Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN LABORATORIUM

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

PERCOBAAN XIII
DESAIN PENGUAT TRANSISTOR COMMON EMITER

NAMA PRAKTIKAN : 1. ALIFIA AZZAHRA (1315030032)


NAMA REKAN KERJA : 1. M. RIFKY RAYNALDI (1315030063)
2. NADINE BIANCA JUNINDA (1315030067)

KELAS/KELOMPOK : TT – 3A / 07
TANGGAL PENYELESAIAN PRAKTIKUM : 16 Desember 2016
TANGGAL PENYERAHAN PRAKTIKUM : 26 Desember 2016

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
26 DESEMBER 2016
DAFTAR ISI
13.1 TUJUAN .................................................................................................................... 1

13.2 DASAR TEORI ........................................................................................................ 1

13.3 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN ...................................................................... 5

13.4 CARA MELAKUKAN PERCOBAAN .................................................................. 6

13.5 DATA HASIL PERCOBAAN ................................................................................. 8

13.6 ANALISA ..................................................................................................................15

13.7 TUGAS ......................................................................................................................18

13.8 KESIMPULAN .........................................................................................................23

LAMPIRAN
PERCOBAAN XIII
DESAIN PENGUAT TRANSISTOR COMMON EMITER

13.1 TUJUAN
1. Menentukan titik kerja melalui pemberian tegangan basis sesuai dengan jenis
transistor dan arus output.
2. Mengamati tegangan output dan menghitung penguatan tegangan.
3. Menentukan respon frekuensi dan lebar bidang frekuensi.

13.2 DASAR TEORI


Pada konfigurasi emitor bersama (common emitter) sinyal input diumpankan pada
basis dan output diperoleh dari kolektor dengan emitor sebagai groundnya. Gambar 2.1. (a)
dan (b) menunjukkan rangkaian penguat transistor common emitter.

13.2.1. Analisa DC

Analisa DC digunakan untuk menentukan titik kerja transistor, dimana nilai –


nilai yang ditentukan adalah : IB, IC, IE, VB, VBE, dan VCE. Cara untuk melakukan
analisa DC yaitu dengan melepas semua kapasitor (open – circuit). Gambar 2.2.
menunjukkan rangkaian pengganti untuk analisa DC.

1
Faktor penguatan arus pada emitor bersama disebut dengan BETA (β). Seperti
halnya pada α, istilah β juga terdapat βdc (beta dc) maupun βac (beta ac). Definisi
βac dengan VCE konstan adalah :

Istilah β sering dikenal juga dengan hfe yang berasal dari parameter hibrid untuk
faktor penguatan arus pada emitor bersama. Data untuk harga hfe maupun β ini
lebih banyak dijumpai dalam berbagai datasheet dibanding dengan α. Umumnya
transistor mempunyai harga β dari 50 hingga lebih dari 600 tergantung dari jenis
transistornya. Dalam perencanaan rangkaian transistor perlu diperhatikan bahwa
harga β dipengaruhi oleh arus kolektor. Demikian pula variasi harga β juga terjadi
pada pembuatan di pabrik. Untuk dua tipe dan jenis transistor yang sama serta
dibuat dalam satu pabrik pada waktu yang sama, blum tentu mempunyai β yang
sama.

2
13.2.2. Analisa AC

Analisa AC digunakan untuk menentukan ZI, ZO, AV, dan Ai. Cara untuk
melakukan analisa AC yaitu semua kapasitor dihubung – singkat (short – circuit)
dan sumber tegangan DC juga dihubung – singkat (short – circuit). Gambar 2.3.
menunjukkan rangkaian pengganti untuk analisa AC.

13.2.3. re’ Model

3
26 𝑚𝐴
re = 2.14.
𝐼𝐸
26 𝑚𝐴
rac = 2.15.
𝐼𝐵

IC ≈ IE ≈ β. IB
𝐼𝐸
IB = 𝛽
26 𝑚𝐴 26 𝑚𝐴 26 𝑚𝐴
rac = = =β( ) 2.16.
𝛽 𝐼𝐸 / 𝛽 𝐼𝐸

rac = hie = β . re 2.17.

