TESIS
Oleh
FLORA NAINGGOLAN
077005008/HK
K O L A
E
H
S
PA
A
N
C
A S A R JA
S
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH
DIKAITKAN DENGAN PERAN KANTOR WILAYAH
DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
FLORA NAINGGOLAN
077005008/HK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Judul Tesis : PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH
DIKAITKAN DENGAN PERAN KANTOR WILAYAH
DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM SUMATERA
UTARA
Nama Mahasiswa : Flora Nainggolan
Nomor Pokok : 077005008
Program Studi : Ilmu Hukum
Menyetujui :
Komisi Pembimbing
(Dr. Faisal Akbar Nasution, SH, M.Hum) (Dr. Sunarmi, SH, M.Hum)
Anggota Anggota
(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Telah diuji pada
Tanggal 9 Juli 2009
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
ABSTRAK
Kanwil Departemen Hukum dan HAM sebagai instansi vertikal, dimana salah
satu kewenangannya adalah turut serta dalam proses pembentukan peraturan
perundang-undangan di daerah. Prinsip otonomi daerah dengan sistem desentralisasi
yakni otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan
mengatur semua urusan pemerintahan, termasuk memiliki kewenangan membuat
kebijakan daerah berupa peraturan-peraturan. Hal ini mengakibatkan pelibatan
instansi vertikal dalam membuat kebijakan daerah akan semakin sulit.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pembentukan Peraturan Daerah
dikaitkan dengan peran Kanwil Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara.
Adapun sifat penelitian adalah yuridis normatif. Bahan kepustakaan dan studi
dokumen dijadikan sebagai bahan utama sementara data lapangan melalui
wawancara akan dijadikan sebagai data pendukung atau pelengkap. Data yang
terkumpul dipilah dan dianalisis secara yuridis dan terhadap data yang sifatnya
kualitatif ditafsirkan secara logis sistematis dengan metode deduktif dan induktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kewenangan Pemerintah Daerah dalam
pembentukan Peraturan Daerah merupakan wujud nyata pelaksanaan hak otonomi
dan tugas pembantuan sebagaimana dapat dicermati dalam UUD 1945,UU
Pemerintahan Daerah dan UU Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Kanwil
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara sebagai instansi vertikal
di lingkungan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia di Propinsi memiliki
tanggung jawab besar sebagai perpanjangan tangan Departemen Hukum dan HAM di
daerah dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan di daerah
khususnya Peraturan Daerah. Hambatan yang dihadapi oleh Kanwil Departemen
Hukum dan HAM Sumatera Utara tentang pelibatannya dalam pembentukan
Peraturan Daerah adalah lemahnya landasan yuridis tentang pelibatannya dalam
proses pembentukan peraturan perundang-undangan di daerah serta kurangnya
koordinasi dengan instansi terkait lainnya. Sehingga dilakukan upaya untuk
mendorong dibentuknya suatu payung hukum yang kuat sebagai dasar pelibatannya
serta ditingkatkannya koordinasi dengan instansi terkait lainnya. Untuk mendukung
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM
Sumatera Utara sebagai vertikal Departemen Hukum dan HAM dalam proses
pembinaan hukum dan Hak Asasi Manusia di daerah perlu dibuat suatu Undang-
undang sebagai payung hukum atau landasan yang kuat sebagai dasar kewenangan
pelibatan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara dalam
proses pembentukan peraturan daerah.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
ABSTRACT
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan segala hormat bagi Tuhan Yang Maha Kuasa, yang atas
kuasa pengasihan-Nya memberikan rahmat dan hikmat bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “Pembentukan Peraturan Daerah
Dikaitkan Dengan Peran Kanwil Departemen Hukum dan HAM Sumatera
Utara”. Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar
Magister Humaniora pada Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh daripada sempurna
oleh karena keterbatasan-keterbatasan yang ada pada diri Penulis. Untuk itu, dengan
segala kerendahan hati Penulis mengharapkan berbagai masukan saran ataupun
kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan dikemudian hari.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setulusnya, Penulis sampaikan
kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,
SpA(K), Direktur Sekolah Pascasarjana Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc,
Ketua Program Studi Ilmu Hukum Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution SH, MH,
Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum Ibu Dr. Sunarmi, SH, MHum, atas
kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada Penulis untuk menyelesaikan
pendidikan Sekolah Pascasarjana.
2. Komisi Pembimbing Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution SH, MH selaku Ketua,
beserta Bapak Dr. Faisal Akbar Nasution, SH, MHum dan Ibu Dr. Sunarmi, SH,
MHum selaku Anggota, yang membimbing Penulis dengan sabar dan
memberikan banyak masukan dan koreksi serta meminjamkan berbagai literatur
dan buku-buku disepanjang penulisan tesis ini. Juga kepada Bapak Prof. Dr.
Budiman Ginting, SH, MH dan Bapak Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MH sebagai
Dosen Penguji.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
3. Kepala BPSDM Departemen Hukum dan HAM RI dan Kepala Kanwil
Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara khususnya Bapak Untung
Sugiono, BcIP, SH, MH yang memberikan kepercayaan, kesempatan dan
rekomendasi bagi Penulis untuk mendapatkan beasiswa penuh dalam mengikuti
pendidikan Sekolah Pascasarjana di USU. Juga kepada para Pejabat struktural di
Kanwil Dep. Hukum dan HAM Sumatera Utara, khususnya Bapak M. Noor Aziz,
SH, MH, MM, Bapak Sahat Sinaga, SH, MH, MBL, Bapak Drs Rosman Siregar
SH, MH, MM, Bapak Adi Putra Harahap, SE, Saudara Kurniaman T, SH, MH.
Pada kesempatan ini dengan hati yang tulus, hormat dan penuh haru Penulis
mengucapkan terima kasih atas dukungan dan dorongan orang-orang tercinta di
keluarga Penulis istimewa Papa Pendeta H. Nainggolan, Mama Nurhaisyah Harianja
dan Sweet little Angel S.Nugrah Pratama yang selalu berkata ...mama belajarlah
supaya ’lauser’ mama senang kalo mama pinter kayak abang...di lain waktu juga
mengatakan...bilang sama ’lauser’ mamalah, supaya nggak banyak-banyak kerjaan
mama...kan bisa bikin capek itu...
Akhirnya semoga tesis ini bermanfaat bagi dunia pendidikan terutama bagi
Penulis sendiri, kiranya Tuhan Yang Maha Pengasih memberkati.
Flora Nainggolan
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................ i
ABSTRACT............................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. vi
DAFTAR SINGKATAN........................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN…………………...…………………….. 1
B. Permasalahan …………………………............……… 23
2. Konsepsi ................................................................. 34
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
1. Perencanaan Penyusunan Peraturan Daerah...…… 50
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN YANG DIHADAPI DAN
UPAYA YANG DILAKUKAN OLEH KANTOR
WILAYAH DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM
DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH…. 119
A. Hambatan................................................................…… 119
A. Kesimpulan.........................................................…… 132
B. Saran.......................................................................... 135
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1945 menentukan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara
hukum yang demokratis peran hukum sebagai sarana untuk mewujudkan kebijakan
ditujukan untuk menata kembali substansi hukum melalui peninjauan dan penataan
1
Lihat Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2004-2009.
2
Lampiran Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2004-2009.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
nasional yang adil, konsekuen dan tidak diskriminatif serta menjamin terciptanya
tingkat pusat maupun daerah sekaligus mengatur secara lengkap dan terpadu sistem,
model) dimana otoritas pemerintah daerah tetap dibatasi oleh pemerintah pusat
melalui suatu sistem kontrol yang berkaitan dengan pemeliharaan kesatuan. 4 Namun
bukanlah suatu pemberian yang lepas dari campur tangan dan kontrol dari pemerintah
pusat. Kedudukan daerah dalam hal ini adalah bersifat subordinat terhadap
3
Ibid, bagian “sasaran”.
4
Bambang Yudoyono,Otonomi Daerah, Desentralisasi dan Pengembangan SDM Aparatur
Pemda dan Anggota DPRD, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,2001), hal.5
5
Solli Lubis, Asas-asas Hukum Tata Negara,(Bandung: Alumni, 1978), hal.150-151.
Hubungan subordinasi ini dapat dijalankan menurut beberapa asas, yaitu asas desentralisasi, asas
konsentrasi dan asas dekonsentrasi. Hubungan ini jelas berbeda dengan konsep yang ada dalam negara
serikat (federasi). Hubungan antara negara federal dengan pemerintah negara bagian bukan merupakan
hubungan subordinasi karena kewenangan yang ada dalam menjalankan urusan-urusan yang ada, baik
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
hubungan pusat dengan daerah di Republik Indonesia selama ini. Hubungan yang
terjalin selalu dibangun dengan pengandaian bahwa daerah adalah kaki tangan
suatu daerah tergantung kepada sistem dan political will dari pemerintah pusat dalam
istilah desentralisasi. 8
suatu negara. Bentuk dan susunan suatu negara terkait dengan pembagian
urusan pemerintahan pusat (federal) maupun urusan pemerintahan lokal (negara bagian) telah
ditentukan dalam konstitusi dengan jelas dan terperinci.
6
Sri Soemantri Martosoewignjo, Pengantar Perbandingan Antara Hukum Tata Negara,
(Jakarta: Rajawali, 1981), hal. 52. Menurut Strong, negara kesatuan adalah negara yang berada di
bawah satu pemerintahan pusat, yang mempunyai wewenang sepenuhnya di dalam wilayah negara
tersebut, daerah (otonom) tidak mempunyai kekuasaan asli, tetapi diperoleh dari pemerintahan pusat.
7
Bambang Yudoyono, Op. cit.
8
Ibid hal. 20.
9
Moh. Kusnardi & Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta:
Sinar Bakti, 1980), hal. 160. Ditinjau dari segi pembagian kekuasaan, maka kekuasaan dibagi menurut
garis horizontal dan vertikal. Secara horizontal, didasarkan atas sifat tugas yang berbeda-beda jenisnya,
yang menimbulkan berbagai macam lembaga di dalam suatu negara, sedang secara vertikal melahirkan
dua garis hubungan antara pusat dan daerah dalam sistem desentralisasi dan dekonsentrasi.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
staatskunding decentralisatie (desentralisasi politik), di mana rakyat turut serta dalam
masing. 10
Secara garis besar ada dua definisi tentang desentralisasi, yaitu definisi dari
kepada pemerintah daerah. 12 Hal senada juga disampaikan oleh Maddick, Brian
Indonesia Tahun 1945 mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
10
Agussalim Andi Gadjong,Pemerintahan Daerah, (Bogor: Ghalia, 2007), hal. 5.
11
Lili Romli,Potret Otonomi Daerah dan Wakil Rakyat di Tingkat Lokal, (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2007), hal.4-5.
12
Ibid. Hal. 6.
13
Syamsuddin Haris,Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Desentralisasi, Demokrasi dan
Akuntabilitas Pemerintahan Daerah,(Jakarta : LIPI Press, 2005), hal. 41.
14
Benyamin Hoessein, “Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Otonomi Daerah
Tingkat II : Suatu Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah dari Segi Ilmu Administrasi Negara”,
Disertasi,(Jakarta: PPS-Fisipol-UI, 1993), hal 122.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip
pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
tertentu. 18 Indonesia sebagai negara yang luas, maka diperlukan sub national
15
Konsideran menimbang Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
16
E. Koswara, Otonomi Daerah untuk Demokrasi dan Kemandirian Rakyat,(Jakarta :Yayasan
PARIBA, 2001), hal.13.
17
UU No. 5/1974 menegaskan dalam Pasal 1 huruf (b) bahwa desentralisasi adalah
penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah atau daerah tingkat atasnya kepada daerah menjadi
urusan rumah tngganya. UU No. 22/1999 menegaskan dalam Pasal 1 huruf € bahwa desentralisasi
adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
18
Agussalim Andi Gadjong, Op. cit, hal. 89. Dekonsentrasi diartikan sebagai penyebaran atau
pemencaran kewenangan pusat kepada petugasnya yang tersebar di wilayah-wilayah untuk
melaksanakan kebijakan pusat. Pendelegasian wewenang pada dekonsentrasi hanya bersifat
menjalankan atau melaksanakan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan pusat lainnya yang
tidak berbentuk peraturan, yang tidak dapat berprakarsa menciptakan peraturan dan atau membuat
keputusan bentuk lainnya untuk kemudian dilaksanakan sendiri pula.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
goverment sebagai unit pemerintahan di tingkat lokal (daerah) melalui berbagai
19
Oentarto SM, I Made Suwandi, Dodi Riyadmadji, Format Otonomi Daerah Masa Depan,
(Jakarta: Samitra Media Utama, 2004), hal. 8-9.
20
Syaukani, Afan Gaffar, M. Ryaas Rasyid,Otonomi Daerah dalam Negara
Kesatuan,(Yogyakarta :Pustaka Pelajar,2004), hal.34-35.
21
Perubahan pertama Undang-undang ini mengatur tentang penyelenggaraan pemilihan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah sementara Perubahan kedua mengatur tentang pengisian
kekosongan jabatan Kepala Daerah atau Wakil kepala Daerah yang meninggal dunia, mengundurkan
diri atau tidak dapat melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan. Dengan demikian pasal-pasal
yang berkaitan dengan pembentukan Peraturan Daerah tetap mengacu pada Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
mengurus kepentingan masyarakat setempat adalah menurut prakarsa sendiri
aspirasi dan kepentingan rakyat, memberikan fasilitas kepada rakyat melalui peran
mengatur dan mengurus sendiri rumah tangga daerah, kewenangan daerah otonom
dirinya sendiri sangat penting untuk kemajuan daerah. Untuk itu, pemerintah daerah
harus membentuk Peraturan daerah, guna memberikan pelayanan terbaik bagi rakyat
daerahnya. 24
untuk mengatur kewenangan pemerintahan sehingga serasi dan fokus pada tuntutan
22
Ibid, hal.76
23
Pasal 1 angka 5 UU No. 32 Tahun 2004 menyatakan otonomi daerah adalah hak,
wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
24
Sebagai contoh berdasarkan asas dekonsentrasi, pemerintah provinsi dimungkinkan ikut
memikirkan soal kekurangan yang ada di daerah termasuk soal kekurangan aparat keamanan. Ryaas
Rasyid, ”Pemerintah Serius laksanakan Desentralisasi”, Jurnal Berita Otonomi Daerah, Kantor
Menteri Negara Otonomi Daerah, No.85,Jakarta: 2000, hal.7.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
kebutuhan masyarakat, dengan demikian otonomi daerah bukanlah tujuan tetapi suatu
Daerah menyatakan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
mampu menjamin hubungan yang serasi antar Daerah dengan Pemerintah, artinya
harus mampu memelihara dan menjaga keutuhan wilayah Negara dan tetap tegaknya
25
J.Kaloh, Mencari Bentuk Otonomi Daerah, Suatu Solusi dalam Menjawab Kebutuhan
Lokal dan Tantangan Global,(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 6-7.
