atau paten TT akan
memiliki lebih besar â € œear-kanal volume.â €?? Teknik yang berbeda immitance audiometri
tersedia untuk mengevaluasi telinga tengah lebih lanjut jika diperlukan.
Reflectometry akustik digunakan untuk mengukur tingkat total suara yang dipantulkan dan
ditransmisikan. Sebuah alat genggam ditempatkan di saluran pendengaran eksternal untuk
menyediakan sumber-80 dB suara yang bervariasi dari 2.000 hingga 4.500 Hz dalam periode
100-ms. Sensitivitas dan spesifisitas metode ini tergantung pada operator dan bervariasi dari adil
untuk sangat baik (5). Meskipun reflectometry akustik tidak banyak digunakan untuk diagnosis
penyakit telinga tengah, itu bisa menjadi tambahan yang berguna untuk otoscopy dan audiometri
impedansi.
Treatment and Prevention
Alasan untuk mengobati OM termasuk menghindari komplikasi dan pengobatan penyakit
bergejala. Alasan sekunder meliputi â € œbuying Timea €?? sampai anak fungsi ET dan sistem
kekebalan tubuh telah matang, dan dalam banyak kasus, menunggu akhir musim URI.
Manajemen biasanya medis, dengan intervensi bedah disediakan untuk kegagalan terapi medis
(Tabel 91,3 dan 91,4). AOM memiliki tingkat resolusi spontan dari 60% dalam waktu 24 jam
dan 80% dalam waktu 2 sampai 3 hari (21). Alasan untuk resolusi spontan mungkin termasuk
drainase MEE turun ET atau melalui TM berlubang, keberhasilan imunitas lokal atau sistemik,
atau AOM yang telah dihasilkan dari virus atau beberapa proses tidak menular. Kadang-kadang
diagnosis adalah kesalahan, terutama pada anak menangis dengan gendang telinga merah.
Pedoman terbaru mengenai diagnosis dan pengelolaan AOM berasal dari pedoman praktik
berbasis bukti klinis untuk anak usia 2 bulan sampai 12 tahun dengan AOM rumit. The American
Academy of Pediatrics dan American Academy of Family Physicians mengadakan komite yang
terdiri dari dokter perawatan primer dan ahli di bidang THT, epidemiologi, dan penyakit menular
untuk meninjau literatur dan membuat pedoman (22). Ini adalah pedoman saja, dan setiap pasien
harus dikelola dengan memperhatikan tingkat keparahan usia dan penyakit pada anak, serta
setiap penyakit yang mendasari atau penyakit proses yang dapat membuat OM lebih sulit untuk
mengelola atau kurang mungkin untuk menyelesaikan secara spontan.

TABLE 91.3 TREATMENT OTITIS MEDIA


Observation at physician's discretion
Analgesics
Antimicrobials
Prophylactic antimicrobials
Tympanostomy tubes
Adenoidectomy with or without tonsillectomy

TABLE 91.4 POSSIBLE MANAGEMENT STRATEGIES FOR OTITIS MEDIA WITH


EFFUSION
Antimicrobials
Intranasalsteroids
Allergymanagement
Eustachiantubeinflation
Myringotomy, with or without tube placement
Adenoidectomy, with or without myringotomy and tube placement

AOM Diagnosis and Management Guidelines


Rekomendasi berikut dibuat dalam pedoman AOM (22):
1. â € œConfirm riwayat onset akut, mengidentifikasi tanda-tanda efusi telinga tengah (MEE),
dan mengevaluasi keberadaan tanda-tanda dan gejala telinga tengah inflammationâ €??
2. â € œAn penilaian untuk sakit harus diselesaikan dan, jika nyeri hadir, dokter harus
merekomendasikan pengobatan untuk mengurangi pain.â €??
3A. â € œObservation tanpa menggunakan agen antibakteri pada anak dengan AOM tanpa
komplikasi adalah pilihan bagi anak-anak yang dipilih berdasarkan kepastian diagnostik, usia,
tingkat keparahan penyakit, dan jaminan tindak up.â €??
3B. â € œIf keputusan dibuat untuk mengobati dengan agen antibakteri, dokter harus meresepkan
amoxicillin untuk anak-anak kebanyakan. Ketika amoksisilin digunakan, dosis harus 80 sampai
90 mg / kg / day.â €??
4. â € œIf pasien gagal untuk merespon pilihan manajemen awal dalam waktu 48 sampai 72 jam,
dokter harus menilai kembali pasien untuk mengkonfirmasi AOM dan belum termasuk penyebab
lain dari penyakit. Jika AOM dikonfirmasi pada pasien awalnya dikelola dengan observasi,
dokter harus mulai terapi antibakteri. Jika pasien awalnya dikelola dengan agen antibakteri,
dokter harus mengubah agent.â antibakteri €??

