Anda di halaman 1dari 5

BAB III

PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA KELUARGA BINAAN

3.1 Latar Belakang Kasus


Identitas Pasien
- Nama : I Made Karpa
- Umur : 71 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Pendidikan : SD
- Pekerjaan : Petani
- Riwayat keluarga : Tidak Ada

Data Keluarga

Umur Jenis
No Nama Status Pendidikan Pekerjaan
(thn) Kelamin

I Made
1. KK 71 L SLT/Sederajat Petani
Karpa

Riwayat Penyakit
Melalui autoanamnesis pasien menyatakan sesak. Sesak nafas dialami sejak 1 tahun
terakhir tetapi 1 minggu ini sesak nafas dirasakan semakin memberat, bahkan untuk ganti
baju saja pasien sudah merasa sesak sekali. Sesak dialami terus-menerus dan tidak memberat
demean cuaca dingin. Sesak nafas akan berkurang jika dibuat istirahat sehingga untuk tidur
pasien harus menggunakan 2 bantal Dan dalam posis duduk.Riwayat sesak sebelumnya ada.
Dalam keluarganya tidak ada yang menderita keluhan yang sama dengan penderita. Sesak
nafas dirasakan seperti tidak nyaman Dan susah untuk bernafas. Sejak dua bulan terakhir
memang pasien sudah tidak mampu bekerja sama sekali kerana kakinya mulai bengkak
hinngga tidak kuat untuk berjalan.
Penderita juga mengalami batuk sejak 2 bualn yang lalu. Lendir warna putih.
Penurunan berat badan dratis disangka, tidak ada nafsu makan hanya makan sekali dalam
sehari. Nyeri abdomen tidak ada, BAB Dan BAK lancar. Pasien memang perokok berat
sejak kelas SD hampir 4 ceratu dihabiskannya.
Riwayat demam disangkal oleh pasien. Mual-muntah disangkal oleh pasien.. Riwayat
penyakit lain seperti penyakit jantung, diabetes militus dalam keluarga disangkal.
3.2 Analisis Situasi Keluarga
Aspek Lingkungan Fisik

Keluarga Bapak Karpa tinggal dalam satu kawasan rumah seluas 20x10 m 2. Dalam
kawasan tersebut terdapat dua buah bangunan. Bangunan yang pertama terdiri dari tempat
tidur sekaligus ruang tamu Bapak Karpa. Dinding bangunan terbuat dari kayu yang berwarna
kehitamanan. Lantai rumah terdiri dari semen dan kelihatan agak berdebu dan kotor kerana
jarang disapu. Atap dari bangunan tersebut terdiri dari kayu yang masih dalam kondisi yang
baik dan terawat. Bangunan yang pertama memiliki 1 buah pintu dan memiliki satu jendela
yang jarang dibuka. Kamar tidur serta ruang tamu kelihatan seperti agak kekurangan cahaya
dan ventilasinya kerana agak lembap dan gelap. Bangunan kedua terdiri dari kamar mandi
dan dapur. Bagi kamar mandinya kebersihannya masih kurang memuaskan Dan untuk dapur
terlihat tidak rapi dan kurang bersih di dalamnya kerana masih menggunakan tungku api
untuk memasak air dan makanan.