26
Pasal 1 angka 6 Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara. 27
dilaksanakan didasarkan pada prinsip otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab.
Prinsip otonomi daerah menurut Laica tidak cukup dalam wujud otonomi daerah yang
luas dan bertanggung jawab, tetapi harus diwujudkan dalam format otonomi daerah
wewenang, hak dan kewajiban untuk menangani urusan pemerintahan yang tidak
ditangani oleh pemerintah pusat dengan leluasa untuk memberikan pelayanan kepada
menjadi urusan rumah tangga sendiri. 29 Otonomi nyata berarti menangani urusan
senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai
27
Penjelasan Umum Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
28
Sebagaimana dikutip oleh Agussalim Andi Gadjong,Pemerintahan Daerah Kajian Politik
dan Hukum,(Bogor: Ghalia, 2007), hal.109.
29
Soehino,Perkembangan Pemerintahan di Daerah,(Yogyakarta: Liberty, 1980), hal.50.
30
Ibid
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
dengan tujuan diberikannya otonomi, yaitu pemberdayaan daerah dan peningkatan
kesejahteraan rakyat. 31
hak otonomi secara luas yang dimiliki oleh suatu daerah,32 juga merupakan suatu
(6) Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang menyatakan
selanjutnya disebut Perda sebagai salah satu sumber hukum dalam tata urutan
undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah.
31
Rozali Abdullah,Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Desa Secara
Langsung,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hal.4-6
32
Ibid, hal 131
33
Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan, (Yogyakarta: Kanisius, 2006),
hal 102.
34
Ibid, hal.133
35
Dalam Pasal 7 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
perundangundangan, perda telah secara resmi menjdi sumber hukum dan masuk kedalam tata urutan
peraturan perundang-undangan. Undang-undang tersebut menegaskan bahwa materi muatan Perda
merupakan seluruh materi muatan dalam rangka otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan
menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Perda dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan
Pasal 136 ayat (4) Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi menurut Pasal 145 ayat (2)
36
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136 ayat (4) UU No. 32 Tahun 2004 yang menyatakan,
Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
37
Pasal 31 UU No. 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No. 14 Tahun 1986 tentang
Mahkamah Agung
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
berlaku pada seluruh peraturan negara yang merupakan hasil dari pembentukan
dibentuk secara sistematis, terarah dan terencana berdasarkan skala prioritas yang
Prolegda. 39 Oleh karena itu, instrumen Prolegda sebagai bagian dari tahap
yaitu : 40
38
Maria Farida Indrati Soeprapto,Op. cit.
39
Lihat Pasal 15 ayat (2) UU No. 10 Tahun 2004, perencanaan penyusunan Peraturan Daerah
dilakukan dalam suatu Program Legislasi Daerah.
40
A.A Oka Mahendra, “Mekanisme Penyusunan dan Pengelolaan Program Legislasi Daerah”,
Makalah, yang disampaikan pada Temu Konsultasi Penyusunan dan Pengelolaan Program Legislasi
Daerah, diselenggarakan oleh BPHN, Departemen Hukum dan HAM, Bali, 13-15 September 2005.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
penyusunan Rancangan Peraturan Daerah selanjutnya disebut Ranperda, upaya
undangan. 42 Tenaga ahli yang menguasai substansi Perda dan sumber daya manusia
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara serta dasar filosofis bangsa dan negara,
41
Divisi Kajian Demokrasi Lokal Yayasan Harkat Bangsa,Otonomi Daerah Evaluasi dan
Proyeksi, (Jakarta : CV. Trio Rimba Persada, 2003), hal. 64.
42
Lihat Penjelasan umum UU No. 10 Tahun 2004.
43
A.A. Oka Mahendra, Reformasi Pembangunan Hukum dalam Perspektif Peraturan
Perundang-undangan,(Jakarta:Departemen Hukum dan HAM RI,2006), hal 96.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
diatur benar, tepat dan dapat dilaksanakan. 44 Merancang peraturan perundang-
undangan juga menyangkut perancangan materi hukum yang merupakan sarana untuk
menggerakkan perubahan sosial secara tertib. 45 Hal senada juga diungkapkan oleh
untuk berpikir jernih dan logis, berkomunikasi secara efektif, mengidentifikasikan isu
44
Iman Sudarwo,Cara Pembentukan Undang-undang dan Undang-undang tentang
Protokol,(Surabaya :Penerbit Indah, 1988), hal, 7.
45
A.A. Oka Mahendra,op.cit, hal, 324.
46
Surojo Wignjodipuro, Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung : Gunung Agung, 1969), hal, 44.
47
A.A. Oka Mahendra, Loc.cit, hal 96
48
Lihat penjelasan umum UU No. 10 tahun 2004.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM yang tentunya untuk mendukung
peraturan Tata Tertib DPRD. 49 Dalam Pasal 146 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004
Daerah.
pembangunan lainnya serta sebagai faktor integratif dalam kehidupan berbangsa dan
substansi hukum, kelembagaan hukum dan budaya hukum serta dibarengi dengan
penegakan hukum secara tegas, konsisten dengan tetap menjunjung tinggi hak asasi
49
A.A. Oka Mahendra, op. cit, hal. 20.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Fungsi peraturan perundang-undangan di dalam negara yang berdasar atas
undang itu tidak lagi berada di belakang dan kadang-kadang ketinggalan, tetapi dapat
nasional dapat berjalan tertib, terarah dan konsekuensi dari berbagai kebijakan dapat
bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara
dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
50
Maria Farida Indrati Soeprapto, op. cit, hal. 2.
51
Pasal 1 angka 1 UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Menengah Nasional (RPJM) 52 yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
kementerian/lembaga tersebut. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 6 ayat (1) UU No. 25
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen dalam Pasal 1
Ayat (1) dan ayat (2) menyatakan Departemen dalam Pemerintahan Negara Republik
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Pasal 12 Keputusan
Presiden tersebut juga menyatakan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia. Pasal 13 huruf c Keputusan
Presiden Nomor 102 tahun 2001 Tentang Kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan,
susunan organisasi, dan tata kerja departemen disebutkan bahwa dalam melaksanakan
mendukung kebijakan di bidang hukum dan hak asasi manusia. Dalam Pasal 14
52
Pasal 19 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
53
F.A.M. Stroink, Deconcentratie Terjemahan Ateng Syafruddin, Pemahaman tentang
Dekonsentrasi, (Bandung: Refika Aditama, 2006), hal. 11. Logemann mengartikan fungsi sebagai
lingkungan kerja tertentu dalam hubungannya dengan keseluruhannya. Fungsi itu dalam hubungan
dengan negara disebut ambt/jabatan. Negara adalah organisasi jabatan, jabatan adalah badan/person.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
huruf f Keputusan Presiden itu juga dinyatakan bahwa dalam menyelenggarakan
Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Departemen Kehakiman dan Hak Asasi
54
Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M-01.PR.02.10 Tahun 2005 tentang Rencana
Strategis Departemen Hukum dan HAM.
55
Penyusunan Program Legislasi Nasional di lingkungan pemerintah dikoordinasikan oleh
Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang peraturan perundang-undangan. Hal ini
ditegaskan dalam Pasal 16 ayat (3) UU No. 10 Tahun 2004.
56
Pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan konsepsi rancangan undang-undang yang
berasal dari Presiden, dikoordinasikan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya meliputi
bidang peraturan perundang-undangan. Lihat Pasal 18 ayat (2) UU No. 10 Tahun 2004.
57
Pasal 1 Keputusan Presiden Nomor 64 tahun 2004 Tentang Kedudukan,tugas, fungsi,
susunan organisasi, dan tata kerja instansi vertikal di lingkungan Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
sebagai refleksi dari pengedepanan kebijakan sentralisasi dalam penyelenggaraan
Hak Asasi Manusia adalah Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia di Propinsi. 59 Unit organisasi ini diberikan tanggung jawab besar sebagai
dimungkinkan. Salah satu permasalahan itu adalah lemahnya landasan yuridis tentang
pelibatan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM sebagai instansi vertikal
undangan di daerah.
peraturan perundang-undangan daerah yang berasal dari Pemerintah Daerah, baik dari
58
SM. Oentarto dkk, Op. cit, hal. 9. Sebagai illustrasi, pada masa orde baru, pemerintah lebih
memberikan kewenangan kepada Kanwil sebagai perpanjangan tangan Departemen atau Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND) untuk menyediakan pelayanan publik.
59
Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 64 tahun 2004 Tentang Kedudukan,tugas, fungsi,
susunan organisasi, dan tata kerja instansi vertikal di lingkungan Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
60
Sebagaimana dimaksudkan dalam Tugas pokok dan fungsi Divisi Pelayanan Hukum dan
HAM dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.01-PR.07.10 Tahun 2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
undangan di daerah 61 termasuk harmonisasi maupun evaluasi Ranperda atau Perda
dari segi teknik penyusunan peraturan perundang-undangan serta menjaga agar setiap
peristilahan dalam musik untuk menunjukkan adanya keselarasan atau keserasian dan
keindahan nada-nada. 63 Istilah ini menjadi relevan untuk digunakan dalam bidang
juga memerlukan suatu keselarasan atau keserasian agar dapat dirasakan manfaatnya
peraturan perundang-undangan yang lain, baik yang lebih tinggi, sederajat maupun
yang lebih rendah sehingga tersusun secara sistematis, tidak tumpang tindih. 65
61
Ibid.
62
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 188.34/1586/SJ Tanggal 25 Juli 2006, Perihal
Tertip Perancangan dan Penetapan Peraturan Daerah.
63
Wicipto Setiadi,”Mekanisme Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan”, Makalah, pada
Seminar Harmonisasi Perundang-undangan tanggal 21 September 2006 yang diadakan oleh Direktorat
Jenderal Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI.
64
Ibid.
65
Ibid.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
karenanya harus ada skala prioritas, mana yang paling penting di harmonisasi, yang
Pada akhir tahun biasanya diadakan lokakarya untuk membahas hasil dari
analisis dan tanggapan Tim Panitia yang dibentuk dengan mengundang wakil-
wakil/peserta yang mewakili Kantor wilayah, Biro Hukum dan Dinas-dinas terkait
untuk melakukan harmonisasi maupun evaluasi Ranperda atau Perda tersebut. Hal ini
undangan yang lain, baik yang lebih tinggi, sederajat, sehingga tersusun secara
66
Baldwin Simatupang, ”Harmonisasi Peraturan Daerah Dalam rangka Pelaksanaan
RANHAM 2004-2009”,Jurnal Mediasi, Edisi 6, Vol 4, Desember 2007, hal. 14.
67
Harkristuti Harkrisnowo , ”Pelaksanaan RANHAM 2004-2009”,Jurnal Mediasi, Edisi 6,
Vol 4, Desember 2007, hal. 7.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Lahirnya Undang-undang Nomor 10 tahun 2004 dimaksudkan untuk
undangan disebabkan karena masih adanya egoisme sektoral, dan belum mantapnya
landasan yuridis yang mengatur tata cara penyiapan, pembahasan, teknik penyusunan
dan akses publik untuk berpatisipasi dalam proses pembentukan peraturan perundang-
lebih tinggi atau dengan yang sederajat dan masih belum berwawasan gender dan
HAM serta masih terdapatnya peraturan yang sulit dilaksanakan karena kurang jelas
sehingga dapat terjadi perbedaan interpretasi dan kurang responsif terhadap aspirasi
pemerintah pusat. Aspek-aspek hukum penyusunan Perda itu menjadi lebih baik jika
dikoordinasikan dengan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia secara langsung
maupun dengan Kantor Wilayah departemen itu yang ada di setiap Provinsi. Namun
68
Sebagaimana dimaksudkan dalam konsideran menimbang huruf b UU No. 10 Tahun 2004
yang menyatakan bahwa untuk lebih meningkatkan koordinasi dan kelancaran proses pembentukan
peraturan perundang-undangan, maka negara Republik Indonesia sebagai negara yang berdasar atas
hukum perlu memiliki peraturan mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan.
69
A.A. Oka Mahendra, op.cit, hal 87.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
didaerah tentunya tidak semua daerah yang melaksanakan arahan ataupun Surat
Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum dan
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan yang akan diteliti dan
Daerah?
3. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dan upaya apa yang dilakukan oleh
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
C. Tujuan Penelitian
Peraturan Daerah.
dilakukan oleh Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara
D. Manfaat Penelitian
praktis, yaitu:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian lebih
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan untuk
peranan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara dalam
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
E. Keaslian Penelitian
Penulisan ini didasarkan pada ide, gagasan serta pemikiran penulis secara
Tulisan ini bukanlah merupakan hasil ciptaan atau hasil penggandaan dari karya tulis
orang lain.
Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara , belum pernah
dilakukan.
Kalaupun ada pendapat atau kutipan dalam penulisan ini karena hal tersebut
sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan tulisan ini. Karena itu keaslian penelitian ini
1. Kerangka Teori
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
mantap pada umumnya setiap penelitian harus selalu disertai dengan pemikiran
teoritis”. 70
merupakan suatu syarat dari adanya masyarakat yang teratur. Hal ini berlaku bagi
masyarakat manusia dalam segala bentuknya. Oleh karena itu pengertian manusia,
disini diartikan sebagai kepastian dalam hukum dan kepastian oleh karena hukum.
Hal ini disebabkan karena pengertian hukum mempunyai dua segi. Segi pertama
adalah bahwa ada hukum yang pasti bagi peristiwa yang kongkret, segi kedua adalah
Dengan demikian, inti kepastian hukum bukanlah terletak pada batas daya
hukum, bagaimana peranan dan kegunaan lembaga hukum bagi masyarakat, apakah
bahwa suatu norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu
hierarki tata susunan, dimana suatu norma berlaku, bersumber dan berdasar pada
70
Ronny H. Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia, 1982), hal. 37.
71
Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, (Jakarta: Binacipta, 1983), hal. 42.
72
Ibid.
73
Ibid.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
norma yang lebih tinggi (superior) dan menjadi dasar bagi norma yang dibawahnya
(inferior). 74
Hans Nawiasky salah seorang murid Hans Kelsen berpendapat, selain norma
hukum berlapis dan berjenjang, norma hukum dalam suatu negara juga
berkelompok-kelompok. 76
pidatonya pada acara Dies natalis Universitas Airlangga (10 Nopember 1955) dengan
74
Hans Kelsen, General Theory of Law and State,(New York : Russell & Russel, 1945), hal,
113
75
Maria Farida Indrati Soeprapto, Op. Cit., hal. 26
76
Ibid, hal. 27
77
Ibid,sebagaimana dikutip dari Hans Nawiasky, Allgemeine Rechtslehre als Syatem lichen
Grundbegriffe, Einsiedenln/Zurich/Koln, Benziger, cet. 2, 1948, hal. 31.