Diagnosis pasti AOM harus memenuhi kriteria sebagai berikut: onset cepat, kehadiran MEE, dan
tanda-tanda dan
P.1271
gejala ME peradangan. Posisi TM dapat bersikap netral, melotot, ditarik, atau penuh. Warna dari
TM yang abnormal sering buram dan mungkin tampak kuning atau biru (menunjukkan MEE),
merah tua (trauma, perdarahan), atau merah (AOM atau hiperemia karena menangis atau batuk).
Ketika dikombinasikan dengan warna dan mobilitas, menggembung adalah prediktor terbaik dari
AOM. Jika rasa sakit tidak cukup dikelola dengan dosis tepat acetaminophen atau ibuprofen atau
analgesik otic topikal, atau jika nyeri yang signifikan berlangsung lebih dari 24 jam, evaluasi
medis lebih lanjut harus dilakukan. Jika anak memiliki TT atau dicurigai atau dikonfirmasi
perforasi TM, analgesik topikal harus dihindari. Jika otorrhea terlihat melalui perforasi TT atau
TM, penggunaan topikal tetes otic antimikroba yang telah disetujui untuk digunakan dalam
kehadiran TM nonintact dapat dipertimbangkan. Karena tidak ada strategi manajemen nyeri-
khusus telah diteliti dengan baik dalam pengaturan ini, dokter harus menggunakan penilaian nya
dalam memilih obat untuk otalgia.
Pilihan pengamatan meliputi menunggu waspada selama 48 sampai 72 jam pada anak-anak
terpilih, dengan manajemen nyeri saja. Pasien yang tepat untuk opsi ini mungkin termasuk anak
sehat usia 6 bulan sampai 2 tahun dengan gejala nonsevere dan diagnosis pasti dari AOM atau
anak-anak usia 2 sampai 12 tahun yang memiliki gejala nonsevere atau diagnosis pasti. Jika opsi
ini dipilih, pasien dan keluarga harus memiliki akses yang dapat diandalkan untuk dokter jika
reevaluasi atau obat yang diperlukan. Jika komplikasi yang hadir, jika anak memiliki kondisi
medis yang mendasari yang akan membuat pilihan ini berpotensi bermasalah, jika keluarga tidak
memiliki akses siap untuk tindak lanjut perawatan medis, atau jika dokter atau keluarga tidak
nyaman dengan pilihan, maka ini mungkin bukan strategi pengelolaan yang tepat untuk anak.
Rekomendasi untuk penggunaan amoksisilin dibuat karena keamanan dan keampuhan umum.
Namun, jika anak immunocompromised, jika organisme yang tidak biasa atau resisten diduga,
atau jika pasien alergi terhadap amoksisilin, agen antibakteri lain yang harus dipertimbangkan.
Negara pedoman AOM lanjut: â € œWhen agen antibakteri yang diresepkan untuk AOM,
perjalanan waktu respon klinis harus 48 sampai 72 jam. Ketika pengamatan telah menjadi
manajemen yang dipilih dan perbaikan spontan belum dicatat oleh 48 sampai 72 jam, terapi
antibakteri diindikasikan untuk membatasi durasi illnessâ lanjut €?? (7). Mereka
merekomendasikan amoxicillinâ € "klavulanat untuk pasien dengan penyakit parah, jika cakupan
tambahan untuk Î ²-lactamaseâ €" positif H. influenzae dan M. catarrhalis diindikasikan dan jika
pasien awalnya diobati dengan amoksisilin tidak membaik. Seperti biasa, dokter harus
menggunakan penilaian nya untuk setiap pasien, berdasarkan pada pemeriksaan fisik,
penggunaan sebelumnya atau baru-baru ini agen antibakteri, keparahan penyakit, dan profil obat
alergi.
5. â € œDuring bayi dan anak usia dini, mengurangi kejadian infeksi saluran pernafasan dengan
mengubah perawatan anak-center pola kehadiran dapat mengurangi kejadian AOM berulang
secara signifikan. Pelaksanaan pemberian ASI selama setidaknya 6 bulan pertama juga
tampaknya membantu melawan perkembangan episode awal Aoma €?? (23).
6. Tidak ada rekomendasi yang dibuat mengenai penggunaan pengobatan komplementer atau
alternatif. Hal ini didasarkan pada kurangnya bukti keberhasilan atau efektivitas dari setiap
pengobatan komplementer dan alternatif (CAM) terapi dibandingkan dengan sejarah alam dari
AOM.