13.2.4. Impedansi Input Zi :

Saat analisa AC, kapasitor CE = low impedance, sehingga RE = 0 (short circuit)


𝑅1 𝑥 𝑅2
RBB = R1 // R2 = 𝑅1+𝑅2
𝑅𝐵𝐵 𝑥 ℎ𝑖𝑒
Zi = RBB // hie = 2.18.
𝑅𝐵𝐵+ℎ𝑖𝑒

atau
𝑅𝐵𝐵 𝑥 ℎ𝑖𝑒
Zi = RBB // β re = 2.19.
𝑅𝐵𝐵+ℎ𝑖𝑒

13.2.5. Impedansi Output ZO :

ZO = RC 2.20.

13.2.6. Penguat Tegangan AV :

VO = - IO . RC = - IC . RC 2.21.
= - β . IB . RC
𝑉𝑖
= - β (ℎ𝑖𝑒) RC
𝛽
=- ( ) RC VI
ℎ𝑖𝑒
𝑉𝑜 𝛽
AV = = - (ℎ𝑖𝑒) RC 2.22.
𝑉𝑖
𝑅𝑐
AV = - ( 𝑟𝑒 ) 2.23.

4
13.2.7. Penguat Arus Ai :

Pembagi arus antara RBB dan hie


𝑅𝐵𝐵
IB = 𝑅𝐵𝐵+ℎ𝑖𝑒 . Ii 2.24.
𝐼𝑏 𝑅𝐵𝐵
=
𝐼𝑖 𝑅𝐵𝐵+ℎ𝑖𝑒

Pada sisi output :


𝐼𝑜

𝐼𝑏
𝐼𝑜 𝐼𝑜 𝐼𝑏
Ai = = 𝐼𝑏 .
𝐼𝑖 𝐼𝑖
𝑅𝐵𝐵
Ai = .β 2.25.
𝑅𝐵𝐵+ℎ𝑖𝑒
𝑅𝐵𝐵
Ai = .β=β
𝑅𝐵𝐵
𝑅𝐵𝐵
Ai = 𝑅𝐵𝐵+ℎ𝑖𝑒 . β 2.26.

13.3 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Resistor :
R1 = 100 K Ω = 1 buah
R2 = 20 K Ω = 1 buah
RC = 1 K Ω = 1 buah
RE = 1 K Ω = 1 buah
RS = 1 K Ω = 1 buah
RL = 1,5 K Ω = 1 buah
2. Transistor BC107 = 1 buah
3. Kapasitor 10 uF = 3 buah
4. Power Supply DC = 1 buah
5. Multimeter Analog = 1 buah
6. Function Generator = 1 buah
7. Oscilloscope = 1 buah
8. Protoboard = 1 buah
9. Kabel-kabel penghubung = Secukupnya

5
13.4 CARA MELAKUKAN PERCOBAAN
Langkah-langkah melakukan percobaan menguji titik kerja transistor adalah sebagai
berikut:
1. Titik Kerja Transistor
1. Catatlah karakteristik transistor BC107 dari datasheet.
2. Transistor BC107 digunakan sebagai penguat transistor common emitter bila
VCC = 10 V dan IC(Q) = 1 mA.
3. Hitung VCE(Q)! Apakah VCE(Q) x IC(Q) < PD(max)>
4. Buatlah rangkaian bias pembagi tegangan seperti pada gambar 13.4.1, dengan
VCC = 10 V, dan nilai-nilai R1, R2, RC, dan RE hasil perhitungan pada
langkah 2!

5. Ukurlah IB, IC, IE, VB, VBE, dan VCE, catatlah hasil pengukuran pada
Tabel 6.1!

2. Rangkaian Penguat Transistor Common Emitter


6. Buatlah rangkaian seperti gambar 13.4.2 dengan VIN(AC) = 80 mVpp,
gelombang sinusoida, frekuensi 1 kHz, RS = 1 K Ω, dan RL = 1,5 K Ω.
7. Catatlah hasil pengukuran VOUT pada tabel 6.2!
8. Amati dengan menggunakan oscilloscope VB, VE, VBE, VCE, dan VOUT,
gambarlah hasil pengamatan tersebut!
9. Ulangi langkah 6 dengan harga VIN(AC) = 0,2 Vpp dan 1 Vpp pada
frekuensi yang sama