78
Notonagoro, Pancasila dasar falsafah negara (kumpulan tiga uraian pokok-pokok
persoalan tentang Pancasila), cet. 7, (Jakarta: Bina Aksara, 1988) hal. 27.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
’Norma Pertama’, 79 sedangkan oleh A. Hamid S. Attamimi disebut dengan istilah
Aturan dasar atau aturan pokok negara ini merupakan landasan bagi
seperti peraturan pelaksana dan peraturan otonom (Verordnung & Autonome Satzung)
yang dimulai dari Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri dan
Aturan dasar atau aturan pokok negara Indonesia tertuang dalam Batang
Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 serta dalam Hukum Dasar tidak tertulis yang
otonom (Verordnung & Autonome Satzung) yang dimulai dari Peraturan Pemerintah,
Otonom lainnya.
Tesis ini didasarkan pada teori jenjang norma hukum (stufentheorie) bahwa
suatu norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki tata
susunan, dimana suatu norma berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang
lebih tinggi (superior) dan menjadi dasar bagi norma yang dibawahnya (inferior),
karena dalam pembentukan Peraturan Daerah (Perda) didasarkan pada asas bahwa
79
Joeniarto, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, cet. ke-1, (Jakarta : Bina Aksara,
1982) hal. 6.
80
A. Hamid S. Attamimi, “Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam
penyelenggaraan Pemerintah negara” (studi analisis mengenai Keputusan Presiden yang berfungsi
pengaturan dalam kurun waktu Pelita I Pelita VI), Disertasi Doktor Universitas Indonesia,
Jakarta,1990, hal.359.
81
Maria Farida Indrati Soeprapto, Op. Cit., hal. 30.
82
Ibid, hal. 39.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan
dalam Pasal 136 ayat (4) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
ditegaskan pula bahwa “Kebijakan Daerah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dan kepentingan umum serta Peraturan Daerah
lain.
otonomi daerah. Perda merupakan produk hukum yang dibuat oleh Dewan
83
Sebagaimana Pasal 7 ayat (1) UU No. 10 tahun 2004 yang menyatakan Jenis dan hierarki
Peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut :
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang;
c. Peraturan Pemerintah;
d. Peraturan Presiden;
e. Peraturan Daerah.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
suatu Perda dapat berasal dari DPRD atau dari Pemerintah Daerah. 84 Perda pada
membuat Perda merupakan wujud nyata pelaksanaan hak otonomi yang dimiliki oleh
Dengan kata lain tata cara mulai dari perencanaan (rancangan), pembahasan,
Proses adalah merupakan kegiatan yang berawal dan akan berakhir pada suatu
perundang-undangan berupa UU, Perpu, PP, Peraturan Daerah dan sebagainya adalah
84
Pasal 140 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
85
Pasal 136 ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
86
Rozali Abdullah, op. cit hal 131.
87
ibid , hal. 133
88
Ni’matul Huda, Otonomi Daerah, Filosofi, Sejarah Perkembangan dan Problematika,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), hal. 232.
89
Faried Ali, Hukum Tata Pemerintahan dan Proses Legislatif Indonesia,(Jakarta : Raja
Grafindo Persada,1996), hal.185.
90
M. Solly Lubis, Landasan dan Teknik Perundang-undangan, (Bandung: PT Alumni, 1983),
hal 13.
91
Faried Ali, Op. cit.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
produk atau hasil dari kegiatan pembuatan perundang-undangan itu. Peraturan
kegiatan perundang-undangan. 92
yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama
Kepala Daerah.
dan pendapat beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa Pembentukan Peraturan
Daerah adalah:
92
M Solly Lubis, ”Proses Pembuatan Peraturan Perundang-undangan”, Makalah,
disampaikan pada Seminar tentang ”Partisipasi publik dalam Proses Legislasi sebagai pelaksanaan Hak
politik”, dilaksanakan oleh Badan Litbang HAM Departemen Hukum dan HAM RI dan Kantor
Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara, di Hotel Garuda Plaza Medan, tanggal 2 Mei
2007. hal. 2.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Secara politik, kedudukan Peraturan Daerah tidak lain merupakan produk
preferensi daripada untuk mengekspresikan suatu harapan yang penuh dari satu atau
sektor lain. 95 Suatu kebijakan biasanya diterima sebagai suatu hasil keputusan
penyusunannya harus melalui proses yang panjang dan berkaitan dengan berbagai
instrumental hukum sebagai sarana kekuasaan politik dominan yang lebih terasa
93
Ni’matul Huda, Op cit. hal 238-239
94
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia,(Jakarta : LP3ES, 2001), hal. 9.
95
Satya Arinanto,Hak Asasi Manusia dalam Transisi Politik di indonesia,(Jakarta : Pusat
Studi Hukum Tata negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005),hal. 263.
96
Sunoto, Analisis Kebijakan dalam Pembangunan Berkelanjutan, Bahan Pelatihan
Analisis Kebijakan Bagi pengelola Lingkungan, (Jakarta : Kantor Menteri Lingkungan Hidup, 1997),
hal. 10.
97
Mulyana W. Kusumah, Perspektif, teori dan Kebijakansanaan Hukum,(Jakarta :
Rajawali, 1986), hal. 29
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
daerah harus bersifat transparan. Masyarakat diberikan kesempatan berpatisipasi
terkoordinasi, terarah dan terpadu antar unit-unit kerja dengan instansi lain yang
Peraturan Daerah itu menjadi lebih baik jika dikoordinasikan dengan Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia secara langsung maupun dengan Kantor Wilayah
Perda dengan peraturan perundang-undangan yang lain, baik yang lebih tinggi,
sederajat, sehingga tersusun secara sistematis dan tidak tumpang tindih perlu
tersebut. 100
pembahasan terhadap permasalahan dalam tesis ini akan terjawab dengan baik secara
98
Lihat Pasal 5 huruf g dan Penjelasan UU No. 10 tahun 2004.
99
Dikutip dari Arahan Presiden pada Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia, di Jakarta pada tanggal 23 Agustus 2006.
100
Lihat Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 188.34/1586/SJ Tanggal 25 Juli 2006,
Perihal Tertip Perancangan dan Penetapan Peraturan Daerah.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
teoritis maupun secara praktis sebagaimana terjadi dalam praktek hukum di bidang
Pembentukan Perda.
2. Konsepsi
dimaksud dalam Pasal 1 butir (1) Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. 101
Peraturan Daerah yang disusun secara berencana, terpadu dan sistematis. 102
Hukum dan HAM yang berkedudukan di Provinsi yang berada dibawah dan
101
Pasal 1 angka (7) UU No. 10 Tahun 2004
102
Pasal 1 angka (10) UU No. 10 Tahun 2004
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
bertanggung jawab kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia. 103
G. Metode Penelitian
dan jawaban terhadap permasalahan yang diangkat, tujuan serta manfaat penelitian
sangat ditentukan oleh metode yang digunakan dalam penelitian. Dapat dikutip
1. Spesifikasi Penelitian
hasil penelitian diolah lebih dahulu, lalu dianalisis dan kemudian baru diuraikan
103
Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor. M-01.PR.07.10
Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia, (Jakarta :Departemen Hukum dan HAM RI,2005).
104
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1981), hal. 43.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
ketentuan hukum dan yang dilakukan dalam praktek. Seperti dikemukakan oleh
bertujuan untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematik, faktual dan
diselidiki”. 105
semacam ini juga disebut dengan istilah penelitian doktrinal 106 (doctrinal
research), yaitu penelitian yang menganalisis hukum, baik yang tertulis di dalam
buku (law as it is written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh
hakim melalui proses pengadilan (law as it decided by the judge through judicial
process). 107 Dalam penelitian ini bahan kepustakaan dan studi dokumen
dijadikan sebagai bahan utama sementara data lapangan yang diperoleh melalui
105
Soerjono Soekanto, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1998), hal. 3.
106
Penelitian sejenis ini disebut juga penelitian hukum doktrinal yaitu penelitian hukum yang
mempergunakan data sekunder, Ronny Hanitijo, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1988), hal. 10.
107
Bismar Nasution, “Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum”,
Makalah, disampaikan pada Dialog Interaktif tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum
pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, tanggal 18 Februari 2003, hal. 1.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
2. Sumber Data Penelitian
Data pokok dalam penelitian ini adalah data sekunder 108 , yang meliputi:
Peraturan Daerah;
hukum primer, seperti hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan pakar
pembentukan Perda;
c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk
dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,
sepanjang memuat informasi yang relevan dengan materi penelitian ini. 109
108
Penelitian Normatif data sekunder sebagai sumber/bahan informasi dapat merupakan
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier, Bambang Waluyo, Penelitian
Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), hal. 14.
109
Soeryono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1985), hal. 23.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
3. Teknik Pengumpulan Data
b. Wawancara
Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara dan pejabat pada Kantor Wilayah
4. Analisis Data
research) serta data pendukung yang diperoleh dari hasil wawancara, maka
data dikelompokkan atas data yang sejenis. Terhadap data yang sifatnya kualitatif
dan induktif.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Metode induktif maksudnya menarik dari generalisasi yang berkembang dalam
peraturan yang berlaku secara umum walaupun tidak pasti mutlak, namun dijadikan
Dengan menggunakan metode deduktif dan induktif ini, maka akan diperoleh
dengan peran Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara.
Dari hasil pembahasan dan analisis ini diharapkan akan diperoleh kesimpulan yang
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
BAB II
Dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa
dalam bentuk kerangka negara yang berbentuk kesatuan, bukan federasi. Oleh karena
itu daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri (otonomi daerah) tanpa lepas dari bingkai negara kesatuan sebagaimana
pemerintahan melalui beberapa kali penggantian Undang Undang Dasar. Secara rinci
Mohammad Hatta menguraikan bahwa dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945
Republik”. Pasal 1 ayat (1) Konstitusi RIS 1949 menegaskan bahwa “Republik
Indonesia yang merdeka dan berdaulat ialah suatu Negara Hukum yang Demokratis
dan berbentuk Federasi”. Pasal 1 ayat (1) UUD Sementara 1950 menegaskan,
“Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
demokratis dan berbentuk kesatuan”. 110 Perubahan bentuk negara dan pemerintahan,
mulai dari sistem presidentil berubah menjadi sistem parlementer, dan kembali lagi
menjadi sistem presidentil. Undang Undang Dasar 1945 dengan Negara Kesatuan,
Undang Undang Dasar Republik Indonesia Serikat dengan negara federal dan
Undang Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950 menganut negara kesatuan. 111
pemerintahan federal. Negara Federal bukan negara kesatuan, tetapi negara persatuan.
Oleh karena Negara Indonesia itu suatu eenheidsstaat, maka Indonesia tidak akan
volume yang akan menjadikan daerah itu sebagai satu negara bagian seperti halnya
dapat diidentifikasi ciri batasan hubungan kekuasaan antara pemerintah pusat dan
110
Mohammad Hatta, Uraian Pancasila, (Jakarta:Mutiara, 1977), hal. 7. UUD 1945
ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yang merupakan hasil rancangan BPUPKI tanggal 25
Mei 1945 sampai dengan tanggal 16 Juni 1945. Diundangkan dalam Berita Repoeblik, Tahoen II
Nomor 7, Percetakan Repoeblik Indonesia, tanggal 15 Pebruari 1946. Sebagaimana dikutif oleh
Agussalim Andi Gadjong,Pemerintahan Daerah, (Bogor: Ghalia, 2007), hal. 5.
111
Harun Al-Rasyid, “Peraturan Perundang-undangan dalam Konstitusi Indonesia”, Makalah,
disampaikan pada Pelatihan Teknis Perancang Peraturan Perundang-undangan Tahun 2008,
Departemen Hukum dan HAM RI, Jakarta, tanggal 17 Desember 2008, hal. 1.
112
Harun Al-Rasyid, Naskah UUD 1945 Sesudah Empat Kali Diubah oleh MPR, (Jakarta: UI-
Press, 2007), hal 26.
113
Andi Mallarangeng,Dkk, Otonomi Daerah Prospektif Teoritis dan Praktis,
(Yogyakarta: Bigraf Publishing,1999), hal 122.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
pemerintah daerah yaitu: Pemerintah Daerah tidak memiliki kedaulatan secara
114
Agussalim Andi Gadjong, Op. cit, hal.71-72. Sebagaimana dikutip dari Shahid Javed
Burki, Guilermo E. Perry, William R. Dilinger, “ Beyond The Centre : Dcentralizing The State”, The
World Bank, 1999, hlm. 18.
115
Ibid, Disarikan dari pendapat Leon P. Baradat, Political Ideologis, Their Origin and
Impact,(New Jersey: Prentice Hall Inc, 1979), hal. 111. yang menyatakan bahwa Negara kesatuan
merupakan negara yang bersusunan tunggal yang diorganisasikan di bawah sebuah pemerintah pusat.
Kekuasaan dan kewenangan yang terletak pada sub nasional (wilayah atau daerah), dijalankan atas
diskresi pemerintah pusat sebagai pemberi kekuasaan khusus kepada bagian-bagian pemerintah yang
ada dalam negara kesatuan. Struktur kekuasaan dalam negara kesatuan adalah sederhana karena
seluruh kekuasaan pemerintahan konstitusional terpusat di tingkat pemerintahan yang tunggal
(nasional). Pemerintah daerah bergantung pada pemerintah pusat karena segala kewenangan dan
kekuasaan yang dimilikinya berasal/diberikan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak
memiliki justifikasi secara atributif dari konstitusi.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Di dalam Pasal 18 Ayat (1) UUD 1945 disebutkan “Negara Kesatuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi
atas kabupaten dan kota yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah yang diatur dengan Undang Undang. Penggunaan istilah dibagi
atas daerah daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. 118
116
Pengaturan mengenai desentralisasi dalam negara kesatuan cenderung diletakkan dalam
aturan konstitusi, dimana hubungan antara pemerintah pusat dan daerah adalah hierarki, tidak seperti
dengan negara federal, dimana hubungan antara pemerintah federal dengan negara tidak otomatis
hierarki (bawahan).
117
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Pemikiran UUD Negara Kesatuan RI, (Jakarta: The Habibie
Centre, 2001), hal. 28.