Surgical Management of AOM


Pedoman AOM tidak menangani manajemen operasi AOM.
Otitis Media with Effusion Guidelines

Perlakuan rutin tanpa gejala telinga tengah fluida telah menjadi kontroversi. Pada Mei 2004,
sebuah pedoman diperbarui untuk diagnosis dan pengelolaan Ome diterbitkan (7). Sebuah
komite yang terdiri dari para ahli di bidang perawatan primer, THT, penyakit menular,
epidemiologi, pendengaran, bicara dan bahasa, dan keperawatan praktek maju terpilih, termasuk
perwakilan dari The American Academy of Pediatrics, American Academy of Family
Physicians, dan American Academy Bedah € "Kepala dan Leher Otolaryngologyâ, untuk
merevisi pedoman OME. Rekomendasi yang dirancang untuk diterapkan pada anak usia 2 bulan
sampai 12 tahun dengan atau tanpa cacat perkembangan atau kondisi yang mendasarinya yang
mempengaruhi untuk OME dan gejala sisa. Para dokter harus berlatih melihat mereka sebagai
pedoman manajemen, dan situasi setiap pasien harus selalu dipertimbangkan. Rekomendasi
pedoman utama adalah sebagai berikut:
â € laterality œDocument, durasi efusi, dan kehadiran dan tingkat keparahan symptomsâ terkait
€?? (7). Karena pengelolaan Ome berbeda dari yang untuk AOM, mereka harus dibedakan dari
satu sama lain. Pneumatic otoscopy direkomendasikan sebagai metode diagnostik utama untuk
Ome, dengan timpanometri digunakan untuk konfirmasi diagnosis.
Membedakan mana anak-anak dengan Ome beresiko untuk pidato, bahasa, atau masalah belajar,
dan memulai intervensi cepat jika diperlukan (7).
â € œManage anak dengan Ome yang tidak beresiko dengan menunggu waspada selama 3 bulan
dari tanggal onset efusi (jika diketahui) atau diagnosis (jika onset tidak diketahui) â €?? (7).
Pengujian Mendengar dianjurkan bila Ome berlangsung selama 3 bulan atau lebih, atau jika
gangguan pendengaran signifikan, keterlambatan bicara dan bahasa, atau masalah belajar yang
hadir atau dicurigai (7).
Anak-anak â € OME œwith persisten yang tidak beresiko perlu dikaji ulang pada 3 - untuk
interval 6-bulan sampai efusi tersebut tidak lagi hadir, kehilangan pendengaran signifikan
diidentifikasi, atau kelainan struktural dari gendang telinga atau telinga tengah yang suspectedâ
€? ? (7).
P.1272

Jika operasi untuk Ome diindikasikan, penempatan TT harus menjadi prosedur awal. Operasi
diulang untuk Ome harus terdiri dari adenoidectomy dengan miringotomi dan penyisipan tabung
mungkin (7).

Subkomite OME juga mencatat:


Program skrining berbasis populasi untuk OME tidak ditunjukkan dalam sehat, anak-anak tanpa
gejala.
Antihistamin dan dekongestan tidak meningkatkan tingkat resolusi Ome dan karena itu tidak
boleh digunakan untuk pengobatan.
Antimikroba dan kortikosteroid belum terbukti memiliki efikasi jangka panjang dalam hal
resolusi OME dan tidak boleh digunakan untuk manajemen rutin.