6
3. Rangkaian Penguat Transistor Common Emitter
10. Buatlah rangkaian seperti gambar 13.4.2
11. Aturlah function generator pada gelombang sinusoida, frekuensi 1 kHz,
hubungkan input ke rangkaian, amati outputnya menggunakan oscilloscope.
12. Aturlah amplitudo sinyal input sehingga diperoleh amplitudo sinyal output
maksimum tanpa cacat.
13. Catatlah nilai tegangan input dan tegangan output pada saat tersebut, catat
pada tabel 6.3!
14. Gambarlah VIN dan VOUT, sehingga terlihat berbeda phasa!
15. Ubahlah frekuensi function generator sesuai dengan yang tertera pada tabel,
jagalah agar tegangan input tetap, catatlah besar tegangan output untuk setiap
2. Aturlah VCC sehingga VCE = 0 V.
3. Kemudian atur pula VBB sehingga IB = 0 uA. Ukurlah IC dan catat hasilnya
pada tabel 2.
4. Ubah VCE = - 1 V. Ulangi langkah 3.
5. Ulangi pengukuran ini untuk harga VCE dan IB yang lain.

7
13.5 DATA HASIL PERCOBAAN

TITIK KERJA TRANSISTOR


VCC = 10 V R1 = 100 K Ω
IC(Q) = 1 mA R2 = 20 K Ω
Transistor BC107 RC =1KΩ
- Hfe (β) = 200 mn RE =1KΩ
- PD(max) = 300 mW

Tabel 6.1. Rangkaian bias tegangan penguat transistor common emitter

No IB IC IE VB VBE VCE
Ukur 3,4 uA 1,01 mA 1,02 mA 1,5 V 0,61 V 8V
Hitung 4,31 uA 0,826 mA 9,17 mA 1,6 V 0,7 V 9,17 V

Tabel 6.2. Rangkaian penguat transistor common emitter

Vout
Vin (AC)
Ukur Hitung
80 mVpp 0.7 Vpp -74.3 mVpp
0,2 Vpp 2.4 Vpp -185 mVpp
1 Vpp 6.08 Vpp -929 mVpp
27 mVpp (keadaan normal) 228 mVpp -25 mVpp

Gambar Gelombang Tabel 6.2.

- Vin = 27 mVpp (keadaan normal)

8
- Vin = 80 mVpp

Vb

Ve

Vbe

9
Vce

Vout

- Vin = 0.2 Vpp

Vb

10
Ve

Vbe

Vce

11
Vout

- Vin = 1 Vpp

Vb

Ve

12
Vbe

Vce

Vout

13
Tabel 6.3. Penguatan Tegangan Av, Respon Frekuensi, dan Lebar Bidang
Frekuensi

Frekuensi (Hz) Vin (Vpp) Vout(Vpp) Av Av (dB)


100 29.6 80 2.7 8.63
150 31.2 152 4.87 13.75
200 36.8 184 5 13.98
300 36 200 5.55 14.89
500 31.2 216 6.92 16.8
800 32 232 7.25 17.2
1K 27 248 9.18 16.26
10 K 29.6 240 8.1 10.17
30 K 32.8 244 7.44 17.43
50 K 30.4 240 7.89 17.94
60 K 31.2 236 7.56 17.57
70 K 29.6 240 8.11 18
75 K 26.4 236 8.94 19.02
80 K 28.8 244 8.47 18.56
100 K 27.2 244 8.97 19.05
200 K 28 236 8.43 18.52
300 K 30.4 232 7.63 17.65
500 K 32 228 7.125 17.05
1M 31.2 176 5.64 15.02

14
10.6 ANALISA
1. Transistor BC107B
Β = hfe = 200
Ptotal = 300 mW
Ic = Ie = 1 mA Vcc = 10 V Rc = 1 k Ω
- Ve ≤ 1/10 x Vcc
Ve ≤ 1/10 x 10
Ve ≤ 1 V
- Re = 1 / 10-3 = 1 k Ω
- R2 ≤ 1/10 (β x Re)
R2 ≤ 1/10 (200 x 1000) = 20 k Ω
- Vbb = Vbe + Ve
Vbb = 0.7 V + 1 V = 1.7 V
- Vbb = (R2/R2+R1) x Vcc
R1 = R2/Vb (Vcc-Vb)
R1 = (20 x 103/1.7) (10-1.7)
R1 = 97.647 k Ω = 100 k Ω
- Vce = Vcc – IcRc – IeRe
Vce = 10 – (1mA x 1k Ω) – (1mA x 1k Ω)
Vce = 8 V
- Pd ≤ 300 mW
Vce x Ic ≤ 300 mW
8 mW ≤ 300 mW