118
Pasal 18 Ayat (2) UUD 1945 Amandemen ke-2 menyatakan bahwa Pemerintahan daerah
provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Oleh sebab itu secara universal asas pemerintahan daerah mencakup 3 (tiga)
1. Asas desentralisasi
2. Asas dekonsentarsi
dilaksanakan di propinsi.
keputusan kepada pemerintah yang tingkatannya lebih rendah. 120 Dengan kata lain
Pusat dengan Pemerintah Daerah dalam negara kesatuan dalam rangka otonomi
daerah. 121
119
Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, (Jakarta: Sinar Harapan, 2000), hal
32.
120
Ibid.
121
Mustamin Dg Matutu, dkk, Mandat, Delegasi, Atribusi dan Implementasinya di Indonesia,
(Yogyakarta: UIII Press, 2004), hal. 35-36. Desentralisasi berarti pemencaran atau penyebaran
wewenang dari pusat ke bagian-bagian organisasi di bawahnya, baik secara teritorial, fungsional,
teknis maupun kultural. Dekonsentrasi diartikan pada penyebaran atau pemencaran kewenangan pusat
kepada petugasnya yang tersebar di wilayah-wilayah untuk melaksanakan kebijaksanaan pusat.
Sedangkan desentralisasi diartikan sebagai pengalihan (pendelegasian) sebagian kewenangan petugas
pusat secara peerseorangan yang sengaja di bentuk untuk mengurusi dan menangani sendiri sejumlah
urusan yang diberi status otonom. Desentralisasi merupakan lawan dari sentralisasi, sedangkan
dekonsentrasi lawan dari konsentrasi. Sentralisasi berarti pemusatan kewenangan dan pengambilan
keputusan berada di pusat dan tidak ada pendelegasian ke daerah. Sedangkan konsentrasi pada
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Undang Undang yang mengatur otonomi daerah saat ini adalah Undang
Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam Sistem
“perintah” (amanat) konstitusi. 122 Daerah otonom tersebut pada dasarnya merupakan
satu kesatuan wilayah sebagai kesatuan masyarakat yang mempunyai ikatan serta
ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 123 Daerah otonom dibangun melalui
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. 124
hakikatnya sama dengan sentralisasi, yang keduanya berarti peneumpukan atau pemusatan kekuasaan
di pusat organisasi.
122
Benyaminn Hoessein, Loc. cit
123
Penjelasan umum UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
124
Pemberian sebagian kewenangan (kekuasaan) kepada daerah berdasarkan hak otonomi
(negara kesatuan dengan sistem desentralisasi), tetapi pada tahap akhir, kekuasaan tertinggi tetap di
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
serta masyarakat dan daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan
kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Dari uraian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa prinsip yang dipakai dan
Porsi otonomi daerah menurut Laica, 126 tidak cukup dalam wujud otonomi
daerah yang luas dan bertanggung jawab, tetapi juga harus diwujudkan dalam format
merupakan salah satu upaya untuk menghindari ide negara federal. Cakupan otonomi
tangan pemerintah pusat. Lihat juga Penjelasan umum angka 1 Dasar Pemikiran Undang -Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
125
Penjelasan umum UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah angka 1 huruf a.
126
Laica Marzuki, op. cit, hal. 9.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Di sisi lain, Soehino 127 berpandangan bahwa cakupan otonomi yang seluas-
menjadi urusan rumah tangga sendiri. Nasroen 128 berpendapat bahwa otonomi daerah
Otonomi daerah berarti berotonomi dalam negara. Otonomi tidak boleh meretakkan,
Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata
kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan
berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. 130 Hal senada diungkapkan
oleh Hatta 131 bahwa dasar kedaulatan rakyat adalah hak rakyat untuk menentukan
nasibnya, yang tidak hanya ada pada pucuk pemerintah negeri, melainkan juga pada
127
Soehino, Op. cit,, hal. 50.
128
M. Nasroen, Masalah-masalah di Sekitar Otonomi Daerah, (Jakarta: Wolters, 1951), hal. 28,
sebagaimana dikutip ulang oleh Agussalim Andi Gadjong.
129
Penjelasan umum UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah angka 1 huruf b.
130
Penjelasan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
131
Mohammad Hatta, Ke Arah Indonesia Merdeka Kumpulan Karangan Jilid I, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1976), hal. 103.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
setiap tempat (daerah). Tiap-tiap golongan atau bagian rakyat mendapat otonomi
peraturan yang dibuat oleh dewan yang lebih tinggi). Hal ini menjadi penting karena
keperluan tiap tempat dalam satu negeri tidak sama, melainkan berbeda-beda.
Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama
dengan daerah lainnya. Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung
nasional. Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu
memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu
Daerah dengan Daerah lainnya, artinya mampu membangun kerjasama antar Daerah
Daerah. Hal yang tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus mampu
menjamin hubungan yang serasi antar Daerah dengan Pemerintah, artinya harus
mampu memelihara dan menjaga keutuhan wilayah Negara dan tetap tegaknya
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang
lain”. 132
demokratisasi berarti ada keserasian antara pusat, daerah dan daerah mempunyai
merupakan suatu proses pembelajaran dan penguatan bagi daerah untuk mengatur,
nyata, dan bertanggungjawab kepada daerah sehingga daerah diberikan peluang untuk
132
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 10 ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. politik luar negeri;
b. pertahanan;
c. keamanan;
d. yustisi;
e. moneter dan fiskal nasional; dan
f. agama.
133
Wahidudin Adam,”Permasalahan Hukum yang berkaitan dengan Peraturan Daerah”,
Makalah, disampaikan pada disampaikan pada Pelatihan Teknis Perancang Peraturan Perundang-
undangan Tahun 2008, Departemen Hukum dan HAM RI, Jakarta, tanggal 17 Desember 2008, hal. 3.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
mengatur dan melaksanakan kewenangannya atas prakarsa sendiri dengan
kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom, karena Pemerintah dalam hal ini
aspek pemerintahan.
yang memuat skala prioritas program legislasi dengan jangka waktu tertentu yang
disusun secara berencana, terpadu dan sistematis 135 oleh DPRD dan Pemerintah
134
Pasal 15 ayat (2) UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.
135
Pasal 1 angka 10 UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Program legislasi merupakan pedoman dan pengendali penyusunan peraturan
tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan hukum masyarakat sesuai dengan tuntutan
reformasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini maupun di masa
yang akan datang. 137 Pengelolaan Prolegda diarahkan agar program penyusunan
berdasarkan metode dan parameter tertentu sebagai bagian integral dari sistem
Tahun 2004 tidak mengatur secara tegas tentang mekanisme penyusunan Prolegda.
mengatur lebih lanjut tata cara penyusunan dan pengelolaan Prolegda dalam
136
A.A. Oka Mahendra, op.cit, hal 114.
137
Hasil wawancara dengan Maria Farida Indrati Soeprapto sebagai Pengajar/Widyaswara
pada Pelatihan Perancangan Perundang-undangan Tahun 2008 di Jakarta pada Tanggal 16 Desember
2008.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
peraturan pelaksanaan sebagaimana penyusunan Prolegnas. Padahal Prolegda
berada dalam kesatuan sistem hukum nasional, 138 maka instrumen perencanaannya
Negeri Nomor 169 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Prolegda. Keputusan
ini ditetapkan pada 26 Agustus 2004 atau 2 (dua) bulan 4 (empat) hari setelah
berikut:
1. Pimpinan unit kerja menyiapkan Rencana Prolegda setiap tahun sesuai dengan
kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan tugas dan fungsi masing-
masing unit kerja;
2. pembahasan rencana Prolegda tersebut dikoordinasikan Biro Hukum Sekretariat
Provinsi/Bagian Hukum Sekretariat Kabupaten/Kota;
3. hasil pembahasan Prolegda tersebut diajukan oleh Biro Hukum Sekretariat
Provinsi kepada Gubernur dan oleh Bagian Hukum Sekretariat Kabupaten/Kota
kepada Bupati/Walikota;
4. Prolegda provinsi ditetapkan oleh Gubernur dan Prolegda Kabupaten/Kota
ditetapkan oleh Bupati/Walikota. 139
138
M. Solly Lubis, “Dasar-Dasar Paradigmatik Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan”, Makalah yang disampaikan pada Diklat Legislatif Drafting-Peningkatan Kapabilitas
Aparatur Pemerintah Daerah dalam Penyusunan Perda di Era Otonomi Daerah, diselenggarakan atas
kerja sama Badan Diklat Provinsi Sumatera Utara dengan Laboratorium Konstitusi Sekolah
Pascasarjana USU dan JICA (Japan International Cooperation Agency) Human Resources
Development for local Goverment, di Medan 27 Nopember -1 Desember 2006.
139
Pasal 3 dan Pasal 5 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 169 Tahun 2004 tentang
Pedoman Penyusunan Prolegda.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Penyusunan Prolegda di lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dikoordinasikan oleh unit kerja yang tugas dan tanggung jawabnya dibidang
Sumatera Utara jarang melibatkan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM
Sumatera Utara. Pelibatan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera
Pimpinan unit-unit kerja pemrakarsa program. Seperti yang dilakukan pada Ranperda
Provinsi Sumatera Utara tentang Sistem Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan
selama ini dilakukan bekerja sama dengan Biro Hukum Pemerintahan Provinsi,
140
Sebagaimana arahan Presiden di depan Sidang Paripurna DPD-RI Tanggal 23 Agustus
2006, Penyusunan Peraturan Daerah haruslah dikoordinasikan dengan instansi pemerintah pusat.
Aspek-aspek hukum penyusunan Perda itu menjadi lebih baik jika dikoordinasikan dengan
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia secara langsung maupun dengan Kantor Wilayah
departemen itu yang ada di setiap Provinsi.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Kabupaten/Kota. Perencanaan penyusunan Prolegda juga mengikutsertakan dan
Alur persiapan penyusunan Prolegda pada unit kerja Pemerintah daerah yang
tugas dan tanggung jawabnya di bidang peraturan perundang-undangan dalam hal ini
Biro Hukum meminta kepada Pimpinan unit kerja di lingkungan Pemerintah daerah
Konsepsi Ranperda memuat pokok materi yang akan diatur yang meliputi:
program dan Pimpinan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM oleh Biro
Hukum. 142 Untuk itu dibentuk Panitia Prolegda Pemerintah daerah. Dalam Panitia
141
Dikutip dari makalah Direktur Perancangan Peraturan Perundang-undangan Ditjen
Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM Suharyono, AR, Pengaturan tentang
Penyusunan dan Pengelolaan Prolegda, yang disampaikan pada Temu Konsultasi Panitia Legisasi
DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota, diselengarakan oleh BPHN, Departemen Hukum dan HAM,
Medan 27-29 Maret 2007.
142
Dikutip dari makalah Kepala Biro Hukum Setdaprovsu Ferlin Nainggolan,Program
Legislasi Daerah, yang disampaikan pada Pendidikan dan Pelatihan Legal Drafter Kantor Wilayah
Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara Tahun Anggaran 2008.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
perorangan yang memiliki keahlian dibidangnya, organisasi kemasyarakatan dan
terlebih dahulu kepada Kepala daerah sebagai Prolegda yang disusun di lingkungan
dan Pemerintah Daerah dibahas bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah
kepada Kepala Daerah dan dilaporkan pada rapat Paripurna DPRD untuk
mendapatkan penetapan.
dalam tahun berjalan sesuai dengan skala prioritas yang ditetapkan, maka
pembentukan Perda tersebut dapat dijadikan Prolegda tahun berikutnya dengan skala
prioritas (carry over program). 143 Disisi lain, dalam keadaan tertentu dengan
143
Hasil wawancara dengan Ridwan sebagai Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi Sumatera Utara pada Tanggal 16 Desember 2008.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Prolegda jangka panjang menengah atau tahunan dapat diubah skala prioritasnya
Sehubungan dengan itu, ada beberapa pokok pikiran yang dapat dijadikan
pedoman dalam mengatur mekanisme atau tata cara penyusunan Prolegda sebagai
berikut:
144
Ibid
145
A.A. Oka Mahendra, op.cit, hal 117-118.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
program penyusunan peraturan dalam Prolegda dilakukan atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah. Anggaran DPRD untuk Prolegda yang disusun di
menyebutkan Ranperda dapat berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau
sampai akhirnya menjadi suatu produk hukum daerah yaitu Peraturan Daerah.
dengan penetapan disebut prosedur penyusunan produk hukum daerah. 146 Menurut
146
Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur
Penyusunan Produk Hukum Daerah.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
1). Tahap Perencanaan
Pengemis diprakarsai oleh Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara, Ranperda Provinsi
Sumatera Utara tentang Sistem Kesehatan Provinsi Sumatera Utara diprakarsai oleh
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan Ranperda tentang Tata Ruang oleh
pokok-pokok pikiran. Isi pokok-pokok pikiran terdiri dari: maksud dan tujuan
pengaturan, dasar hukum, materi yang akan diatur dan keterkaitan dengan peraturan
perundangan-undangan lain. Hal ini lebih dikenal dengan istilah Naskah Akademik
yang berisi latar belakang, tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan dan
147
Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur
Penyusunan Produk Hukum Daerah.
148
Lihat Pasal 1 angka 7 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2005
tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Peraturan Presiden dan
Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH-01.PP.01.01 Tahun 2008
tentang Pedoman Penyusunan Naskah Akademik.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
merupakan pilihan bagi Pemerintah untuk menyediakan, 149 sedangkan bagi DPR-RI
kemungkinan besar RUU yang diajukan tidak dapat masuk dalam Prolegnas sebagai
daftar prioritas. Seharusnya kewajiban itu juga memiliki imbas bagi Pemerintah
merupakan potret atau peta tentang berbagai hal atau permasalahan yang ingin
dipecahkan melalui produk hukum yang akan dibentuk dan disahkan. Dari potret itu
dapat ditentukan apakah peraturan itu akan melembagakan apa yang telah ada dan
sehingga dapat mengubah masyarakat (law as a tool for social engineering). 150
yuridis, pokok dan lingkup materi yang akan diatur 151 mengingatkan kepada kita
149
Dalam ketentuan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 68 Tahun
2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Peraturan
Presiden dinyatakan bahwa “Pemrakarsa dalam menyusun Rancangan Undang-Undang dapat terlebih
dahulu menyusun Naskah Akademik mengenai materi yang diatur dalam Rancangan Undang-
Undang”. Kata “dapat” berarti tidak merupakan suatu keharusan.
150
Hikmanto Juwana, “Penyusunan Naskah Akademik Sebagai Prasyarat dalam Perencanaan
Pembentukan Rancangan Undang-undang”, Makalah, disampaikan pada Rapat Pembahasan Tahunan
Prolegnas Pemerintah di Cisarua Bogor Tahun 2006, hal. 2.