Pencegahan
Beberapa langkah telah diusulkan untuk mencegah OM, termasuk profilaksis antimikroba,
kontrol alergi, amandel atau adenoidectomy atau keduanya vaksinasi,, administrasi
imunoglobulin, dan mengubah kontributor lingkungan mungkin. Manajemen Alergi dapat
membantu jika alergen tertentu dapat diidentifikasi. Intravena Î ³-globulin sesekali dapat
direkomendasikan untuk defisiensi imunoglobulin terbukti atau dicurigai. Namun, seperti dalam
kasus alergi, manajemen medis atau bedah tertentu otitis yang mungkin diperlukan sambil
menunggu alergi menjadi lebih terkontrol dan untuk sistem kekebalan tubuh untuk dewasa.
Perubahan faktor lingkungan yang dapat membantu menurunkan OM termasuk menghilangkan
alergen mungkin, memperpanjang menyusui, menghapus anak dari penitipan (atau memindahkan
anak dari situasi penitipan besar untuk situasi perawatan di rumah kecil), dan mencegah paparan
kedua tangan asap rokok (5).
Vaksin ditujukan terhadap bakteri dan virus yang berkaitan dengan OM menyediakan metode
menarik untuk pencegahan mungkin. Sebagian besar penelitian vaksin telah ditujukan S.
pneumoniae dan H. influenzae nontypable, yang penting sekarang bahwa bakteri ini telah
mengembangkan pola signifikan resistensi antimikroba. The 23-valent tua S. pneumoniae Vaksin
belum terbukti sangat imunogenik pada anak-anak muda dari 6 tahun. Namun, heptavalent baru
S. pneumoniae tampaknya sangat efektif terhadap penyakit pneumokokus invasif. Penggunaan
vaksin pneumococcal conjugate heptavalent telah menyebabkan penurunan besar dalam
prevalensi penyakit pneumokokus invasif (bakteremia, meningitis) dan penurunan lebih
sederhana dalam infeksi saluran pernafasan (AOM, pneumonia) (24). Penelitian terbaru melihat
anak divaksinasi menunjukkan peningkatan infeksi dengan serotipe tidak termasuk dalam vaksin
(24,25,26). Beberapa studi telah menunjukkan hanya efek kecil pada pencegahan AOM dengan
vaksinasi pneumococcal conjugate pada anak-anak muda dari 2 tahun (26,27,28).
Vaksinasi terhadap virus yang berkaitan dengan OM memiliki potensi manfaat yang besar.
Clements et al. melaporkan bahwa anak-anak berusia 6 sampai 30 bulan yang telah menerima
vaksin influenza memiliki episode sedikit 32% dari AOM daripada mereka yang tidak. Dalam uji
coba terkontrol secara acak, Hoberman et al. (29) ditemukan vaksinasi influenza tidak lebih
efektif daripada plasebo pada anak usia 6 sampai 24 bulan. Tidak ada kesepakatan mengenai
vaksinasi influenza dan pencegahan AOM pada anak-anak muda dari 2 tahun. Anak-anak muda
dari 2 tahun terus mengalami jumlah terbesar episode AOM tetapi tidak muncul untuk
mengembangkan respon kekebalan yang kuat dari vaksinasi bahwa anak-anak yang lebih tua
menampilkan.
Tindakan Pembedahan
Miringotomi dan Insersi Tube
Penggunaan tabung ventilasi telah menjadi pilihan perawatan untuk (a) AOM berulang responsif
terhadap terapi medis, (b) kronis OM dengan efusi persisten selama 3 bulan dan kehilangan
pendengaran konduktif, (c) negatif telinga tengah tekanan dengan cholesteatoma yang akan
datang, dan (d) intervensi di hadapan komplikasi OM. Penyisipan tabung ventilasi tidak hanya
menormalkan tekanan telinga tengah, tetapi juga mengurangi frekuensi dan keparahan AOM dan
umumnya menyelesaikan gangguan pendengaran konduktif yang berhubungan dengan efusi
persisten (5). Untuk anak-anak dengan AOM berulang sangat parah, tabung ventilasi baik dan
antibiotik profilaksis mungkin diperlukan. Anak yang membutuhkan baik tabung dan antibiotik
untuk mengelola otitis mereka secara efektif sering memiliki disfungsi kekebalan tubuh ringan
yang membaik dengan waktu. Waktu rata-rata yang TT tetap di tempat dan fungsional adalah 6
sampai 12 bulan setelah insersi.
Komplikasi dari tabung telinga termasuk otorrhea, perforasi TM gigih ketika tabung memiliki
diekstrusi, jaringan parut atau timpanosklerosis melibatkan TM, ditusuk dari tabung,
pembentukan jaringan granulasi sekitar tabung, atrofi atau menipis wilayah di TM (di mana