- Vb = (R2/R1+R2)Vcc
Vb = (20k Ω/100k Ω+20k Ω) x 10
Vb = 1.6 V
- Vce = Vcc – IcRc – IeRe
Vce = 10 – 0.826 mA x 1000 – 4.13 uA x 1000
Vce = 10 – 0.826 – 0.00413
Vce = 9.17 V
- Rbb = R1//R2
Rbb = (R1 x R2)/(R1+R2)

15
Rbb = (100k Ω x 20k Ω) / (100k Ω + 20k Ω)
Rbb = 16.6 k Ω
- Ie = Ve/Re
Ie = 9.17/1000
Ie = 9.17 mA
- Ib = (Vbb-Vbe)/Rbb+(β+1)Re
Ib = (1.6-0.7) / 16.6k Ω + (200+1)1000
Ib = 0.9/217600
Ib = 4.13 uA
- Ic = β x Ib
Ic = 200 x 4.13 x 10-6
Ic = 0.826 mA

- Perbedaan hasil pada pengukuran dan perhitungan bisa disebabkan oleh kualitas
komponen yang dipakai, keakuratan alat ukur yang dipakai, pembacaan hasil
pengkuran, dan pembulatan hasil akhir perhitungan

2. a. 80 mVpp
𝑉𝐵𝐸 0,7 𝑉
 𝑟′𝑒 = = 9.17 𝑚𝐴 = 76.33 Ω (berlaku untuk semua nilai input)
𝑖𝐸

 𝑉𝑖𝑛 = 𝑖𝑒 (𝑟 ′ 𝑒 + 𝑅𝐸 )
0,08 = 𝑖𝑒 (76.33 + 1000)
𝑖𝑒 = 0.0743 𝑚𝐴
 𝑉𝑜𝑢𝑡 = −𝑖𝑒 𝑅𝑐 = −0.0743 × 1000 = −74.3 𝑚𝑉

b. 0,2 Vpp

 𝑉𝑖𝑛 = 𝑖𝑒 (𝑟 ′ 𝑒 + 𝑅𝐸 )
0,2 = 𝑖𝑒 (76.33 + 1000)
𝑖𝑒 = 0.185 𝑚𝐴
 𝑉𝑜𝑢𝑡 = −𝑖𝑒 𝑅𝑐 = −0.185 × 1000 = −185 𝑚𝑉

c. 1 Vpp

 𝑉𝑖𝑛 = 𝑖𝑒 (𝑟 ′ 𝑒 + 𝑅𝐸 )

16
1 = 𝑖𝑒 (76.33 + 1000)
𝑖𝑒 = 0.929 𝑚𝐴
 𝑉𝑜𝑢𝑡 = −𝑖𝑒 𝑅𝑐 = −0.929 × 1000 = −929 𝑚𝑉

d. 27 mVpp

 𝑉𝑖𝑛 = 𝑖𝑒 (𝑟 ′ 𝑒 + 𝑅𝐸 )
0.027 = 𝑖𝑒 (76.33 + 1000)
𝑖𝑒 = 0.025 𝑚𝐴
 𝑉𝑜𝑢𝑡 = −𝑖𝑒 𝑅𝑐 = −0.025 × 1000 = −25 𝑚𝑉

17
10.7 TUGAS
1. Hitunglah IB, IC, IE, VB, VBE, dan VCE, catatlah hasil perhitungan pada tabel 6.1!
Bandingkan hasil pengukuran dengan hasil perhitungan, bila terjadi perbedaan,
jelaskan!
2. Hitunglah penguatan tegangan rangkaian penguat common emitter tersebut!
3. Apakah perbedaan bentuk gelombang VB, VE, VBE, VCE, dan VOUT pada VIN(AC) =
80 mVpp, 0,2 Vpp, dan 1 Vpp? Jelaskan!
4. Hitunglah VOUT pada rangkaian penguat transistor menggunakan model AC
Eber’s Molls! Bandingkan hasil perhitungan ini dengan hasil pengukuran pada
tabel 6.2!
5. Bagaimana dengan fasa VIN dengan VOUT?
6. Hitunglah penguatan tegangan (Av = Vout/Vin) dan hitung Av dalam dB pada
bermacam frekuensi lalu cantumkan pada tabel!
7. Gambarkan grafik respon frekuensi pada kertas grafik (semilog)!
8. Pada frekuensi berapa penguatan turun 3 dB dari penguatan maksimum?
9. Berapa lebar bidang frekuensi penguat ini?
10. Buatlah kesimpulan dari percobaan ini!