151
Lihat Pasal 5 ayat (3) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2005
tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Peraturan Presiden.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
semua betapa segi tersebut penting karena terkait dengan konstatasi fakta yang ada
dan bagaimana fakta tersebut dapat dipecahkan melalui cara-cara yang filosofis dan
yuridis. 152
golongan atau kepentingan individu. Jika Naskah Akademik selalu mendasarkan pada
urgensi dan tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan, pokok pikiran,
lingkup, atau objek yang akan diatur, serta jangkauan serta arah pengaturan yang
memang dikehendaki oleh masyarakat, maka proses bottom up yang selama ini
diinginkan oleh masyarakat, akan terwujud. Jika suatu RUU/Raperda yang dihasilkan
dilakukan pembahasan dengan Biro Hukum atau Bagian Hukum dan satuan kerja
mengenai objek yang diatur, jangkauan, dan arah pengaturan. 155 Ketua Tim Antar
152
H.A.S. Natabaya, “Upaya Pembaharuan Peraturan Perundang-undangan dalam Rangka
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi”, Majalah Hukum Nasional, No.2, Tahun 1999, hal. 7.
153
Hasil wawancara dengan Maria Farida Indrati Soeprapto sebagai Pengajar/Widyaswara
pada Pelatihan Perancangan Perundang-undangan Tahun 2008 di Jakarta pada Tanggal 16 Desember
2008.
154
Pasal 6 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur
Penyusunan Produk Hukum Daerah.
155
Pasal 6 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur
Penyusunan Produk Hukum Daerah.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Satuan Kerja Perangkat Daerah melaporkan perkembangan rancangan produk hukum
arahan. 156
dan pembahasan rancangan produk hukum daerah. Hal ini ditegaskan dalam
Pasal 5 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006
c). Penyusunan produk hukum dapat dibentuk Tim Antar Unit Kerja di uraikan
dalam Pasal 5 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun
diketuai oleh Pejabat Pimpinan Unit Kerja yang ditunjuk oleh Kepala
Tim. Penunjukan ini di dasarkan pada Pasal 5 ayat (4) Peraturan Menteri
156
Pasal 7 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur
Penyusunan Produk Hukum Daerah.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Hukum Daerah . Dari hasil penelitian, Tim Antar Unit Kerja dalam
Unit Kerja tetapi dapat dilimpahkan kepada wakil instansi terkait yang
harus terlebih dahulu mendapat paraf dari Pimpinan Unit Kerja terkait.
Ketentuan ini diatur dalam Pasal 8 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri
f). Rancangan produk hukum yang telah mendapat paraf koordinasi Pimpinan
157
Pasal 8 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur
Penyusunan Produk Hukum Daerah.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
g). Dalam Pasal 8 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun
koordinasi oleh Kepala Biro Hukum dan Kepala Bagian Hukum dan
Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 13 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16
sebagai berikut;
a). Pada tahapan ini, Ranperda disampaikan oleh Kepala Daerah kepada Dewan
158
Pasal 9 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur
Penyusunan Produk Hukum Daerah.
159
Pasal 9 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur
Penyusunan Produk Hukum Daerah.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
ditetapkan dan diberikan nomor, harus diautentikasi oleh Kepala
Biro/Bagian Hukum.
Daerah, dibentuk Tim Asistensi yang diketuai oleh Sekretaris Daerah atau
pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Daerah, dengan sekretariat berada pada
Pasal 19 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16
Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah mengatur secara
serta dibubuhi cap jabatan diserahkan kepada Sekretaris Daerah untuk diundangkan
dapat didelegasikan kepada kepala Biro Hukum atau Kepala Bagian Hukum.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
5). Tahap Sosialisasi
Biro/Bagian Hukum dan Unit Kerja pemrakarsa. Pada prakteknya tidak saja
dan HAM Sumatera Utara bekerja sama dengan Biro Hukum Provinsi
Utara, seperti Perda Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2008 tentang
160
Pasal 21 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur
Penyusunan Produk Hukum Daerah.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Peraturan Daerah yang lebih baik di masa depan, ada beberapa catatan bagi rujukan
Negeri dan Otonomi Daerah tersebut masih menganut paradigma lama yang
semangat dan perubahan yang terjadi pasca amandemen UUD 1945, pihak yang
Rakyat. 161 Lembaga yang mengundangkan Perda kedalam Berita dan Lembaran
penyusunan Perda. Padahal, agar setiap Perda yang dikeluarkan benar-benar mampu
161
Hasil wawancara dengan Harun Al-Rasyid sebagai Pengajar/Widyaswara pada Pelatihan
Perancangan Perundang-undangan Tahun 2008 di Jakarta pada Tanggal 17 Desember 2008.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Ketiga, rujukan prosedur penyusunan Perda tersebut juga tidak secara tegas
kepentingan masyarakat luas tersebut untuk dituangkan dalam Perda. Peran serta
Keputusan Presiden dan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah
tersebut dirasakan cukup kaku (rigid) untuk mampu mengimbangi dinamika aspirasi
harus semakin responsif dan proaktif, termasuk dalam proses penyusunan regulasi
daerah. Pedoman penyusunan Perda yang rigid dan kaku, akan menjadi salah satu
daerah. 162 Untuk kepastian hukum, setiap produk hukum harus dirancang dengan
format dan teknis penulisan yang baik dan benar, serta berdasarkan prosedur yang
162
Hasil wawancara dengan Ridwan sebagai Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi Sumatera Utara pada Tanggal 16 Desember 2008.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
sah, sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu perlu adanya standarisasi
bentuk produk hukum daerah. Namun demikian, standardisasi yang kaku dan tidak
Perda yang dianggap “bermasalah” dan dibatalkan oleh Departemen Dalam Negeri.
Nomor 2 Tahun 2004 tentang Perijinan Usaha Perkebunan, Perda pada Kabupaten
yang sama Nomor 13 Tahun 2004 tentang Izin Pemakaian Kekayaan Daerah. Perda
Hasil Alam, Perda Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 34 Tahun 2005 tentang
Nomor 38 Tahun 2005 tentang Izin Usaha Angkutan Kendaraan Bermotor Umum
dan Kendaraan Bermotor Khusus, Nomor 39 Tahun 2005 tentang Retribusi Izin
Bongkar Muat Barang Dagangan dan Nomor 46 Tahun 2005 juga tentang Retribusi
Izin Usaha Perkebunan.Perda Kabupaen Toba Samosir Nomor 3 Tahun 2003 tentang
Retribusi Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, Perda Kabupaten yang sama Nomor
8 Tahun 2006 tentang Retribusi Surat Izin Usaha dan Trayek Angkutan, Perda
Kabupaten Dairi Nomor 2 Tahun 2006 tentang Retribusi Wajib Daftar Perusahaan,
Perda Kabupaten Samosir Nomor 4 Tahun 2007 tentang Retribusi Izin Pembuangan
Limbah Cair. Juga termasuk Perda Provinsi Sumaera Utara Nomor 7 Tahun 2002
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
tentang Retribusi Penyelenggaraan Angkutan Barang. 163 Pada umumnya Perda yang
pengusaha tetapi juga membebani warga sehingga beban yang ditanggung oleh
pemegang komoditi juga ditanggung oleh konsumen. Hal ini bertentangan dengan
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pasal 20 Ayat (1) yang menyatakan bahwa “Dewan Perwakilan Rakyat memegang
persetujuan bersama”.
Pasal 5 Ayat (1) dan Pasal 20 Ayat (1) perubahan pertama UUD 1945, maka
daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai lembaga legislatif Daerah yang
163
Laporan Kepala Biro Hukum Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara Pada Rapat
Koordinasi/ Pertemuan Sekretaris DPRD dan Para Kepala Bagian Hukum Kabupaten/Kota Se-
Sumatera Utara di Biro Hukum Kantor Gubernur Provsu-Medan, Tanggal 23 Pebruari 2009.
164
Hasil wawancara dengan Ferlin Nainggolan sebagai Kepala Biro Hukum Provinsi
Sumatera Utara di Kantor Gubernur Sumatera Utara Medan pada Tanggal 24 Pebruari 2009.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
memegang kekuasaan membentuk Peraturan Daerah. 165 Kepala Daerah hanya berhak
daerah. Paradigma ini telah berubah dengan lahirnya Undang Undang Pemerintahan
Daerah yang baru yaitu Undang Undang Nomor 10 Tahun 2004 dan Undang Undang
Nomor 32 Tahun 2004, dimana dalam Pasal 136 ditentukan bahwa “Peraturan daerah
Nomor 53 Tahun 2005 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah
berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau dari eksekutif (Kepala
Daerah/Bupati).
165
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang menyatakan:
(1) DPRD mempunyai fungsi:
a. legislasi;
b. anggaran; dan
c. pengawasan.
(2) Fungsi legislasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dalam membentuk Peraturan
Daerah bersama Kepala Daerah serta dalam Pasal 20 huruf (a) yang menyatakan DPRD mempunyai
tugas dan wewenang membentuk Peraturan Daerah yang dibahas dengan Kepala Daerah untuk
mendapat persetujuan bersama.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Fungsi yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah fungsi DPRD yakni
fungsi legislasi, fungsi pengawasan, dan fungsi anggaran yang dijabarkan kedalam
1. Majelis atau badan yang terdiri dari beberapa anggota yang pekerjaannya
berunding.
Menurut Budiardjo peranan DPR atau DPRD yang paling penting adalah:
DPR atau DPRD diberi hak inisiatif, hak untuk mengadakan amandemen
166
Poerwadarminta, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hal.33.
167
Budiardjo Dasar-Dasar llmu Politik,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,1989), hal.173.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
terhadap rancangan Undang-Undang atau rancangan Peraturan Daerah yang
2. mengontrol badan eksekutif dalam arti menjaga agar semua tindakan eksekutif
tugas ini badan perwakilan rakyat diberi hak-hak kontrol khusus. 168
eksekutif. Aktualisasi fungsi ini, lembaga perwakilan diberi hak seperti: hak
kepentingan umum dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga negara.
168
Budiardjo,Fungsi Lembaga Legislatif di Indonesia, (Jakarta:CV. Rajawali, 1985). hal. 151-
152.
169
Max Boboy, DPR RI Dalam Perspektif Sejarah dan tata Negara. Jakarta: Sinar Harapan,
1994) hal.28-29.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
1). Tahap Penyusunan dan Perancangan
akan diterbitkan oleh DPRD yang dituangkan dalam suatu Keputusan DPRD tentang
Tahap I
(1). Menetapkan Ranperda yang akan dirancang (atas permintaan anggota atau
170
Moh. Mahmud MD, Op.cit, hal 9, mengatakan produk hukum lebih banyak diwarnai oleh
kepentingan-kepentingan politik pemegang kekuasaan dominan.
171
Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor. 12/K/2006
tentang Perubahan atas Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor.
3/K/2004 tentang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
(3). Sekretariat perancangan membentuk tim asistensi yang terdiri dari para
(4). Diskusi awal tim asistensi dengan pemrakarsa mengenai gambaran umum
materi Ranperda.
(2). Merancang Naskah Akademik yang memuat latar belakang, tujuan, ruang
(1). Sosialisasi dan public hearing dalam rangka diskusi dengan publik dan
(4). Presentasi Draf II haasil diskusi publik atau masukan dari masyarakat
kepada Pemrakarsa.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Tahap IV (Penyusunan Draf III)
kepada Dewan.
legislasi dan rapat paripurna. Pada tahap pembahasan DPRD atau Gubernur atau
172
Pasal 40 ayat (1) Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
berdasarkan persetujuan bersama DPRD dan Gubernur atau Bupati/Walikota. Hal ini
diatur secara tegas dalam Pasal 41 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Nomor 10
hasil pembicaraan tahap III dan pendapat akhir fraksi yang disampaikan oleh
173
Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor. 12/K/2006
tentang Perubahan atas Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor.
3/K/2004 tentang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Berbeda dengan RUU yang telah disetujui bersama oleh DPR dan Presiden,
yang kemudian disampaikan oleh pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan
menjadi Undang-Undang, Raperda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan
(tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama. Hal ini sesuai dengan Pasal
Gubernur atau Bupati/Walikota ditentukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
Raperda disetujui bersama oleh DPRD dan Gubernur atau Bupati/Walikota. Hal ini
juga ditatur dalam Pasal 43 ayat (1) Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
(2) UUP3 dan Pasal 144 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Bupati/Walikota dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Ranperda
disetujui bersama maka Ranperda tersebut sah menjadi Peraturan Daerah dan wajib
174
Hal senada juga dicantumkan dalam Pasal 43 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun
2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang menyatakan dalam hal Rancangan
Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditandatangani oleh Gubernur atau
Bupati/Walikota dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Rancangan Peraturan Daerah
tersebut disetujui bersama, maka Rancangan Peraturan Daerah tersebut sah menjadi Peraturan Daerah
dan wajib diundangkan.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Peraturan Daerah yang telah ditetapkan oleh Kepala Daerah agar memiliki
setiap orang dianggap telah mengetahui. Fiksi hukum yang mengatakan bahwa
dengan telah diundangkannya peraturan daerah dalam Lembaran Daerah maka setiap
orang dianggap telah mengetahui hukum. Bagi Indonesia yang secara fakta geografis
terdiri dari 17.000 pulau lebih dalam satu wilayah yang sangat luas perlu ada upaya
Indonesia, Radio Republik Indonesia , stasiun daerah, atau media cetak yang terbit di
Peran DPRD dewasa ini sangat kuat, sebagaimana UU No. 10 Tahun 2004 dan
UU no. 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa Peraturan Daerah yang telah disetujui
175
Max Boboy, Op.cit
176
Penjelasan Pasal 52 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
bersama DPRD dengan Pemerintah Daerah apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari
tidak ditetapkan oleh Kepala Daerah maka sah berlaku dan wajib diundangkan.
Menurut S.W. Couwenberg, lima asas demokratis yang melandasi rechtsstaat, dua
dan asas perwakilan.177 Senada dengan itu, Sri Soemantri M.178 mengemukakan
bahwa ide demokrasi menjelmakan dirinya dalam lima hal, dua diantaranya adalah:
177
P. M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu, 1987),
hal 76
178
Sri Soemantri M., Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia, (Bandung: Alumni,
1992), hal 29
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
pemerintah harus bersikap terbuka (openbaarheid van bestuur) dan dimungkinkannya
2004 yang berbunyi: Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau
Perundang-undangan dan Pasal 140 ayat (3) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
(1). Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis sebagai
(3). Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memuat pokok-pokok materi
yang diusulkan.