tabung itu), awal ekstrusi atau ekstrusi ke dalam telinga tengah, dan cholesteatoma. Otorrhea
relatif umum, terjadi 12% sampai 30% dari waktu yang tepat setelah penyisipan tabung, terutama
jika MEE itu purulen atau berlendir, dan pada sampai dengan 50% dari anak-anak di beberapa
titik selama waktu tabung berada di tempat. Otorrhea sering terjadi sekunder untuk URI.
Membran timpani perforasi yang tidak menutup spontan terjadi pada hingga 2% sampai 3% dari
telinga dengan TT, meskipun angka ini lebih tinggi (17%) dengan jangka panjang tabung (30).
Faktor-faktor yang mungkin berhubungan dengan tingkat yang lebih tinggi perforasi persisten
termasuk retensi tabung melampaui 36 bulan dan beberapa set tabung (5).
Adenoidektomi dan Tonsilektomi
Secara historis, adenoidectomy telah direkomendasikan sebagai pengobatan tambahan dalam
pengelolaan kronis OM. Hasil studi mengevaluasi efektivitas adenoidectomy dalam mencegah
atau menurunkan tengah-penyakit telinga bervariasi. Beberapa perbedaan mendasar yang
ditemukan dalam
P.1273
penelitian berkaitan dengan (a) definisi OM, (b) ada tidaknya alergi lingkungan, (c) ukuran
adenoid, (d) status ET, dan (e) operasi konkuren (yaitu, amandel). Beberapa studi telah
menunjukkan bahwa waktu untuk kambuhnya efusi, efusi durasi, dan kebutuhan untuk operasi
lebih lanjut berkurang pada kelompok adenoidectomy (5). Paradise dan rekan juga dievaluasi
kegunaan adenoidectomy dalam pengelolaan AOM berulang dan menetapkan bahwa jumlah
episode AOM adalah 35% pada kelompok adenoidectomy versus 28% pada kelompok kontrol
(tanpa TT adenoidectomy), lihat referensi 30a. Gates dan rekan mengevaluasi berbagai
kombinasi myringotomy, adenoidectomy, dan penempatan TT untuk OME. Mereka menemukan
bahwa dengan waktu MEE berulang mengalami penurunan sebesar 29% (tabung hanya), 38%
(adenoidectomy dan myringotomy), dan 47% (adenoidectomy dan tabung). Infor-masi tentang
adenoidectomy pada anak-anak muda dari 4 tahun masih terbatas (7). Sekitar delapan
adenoidectomies diperlukan untuk menghindari satu contoh dari reintegrasi tabung (Namun, ini
mungkin merupakan penurunan yang lebih besar dari AOM / OME, termasuk mereka yang tidak
memerlukan pembedahan tambahan) (31).
Meskipun bukti anekdot menunjukkan bahwa tonsilektomi sangat membantu, tidak ada
penelitian yang menunjukkan khasiat signifikan tonsilektomi dan adenoidectomy atas
adenoidectomy sendiri dalam pencegahan OM.
Komplikasi
Sejak diperkenalkannya antimikroba, insiden kedua komplikasi intratemporal dan intrakranial
supuratif terkait dengan OM telah anjlok. Namun, komplikasi masih terjadi, dan kewaspadaan
diperlukan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas potensial yang dapat berhubungan dengan
mereka (4). Komplikasi dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok intratemporal dan intrakranial
(Tabel 91.5). Sejauh komplikasi yang paling umum adalah gangguan pendengaran konduktif
(CHL), biasanya karena adanya MEE. Dalam dekade terakhir, bunga yang signifikan telah
dinyatakan dalam efek jangka panjang MEE gigih pada pidato, bahasa, dan perkembangan
kognitif anak. Meskipun banyak penelitian telah dilakukan, hasilnya tetap kontroversial.
Kemungkinan alasan untuk perbedaan dalam jenis penelitian meliputi (a) dokumentasi yang
tepat dari sejarah OM, (b) waktu audiologic pemeriksaan, (c) status otologic pada saat evaluasi
kognitif, dan populasi penelitian (d) bervariasi. Roberts et al. (32) menunjukkan bahwa
lingkungan perawatan-memberi adalah lebih kuat terkait dengan hasil sekolah daripada itu OME
atau gangguan pendengaran. Ini merupakan masalah yang sulit untuk belajar dengan baik karena
faktor pembaur banyak, namun, rekomendasi saat ini tetap untuk intervensi bedah bila anak
memiliki gangguan pendengaran, keterlambatan bicara, kinerja yang buruk di sekolah (atau
kombinasi dari) dalam pengaturan Ome lebih lama dari 3 bulan (7).