Aspek Sosial Ekonomi Keluarga Binaan


Pekerjaan utama Bapak Karpa adalah sebagai Petani di ladang. Beliau memiliki 2 hektar
yang berluas 40 ara yang diutamakan untuk penanaman jeruk dan cabai. Selain itu beliau
juga memiliki kadang perternakan iaitu 40 ayam dan 4 sapi. Tetapi Bapak Karpa tidak
bekerja sekarang kerana usia ketuaan beliau dan Bapak menyerahkan tugas beliau untuk
mengerjakan kebunya kepada anak mereka. Hasil ladang sebagian besar digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari namun jika terdapat kelebihan hasil akan dijual. Anak Pak Karpa yaitu
bapak kaji merupakan tulang punggung keluarganya sehingga sebagian besar pengeluaran
dalam keluarga Pak Jodog ditanggung oleh Bapak kaji. Bapak kaji bekerja sebagai pedagang
dan juga menolong menjaga kebun bapak Karpa . Bapak Karpa menghabiskan uang sebesar
± Rp 500.000,- per bulan bagi berbagai keperluan harian. Untuk beras, Bapak Karpa
mengeluarkan biaya sebesar ± Rp. 30.000,- per bulan. Bapak Karpa membeli stok beras
dalam kuantitas yang besar agar bisa mendapatnya dalam harga yang lebih murah. Beras
tersebut dimasak setiap hari oleh istri kaji..

Aspek Sosial Budaya Keluarga Binaan


Bapak Karpa seorang yang beragama Hindu.. Aspek sosial budaya pada beliau sangat baik.
Segala kegiatan budaya seperti kegiatan upacara agama dan ngayah di lingkungan desa,
biasanya ikut aktif berpatisipasi melaksanakan kegiatan budaya tersebut.
Aspek Sosial Psikologis Keluarga Binaan
Dari aspek sosial psikologis oleh Bapak Karpa cukup baik. Beliau sangat ramah yang dapat
dilihat apabila beliau menerima penulis ke rumah dia. Hubungan Bapak Karpa dengan
tetangga di sekitarnya juga sangat baik berdasarkan sifat mereka yang suka bergaul dan
terbuka.
3.3 Rumusan Masalah dan Solusi Kasus
1. Status Kesehatan Anggota Keluarga
Status Gizi Bapak Karpa dengan tinggi badan 162 cm dan berat badan 57 memiliki status
gizi yang bisa dikatakan cukup melalui BMInya yang didapatkan sebesar 22,7 kg/m2.
a. Kelahiran
Pak Karpa dikatakan lahir dengan normal, lahir di dukun dari desa belanga
b. Kematian
Di keluarga Pak Karpa tidak ada yang pernah mengalami penyakit serius yang dapat
merenggut nyawa.
c. Kesakitan
Dalam 1 tahun terakhir, Pak Karpa sering mengalami sesak pada pagi harinya.
d. Latar Belakang Penyakit .
Melalui autoanamnesis pasien menyatakan sesak. Sesak nafas dialami sejak 1 tahun
terakhir tetapi 1 minggu ini sesak nafas dirasakan semakin memberat, bahkan untuk ganti
baju saja pasien sudah merasa sesak sekali. Sesak dialami terus-menerus dan tidak memberat
demean cuaca dingin. Sesak nafas akan berkurang jika dibuat istirahat sehingga untuk tidur
pasien harus menggunakan 2 bantal dan dalam posis duduk.Riwayat sesak sebelumnya ada.
Dalam keluarganya tidak ada yang menderita keluhan yang sama dengan penderita. Sesak
nafas dirasakan seperti tidak nyaman dan susah untuk bernafas. Sejak dua bulan terakhir
memang pasien sudah tidak mampu bekerja sama sekali kerana kakinya mulai bengkak
hinngga tidak kuat untuk berjalan.
Penderita juga mengalami batuk sejak 2 bualn yang lalu. Lendir warna putih. Penurunan
berat badan dratis disangka, tidak ada nafsu makan hanya makan sekali dalam sehari. Nyeri
abdomen tidak ada, BAB Dan BAK lancar. Pasien memang perokok berat sejak kelas SD
hampir 4 ceratu dihabiskannya.
Riwayat demam disangkal oleh pasien. Mual-muntah disangkal oleh pasien.. Riwayat
penyakit lain seperti penyakit jantung, diabetes militus dalam keluarga disangkal.
2. Persepsi Keluarga Tentang Konsep Sehat-Sakit
Bapak Karpa masih kurang memahami tentang konsep sakit dan sehat. Beliau
berpikirkan bahawa sakit itu apabila tidak dapat melanjutkan pekerjaan seharian dan sampai
harus dirawat di rumah sakit. Penulis juga menjelaskan bahawa kesehatan itu bukan dari
penyakit dan melibatkan badan sahaja tetapi juga melibatkan dari segi psikologikal, mental,
rohani dan sosial. Penerapan gaya hidup yang sehat dan bersih juga kurang dipraktikan dalam
kehidupan seharian keluarga ini.
Solusi Masalah Kesehatan
Bertolak pada tujuan dari PPD ini sebagai dokter keluarga, langkah-langkah yang dapat
diambil untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah sesuai dengan prinsip-prinsip
kedokteran keluarga sebagai berikut, yaitu: personal, komprehensif, berkesinambungan,
koordinatif dan kolaboratif, mengutamakan pencegahan, serta memberdayakan keluarga
dan/atau masyarakat. Dari beberapa masalah yang dijelaskan sebelumnya, saya mengusulkan
penyelesaian masalah yang sesuai dengan prinsip-prinsip kedokteran keluarga yakni:

A. Paripurna (Komprehensif)

1. Pencegahan Primer
- Memberikan penjelasan kepada penderita untuk meningkatkan pengetahuan
tentang PPOK, terutama mengenai definisi, faktor risiko, gejala, dan upaya
pencegahannya.
- Memberikan penjelasan kepada penderita bagaimana cara mencegah penyakit
PPOK dengan menghindari faktor risikonya.
- Memberikan penjelasan mengenai pengobatan yang harus dijalani penderita
terkait kondisi yang dimilikinya.
2. Pencegahan Sekunder
- Memberikan saranan untuk mengambil pengobatan yang tepat dan mengingatkan
untuk tetap rajin menggunakan obat. Pada pasien OA biasanya bersifat
simptomatis. Untuk membantu mengurangi keluhan sesak pada pasien OA,
- Menyarankan pasien segera berobat ke rumah sakit yang berdekatan apabila
sesaknya bertambah parah supaya tidak memperburuk kondisinya
3. Pencegahan Tersier
- Menyarankan pasien sering memakai masker muka dan mengurangi aktivitas dan
pekerjaan sehingga tidak terlalu banyak terjebak pada polusi udara.
- Memberikan KIE pada pasien agar meragamkan diet sehari-hari pasien namun
tetap membatasi pengambilan lemak dan kolestol.
B. Berkesinambungan
Memantau perkembangan penyakit penderita dengan rutin mengadakan
kunjungan rumah setiap minggunya dan pengobatan dilakukan secara teratur dan
kontinyu untuk mengoptimalkan status kesehatan penderita.

C. Koordinatif dan kolaboratif

Menyarankan kepada keluarga penderita untuk ikut berpartisipasi aktif dalam


pengobatan penderita.

D. Mengutamakan Pencegahan
Pencegahan diutamakan pada keluarga penderita dan masyarakat yang
berisiko.Menasihatkan penderita kurangkan aktivitas yang memicu faktor PPOK.
Melarang penderita ke kawasan merokok dan sentiasa memakai masker muka.

F. Personal
Mengobati penderita secara holistik dari semua aspek kehidupannya, baik secara biologis,
psikologis, sosial ekonomi, budaya, serta agamanya.
- Secara biologis, penderita dan keluarga diberikan penyuluhan mengenai penyakit
PPOK, serta dilakukan monitoring yang berkelanjutan mengenai pengobatan dan
pencegahan penderita.
- Secara psikologis, dengan memberi dukungan kepada penderita.
- Secara sosial ekonomi, sebaiknya pengobatan yang diberikan disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi keluarga penderita.
- Secara budaya dan agama, pengobatan disesuaikan dengan budaya setempat serta
selama pengobatan disarankan agar keluarga tetap menjalankan ibadah
sebagaimana mestinya.

Anda mungkin juga menyukai