(4). Masukan dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Dalam proses penyusunan Rancangan Peraturan Daerah baik di lingkungan
Pemerintah Daerah maupun di DPRD, masyarakat tetap dapat berperan serta secara
Daerah, demikian juga pada saat dilakukan pembahasan bersama antara DPRD dan
179
Hal ini dituangkan juga di dalam Pasal 139 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan
atau tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan Perda.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
elektronik, atau media cetak yang terbit di daerah yang bersangkutan serta media
lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan Rancangan Undang-
undang dan Rancangan Peraturan Daerah. Hal ini sejalan dengan kebijakan Menteri
Dalam Negeri yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 41
Dari sini dapat dilihat bahwa Keputusan Menteri tersebut memberi peluang kepada
masyarakat yang merasa haknya dilanggar untuk mengajukan Hak uji materiil
Masyarakat daerah baik sebagai kesatuan sistem maupun sebagai individu merupakan
bagian integral yang sangat penting dari sistem pemerintahan daerah, karena secara
mempunyai peran yang besar dalam menentukan arah kebijakan pemerintah daerah.
180
Sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 52 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
181
Josef Riwu Kaho,Prospek Otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia :
Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Cet III, (Jakarta: Rajawali
Press, 2003), hal 120
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Sehingga mau tidak mau partisipasi harus dilaksanakan secara maksimal oleh
masyarakat.
dalam memecahkan setiap persoalan masyarakat daerahnya. 182 Dari hasil penelitian
persoalan trackfiking dan pemakaian tenaga kerja anak merupakan salah satu masalah
yang memiliki jumlah kasus yang cukup besar di Sumatera Utara. Hal ini merupakan
Pemerintah untuk memecahkan masalah ini. Diprakarsai oleh salah satu Lembaga
ini. 183 Berdasarkan aksesbilitas publik dalam pembentukan Perda maka dirancang
suatu Perda Provinsi Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 2004 tentang Trackfiking atas
inisiatif PKPA dan Perda Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Pemberian Pekerjaan Terburuk Bagi Anak 184 atas inisiatif Yayasan
Pusaka. Dari sini dapat dilihat bahwa perananan masyarakat sangat berpengaruh
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Partisipasi masyarakat merupakan prasyarat dan representasi dari
sebagai kesediaan dan/atau perilaku para warga di masyarakat untuk turut mengambil
bagian dalam suatu program aktivitas yang besar. 185 Demokrasi juga
pengakuan civil society sebagai kekuatan penekan dan pengimbang vis a vis negara.
Civil society yang kuat akan mendorong state untuk memperkuat dirinya agar terjadi
terjadinya check and balances dalam proses penyelenggaraan negara. 186 Partisipasi
publik dalam proses pengambilan kebijakan adalah cara efektif untuk mencapai pola
185
Soetandyo Wignjosoebroto,Hukum: Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya,
(Jakarta:Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) dan Perkumpulan untuk Pembaharuan
Hukum Berbasis Masyarakat dan Ekologi (HUMA), 2002), hal 579-580.
186
B. Hestu Cipto Handoyo, Prinsip-prinsip Legal Drafting dan Desain Naskah Akademik,
sebagaimana dikutip dari Muslimin B. Putra, Menimbang Partisipasi Publik dalam Proses
Legislasi,(Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2008), hal. 152.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
BAB III
hukum publik adalah kemampuan yuridis dari badan. Hal ini mengandung pengertian
yang sangat luas. Misalnya menyangkut kewenangan Menteri, sebagai wakil negara
Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden No. 20
Tahun 2008, menyatakan bahwa Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
Dalam Pasal 36 Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005 juga diuraian bahwa
187
F.A.M. Stroink, Deconcentratie Terjemahan Ateng Syafruddin, Pemahaman tentang
Dekonsentrasi, (Bandung: Refika Aditama, 2006), hal.24
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
b. Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya;
e. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen dalam Pasal 1
ayat (1) dan ayat (2) menyatakan Departemen dalam Pemerintahan Negara Republik
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Pasal 12 Keputusan
Presiden tersebut juga menyatakan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia. Pasal 13 huruf c Keputusan
Presiden Nomor 102 tahun 2001 Tentang Kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan,
susunan organisasi, dan tata kerja departemen disebutkan bahwa dalam melaksanakan
tugasnya Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menyelenggarakan fungsi 188
188
F.A.M. Stroink, Deconcentratie Terjemahan Ateng Syafruddin, Pemahaman tentang
Dekonsentrasi, (Bandung: Refika Aditama, 2006), hal. 11. Logemann mengartikan fungsi sebagai
lingkungan kerja tertentu dalam hubungannya dengan keseluruhannya. Fungsi itu dalam hubungan
dengan negara disebut ambt/jabatan. Negara adalah organisasi jabatan, jabatan adalah badan/person.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka
Dalam Pasal 14 huruf f Keputusan Presiden itu juga dinyatakan bahwa dalam
nasional. Tapi dalam interpretasi dari tindakan beralasan hukum perdata itu, dasar
hukum publik dari tindakan badan itu dapat juga turut berperan. Maka, tindakan
hukum publik dari setiap tindakan pemerintah, karena juga menyangkut sebagai
badan adalah untuk kepentingan umum bukan untuk kepentingan badan atau wakil.
atas Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, telah terdapat
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia ke Mahkamah Agung Republik Indonesia. Maka,
terhitung mulai 1 April 2004, telah dibuka lembaran sejarah baru dalam sistem
kehakiman ke dalam satu atap (one roof) dibawah Mahkamah Agung Republik
Indonesia.
hukum serta berperan aktif dalam advokasi pembaharuan hukum dan hak asasi
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
manusia. Dimana dengan perubahan fungsi ini diharapkan menjadi ”pemicu”
terwujudnya sistem hukum nasional yang lebih baik, beralaskan hak asasi manusia
undangan serta pembinaan di bidang hukum nasional. 189 Salah satu unit utama
Pasal 14 ayat (2) Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2005 tentang Unit organisasi dan
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden No. 21 Tahun 2008 menyatakan
4. Litigasi perundang-undangan;
189
Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M-01.PR.02.10 Tahun 2005 tentang Rencana
Strategis Departemen Hukum dan HAM.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
6. Pelayanan teknis dan administratif. 190
undangan;
perundang-undangan;
jenderal;
undangan;
190
Sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.09-PR.07.10
Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Hukum dan HAM RI, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.HH-01.OT.01.01 Tahun 2008,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.HH-01.OT.01.01 Tahun
2009 Tanggal 27 Maret 2009. Perubahan dari Tahun 2007 ke Tahun 2008 dan terakhir Tahun 2009
memuat tentang perubahan tugas atas pengalihan Direktorat Daktiloskopi pada Direktorat Administrasi
Hukum Umum (AHU) menjadi Pusat Daktiloskopi pada Sekjen Dep. Hukum dan HAM. Maka
pengaturan mengenai tugas dan fungsi di bidang peraturan dan perundang-undangan tetap mengacu
pada Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.09-PR.07.10 Tahun 2007 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Hukum dan HAM RI.
191
Ibid.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
7. Penyelenggaraan sistem informasi peraturan perundang-undangan, pengelolaan
peraturan daerah.
Seiring dengan itu, Undang-undang No. 10 Tahun 2004 juga menuntut peran
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagai penjaga proses legislasi
Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Departemen Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia di daerah dilaksanakan oleh instansi vertikal. 193 SM. Oentarto menyebutnya
192
Undang-undang tentang Pembentukan Pertauran Perundang-undangan dalam Pasal 15 dan
Pasal 16 menyatakan, Perencanaan penyusunan Undang-Undang dilakukan dalam suatu Program
Legislasi Nasional. Penyusunan Program Legislasi Nasional di lingkungan Pemerintah di-
koordinasikan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang Peraturan Perundang-
undangan. Dalam Pasal ini termaktub pengertian bahwa menteri yang di maksud adalah Menteri
Hukum dan HAM RI.
193
Pasal 1 Keputusan Presiden Nomor 64 tahun 2004 Tentang Kedudukan,tugas, fungsi,
susunan organisasi, dan tata kerja instansi vertikal di lingkungan Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
194
SM. Oentarto dkk, Op. cit, hal. 9. Sebagai illustrasi, pada masa orde baru, pemerintah lebih
memberikan kewenangan kepada Kanwil sebagai perpanjangan tangan Departemen atau Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND) untuk menyediakan pelayanan publik.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
pusat ke daerah melalui suatu undang-undang. 195 Sementara Laica Marzuki,
yakni pelimpahan kewenangan dari alat perlengkapan negara di pusat kepada instansi
peraturan, yang tidak dapat berprakarsa menciptakan peraturan dan atau membuat
keputusan bentuk lainnya untuk kemudian dilaksanakan sendiri pula. 197 Jika
dijalankan oleh badan yang berada dalam hubungan hierarkis dengan raja/menteri
disebut dekonsentrasi. Dalam hal ini pelaksanaan kewenangan oleh pemerintah pusat.
Dalam hubungan ini hirearkis semata-mata untuk perimbangan atas dasar posisi para
pejabat departemen. Dari sini terlihat bahwa antara menteri dan badan yang
dekonsentrasi tidak dimuat secara eksplisit dalam UUD 1945, baik sebelum atau
195
Agussalim Andi Gadjong, Op. cit, hal.173.
196
H.M. Laica Marzuki,Berjalan-jalan di Ranah Hukum,(Jakarta: Sekjen dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi RI, 2006), hal. 151.
197
Agussalim Andi Gadjong, Op. cit , hal 89
198
F.A.M. Stroink, Op. cit, hal. 30.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
sesudah di amandemen, namun dimuat secara tegas dalam UU No. 5 tahun 1974
pejabat dekonsentrasi disebut sebagai tugas dan wewenang kepala wilayah. Hal ini
disebut sebagai pelaksanaan Pasal 18 UUD 1945. Dimana sumber ketentuan tentang
dekonsentrasi dalam UUD 1945 secara umum ditafsirkan sebagai konsekuensi logis
pada amanat suatu konstitusi dan dituangkan dalam suatu peraturan pemerintah tetapi
tidak didahului oleh suatu pasal dalam undang-undang untuk diatur lebih lanjut.
Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia di Propinsi. 201 Unit
199
Disarikan ulang oleh Ateng Syafrudin dari ringkasan karya ilmiah F.A.M. Stroink dalam
seminar di FH Uttrecht tahun 1986. Hal ini ditulis sebagai pengantar dalam buku pemahaman tentang
dekonsentrasi.
200
Agussalim Andi Gadjong, Op. cit, hal 102. Sebagaimana dikutip ulang dari H.D. van
wijk, hoofdstukken van administratief Rech, Vuga Uitgevenhage, 1984, hal.25.
201
Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 64 tahun 2004 Tentang Kedudukan,tugas, fungsi,
susunan organisasi, dan tata kerja instansi vertikal di lingkungan Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
202
Dari sini terlihat bahwa antara menteri dan badan yang didekonsentrasikan terdapat
hubungan yang hierarkis dan mempunyai kewenangan bertindak berdasarkan hukum publik. Badan-
badan yang didekonsentrasikan adalah badan-badan yang memiliki hubungan hierarkis terhadap
menteri yaitu antara Departemen dengan Kantor Wilayah.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
perundang-undangan di daerah (law making process) khususnya Peraturan Daerah
203
dan dalam koordinasi program legislasi daerah. Semua wewenang yang dilakukan
Wilayah sebagai instansi vertikal dari Departemen Hukum dan HAM dilibatkan
dalam pembentukan Peraturan Daerah yang dibuat oleh Gubernur dan Bupati
/Walikota bersama DPRD. 205 Otomatis hal ini mengakibatkan Kanwil harus
Pelaksanaan wewenang dari berbagai badan ini dapat saling menyilang, sehingga
203
Sebagaimana dimaksudkan dalam Tugas pokok dan fungsi Divisi Pelayanan Hukum dan
HAM dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.01-PR.07.10 Tahun 2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM.
204
F.A.M. Stroink, Op. cit, hal. 70
205
Hal ini ditegaskan juga dalam tugas pokok dan fungsi dari Kantor Wilayah Departemen
Hukum dan HAM yang berkedudukan di setiap provinsi.
206
Ada wewenang yang pelaksanaannya membawa serta akibat hukum berdasarkan hukum
publik bagi rakyat dan ada wewenang yang ditujukan pada terjadinya akibat hukum berdasarkan
hukum sipil. Di samping itu ada wewenang tanpa akibat hukum bagi rakyat, tetapi berakibat bagi
orgaan pemerintah lain. Seperti yang diungkapkan oleh Stroink dalam deconsentration. Wewenang
pemerintahan tidak langsung adalah kewenangan berdasarkan undang-undang formal yang bukan
wewenang untuk melakukan tindakan hukum berdasarkan hukum publik, tetapi wewenang yang
pelaksanaannya terarahkan pada tindakan hukum yang dilakukan oleh badan lain.
207
F.A.M. Stroink, Op. cit, hal. 80.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
B. Kewenangan Kanwil Departemen Hukum dan HAM dalam Pembentukan
Peraturan Daerah
merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi Kantor Wilayah Departemen Hukum
dilaksanakan oleh Divisi Pelayanan Hukum dan HAM khususnya Bidang Hukum.
Namun demikian, Peraturan Menteri tersebut tidak mengatur secara rinci bagaimana
Mekanisme kerja sama dan pengkoordinasian didasarkan pada pola perencanaan dan
pola kebutuhan atau insidentil sesuai dengan tugas fungsi Kanwil Departemen
Mekanisme kerja sama dengan instansi di daerah, didasarkan pada pembentukan tim
atau panitia yang dibentuk dengan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen
Hukum dan HAM. Mekanisme kerja dengan pola kebutuhan atau insidentil selama
ini, Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM biasanya bersifat pasif yakni,
sebagai instansi yang diundang atau disertakan untuk memberikan masukan atau
hukum, baik yang diselenggarakan oleh instansi vertikal (pusat) maupun instansi
208
Hasil wawancara dengan Rosman Siregar sebagai Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan
HAM kanwil Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara pada Tanggal 1 Maret 2009.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
horizontal (daerah), misalnya penyelenggaraan seminar, lokakarya, sosialisasi,
amanat UUD 1945, tetapi juga memenuhi kebutuhan hukum masyarakat sesuai
dengan tuntutan reformasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini
Terkait dengan peran yang strategis dan fungsi Kanwil Departemen Hukum
dan HAM, beberapa permasalahan yang perlu dibahas berkenaan dengan mekanisme
peran Kantor wilayah Departemen Hukum dan HAM dalam Prolegda, sampai saat ini
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM
209
Hasil wawancara dengan Suharyono A.R sebagai Direktur Perancangan Peraturan
Perundang-undangan Ditjen Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI pada
Tanggal 12 Desember 2008.