TABLE 91.5 COMPLICATIONS OTITIS MEDIA


Intratemporal
Hearing loss (conductive and sensorineural)
Tympanic membrane perforation (acute and chronic)
Chronic suppurative otitis media (± cholesteatoma)
Retraction pocket/atelectasis
Cholesteatoma
Adhesive otitis media
Tympanosclerosis
Ossicular discontinuity/fixation
Mastoiditis
Petrositis
Labyrinthitis
Facial paresis or paralysis
Cholesterol granuloma
Infectious eczematoid dermatitis
Intracranial
Meningitis
Subdural empyema
Brain abscess
Extradural abscess
Lateral sinus thrombosis
Otitic hydrocephalus

Untungnya, mengingat tingginya insiden OM, situasi darurat jarang terjadi. Tabel 91,6 singkat
menguraikan beberapa tanda-tanda peringatan untuk OM berpotensi rumit. Jika pasien terus
menjadi demam, memiliki sakit parah, atau untuk menunjukkan salah satu komplikasi yang
tercantum dalam Tabel 91,5, intervensi langsung harus dipertimbangkan. Sebuah indeks
kecurigaan yang tinggi harus digunakan dalam mengevaluasi neonatus dan host
immunocompromised karena adanya organisme yang tidak biasa mungkin. Penelitian awal
meliputi pemeriksaan fisik dan tympanocentesis untuk memperoleh organisme untuk budaya dan
kerentanan pengujian, lebar lapangan myringotomy dengan penyisipan dari TT juga harus
dipertimbangkan saat ini. Computed tomografi (CT) scan dan magnetic resonance imaging dapat
membantu mengidentifikasi komplikasi intrakranial dan intratemporal. Jika pasien tidak
merespon segera terhadap antimikroba intravena dan tympanocentesis / myringotomy,
tympanomastoidectomy harus dipertimbangkan. Jika intrakranial
P.1274
komplikasi yang dicurigai atau dikonfirmasi, konsultasi bedah saraf harus diperoleh.

TABLE 91.6 EMERGENCIES OTITIS MEDIA


Severe pain
Sensorineural hearing loss
Facial paresis or paralysis
Severe vertigo
Young infant or immunocompromised host
Any suspected/confirmed intracranial complication

Kesimpulan
Otitis media adalah salah satu penyakit yang paling umum dari masa kanak-kanak dan
merupakan masalah medis yang mahal. Faktor-faktor seperti munculnya organisme bakteri
resisten, pengenalan sering agen antimikroba baru, dan kurangnya konsensus mengenai peran
alergi, gastroesophageal reflux, dan infeksi virus terus menantang kita sehubungan dengan
diagnosis dan pengobatan. Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk mengevaluasi benar efek
dari tengah-penyakit telinga pada pidato, bahasa, dan perkembangan kognitif.
Highlight