Jawaban
1. Berikut adalah hasil pengukuran dan perhitungan untuk tabel 6.1.
No IB IC IE VB VBE VCE
Ukur 3,4 uA 1,01 mA 1,02 mA 1,5 V 0,61 V 8V
Hitung 4,31 uA 0,826 mA 9,17 mA 1,6 V 0,7 V 9,17 V
Dari hasil pengukuran yang dilakukan tidak terjadi perbedaan yang signifikan,
dan perbedaan yang terjadi disebabkan karena :
 Tingkat ketelitian dari alat ukur
 Kondisi komponen dan alat yang kurang bagus
 Pemakaian nilai komponen yang tidak sesuai dengan perhitungan karena
tidak adanya nilai komponen yang diinginkan di pasaran.

2. Penguatan tegangan yang didapatkan dari perhitungan hasil pengukuran adalah


- Vin = 80 mV
Av = Vout/Vin = 0.7 Vpp / 0.08 Vpp = 8.75 kali
- Vin = 0.2 Vpp

18
Av = Vout/Vin = 2.4 Vpp / 0.2 Vpp = 1.2 kali
- Vin = 1 Vpp
Av = Vout / Vin = 6.08 Vpp / 1 Vpp = 6.08 kali
- Vin = 27 mVpp
Av = Vout/Vin = 0.228 Vpp / 0.027 Vpp = 8.44 kali

3. Perbedaan bentuk gelombang VB, VE, VBE, VCE, dan VOUT pada VIN(AC) = 80
mVpp, 0,2 Vpp, dan 1 Vpp sangat terlihat jelas, karena pada masing-masing
tegangan memiliki bentuk yang sangat berbeda.
Ketika tegangan input bernilai 80 mVpp bentuk gelombangnya memiliki
amplitudo yang kecil, semakin besar nilai tegangan input maka amplitudo
gelombang semakin besar.
Ketika tegangan input bernilai 80 mVpp bentuk gelombang yang terlihat pada
tegangan output dan Vce mendekati sempurna (tanpa cacat) karena pada
tegangan tersebut gelombang tidak terpotong oleh batas titik saturasi, semakin
besar nilai tegangan makan bentuk gelombang akan semakin terpotong atau tidak
berbentuk sinus.
Ketika tegangan input bernilai 80 mVpp bentuk gelombang yang terlihat pada Ve
terlihat lancip dan lurus ke atas seperti segitiga, semakin besar nilai tegangan
input maka bentuk gelombang terlihat lancip akan tetapi posisi gelombang
menjadi diagonal (miring).

4. a. 80 mVpp
𝑉𝐵𝐸 0,7 𝑉
 𝑟′𝑒 = = 9.17 𝑚𝐴 = 76.33 Ω (berlaku untuk semua nilai input)
𝑖𝐸

 𝑉𝑖𝑛 = 𝑖𝑒 (𝑟 ′ 𝑒 + 𝑅𝐸 )
0,08 = 𝑖𝑒 (76.33 + 1000)
𝑖𝑒 = 0.0743 𝑚𝐴
 𝑉𝑜𝑢𝑡 = −𝑖𝑒 𝑅𝑐 = −0.0743 × 1000 = −74.3 𝑚𝑉

b. 0,2 Vpp

 𝑉𝑖𝑛 = 𝑖𝑒 (𝑟 ′ 𝑒 + 𝑅𝐸 )
0,2 = 𝑖𝑒 (76.33 + 1000)

