Anda di halaman 1dari 28

Kasus 1

Topik : Hernia Inguinalis Sinistra

Tanggal Kasus : 19 oktober 2017

Presenter : dr. Karina Agustin

Tanggal Presentasi :

Pendamping : dr. Rola Astuti

Tempat Presentasi : RS Bhayangkara Hoegeng Imam Santoso Banjarmasin

Objektif Presentasi : Keterampilan, Diagnostik, Bedah

Deskripsi : Pasien dewasa, laki-laki, usia 42 tahun


dengan keluhan benjolan di perut bawah kiri
selama lebih kurang 1 tahun. Demam (-)
muntah (-)
Tujuan :Dapat menegakkan Diagnosis serta
melakukan tatalaksana awal terhadap
penyakit.
Bahan Bahasan : Kasus

Cara Membahas : Diskusi

Level kompetensi :

a. Level 2: Hernia (inguinalis, femoralis skrotalis) responibilis, irreponibilis

b. Level 3B: Hernia (inguinalis, femoralis, skrotalis) strangulata, inkarserata

c. Level 2: Hernia (diafragmatika, hiatus)

d. Level 3A: Hernia umbilikalis

Data Pasien : Nama Pasien : Tn T

Data untuk bahan diskusi :

1
1. Diagnosis

Hernia Inguinalis Lateralis

2. Riwayat Pengobatan

Tidak ada

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :

a) Benjolan di perut bawah kiri hilang timbul dialami lebih kurang 1 tahun

b) Muncul terutama apabila mengedan, batuk dan berdiri lama

c) 6 bulan terakhir benjolan menetap

d) Nyeri (+) bila batuk. Rasa tidak nyaman (+)

e) Demam tidak ditemukan, muntah tidak ada

4. Riwayat Keluarga

5. Lain-lain :

a. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : tampak sakit sedang, Kesadaran : kompos mentis

HR : 88x/menit, Suhu: 36,5⁰C, RR: 20x/menit, Status Gizi : baik

Status Generalis:

Mata : konjungtiva anemis -/-,sklera ikterik -/-

Hidung : konka inferior edema (-/-) hiperemis (-/-)

Mulut : mukosa basah (+)

Thorax : Paru: Inspeksi: rektraksi interkostal (-/-)


Auskultasi: Bronkial kiri dan kanan, wheezing (-/-) ronkhi

2
ronkhi (-/-)
Palpasi: krepitasi (-/-)
Perkusi: Sonor ki=ka

Abdomen : supel, hepar/lien tidak teraba, defans muscular (-), timpani,


bising usus (+), nyeri tekan epigastrium (-)

Ekstremitas : edema -/-, CRT < 2”, akral hangat

Status lokalis (Regio Inguinali Sinistra):

Inspeksi: terdapat benjolan dibawah diligamentum inguinalis, ukuran ± 7

cm x 5 cm, permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan

Palpasi: kenyal, tidak teraba hangat, batas atas tidak jelas, tidak dapat

dimasukkan, transiluminasi (-), nyeri tekan (-)

Auskultasi: bising usus (+)

b. Pemeriksaan Laboratorium

Hematologi:

Hb: 16,6 gr/dl

Leukosit: 5.200 sel/mm3

Eritrosit: 5,34 x 106 sel /µl

Hematokrit: 46%

Trombosit: 212.000/mm3

Kimia darah:

GDS: 74 mg/dl

Hemostasis:

CT: 6’20”

3
BT: 1’50”

Faal Ginjal:

Ureum: 29 mg/dl

Kreatinin: 1,0 mg/dl

6. assement

Hernia Inguinalis lateralis sinistra ireponibilis

7. Planning

- Pro Hernia repair

- IVFD RL 20 tpm

- inj. Ceftriakson pre op. 1gr iv (skin test)

- puasa

- konsul anestesi

8. Laporan Operasi tanggal 19 Oktober 2017

4
9. Follow Up Post herniotomy + hernioplasty

 20 oktober 2017

S: flatus (+), nyeri perut di daerah bekas operasi (+)

O: TD: 110/70, HR: 80x/i, RR: 20x/i, T: 36,5OC

Status Generalis:

Thorax: cor: S1S2 tunggal

Pulmo: veikular +/+ Rh(-/-), Wh (-/-)

5
Abdomen: I: flat, A: BU (+) dbn, P: timpani P: soepel, nyeri tekan (-)

Status lokalis (region inguinalis S): luka operasi tertutup verband, rembesan

darah (-), nyeri (+)

A: Hernia inguinalis sinistra ireponibilis post hernia repair (H0)

P: - IVFD RL 20 tpm

- Injeksi ceftriakson 2 x 1 gr

- Injeksi ketorolac 3 x 30 mg

- Injeksi asam trakneksamat 3 x 500 mg

 21 Oktober 2017

S: nyeri perut di daerah bekas operasi masih (+)

O: TD: 120/70, HR: 82x/i, RR: 18x/i, T: 36,3OC

Status Generalis:

Thorax: cor: S1S2 tunggal

Pulmo: veikular +/+ Rh(-/-), Wh (-/-)

Abdomen: I: flat, A: BU (+) dbn, P: timpani P: soepel, nyeri tekan (-)

Status lokalis (region inguinalis S): luka operasi tertutup verband, rembesan

darah (-), nyeri (+)

A: Hernia inguinalis sinistra ireponibilis post hernia repair (H1)

P: - IVFD RL 20 tpm

- Injeksi ceftriakson 2 x 1 gr

- Injeksi ketorolac 3 x 30 mg

 22 Oktober 2017

S: nyeri perut di daerah bekas operasi masih (+)

6
O: TD: 120/80, HR: 72x/i, RR: 16x/i, T: 36,0OC

Status Generalis:

Thorax: cor: S1S2 tunggal

Pulmo: veikular +/+ Rh(-/-), Wh (-/-)

Abdomen: I: flat, A: BU (+) dbn, P: timpani P: soepel, nyeri tekan (-)

Status lokalis (region inguinalis S): luka operasi tertutup verband, rembesan

darah (-), nyeri (+)

A: Hernia inguinalis sinistra ireponibilis post hernia repair (H2)

P: - Pasien BLPL

- Ciproflosxacin tab 2 x 500 mg

- Asam mefenamat tab x 500 mg

- As. Traneksamat tab 3 x 500 mg

Hasil Pembelajaran

1. Diagnosis Kerja

Hernia Ingunalis lateralis sinitra ireponibilis

2. Subyektif

Pasien laki-laki usia 42 tahun datang dengan keluhan benjolan di perut bawah

yang menetap selama lebih kurang 6 bulan. Benjolan dirasakan membesar

apabila pasien mengedan, batuk dan berdiri terlalu lama. benjolan juga

dirasakan nyeri terkadang apabila pasien batuk. Sebelumnya, benjolan sudah

dialami lebih kurang 1 tahun, namun hilang timbul. Timbul apabila pasien

7
mengedan dan batuk, hilang tidak lama kemudian, atau segera hilang bila

pasien berbaring.

3. Objektif / Dasar Diagnosis

a) Pengertian Hernia

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui

defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan baik

kongenital maupun akuisita. Hernia merupakan kasus bedah digestif

terbanyak setelah apendisitis.

Gambar 1. Jenis-jenis hernia berdasarkan tempat

b) Penyebab terjadinya Hernia

1. lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat

kemudian dalam hidup.

2. Akibat dari pembedahan sebelumnya

3. Kongenital

8
a. Hernia kongenital sempurna

Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempat-

tempat tertentu

b. Hernia kongenital tidak sempurna

Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi memiliki

defek pada tempat-tempat tertentu dan beberapa bulan setelah

lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena

dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan,

batuk, menangis)

4. Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek

bawaan tetapi disebabkan oleh faktor lain, antara lain:

a. Tekanan intraabominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien

yang sering mengejan saat BAB maupun BAK

b. Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung memiliki jaringan ikat

yang sedikit sehingga memudahkan untuk terjadinya hernia.