Otitis media adalah kondisi peradangan dari ruang telinga tengah, tanpa mengacu pada
patogenesis.
Otitis media adalah penyakit yang paling umum kedua setelah masa kanak-kanak URI.
Dua-pertiga dari anak-anak memiliki setidaknya satu episode OM pada usia 3 tahun.
Setelah episode AOM, 10% dari anak-anak memiliki MEE berlangsung 3 bulan atau lebih.
Faktor epidemiologi terkait dengan peningkatan insiden OM termasuk kelompok perawatan hari,
orang tua atau saudara dengan OM, seks mungkin laki-laki, dan merokok.
Organisme bakteri yang paling umum menyebabkan AOM adalah S. pneumoniae, H. influenzae,
M. catarrhalis, dan kelompok A streptokokus.
Lima puluh persen anak-anak dengan Ome telah organisme bakteri dikultur dari MEE mereka,
termasuk S. pneumoniae, H. influenzae, dan M. catarrhalis, hampir 80% memiliki bukti dari
ketekunan bakteri dengan PCR.
Eustachio tabung disfungsi tampaknya menjadi faktor yang paling penting dalam patogenesis
penyakit telinga tengah.
MEE berkepanjangan terkait dengan kehilangan pendengaran dapat mengganggu bicara dan
perkembangan bahasa.
Faktor-faktor seperti alergen, penitipan pengaturan, paparan kedua tangan asap rokok, dan durasi
dan posisi (tegak vs terlentang) dari menyusui mungkin memainkan peran dalam frekuensi OM.
Komplikasi yang mengancam jiwa dari OM jarang terjadi tetapi terjadi dan dapat memiliki
gejala sisa neurologis yang parah, termasuk kematian.
Manajemen OM awalnya medis, dengan terapi bedah biasanya diperuntukkan bagi kegagalan
medis atau komplikasi.
References