210
Hasil wawancara dengan Rosman Siregar sebagai Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan
HAM kanwil Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara pada Tanggal 1 Maret 2009.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
menyebutkan bahwa Kantor Wilayah menyelenggarakan fungsi pengkoordinasian
pada Pedoman Kegiatan Prolegda yang dikeluarkan oleh Badan Pembinaan Hukum
Nasional (BPHN) pada Tahun 2001. Pedoman tersebut sudah barang tentu tidak
relevan lagi dengan perkembangan hukum yang ada, terutama terbentuknya UU P3,
Presiden Nomor 61 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan dan Pengelolaan
Program Legislasi Nasional Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tata
Cara Pembentukan UU, PP, dan Perpres, dan Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM (Orta). Pedoman Kegiatan tersebut
a. menginventarisasi Prolegda yang berasal dari pemerintah daerah, dalam hal ini
dinas-dinas dan instansi di tingkat daerah provinsi yang dapat dan berhak
211
Sebagaimana dimaksudkan dalam Tugas pokok dan fungsi Divisi Pelayanan Hukum dan
HAM dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.01-PR.07.10 Tahun 2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
c. melakukan pemantauan agar penyusunan Prolegda tidak bertentangan dengan
belum dilaksanakan seluruhnya sesuai dengan arahan yang diinginkan oleh Kepala
BPHN. Hal ini dikarenakan instrumen hukum Pedoman tersebut yang kurang kuat. Di
menerapkan urutan prioritas dan menelaah mengenai materi Raperda agar tidak
menyeluruh.
pelaksanaannya terbagi dalam 3 (iga) tahap yaitu Tahap Pra-legislasi, Tahap Legislasi
dan Tahap Pasca legislasi. 212 Pada Tahap Pra-legislasi dilalui beberapa proses, yakni:
212
Ahmad Ubbe, Kedudukan dan Fungsi Penelitian Hukum dalam Proses Penyusunan
Peraturan Perundang-undangan,(Jakarta: BPHN, 1999), hal. 29.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
b. proses persiapan yang terdiri dari pengkajian, penelitian dan penyusunan Naskah
Akademik;
undangan;
Tahap Legislasi akan melalui proses pembahasan oleh DPRD dan Pemerintah,
peraturan perundang-undangan.
Tahap Pra-legislasi, yang berarti Naskah Akademik yang baik didahului dengan
kegiatan yang telah masuk dalam perencanaan, sebagai salah satu penyelesaian dari
dapat memfasilitasi penyusunan Naskah Akademik Ranperda. 213 Hal ini dituangkan
dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia yang ditetapkan dan
213
Pasal 6 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor M.HH -
01.PP.01.01 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Perundang-
undangan.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
diatas dapat berupa penyediaan tenaga ahli, bahan hasil penelitian, konsultasi, atau
undangan. Naskah Akademik terdiri dari dua kata yaitu naskah dan akademik, naskah
adalah rancangan 215 dan akademik adalah bersifat akademi, sedangkan akademis
mempunyai arti bersifat ilmu pengetahuan. 216 Dari kedua pengertian kata itu dapat
diartikan bahawa Naskah Akademik aalah suatu rancangan yang bersifat akademis
alasan, yaitu alasan substantif dan alasan teknis. 217 Alasan substantif, dimaksudkan
untuk memperoleh Ranperda yang baik, aplikatif dan futuristik. Selain itu, ketika
suatu Ranperda sudah didukung oleh Naskah Akademik yang memadai, maka
Karena sering kali perdebatan terjadi terhadap masalah yang seharusnya telah
214
Pasal 6 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor M.HH -
01.PP.01.01 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Perundang -
undangan.
215
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990),
hal. 610.
216
Ibid, hal. 13.
217
Ahmad Ubbe, ”Mekanisme Penelitian Hukum dalam Pembentukan Peraturan Perundang -
undangan”, Makalah, disampaikan pada Temu Konsultasi Pelaksanaan Hukum di Jajaran BPHN
Departemen Hukum dan HAM, Bogor Tanggal 20-22 Juni 2005, hal. 14.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
dijawab dalam NA. Sedangkan alasan teknis, dimaksudkan untuk membatasi daftar
prioritas yang terlalu banyak namun tidak didukung oleh dokumen yang memadai,
sehingga tidak dapat mencapai target pengesahan tahunan dan akibatnya terjadi
dengan bahan penunjang berupa hasil pengkajian dan penelitian serta analisis dan
alasan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis yang mendasari pentingnya materi
hukum suatu Ranperda. Hal ini ditegaskan dalam lampiran Peraturan Menteri Hukum
filosofis, memuat pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita
moral yang luhur yang meliputi suasana kebathinan serta watak dari bangsa Indonesia
undangan yang telah ada dan masih berlaku (hukum positif) yang ada kaitannya
dengan judul Naskah Akademik. 219 Yang termasuk dalam peraturan perundang-
undangan pada landasan yuridis adalah sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 dan
218
Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor M.HH -
01.PP.01.01 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Perundang-
undangan bagian II tentang Penjelasan Sistematika Naskah Akademik
219
Ibid
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Penjelasan Pasal 7 ayat (4) UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan. 220
sosial itu sejalan dengan arah dan tujuan pembangunan hukum nasional yang ingin
dicapai. 221
tersebut termuat dalam dasar filosofis, sosiologis dan yuridis sert psikhopolitik
masyarakat. Oleh karena itu penyusunan naskah akademik harus dilakukan secara
sistemik, holistik dan futuristik dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu. Kegiatan
220
Sebagaimana Pasal 7 Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan dinyatakan, jenis dan hirearki Peraturan Perundang-undangan dan penjelasannya
adalah;
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-undang/Perpu;
c. Peraturan Pemerintah;
d. Peraturan Presiden;
e. Peraturan Daerah meliputi Peraturan Daerah Provinsi, Peraturan Daerah Kabupaten, Peraturan
Desa;
f. Peraturan yang dikeluarkan oleh MPR dan DPR, DPD, MA, MK, BPK, Bank Indonesia, Menteri,
Kepala Badan, Lembaga atau Komisi yang setingkat dibentuk oleh Undang-undang atau
Pemerintah atas perintah Undang-undang, DPRD, Gubernur, Bupati/Walikota dan Kepala Desa
atau yang setingkat.
221
Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor M.HH -
01.PP.01.01 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Perundang-
undangan bagian II tentang Penjelasan Sistematika Naskah Akademik.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
mengetahui tentang apa yang akan diatur. Dengan demikian bagian ini memberikan
alasan yang sangat penting terutama bagi para perancang (legal drafter) mengenai
informasi, pengetahuan dan perspektif bagi para pengambil kebijakan. Legal drafter
Akademik tersebut, yakni selain untuk bahan masukan bagi perancang peraturan
Ranperda Provinsi Sumatera Utara tentang Pelayanan Kesehatan 226 menjadi dokumen
resmi yang menyatu dengan konsep Ranperda saat dibahas bersama dengan DPRD
222
Yunan Hilmi, ”Praktek Penyusunan Naskah Akademis”, Makalah, disampaikan pada
Pelatihan Teknis Perancang Peraturan Perundang-undangan, Jakarta 10-23 Desember 2008.
223
Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor M.HH -
01.PP.01.01 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Perundang-
undangan.
224
Ibid
225
Ranperda ini sudah disahkan menjadi Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 4
Tahun 2008 tentang Penanganan Gelandangan dan Pengemis.
226
Ranperda ini sudah disahkan menjadi Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3
Tahun 2008 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Secara garis besar penyusunan naskah akademik dapat dibagi dua yaitu
akademik adalah penelitian dan pengkajian. Penelitian hukum dapat berupa penelitian
normatif 227 atau penelitian hukum sosiologis. Penelitian hukum merupakan seluruh
upaya untuk mencari dan menemukan jawaban yang benar (right answer) dan/atau
jawaban yang tidak sekali-kali keliru (true answer) mengenai suatu permasalahan
hukum. 228
drafter naskah akademik berfungsi sebagai acuan mengenai apa yang akan diatur
Naskah akademik juga sebagai bahan bagi Departemen Hukum dan HAM RI
227
Diawali dari norma-norma hukum yang ada lalu menuju fakta-fakta yang terjadi.
228
Sutandyo Wignyosumarto,”Sebuah Pengantar tentang Pembinaan Hukum dalam PJP II”,
Makalah, pada Seminar Akbar 50 Tahun Pembinaan Hukum Sebagai Modal Bagi Pembangunan
Hukum Nasional, Jakarta, Juli 1995.
229
Pasal 18 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan menyatakan ”Pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan konsepsi
Rancangan Undang-Undang yang berasal dari Presiden, dikoordinasikan oleh Menteri yang tugas dan
tanggungjawabnya di bidang peraturan perundang-undangan”.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
b. Pelibatan dalam Harmonisasi Rancangan Peraturan Daerah/Peraturan
Daerah
Ranperda atau Perda. 230 Harmonisasi Perda dilakukan sebagai salah satu upaya untuk
sederajat maupun yang lebih rendah sehingga tersusun secara sistematis tidak saling
bertentangan atau tumpang tindih. 231 Organ/peraturan yang lebih rendah harus tetap
berada dalam batas dan rambu yang telah ditetapkan oleh peraturan yang lebih
tinggi. 232 Tujuan pengharmonisasian adalah untuk memberikan gambaran yang jelas
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
penyelenggaraan otonomi daerah provinsi/kabupaten/kota dan tugas pembantuan juga
tentang Pemerintahan Daerah menuangkannya dalam Pasal 136 ayat (2) dan ayat (3).
Yang paling penting adalah bahwa Perda dilarang bertentangan dengan kepentingan
umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Hal ini ditegaskan
dalam Pasal 136 ayat (4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Hal tersebut merupakan tujuan dan peletak dasar perlunya
harmonisasi mengenai perda yang akan dibentuk, untuk menghindari adanya perda
yang diuji materinya oleh pemerintah. 234 Selain ketentuan Pasal 136 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004, hal yang perlu dijadikan dasar pengharmonisan adalah Pasal
137 dan Pasal 138 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Ketentuan yang sama
a. kejelasan tujuan;
234
Lihat Pasal 145 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
pembentukan peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang
dibuat oleh lembaga/pejabat yang tidak berwenang. Hal ini seperti tertuang
d. dapat dilaksanakan;
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;
berbangsa, dan bernegara. Hal ini dituangkan dalam Penjelasan Pasal 5 huruf
Perundang-undangan.;
f. kejelasan rumusan;
Kejelasan rumusan dituangkan secara rinci dalam Penjelasan Pasal 5 huruf (f)
pilihan kata atau terminologi, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah
pelaksanaannya; dan
g. keterbukaan;
terbuka. 235
235
Penjelasan Pasal 5 huruf (g) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
perundang-undangan. Asas-asas tersebut merupakan dasar berpijak bagi perancang
terpateri sebagai hal yang harus dipertimbangkan pada saat akan membentuk dan
Dalam menyusun substansi yang diinginkan oleh penentu kebijakan, atau apakah
rumusan tersebut sudah jelas dan tidak menimbulkan penafsiran ganda? Apa masalah
sosial yang akan diselesaikan? Masalah sosial yang akan diselesaikan pada dasarnya
masyarakat yang bermasalah. Misalnya, banyak anak-anak atau remaja usia sekolah
atau usia produktif hidup tampa pekerjaan tetap atau hidup dari meminta-minta di
maka diperlukan Perda penanganan gelandangan dan pengemis. Banyak orang mabuk
karena mengkonsumsi minuman dengan kadar alkohol yang tinggi, maka diperlukan
Kedua, masalah sosial yang disebabkan karena aturan hukum yang ada tidak
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
hingga tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai. Perda tentang Pajak
Daerah, sudah tidak sesuai dengan Undang-undang tentang Pajak Daerah, maka perda
tersebut harus diganti dengan yang baru. Pada saat melakukan pengharmonisasian
satu cara untuk menggali permasalah tersebut adalah dengan langkah penelitian.
Untuk masalah sosial yang ada dalam setiap pasal atau norma yang ditentukan
dalam materi yang diatur, pada tahap harmoisasi juga harus jeli melihat apakah
asas:
a. pengayoman;
b. kemanusiaan;
c. kebangsaan
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
d. kekeluargaan;
e. kenusantaraan
keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah, dan
g. keadilan
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
i. ketertiban dan kepastian hukum;
dan/atau
tertentu saja, tetapi pada semua tahapan proses pembentukan Rancangan Peraturan
Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara khususnya bidang Hukum melakukan
pengolahan peraturan perundang-undangan 236 yang isinya tidak sesuai dengan nilai-
Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan kepentingan umum, serta asas
236
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 49 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan HAM No.
M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum
dan HAM.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
HAM dan menimbulkan konflik di masyarakat, baik yang berasal dari Pemerintah
di daerah. 237 Hal ini ditegaskan lagi dalam Surat Edaran Menteri Dalam Negeri para
kebijakan daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan umum dan
kepentingan aparatur, keserasian dengan peraturan yang lebih tinggi dan dengan
apabila dalam rapat-rapat antar instansi terkait di Biro Hukum Provinsi Sumatera
Utara tentang Peraturan Daerah yang sedang dibuat atau disusun, wakil dari Kanwil
237
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 49 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan HAM No.
M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum
dan HAM.
238
Lihat angka 7 Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 188.34/1586/SJ Tanggal 25 Juli
2006, Perihal Tertip Perancangan dan Penetapan Peraturan Daerah.
239
Hasil wawancara dengan Wicipto Setiadi sebagai Direktur Harmonisasi Peraturan
Perundang-undangan Ditjen Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI pada
Tanggal 18 Maret 2009.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Departemen Hukum dan HAM terkadang diikutsertakan. Seperti pada pembahasan
Daerah dan Retribusi Daerah, APBD, Tata Ruang ditentukan ditentukan bahwa
Peraturan Daerah itu berlaku setelah melalui evaluasi oleh Pemerintah. 240
Daerah. Rancangan Perda provinsi tentang APBD yang telah disetujui bersama dan
Gubernur paling lambat 3 (tiga) hari disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri
untuk dievaluasi.
Hasil evaluasi 241 tersebut disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri kepada
Gubernur paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak diterimanya rancangan
Perda tentang APBD dan rancangan Peraturan Gubernur tentang penjabaran APBD
240
A.A. Oka Mahendra, Op.cit,hal. 131.
241
Pasal 185 ayat (2) dan ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
lebih tinggi, Gubernur menetapkan rancangan dimaksud menjadi Perda dan Peraturan
Gubernur.
(tujuh) hari terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. Hal ini dituangkan dalam Pasal
Pada ayat (5) pasal tersebut ditegaskan jika hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti
oleh Gubernur dan DPRD, dan Gubernur tetap menetapkan rancangan Perda tentang
APBD dan rancangan Peraturan Gubernur tentang penjabaran APBD menjadi Perda
dan Peraturan Gubernur, Menteri Dalam Negeri membatalkan Perda dan Peraturan
sebelumnya.
