Disusun:
JURUSAN MIPA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan merupakan suatu proses yang dilalui seseorang selama masa perkembangan
hidupnya. Berkaitan dengan perkembangan remaja, perlu disadari bahwa proses perkembangan
itu terjadi melalui pengalaman dalam belajar. Para orangtua, guru, dan para pendidik lainnya
yang bertanggung jawab dalam perkembangan remaja perlu memahami tugas-tugas
perkembangan anak dan cara melayani anak yang sedang mengalami perkembangan. Apalagi
hal yang berkaitan dengan perkembangan emosi dan sosial remaja yang merupakan suatu hal
yang perlu dipahami oleh para guru maupun orang-orang yang bertugas mendidik remaja,
karena perkembangan emosi dan sosial sangat penting untuk mengembangkan kepribadian dan
prestasi belajar remaja.
Perkembangan emosi pada remaja ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan penuh
gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Perkembangan
emosi remaja merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Pada usia remaja cenderung
memperhatikan penampilannya dan mulai tertarik dengan lawan jenis sehingga perlu
pengawasan dari orang tua agar perkembangan emosi anaknya mengarah pada emosi yang
positif.
Perkembangan sosial remaja juga sangat penting bagi kehidupan remaja selanjutnya.
Perkembangan sosial mempengaruhi remaja dalam hubungan sosialnya dengan teman sebaya
dan orang tua dan yang paling essensial dari perkembangan sosial remaja adalah pencarian
identitas atau jati diri.Apabila perkembangan sosial tidak mengalami kesuksesan maka remaja
tidak akan dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan sosialnya dengan baik, sehingga
pada masa dewasa akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik perkembangan emosi dan sosial pada remaja?
2. Apa faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial remaja?
3. Bagaimana pengaruhnya terhadap tingkah laku?
4. Bagaimana upaya pengembangan dan implikasinya terhadap pendidikan?
C. Tujuan
1. Mengetahui karakteristik perkembangan emosi dan sosial pada remaja?
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial remaja?
3. Mengetahui pengaruhnya terhadap tingkah laku?
4. Mengetahui upaya pengembangan dan implikasinya terhadap pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
a. Cita-cita dan idealisme yang baik,terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa
memikirkan akibat lebih jauh dan tanpa memperhitung kesulitan praktik yang
mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
b. Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri,belum disertai pendapat orang lain
dalam penilaiannya (Sunarto, 2008:133-134).
5. Perubahan Sosial Remaja
Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan
dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam
hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang
dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk mencapai tujuan dari pola
sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Yang terpenting dan
tersulit adalah:
a. Kuatnya Pengaruh Kelompok Sebaya
Karena remaja lebih banyal berada diluar rumah bersama dengan teman-teman
sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman
sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada
pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka
memakai model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang populer,
maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi teman lebih besar.
Karena keremajaan itu selalu maju, maka pengaruh kelompok sebaya pun mulai
akan berkurang, dan ada dua faktor penyebabnya. Pertama, sebagian besar remaja ingin
menjadi individu yang berdiri diatas kaki sendiri dan ingin dikenal sebagai individu
yang mandiri. Faktor kedua timbul dari akibat pemilihan sahabat. Remaja tidak lagi
berminat dalam berbagai kegiatan besar seperti pada waktu berada pada masa kanak-
kanak. Pada masa remaja ada kecenderungan untuk mengurangi jumlah teman
meskipun sebagian besar remaja menginginkan menjadi anggota kelompok sosial yang
lebih besar. Karena kegiatan sosial kurang berarti dibandingkan dengan persahabatan
yang lebih erat, maka pengaruh kelompok sosial yang lebih besar menjadi kurang
menonjol dibandingkan pengaruh teman-teman.
b. Perubahan dalam Perilaku Sosial
Dari semua perubahan yang terjadi dalam sikap dan perilaku sosial, yang paling
menonjol terjadi di bidang hubungan heteroseksual. Dalam waktu yang singkat remaja
mengadakan perubahan radikal, yaitu dari yang tidak menyukai lawan jenis sebagai
teman menjadi lebih menyukai teman dari lawan jenisnya daripada teman sejenis.
Berbagai kegiatan sosial, baik kegiatan dengan sesama jenis atau lawan jenis biasanya
mencapai puncaknya selama tahun-tahun tingkat sekolah menengah atas.
Dengan meluasnya kesempatan untuk melibatkan diri dalam berbagai kegiatan
sosial, maka wawasan sosial semakin membaik pada remaja yang lebih besar. Semakin
banyak partisipasi sosial, semakin besar kompetensi sosial remaja, seperti terlihat dalam
kemampuan berbicara, dalam melakukan kegiatan olahraga serta berprilaku baik dalam
berbagai situasi sosial (Hurlock, 1980: 214).
c. Pengelompokkan sosial baru
Geng pada masa kanak-kanak berangsur-angsur bubar pada masa puber dan masa
awal remaja ketika minat individu beralih dari kegiatan bermain yang melelahkan
menjadi minat pada kegiatan sosial yang lebih formal dan kurang melelahkan. Maka
terjadi pengelompokkan sosial anak laki-laki biasanya lebih besar dan tidak terlampau
akrab dibandingkan dengan pengelompokkan anak perempuan yang kecil dan terumus
secara lebih pasti.
Terdapat lima jenis pengelompokkan pada masa remaja. Yaitu ada teman dekat,
kelompok kecil, kelompok besar, kelompok yang terorganisir dan kelompok geng.
d. Nilai baru dalam memilih teman
Para remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan kemudahannya, entah
disekolah atau di lingkunagn tetanggan sebagaimana halnya pada masa kanak-kanak.
Remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai-nilai yang sama, yang
dapat mengerti dan membuatnya merasa aman dan yang kepadanya ia dapat
mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan
dengan orang tua maupun guru.
e. Niali baru dalam Penerimaan Sosial
Nilai ini terutama didasarkan pada nilai kelompok sebaya yang digunakan untuk
menilai anggota-anggota kelompok. Remaja segera mengerti bahwa ia dinilai dengan
standar yang sama dengan yang digunakan untuk menilai orang lain.
Tidak ada satu sifat atau pola perilaku khas yang akan menjamin penerimaan
sosial selama masa remaja. Penerimaan bergantung pada sekumpulan sifat dan pola
perilaku yang disenangi remaja dan dapat menambha gengsi dari klik atau kelompok
besar yang diidentifikasinya.
Demikian pula, tidak ada satu sifat atau pola perilaku khas yang akanmenjauhkan
remaja dari teman-teman sebayanya. Namun ada pengelompokkan sifat yang membuat
orang lain tidak menyukai dan menolaknya (Hurlock, 1980:215)
Kondisi-kondisi yang menyebabkan remaja diterima atau ditolak
a. Sindrema penerimaan
1) Kesan pertama yang menyenangkan sebagai akibat dari penampilan yang
menarik perhatian,sikap yang tenang,dan gembira
2) Reputasi sebagai orang yang sportif dan menyenangkan.
3) Penampilan diri dengan sesuai penampilan teman-teman sebaya.
4) Perilaku sosial yang di tandai dengan kerja sma,tanggung jawab,panjang
akal,kesenangan bersama orang-orang lain,bijaksana dan sopan.
5) Matang, terutama dalam hal pengendalian emosi serta kemauan untuk
mrengikuti peraturan-peraturan.
6) Sifat kepribadian yang menimbulkan penyesuaian sosiak yang baik seperti
jujur, setia, tidak mementingkan diri sendiri dan ekstraversi.
7) Status soaial ekonomi yang sama atau tidak diatas anggota-anggota lain
dalam kelompoknya dan hubungan yang baik dengan anggota keluarganya.
8) Tempat tiggal yang ekat dengan kelompok sehingga mempermudah
hubungan dan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.
b. Sistem Alienasi
1) Kesan pertama yang kurang baikkarena penampilan diri yang kurang menarik
atau sikap menjauhkan diri,yang mementingkan diri sendiri.
2) Terkenal sebagai seorang yang tidak sportif.
3) Penampilan yang tidak sesuai dengan standar kelompok dalam hal daya tarik
fisik atau tentang kerapihan.
4) Perilaku sosial yang di tandai oleh perilaku yang menonjolkan diri,men
5) gganggu dan menggertak orang lain,senang memerintah,tidak dapat
bekerjasama dan kurang bijaksana.
6) Kurangnya kematangan,terutama dalam pengendalian
emosi,ketengangan,kepercayaan diri dan kebijaksanaan.
7) Sifat-sifat kepribadian yang mengganggu orang lain seperti mementingkan
diri sendiri,keras kepala, gelisah dan mudah marah.
8) Status sosioekonomis barada di bawah status sosioekonomis kelompok dan
hubungan yang buruk dengan anggota-anggota keluarga.
9) Tempat tinggal yang terpencil dari kelompok atau ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan kelompok karena tanggung jawab keluarga atau
karena bekerja sambilan.
6. Upaya pengembangan Hubunagn Sosial Remaja dan Implikasinya dalam
Penyelenggaaraan Pendidikan
Remaja dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap
yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Mereka belum memahami benar
tentang norma-norma sosial yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya
dapat menimbulkan hu ungan sosial yang kurang serasi, karena mereka sukar untuk
menerima norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau masyarakat. Sikap
menentang dan sikap canggung dalam pergaulan akan merugikan kedua belah pihak.
Kesepakatan norma kehidupan remaja yang berda dengan kelompok lain, mungkin
kelompok remaja lain, kelompok dewasa dan kelompok anak-anak akan dapat
menimbulkan perilaku sosial yang kurang atau tidak dapat diterima oleh umum. Tidak
sedikit perilaku yang berlebihan (over acting) akan muncul.
Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan
rangsangan kepada mereka ke arah perilaku yang bermanfaat dan dapat di terima
khalayak. Kelompok olahraga, koperasi, kesenian dan semacamnya dibawah asuhan
para pendidik di sekolah atau para tokoh masyrakat di dalam kehidupan masyarakat
perlu banyak dibentuk. Khusus di dalam sekolah perlu sering diadakan kegiatan bakti
sosial, bakti karya dan kelompok-kelompok belajar di bawah asuhan para guru
pembimbing kegiatan ini hendaknya dikembangluaskan (Sunarto, 2008:135-136).
BAB III
SIMPULAN
Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain
demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi juga melakukan tahap dalam perkembangan
sosial.Perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan
dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Dalam masa Remaja cakrawala interaksi sosial telah meluas dan kompleks. Perkembangan
sosial merupakan pencapaian kematangan dalam interaksi sosial. Perkembangan sosial manusia
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: faktor orang tua, pendidikan dan teman sebaya.
Kemampuan abstraksi remaja sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan
peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam
pikirannya.Khusus di sekolah perlu sering diadakan kegiatan bakti sosial, bakti karya dan
kelompok-kelompok belajar di bawah asuhan para guru pembimbing kegiatan ini hendaknya
dikembangluaskan.
Daftar Pustaka
Sunarto dan A, Hartono (2008) Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syah, Muhibbin (2016) Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Yusuf, S dan S. Nani (2012) Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.