1. Auinger P, Lanphear BP, Kalkwarf HJ, et al. Trends in otitis media among children in the
United States. Pediatrics 2003;112:514–520.
2. Bondy J, Berman S, Glazner J, et al. Direct expenditures related to otitis media diagnoses:
extrapolations from a pediatric Medicaid cohort. Pediatrics 2000;105:e72.
3. Shekelle P, Takata G, Chan LS, et al. Diagnosis, natural history and late effects of otitis media
with effusion: evidence report/technology assessment no. 55. Rockville, MD: Agency for
Healthcare Research and Quality, AHRQ Publication No 03-E023, 2002.
4. Bluestone CD, Klein JO. Intratemporal complications and sequelae of otitis media. In:
Bluestone CD, Stool SE, Alper CM, et al., eds. Pediatric otolaryngology, 4th ed. Philadelphia:
Saunders, 2003:687–764.
5. Bluestone CD, Klein JO. Otitis media and eustachian tube dysfunction. In: Bluestone CD
Stool SE, Alper CM, et al., eds. Pediatric otolaryngology, 4th ed. Philadelphia: Saunders,
2003:474–685.
6. Shiao AS, Guo YC, Hsieh ST. Bacteriology of medically refractory acute otitis media in
children: a 9-year retrospective study. Int J Pediatr Otorhinolaryngol 2004;68:759–765.
7. American Academy of Family Physicians, American Academy of Otolaryngology–Head
and Neck Surgery, American Academy of Pediatrics Subcommittee on otitis media with
effusion. Otitis media with effusion. Pediatrics 2004;113(5):1412–1429.
8. Williamson I. Otitis media with effusion. Clin Evidence 2002;7:469–476.
9. Casselbrant ML, Mandel EM. Evidence-based otitis media, 2nd ed. Hamilton, Ontario: BC
Decker Inc, 2003.
10. Stool SE, Berg AO, Berman S, et al. Otitis media with effusion in young children. In:
Clinical Practice Guideline, Number 12. Rockville, MD: Agency for Health Care Policy and
Research, Public Health Service, U.S. Department of Health and Human Services, 1994.
Publication No. 94-0622.
11. Casselbrant ML, Mandel EM, Kurs-Lasky M, et al. Otitis media in a population of black
American and white American infants, 0–2 years of age. Int J Pediatr Otorhinolaryngol
33:11–16, 1995.
11a. Paradise JL, Rockettte HE, Colburn K, et al. Otitis media in 2253 Pittsburgh-area infants:
prevalence and risk factors during the first two years of life. Pediatrics 1997;99:318–33.
11b. Casselbrant ML, Mandel EM, Fall PA, et al. The heritability of otitis media: a twin and
triplet study. JAMA 1999;282:2125–2130.
12. Vernacchio L, Lesko SM, Vezina RM, et al. Racial/ethnic disparities in the diagnosis of otitis
media in infancy. Int J Pediatr Otorhinolaryngol 2004;68:795–804.
13. Farjo RS, Foxman B, Patel MJ, et al. Diversity and sharing of Haemophilus influenzae
strains colonizing healthy children attending day-care centers. Pediatr Infect Dis J
2004;23:41–46.
14. Tasker A, Dettmar PW, Panetti M, et al. Is gastric reflux a cause of otitis media with effusion
in children? Laryngoscope 2002;112:1930–1934.
15. Veenhoven R, Rijkers G, Schilder A, et al. Immunoglobulins in otitis-prone children. Pediatr
Res 2004;55:159–162.
16. Aydogan B, Kiroglu M, Altintas D, et al. The role of food allergy in otitis media with
effusion. Otolaryngol Head Neck Surg 2004;130:747–750.
17. Piglansky L, Leibovitz E, Raiz S, et al. Bacteriologic and clinical efficacy of high dose
amoxicillin for therapy of acute otitis media in children. Pediatr Infect Dis J 2003;22:405–413.
18. Block SL, Hedrick J, Harrison CJ, et al. Community-wide vaccination with the heptavalent
pneumococcal conjugate significantly alters the microbiology of acute otitis media. Pediatr Infect
Dis J 2004;23:839–841.
19. Brook I, Yocum P, Shah K, et al. Increased antimicrobial resistance in organisms recovered
from otitis media with effusion. J Laryngol Otolaryngol 2003;7:449–453.
20. Palmu AA, Saukkoriipi PA, Lahdenkari MI, et al. Does the presence of pneumococcal DNA
in middle-ear fluid indicate pneumococcal etiology in acute otitis media? J Infect Dis
2004;189:775–784.
21. Rosenfeld RM, Kay D. Natural history of untreated otitis media. Laryngoscope.
2003;113:1645–1657.
22. American Academy of Pediatrics Subcommittee on management of acute otitis media.
Diagnosis and management of acute otitis media. Pediatrics 2004;113:1451–1465.
23. Daly KA, Giebink GS. Clinical epidemiology of otitis media. Pediatr Infect Dis J
2000;19(suppl 5):S31–S36.
P.1275
24. Posfay-Barbe KM, Wald ER. Pneumococcal vaccines: Do they prevent infection and how?
Curr Opin Infect Dis 2004;17:177–184.
25. Pelton SI, Loughlin AM, Marchant CD. Seven valent pneumococcal conjugate vaccine:
immunization in two Boston communities: changes in serotypes and antimicrobial susceptibility
among streptococcus pneumoniae isolates. Pediatr Infect Dis J 2004;23:1015–1022.
26. Veenhoven R, Bogaert D, Uiterwaal C, et al. Effect of conjugate pneumococcal vaccine
followed by polysaccharide pneumococcal vaccine on recurrent acute otitis media: a randomized
study. Lancet 2003;28:2189–2195.
27. Straetemans M, Sanders EA, Veenhoven RH, et al. Review of randomized controlled trials
on pneumococcal vaccination for prevention of otitis media. Pediatr Infect Dis J
2003;22:515–524.
28. Jenson HB, Baltimore RS. Impact of pneumococcal and influenza vaccines on otitis media.
Curr Opin Pediatr 2004;16:58–60.
29. Hoberman A, Greenbeerg DP, Paradise JL, et al. Effectiveness of inactivated influenza
vaccine in preventing acute otitis media in young children: a randomized controlled trial. JAMA
2003;290:1608–1616.
30. Kay DJ, Nelson M, Rosenfeld RM. Meta-analysis of tympanostomy tube sequelae.
Otolaryngol Head Neck Surg 2001; 124: 374–380.
30a. Friedberg J. Adenoidectomy with and without tonsillectomy for recurrent acute otitis media.
In: Alper CM, Bluestone CD, Cassselbrant ML, et al., eds. Advanced therapy of otitis media.
Hamilton, Ontario: BC Decker, 2004:122–124.
31. Coyte PC, Croxford R, McIsaac W, et al. The role of adjuvant adenoidectomy and
tonsillectomy in the outcome of insertion of tympanostomy tubes. N Engl J Med
2001;344:1188–1195.
32. Roberts JE, Burchinal MR, Zeisel SA. Otitis media in early childhood in relation to children's
school-age language and academic skills. Pediatrics 2002;110:696–706.

Anda mungkin juga menyukai