Sebab Peraturan Daerah merupakan salah satu subsistem dalam sistem peraturan
otonomi daerah dan tugas pembantuan selain harus mampu menampung kondisi
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
khusus, atau ciri khas masing-masing daerah, juga harus ditempatkan dalam konteks
disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 186
ayat (1) UU Pemerintahan Daerah. Perwakilan dari Departemen Hukum dan HAM
sering dilibatkan pada tahapan ini. Seperti pada evaluasi terhadap Ranperda tentang
lama 15 (lima belas) hari terhitung sejak diterimanya rancangan Perda kabupaten/kota
Peraturan Bupati/Walikota.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih
(tujuh) hari sejak diterimanya hasil evaluasi (Pasal 186 ayat (4) UU No. 32 Tahun
2004).
DPRD, dan Bupati/Walikota tetap menetapkan rancangan Perda tentang APBD dan
sebelumnya.
Dalam Pasal 186 ayat (6) UU No. 32 Tahun 2004 dinyatakan bahwa
keputusan bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan peraturan kepala daerah
angka APBD tahun anggaran sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap bulan
yang disusun dalam rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD. 243
dapat dilaksanakan setelah memperoleh pengesahan dari Menteri Dalam Negeri bagi
243
Pasal 187 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
provinsi dan Gubernur bagi kabupaten/kota. Hal ini dituangkannya dalam Pasal 187
ayat (2) Undang-undang Pemerintahan Daerah. Pada ayat (3) disebutkan bahwa
APBD beserta lampirannya disampaikan paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung
sejak DPRD tidak mengambil keputusan bersama dengan kepala daerah terhadap
Apabila dalam batas waktu 30 (tiga puluh) hari Menteri Dalam Negeri atau
daerah. 244
retribusi daerah, dan tata ruang daerah menjadi Perda dikoordinasikan terlebih dahulu
dengan Menteri Keuangan, dan untuk tata ruang daerah dikoordinasikan dengan
244
Lihat Pasal 187 ayat (4) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
BAB IV
A. Hambatan
01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kanwil Dephukham
Namun demikian, Peraturan Menteri tersebut tidak mengatur secara rinci bagaimana
Nomor 10 Tahun 2004 atau Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tidak mengatur
pengkoordinasian Prolegnas.
245
Sebagaimana dimaksudkan dalam Tugas pokok dan fungsi Divisi Pelayanan Hukum dan
HAM dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.01-PR.07.10 Tahun 2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM.
246
Sri Hariningsih, “Beberapa Pemikiran Dalam Rangka Penyempurnaan UU No.10 Tahun
2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan”, Makalah Disampaikan pada Kegiatan
Peningkatan Pengetahuan Tenaga Perancang di Direktorat Perancangan Peraturan Perundang-
undangan tanggal 12 Juli 2006.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Kedua Undang-undang tersebut juga tidak memerintahkan secara tegas untuk
mengatur lebih lanjut tata cara penyusunan dan pengelolaan Prolegda dalam
Menteri Dalam Negeri Nomor 169 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan
Prolegda. Keputusan ini ditetapkan pada 26 Agustus 2004 atau 2 (dua) bulan 4
sebagai dasar hukum mengenai peran Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM
dalam penyusunan Prolegda dan Pengajuan Ranperda dari Pemerintah Daerah. 248
perundang-undangan.
247
Sri Hariningsih, Ibid
248
Maria Farida Indrati, “Hal-Hal Yang Memerlukan Pengkajian Dan Penyempurnaan
Sebagai Masukan Bagi Perubahan UU NO. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan,” Makalah , disampaikan pada Lokakarya RUU tentang Perubahan UU No. 10
Tahun 2004 tanggal 23-24 Mei 2006.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Daerah yang berasal dari Gubernur atau Bupati/Walikota diatur dengan Peraturan
2004 juga mengamanatkan hal yang sama. Bahwa ”Ketentuan mengenai tata cara
Dari sini dapat dianalisis dan diambil kesimpulan bahwa ada dua menteri yang
HAM dan Menteri Dalam Negeri yang keduanya mungkin mempunyai kepentingan
yang berbeda. 250 Menteri Hukum dan HAM sebagai unsur pelaksana pemerintah
pemerintah dibidang hukum dan hak asasi manusia dan Menteri Dalam Negeri
Presiden.
Hukum dan HAM dan merupakan salah satu ”key word” tentang pelibatan Kantor
Departemen Hukum dan HAM dalam rangkaian tata cara mempersiapkan Rancangan
249
Lihat Pasal 27 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
250
Maria Farida Indrati, Loc.cit
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Peraturan Daerah yang berasal dari eksekutif, legislatif ataupun dari partisipasi
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa keadaan kerancuan perangkat hukum ini
berimbas pada kinerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM termasuk
Kanwil Sumatera Utara. Hal ini menyulitkan posisi Kantor Wilayah Departemen
Hukum dan HAM sebagai instansi vertikal dari Departemen Hukum dan HAM untuk
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang mengubah sistem pemerintah di daerah
251
Pasal 16 ayat (3) UU. No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.
252
Hasil wawancara dengan Rosman Siregar sebagai Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan
HAM Kanwil Dep. Hukum dan HAM Sumatera Utara Tanggal 9 Januari 2009.
253
Penjelasan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Indonesia yang menyatakan bahwa ”Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten
dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan pembantuan.
kebijakan daerah akan semakin sulit. Apalagi landasan hukum pelibatan instansi
Di sisi lain, secara umum kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di
Wilayah masih belum memadai dan perlu ditingkatkan. Alinea terakhir penjelasan
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
dan merumuskan Rancangan peraturan perundang-undangan. Perancang adalah
Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara
tenaga perancang yang memadai, walaupun sudah banyak yang mengikuti pendidikan
dan pelatihan perancang dan penyusun perundang-undangan, namun belum ada yang
koordinasi antar instansi baik antar instansi horizontal atau antar instansi vertikal
undangan. 257
Disisi lain masih adanya egoisme sektoral dari instansi pemrakarsa terkait
yuridis yang mengatur tata cara penyiapan, pembahasan, teknik penyusunan dan
256
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan.
257
Ibid.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
undangan juga mempengaruhi tingkat koordinasi antar instansi terkait. Terutama
hampir tidak pernah melibatkan Kanwil Departemen Hukum dan HAM dan semua
Hal itu berimbas pada kegiatan diskusi dan konsultasi serta koordinasi yang
Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara dan leading sector serta kelompok
dan organisasi masyarakat yang berkaitan dengan masalah masalah yang diatur juga
sangat terbatas. Seperti yang dilakukan oleh Kantor Wilayah Departemen Hukum dan
HAM Sumatera Utara pada Rapat koordinasi dan konsultasi tentang Rancangan
maksimal karena diantara dinas/unit kerja ada semacam sikap untuk tidak terlalu
“mencampuri” wilayah dinas/unit kerja lain. Kecuali itu, umumnya mereka sudah
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
3. Di Bidang Sarana dan Prasarana
pelibatan Kanwil Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara dalam pembentukan
Perda sangat kurang memadai. 258 Kurang memadainya anggaran dan prasarana
menjadi salah satu faktor penghambat dalam implementasi pelibatan Kantor Wilayah
Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara itu dianggap bisa bekerja sama
dengan tim yang sudah dibentuk. Sehingga yang diundang adalah orang yang sama.
dicapai dalam pembahasan Perda atau Ranperda. 259 Karena pembahasan dilakukan di
salah satu ruangan pejabat struktural dengan kapasitas peserta diskusi yang terbatas
hanya dua atau tiga orang saja. Hal ini mengakibatkan minimnya masukan-masukan
258
Hasil wawancara dengan BT. Naibaho sebagai Kepala Bidang Hukum Kantor Wilayah
Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara, tanggal, 8 Januari 2009.
259
Ibid
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
menyelenggarakan fungsi pengkoordinasian program legislasi daerah, menganalisa
daerah dengan ibukota provinsi relatif jauh, tentu dibutuhkan anggaran yang memadai
Departemen Hukum dan HAM dala pembentukan Perda perlu segera ditanggulangi
diantaranya;
Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kanwil Dephukham tersebut tidak
Pemerintah Daerah baik dari Biro Hukum Provinsi maupun dari dinas-dinas di
Tahun 2004 tidak mengatur secara tegas tentang mekanisme penyusunan Prolegda
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
pelaksanaan. 260 Sehingga Pedoman penyusunan Prolegda mengacu pada Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 169 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan
berbagai kesempatan seperti pada saat ada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
tentang pelibatan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara
sebagai instansi vertikal dan perpanjangan tangan Departemen Hukum dan HAM di
termasuk harmonisasi maupun evaluasi Ranperda atau Perda dari segi teknik
Nomor 10 tahun 2004 dilakukan melalui pelaksanaan lokakarya atau seminar untuk
membahas hasil dari analisis dan tanggapan terhadap suatu Rancangan Peraturan
260
Maria Farida Indrawati, Loc.cit
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Daerah yang melibatkan Biro Hukum Provinsi dan dinas-dinas di lingkungan
yang dilakukan oleh Kanwil Departemen Hukum dan HAM atau dari Pusat seperti
kegiatan yang dilakukan oleh BPHN, Direktorat Jenderal HAM dan Direktorat
tenaga ahli, bahan hasil penelitian yang diperlukan dalam penyusunan naskah
akademik, selama ini masih dilakukan secara pasif dalam arti apabila diundang atau
Provinsi.
Asistensi, Bagian Hukum, Kanwil Departemen Hukum dan HAM dan leading sector
yang diatur yang sangat terbatas. Pada Tahun 2007 Rapat koordinasi dan konsultasi
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
tentang Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir,
Peraturan Daerah tentang Sistem Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Hasil Rapat
prakteknya siapapun yang menjadi perwakilan dari Kanwil Departemen Hukum dan
HAM Sumaera Utara selalu membawa nama Kanwil Departemen Hukum dan HAM
Sumatera Utara.
akan mengusulkan Pegawai yang sudah mengikuti pelatihan tersebut sebagai pejabat
fungsional. Perancang adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung
jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh Pejabat yang berwenang untuk
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
3. Di Bidang Sarana dan Prasarana
dicapai dalam pembahasan Perda atau Ranperda yang dilakukan secara intern oleh
kapasitas peserta diskusi yang terbatas hanya dua atau tiga orang saja. Hal ini
Perda/Ranperda berlangsung.
Mengingat anggaran yang sangat minim, maka Perda dan atau Ranperda
rangka Prolegda dilakukan secara bergantian. Pada penyusunan rencana kerja dan
program kerja Kanwil Departemen hukum dan HAM Sumatera Utara mengajukan
daerah.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
BAB V
A. Kesimpulan
dalam Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 yang berbunyi, Pemerintahan Daerah berhak
otonomi dan tugas pembantuan. Juga diatur didalam UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan daerah dalam Pasal 25 huruf c, Pasal 42 ayat (1) huruf a
dan Pasal 136 ayat (1) yang masing-masing berbunyi; Pasal 25 huruf c
yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD. Pasal 42 ayat (1) huruf a
Pasal 136 ayat (1) berbunyi Perda ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah
mendapat persetujuan dari DPRD. Aspek kewenangan ini juga secara tegas
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Perundang-undangan yang menyatakan bahwa Peraturan Perundang-undangan
adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang
2. Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara
tenaga ahli, bahan hasil penelitian, konsultasi, atau fasilitas lain yang diperlukan
perundang-undangan lain baik yang lebih tinggi, sederajat maupun yang lebih
tinggi dan kepentingan umum, serta asas dan materi muatan pembentukan
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
konflik di masyarakat, baik yang berasal dari Pemerintah Daerah/ Biro Hukum
dengan peraturan yang lebih tinggi dan dengan peraturan yang sejenis.
3. Secara umum hambatan yang dihadapi oleh Kanwil Departemen Hukum dan
dilakukan oleh Kanwil Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara untuk
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
menghadapi hambatan-hambatan itu adalah selalu mendorong dibentuknya
suatu payung hukum yang kuat sebagai peraturan pelaksana tentang pelibatan
Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara dalam proses
fungsional.
B. Saran
dikemukakan dalam tesis ini, maka saran yang dapat diberikan penulis adalah :
nantinya dapat diatur atau dititipkan dalam Peraturan Presiden tersendiri yang
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Alternatif lain adalah mengamandemen UU No. 10 Tahun 2004 tentang
perda secara konsisten dan konsekuen. Komitmen untuk tidak melakukan salip-
Hukum dan HAM dalam proses pembinaan hukum dan Hak Asasi Manusia di
daerah perlu dibuat suatu Undang-undang sebagai payung hukum atau landasan
Hukum dan HAM Sumatera Utara dalam proses pembentukan peraturan daerah.
Hukum dan HAM Sumatera Utara disarankan suatu payung hukum yang kuat
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
perundang-undangan di daerah. Hal ini tentunya harus dibarengi dengan dan
keseriusan dari Pejabat pada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM
dijadikan sebagai langkah awal dan sebagai media untuk melakukan sosialisasi
fungsional.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
I. Buku-buku
Al-Rasyid, Harun, Naskah UUD 1945 Sesudah Empat Kali Diubah oleh MPR,
Jakarta: UI-Press, 2007.
Boboy, Max, DPR RI Dalam Perspektif Sejarah dan tata Negara, Jakarta: Sinar
Harapan, 1994
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Hanitijo, Ronny, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri,Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1988.
Kelsen, Hans, General Theory of Law and State,New York : Russell & Russel,
1945.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Mallarangeng, Andi, Dkk, Otonomi Daerah Prospektif Teoritis dan Praktis,
Yogyakarta: Bigraf Publishing, 1999.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 1985.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Soemitro, Ronny H., Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Ghali, 1982.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
II. Karya Ilmiah/Artikel/Majalah
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Hoessein, Benyamin, “Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Otonomi
Daerah Tingkat II : Suatu Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah
dari Segi Ilmu Administrasi Negara”, Disertasi, Jakarta: PPS-Fisipol-
UI, 1993.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Nasution, Bismar, “Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan
Hukum”, disampaikan pada Dialog Interaktif tentang Penelitian
Hukum dan Hasil Penulisan Hukum, Majalah Akreditasi, Fakultas
Hukum USU, tanggal 18 Februari 2003.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
III. Peraturan Perundang-undangan
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
Nomor. M-01.PR.02.10 Tahun 2005 tentang Rencana Strategis
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum
Dan Ham Sum Atera Utara, 2009
USU Repository © 2008