po r
ste o
O
Osteoporosis
Merupakan penyakit metabolik tulang yang ditandai
dengan menurunnya massa/kepadatan tulang
dan
memburuknya struktur/arsitektur jaringan tulang yang
keduanya berhubungan dengan abnormalitas bone
turnover
2. Osteoporosis Sekunder
Disebabkan oleh faktor-faktor kelainan endokrin,
gangguan metabolisme kalsium, gangguan gizi,
pengaruh obat, keganasan, gaya hidup, dll.
Tulang
Fungsi Tulang
1. Fungsi metabolik
- menyediakan cadangan ion (Ca, P, Mg)
- berperan pada homeostasis mineral
terutama homeostasis Ca
2. Fungsi mekanikal
- melindungi organ vital
- tempat melekatnya otot
- menunjang gerak tubuh
- pembungkus sumsum tulang
Homeostasis Kalsium
Ca, PO4 dan Mg : kation divalen utama dalam tubuh.
Regulasi Ca akan berpengaruh terhadap berbagai fungsi
biologi tubuh (ekstraseluler & intraseluler) seperti
pada fungsi sel, stabilitas membran, struktur tulang, koagulasi
darah, maupun signal intrasel.
Sekitar 99% Ca, 85% PO4 dan 65% Mg di dalam tubuh
disimpan di dalam massa tulang.
2. 20 % Tulang Trabekular
Lapisan tipis membentuk bagian
dalam tulang pada tulang pelvis, Tl. kortikal
Sumsum
vertebra, dan pada bagian dalam tulang
pada ujung tulang panjang.
Struktur Tulang
Kortikal Trabekular
Calcified (%) 80 – 90 15 – 25
Matriks Tulan
g
Sel-sel Tulan
g
Matriks Tulan
g
1. Matriks yang kaya mineral anorganik (65%)
! berfungsi sebagai cadangan ion dan pembuat tulang
kuat dah keras.
Terdiri atas mineral Ca, P, Mg, dll
Osteoblas
Sel yang berperan pada pembentukan
tulang
Osteosit
- Osteoblas dewasa
- Mengontrol mineralisasi &
pertukaran mineral tulang versus plasma
Sel-sel Tulan
g
Sel Berasal dari Peran
Osteoblas Mesenchymal stem Sintesis kolagen
cells Mengatur mineralisasi
Inisiasi resorpsi
Mengatur homeostasis ion
Osteosit Osteoblas Memelihara pertukaran mineral
Komunikasi intraseluler
Sintesis matriks
Sensing & transduksi
Memproduksi BR-stimulating
& faktor inhibisi
Osteoklas Hematopoietic Resorpsi
mononuclear cells
Biologi Sel Tu
lang
Tulang merupakan jaringan hidup yang akan terus
diperbaharui dimana tulang akan diresorpsi
kemudian dibentuk kembali dengan suatu proses
yang disebut Modeling dan Remodeling Tulang.
Remodeling Tulang
• Terutama terjadi pada usia dewasa
• Proses pembentukan & resorpsi tulang terjadi
pada saat yang sama
• Proses ini tidak merubah bentuk tulang
Calcitonin
Secara langsung bekerja pada osteoklas yang mempunyai
reseptor kalsitonin ! menghambat resorpsi tulang.
Estrogen
Mempunyai kemampuan mempertahankan
tulang diduga melalui stimulasi sekresi
kalsitonin.
1,25 Vitamin D
Hormon Paratiroid (PTH)
Terjadinya
Osteoporosis
Massa tulang puncak tidak adekuat tercapai
Akibat ketidakseimbangan pada proses Remodeling
tulang dimana :
Resorpsi >> Pembentukan
OSTEOPOROSIS
Osteoblas $
resorpsi >>
OSTEOPOROSIS
Faktor Resiko
GENETIK (Ras, jenis kelamin, riwayat keluarga)
ENDOKRIN (usia menopause, Oophorectomy,
menopause dini, estrogen, gangguan hormon lain)
2. Deteksi Dini :
- Pemeriksaan Densitas Tulang (BMD)
diagnosis kerapuhan tulang
- Pemeriksaan Penanda Biokimia Tulang
(Bone Markers)
prediktor kerapuhan tulang
Osteoporosis + +* - +
Paget’s disease - + + +
Primary + +* - +
hyperparathyroidism
Osteomalacia + + + +
Metastatic Bone - + + +
Disease
Jenis BMD
1. Dual-energy x-ray absorptiometry
(DXA/DEXA)
2. Ultrasound densitometry
3. Single energy x-ray absorptiometry
& peripheral dual x-ray
4. Quantitative computed tomography (QCT)
5. Radiographic absorptiometry
Deskripsi BMD
Normal BMD BMD diatas -1 SD dari rata-rata
normal orang muda
BMD rendah atau BMD antara -1 SD dan
osteopenia -2,5 SD
Osteoporosis BMD menurun dibawah -2,5 SD
Osteoporosis BMD menurun dibawah -2,5 SD
Berat dengan terdapatnya fraktur
N-MID Osteocalcin
Segera setelah OC dilepaskan oleh osteoblas,
sebagian terbesar dari protein tersebut masuk ke
dalam matriks tulang ekstraseluler dan
merupakan 15% dari fraksi protein non-kolagen.