Sedangkan pada orang gemuk juga lebih mudah mengalami

hernia karena banyaknya jaringan lemak (peritoneal fat) pada

tubuh yang menambah beban kerja jaringan ikat, penyokong

pada LMR (Locus Minoris Resistance)

c. Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan

intraabdominal

d. Adanya tumor yang mengakibatkan sumbatan usus

Terdapat jenis-jenis hernia yang dibagi berdasarkan:


1) Berdasarkan lokasi:

9
a. Hernia inguinalis, terjadi pada daerah lipatan paha
b. Hernia umbilikus, pada pusat
c. Hernia femoralis, pada paha
2) Berdasarkan isi:
a. Hernia usus halus
b. Hernia omentum
3) Berdasarkan penyebab:
a. Hernia kongenital atau bawaan
b. Hernia traumatik
c. Hernia insisional, adalah akibat pembedahan sebelumnya
4) Berdasarkan arah penonjolan:
a. Hernia eksterna, misalnya hernia inguinalis, hernia skrotalis.
b. Hernia interna, misalnya hernia diafragmatika, hernia
foramen winslowi, hernia obturaforia
5) Berdasarkan gambaran klinis:
a. Hernia reponibel adalah bila isi hernia dapat keluar masuk,
keluar misalnya saat berdiri atau mengedan dan dapat
kembali masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia ireponibel adalah bila isi kantung hernia tidak dapat
kembali ke dalam rongga perut. Tidak ada gangguan
vaskulasi dan pasase usus.
6) Berdasarkan nama penemu:
a. Hernia petit yaitu hernia di daerah lumbosacral
b. Hernia spigelli, hernia yang terjadi pada linen semi sirkularis
di atas penyilangan vasa epigastrika inferior pada muskulus
rektus abdominalis bagian lateral
c. Hernia richter hernia yang disertai dengan strangulasi namun
strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus. ileus
obstruksi mungkin pasial atau total, sedangkan benjolan

10
hernia tidak ditemukan dan baru terdiagnosis waktu
laparatomi.
7) Jenis hernia lain:
a. Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia
femoralis yang terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh vasa
epigastrika inferior
b. Hernia skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk
ke skrotum secara lengkap
c. Hernia littre adalah hernia yang isinya diverticulum meckeli
8) Berdasarkan komplikasinya:
a. Hernia inkaserata adalah bila isi kantung terperangkap
(ireponibel), tidak dapat kembali ke dalam rongga perut
disertai gangguan pasase usus
b. Hernia strangulata hernia ireponibel disertai gangguan
vaskularisasi
Tabel 1. Perbedaan hernia reponibel, ireponibel, inkaserata, dan strangulata.
Jenis Hernia Reponibel Nyeri Obstruksi Toksik Terapi Operasi
Reponibel + - - - Elektif
Ireponibel - - - - Elektif
Inkaerata - + + - Elektif
Strangulata - ++ + ++ Cito

c) Struktur Hernia secara umum

Bagian-bagian secara umum meliputi:

1) Cincin

2) Kantong

3) Isi hernia

11
Gambar 2. Struktur Hernia

Gambar 3. Bagian-bagian dari Hernia

d) Klasifikasi Hernia Inguinalis

Klasifikasi Hernia inguinalis berdasarkan sistem ponta adalah:

12
Tipe Deskripsi Hubungan Dibungkus Onset

dengan vasa oleh fascia Munculnya

epigastrika spermatica

posterior interna

Hernia Penonjolan melewati lateral Ya Kongenital

Inguinalis cincin inguinal dan dan bisa pada

lateralis biasanya merupakan waktu dewasa

kegagalan penutupan

cincin inguinalis

interna pada waktu

emrio setelah

penurunan testis

Hernia Keluarnya langsung Medial Tidak Dewasa

Inguinalis menembus fascia

medialis dinding abdomen

13
Gambar 4. Perbedaan Hernia Inguinalis lateralis dan hernia inguinalis

medialis

e) Patogenesis Hernia Inguinalis

Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior

gonad ke permukaan interna labia/skrotum. Gubernaculum akan melewati dinding

abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus

vaginalis adalah evaginasi diverticular peritoneum yang membentuk bagian ventral

gubernaculums bilateral. Pada pria, testis awalnya retroperitoneal dan dengan

processus vaginalis, testis akan turun melewati kanalis inguinalis ke skrotum

disebabkan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan

terlebih dahulu sehingga angka kejadian hernia inguinalis lateralis paling sering

pada sebelah kanan. Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian

inferior menjadi ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia

mayor. Processus vaginalis normalnya menutup, sehingga rongga peritoneal tidak

melewati cincin interna. Pada pria akan menjadi tunika vaginalis. Jika processus

vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis lateralis akan terjadi.

Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal nuck.3,5,6

Pembagian Hernia inguinalis, yaitu:3

a. Hernia inguinalis medialis, hernia ini merupakan hernia yang didapat

(akuisita) disebabkan oleh faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik

dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach, oleh karena itu hernia

14
ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada lelaki tua. Jalannya langsung

(direct) ke ventral melalui annulus inguinalis subkutaneus.

Trigonum hesselbach merupakan daerah dengan batas:

 Inferior: ligamentum inguinale

 Lateral: vasa epigastrika inferior

 Medial: Tepi m. rectus abdominalis

Dasarnya dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat serat

aponeurosis m. tranversus abdominalis.

b. Hernia inguinalis indirekta (lateralis), hernia ini disebut lateralis karena

menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inpferior. Dikenal

sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu annulus

dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan tampak

tonjolan berbentuk lonjong. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan dapat

sampai ke skrotum sehingga disebut hernia skrotalis.

c. Hernia Pantalon

Merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi.

Kedua kantung hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga

berbentuk seperti celana. Keadaan ini ditemukan kira-kira 15% dari kasus

hernia inguinalis. Diagnosis umumnya sukar untuk ditegakkan dengan

pemeriksaan klinis dan biasanya baru ditemukan sewaktu operasi.

15
f) Penegakkan Diagnosis

Beberapa penegakkan diagnosis Hernia Inguinalis:

1) Gejala Klinis

Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha, pada beberapa orang

terdapat nyeri dan membengkak. Beberapa pasien mengeluh adanya

sensasi nyeri yang menyebar misalnya pada hernia inguinalis

lateralis dengan nyeri menyebar hingga ke skrotum. Dengan

bertambah besarnya hernia maka diikuti rasa tidak nyaman dan rasa

nyeri, sehingga pasien berbaring untuk menguranginya.

Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit

dibandingkan hernia inguinalis lateralis dan juga kemungkinan

untuk terjadi inkarserasi atau stragulasi juga kecil.

2) Tanda klinis

Perbedaan Hernia inguinalis lateral dan medial pada pemeriksaan

fisik sangat sulit dilakukan dan perlu diperhatikan bahwa hernia

skrotalis harus dioperasi tanpa melihat jenisnya. Hernia yang turun

hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia inguinalis

lateralis.

i. Inspeksi, pada saat berdiri dan tegang, hernia direct akan

terlihat simetris, dengan tonjolan yang sirkuler di cincin

eksterna. Tonjolan akan menghilang pada saat pasien

berbaring, sedangkan pada hernia inguinalis lateralis akan

16
terlihat tonjolan yang berbentuk elip dan lebih lama

menghilang pada saat pasien berbaring.

ii. Palpasi

a. Pemeriksaan finger test:

 Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5

 Dimasukkan lewat skrotum melalui annulus

eksternus ke kanal inguinal

 Penderita disuruh batuk:

 Bila impuls di ujung jari berarti Hernia Inguinalis

Lateralis

 Bila impuls di samping jari Hernia Inguinalis

Medialis

Gambar 5. Finger test

17
b. Pemeriksaan Ziemen Test:

 Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu

(biasanya oleh penderita)

 Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan

 Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada:

 Jari ke-2: hernia inguinalis lateralis

 Jari ke-3: hernia inguinalis medialis

 Jari ke-4: hernia femoralis

Gambar 6. Ziemen Test

c. Pemeriksaan Thumb test

 Annulus internus ditekan dengan ibu jari dan

penderita disuruh mengejan

 Bila keluar berarti hernia inguinalis medialis

18
 Bila tidak keluar benjolan berarti hernia

inguinalis lateralis

Gambar 7. Thumb Test

iii. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang mendukung penegakkan

diagnosis hernia yakni:

 Leukositosis dengan shift to the left, menandakan

kecenderungan terdapat hernia strangulasi

 Elektrolit, BUN dan kadar kreatinin, digunakan

untuk menilai ada tidaknya dehidrasi

 Tes urinalisis, digunakan untuk menyingkirkan

adannya masalah dari traktus genitourinarius yang

merupakan diagnosis banding hernia

19
iv. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan ultrasound pada daerah inguinal dengan pasien

dalam posisi supine dan posisi berdiri dengan maneuver

valsafa dilaporkan memiliki sensitifitas dan spesifisitas

diagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan ultrasonografi juga

berguna untuk membedakan hernia inkarserata dari suatu

nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu

massa yang teraba di inguinal. CT scan dapat digunakan

untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia

obturator.

g) Diagnosis banding
Beberapa diagnosis banding Hernia Inguinalis adalah:
Diagnosis Banding
Keganasan
Limfoma
Retroperitoneal sarcoma
Metastasis
Tumor testis
Penyakit testis primer
Varicocele
Epididimitis
Torsio testis
Hidrokel
Testis ectopic
Undescenden testis
Aneurisma arteri femoralis
Nodus limfatikus

20
Kista sebasea
Hidradenitis
Psoas abses
Hematoma
Ascites

h) Penatalaksanaan

1. Terapi IGD

 Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di

bawah lutut

 Pasien dengan posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar

15-20O terhadap hernia inguinalis

 Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi

pembengkakkan dan menimbulkan proses analgesia

 Posisikan kaki ipsilateral dengan rotasi eksterna dan posisi

fleksi unilateral (seperti kaki kodok)

 Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah

penonjolan yang berlanjut selama proses reduksi penonjolan

 Usahakan penekanan yang tetap pada satu sisi hernia yang

bertujuan untuk mengembalikan isi hernia ke atas. Jika

dilakukan penekanan ke arah apeks akan menyebabkan isi

hernia keluar dari pintu hernia

 Konsul ke ahli bedah jika usaha tidak berhasil 2 kali

percobaan

21
 Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dan analgetik

yang adekuat dan posisi trendelenburg, dan kompres dingin

selama 20-30 menit

 Jenis-jenis reposisi pada terapi konservatif adalah:

o Reposisi bimanual: tangan kiri memagang isi hernia

membentuk corong sedangkan tangan kanan

mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan

lambat dan menetap sampai terjadi reposisi

o Reposisi spontan pada anak: menidurkan anak

dengan posisi tenderlenburg, pemberian sedative

parenteral, kompres es diatas hernia, kemudian bila

tidak berhasil, anak dianjurkan untuk operasi

o Bantal penyangga: bertujuan untuk menahan hernia

yang telah direposisi dan harus dipakai seumur

hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karna

dapat merusak kulit dan otot abdomen serta tidak

mengurangi kemungkinan strangulasi.

2. Indikasi operasi

 Hernia inguinalis lateralis pada anak harus diperbaiki secara

operatif tanpa penundaan, karena resiko komplikasi yang

besar terutama inkarserata, strangulasi, dan adanya

peningkatan resiko infeksi

22
 Pada pria dewasa, dilakukan operasi cito pada keadaan

inkarserata dan strangulasi. Menurut beberapa penelitian

lebih baik melakukan operasi elektif pada pria tua karena

angka mortalitas dan morbiditas lebih rendah daripada

operasi cito. Bila pasien menderita hyperplasia prostat, maka

akan lebih baik jika dilakukan penanganan terlebih dahulu

terhadap hyperplasia prostatnya, mengingat tingginya resiko

infeksi traktur urinarius dan retensi urin pada saat operasi

hernia.

3. Teknik pada tindakan operatif hernia

Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat

dikelompokkan dalam 4 kategori utama:

o Kelompok 1: Open Anterior Repair

Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan

Shouldice) melibatkan pembukaan aponeurosis otot obliqus

abdominis eksternus dan membebaskan funikulus

spermatikus, fascia transversalis kemudian dibuka,

dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan idirect.