19
𝑖𝑒 = 0.185 𝑚𝐴
 𝑉𝑜𝑢𝑡 = −𝑖𝑒 𝑅𝑐 = −0.185 × 1000 = −185 𝑚𝑉

c. 1 Vpp

 𝑉𝑖𝑛 = 𝑖𝑒 (𝑟 ′ 𝑒 + 𝑅𝐸 )
1 = 𝑖𝑒 (76.33 + 1000)
𝑖𝑒 = 0.929 𝑚𝐴
 𝑉𝑜𝑢𝑡 = −𝑖𝑒 𝑅𝑐 = −0.929 × 1000 = −929 𝑚𝑉

d. 27 mVpp

 𝑉𝑖𝑛 = 𝑖𝑒 (𝑟 ′ 𝑒 + 𝑅𝐸 )
0.027 = 𝑖𝑒 (76.33 + 1000)
𝑖𝑒 = 0.025 𝑚𝐴
 𝑉𝑜𝑢𝑡 = −𝑖𝑒 𝑅𝑐 = −0.025 × 1000 = −25 𝑚𝑉

Vout
Vin (AC)
Ukur Hitung
80 mVpp 0.7 Vpp -74.3 mVpp
0,2 Vpp 2.4 Vpp -185 mVpp
1 Vpp 6.08 Vpp -929 mVpp
27 mVpp (keadaan normal) 228 mVpp -25 mVpp

5. Sinyal outputnya berbalik fasa 180 derajat terhadap sinyal input. Pembalikan fasa
terjadi kareana selama setengah siklus tegangan masuk yang positif arus basis
naik, mengakibatkan arus kolektor juga naik. Ini menimbulkan penurunan
tegangan yang lebih besar melintas tahanan kolektor. Sehingga, tegangan
kolektor turun dan kita memperoleh setengah siklus negatif yang pertama pada
tegangan keluar. Sebaliknya, pada setengah siklus tegangan masuk yang negatif
arus kolektor lebih sedikit mengalir dan penurunan tegangan melintas tahanan
kolektor berkurang. Dengan demikian, tegangan kolektor tanah naik dan kita
memperoleh setengah siklus positif pada tegangan keluar.

20
6.
Frekuensi (Hz) Vin (Vpp) Vout(Vpp) Av Av (dB)
100 29.6 80 2.7 8.63
150 31.2 152 4.87 13.75
200 36.8 184 5 13.98
300 36 200 5.55 14.89
500 31.2 216 6.92 16.8
800 32 232 7.25 17.2
1K 27 248 9.18 16.26
10 K 29.6 240 8.1 10.17
30 K 32.8 244 7.44 17.43
50 K 30.4 240 7.89 17.94
60 K 31.2 236 7.56 17.57
70 K 29.6 240 8.11 18
75 K 26.4 236 8.94 19.02
80 K 28.8 244 8.47 18.56
100 K 27.2 244 8.97 19.05
200 K 28 236 8.43 18.52
300 K 30.4 232 7.63 17.65
500 K 32 228 7.125 17.05
1M 31.2 176 5.64 15.02

7.
300 Vout(Vpp)
Vin (Vpp)

250

200

150

100

50

0
100 150 200 300 500 800 1 K 10 K 30 K 50 K 60 K 70 K 75 K 80 K 100 200 300 500 1 M
K K K K

21
25

20

15

Av
10 Av (dB)

0
100 150 200 300 500 800 1 K 10 30 50 60 70 75 80 100 200 300 500 1 M
K K K K K K K K K K K

8. Pada frekuensi 500 kHz


9. 100 Hz – 500 kHz

22
10.8 KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut.
 Rangkaian emitor bersama (common emitor) adalah rangkaian BJT yang
menggunakan terminal emitor sebagai terminal bersama yang terhubung ke sinyal
sasis (ground), sedangkan terminal masukan dan keluarannya terletak masing-
masing pada terminal basis dan terminal kolektor.
 Rangkaian penguat common-emitter adalah yang paling banyak digunakan karena
memiliki sifat menguatkan tegangan puncak amplitudo dari sinyal masukan.
 Untuk analisa DC (pembiasan transistor), dari rangkaian bias pembagi tegangan
penguat common emitor tersebut, tegangan catu VCC seolah-olah menggunakan
dua buah VCC dan selanjutnya diubah dengan menerapkan teorema thevenin.
 Semakin tinggi tegangan input yang digunakan, maka bentuk gelombangnya
semakin terpotong dan berbentuk seperti kotak.

23
LAMPIRAN

1. Laporan

Anda mungkin juga menyukai