Katung hernia biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di

rekonstruksi. Teknik kelompok ini berbeda dalam

pendekatan mereka dalam rekonstruksi, tetapi semuanya

menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia

disekitarnya dan memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis,

23
kelemahannya yaitu tegangan yang terjadi akibat jahitan

tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi

nekrosis otot yang akan menyebabkan jahitan terlepas dan

mengakibatkan kekambuhan.

Gambar 8. McVay open anterior repair

o Kelompok 2: Open Posterior Repair

Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus)

dilakukan dengan membelah lapisan dinding abdomen

superior hingga ke cincin luar dan masuk ke peritoneal

space. Diseksi kemudian diperdalam ke semua bagian

kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan

teknik open anterior adalah rekonstruksi dilakukan dari

bagian dalam. Posterior repair sering digunakan pada hernia

dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari

operasi sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan

anestesi regional atau anestesi umum.

24
o Kelompok 3: Tension-Free Repair with Mesh

Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan

Rutkow) menggunakan pendekatan awal yang sama dengan

teknik open anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan

fascia untuk memperbaiki defek, tetapi menempatkan sebuat

protesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat

memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan

ditempatkan di sekitar fascia. Hasil yang diperoleh dengan

teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang dari 1

persen. Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka

panjang penggunaan implant prosthesis, khususnya

kemungkinan infeksi atau penolakan. Akan tetapi

pengalaman yang luas dengan mesh hernia telah mulai

menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus popular.

Teknik ini dapat dilakukan dengan anestesi local, regional

atau general.

Gambar 9. Open mesh repair

25
o Kelompok 4: laparoskopik

Operasi hernia laparaskopik makin popular dalam beberapa

tahun terakhir, tetapi juga manimbulkan kontroversi. Pada

awal pengembangan teknik ini hernia diperbaiki dengan

menempatkan potongan mesh yang besar di region inguinal

di atas peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena potensi

obstruksi usus halus dan pembentukan fistel karena paparan

usus terhadap mesh. Saat ini kebanyakan teknik laparaskopik

hernioraphy menggunakan salah satu pendekatan

transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total

extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP dilakukan dengan

meletakkan trocar laparaskopik dalam cavum abdomen dan

memperbaiki regio inguinal dari dalam. Ini memungkinkan

mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum.

Sedangkan pendekatan TAPP adalah prosedur laparaskopik

langsung yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal

untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah

bisa cedera selama operasi.

26
Gambar 10. Herniotomy laparoscopic dengan total

extraperitoneal (TEP)

i) Komplikasi Post Operasi pada Hernia Inguinalis lateralis

Komplikasi setelah operasi hernioraphy biasanya ringan dan dapat sembuh

sendiri, hematom dan infeksi luka adalah masalah yang paling sering terjadi.

Komplikasi yang lebih serius seperti perdarahan, osteitis, atau atrofi testis

terjadi kurang dari 1 persen pasien yang menjalani hernioraphy.

Perbandingan komplikasi berat dan ringan teknik open repair dan

laparoskopi hernioraphy adalah:

27
Open Repair Laparoscopic repair
Berat Berat
Perdarahan Perdarahan
Atrofi testis Cedera usus
Cedera usus Cedera kandung kemih
Cedera Kandung kemih Cedera pembuluh darah besar
Ringan Ringan
Ekimosis skrotalis Retensi urin
Infeksi luka Cedera saraf
Retensi urin Infeksi luka
Kekambuhan Onstruksi usus halus
Hidrokel
Terpotongnya saraf
Terjepitnya saraf

j) Prognosis

Prognosis umumnya tergantung umur penderita, ukuran hernia serta kondisi

dari isi kantong hernia. Usia yang lebih tua, lebih lama mengalami hernia,

dan irreducibility yang lebih lama memiliki faktor komplikasi akut seperti

penjepitan dan obstruksi usus. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi

usus segera ditangani. Penyulit pasca bedah seperti nyeri pasca hernioraphy,

atrofi testis dan rekurensi hernia umumnya apabila ditangani dengan baik

dapat memberikan prognosis yang baik pula.

28

Anda mungkin juga menyukai