N-MID Osteocalcin
N-MID Osteocalcin
Namun, lebih lanjut karena OC terinkorporasi
ke dalam matriks tulang, diperkirakan
fragmen OC dapat dilepaskan ke sirkulasi
selama proses resorpsi tulang.
N-MID Osteocalcin
Peranan OC masih belum jelas, karena protein
ini diekspresikan selama mineralisasi,
kemungkinan berperan dalam proses
mineralisasi dalam matriks.
N-MID Osteocalcin
dihasilkan bersifat lebih stabil dibandingkan dengan
Osteocalcin utuh (asam amino 1-49).
N-MID Osteocalcin
Spesifisitas dari pemeriksaan ini diperoleh dari
penggunaan dua buah antibodi monoklonal yang
mengenali epitop pada fragmen N-MID dan epitop
fragmen N-terminal.
N-MID Osteocalcin
Sampel : Serum, plasma (Li-heparin, K3-EDTA)
Stabilitas Sampel : 8 jam (15-25oC),3 hari (2-8oC),3 bln (-20oC)
Nilai Rujukan : < 70 ng/mL (Lk 18-<30 th),
< 42 ng/mL (Lk 30-50 th),
< 46 ng/mL (Lk >50-70 th),
< 43 ng/mL (Pr premenopause > 20 th),
< 46 ng/mL (Pr postmenopause)
Reagen/Alat : N-MID Osteocalcin / Elecsys 2010
Isoenzim ALP
dan tidak dipengaruhi isoform fosfatase alkali
lain, misalnya dari hati, usus & plasenta, serta
tidak dipengaruhi adanya gangguan ginjal.
Isoenzim ALP
penting dalam pembentukan osteoid dan
mineralisasi, oleh karena pemeriksaan ini
memberikan informasi yang baik sebagai
penanda aktivitas osteoblas dan
pembentukan tulang baru.
Isoenzim A
LP
Metode : EIA
Isoenzim ALP
Sampel : 0,5 (0,2) ml Serum
Nilai Rujukan : 15.0-41.3 U/L (Lk > 25th),
11.6-29.6 U/L (Pr 25-44 th, premenopausal),
14.2-42.7 U/L (Pr > 45 th, postmenopausal)
Reagen/Alat : Metra/Reader 530
Catatan : Sampel ditolak jika hemolisis (mutlak), lipemik
tidak mutlak), beku ulang (tidak mutlak, <3x)
P1NP
Procollagen type I propeptides (P1NP) berasal dari
proses pembentukan Kolagen tipe I.
P1NP
selama proses pembentukan tulang.
P1NP dilepaskan dalam bentuk struktur
trimetrik (berasal dari struktur kolagen
trimetrik), tapi secara cepat akan dipecah
menjadi bentuk monomerik akibat efek
P1NP
thermal degradation.
C-Telopeptide
Fragmen tersebut dilepaskan sebagai konsekuensi dari
aktivitas osteoklas selama proses resorpsi tulang.
Pemeriksaan CTx digunakan
untuk membantu :
C-Telopeptide
osteoporosis
C-Telopeptide
(EKAHD-βGGR) pada
kolagen tulang.
C-Telopeptide
(plasma EDTA lebih disarankan)
Stabilitas Sampel : serum & plasma heparin :
24 jam (2-25oC),3 bln (-20oC),
>3 bln (-70oC)
plasma EDTA :
24 jam (15-25oC), 8 hari (2-8oC),
3 bln (-20oC), >3 bln (- 70oC)
Nilai Rujukan : Laki-laki :
30 – 50 th : 0.016 – 0.584 ng/mL
> 50 – 70 th : 0 – 0.704 ng/mL
> 70 th : 0 – 0.854 ng/mL
Nilai Rujukan : Perempuan :
Premenopausal : 0.025 – 0.573 ng/mL
Postmenopausal : 0.104 – 1.008 ng/mL
C-Telopeptide
Hasil CTx > 0.573 ng/mL :
- adanya peningkatan risiko fraktur
- 2-6 kali lebih tinggi mengalami
degradasi tulang
Uncontrollable Factors
Age Bone markers are all significantly higher in infants & children than in
the adults & are highest during the first year of life & then during
puberty & maximal by mid-puberty.
Ethnicity & In children & young adults markers of bone resorption are somewhat
geography lower in black subject than in white subjects.
Uncontrollable Factors
trimester and remain elevated for up to 1 year post partum
depending on whether the patient is breast-feeding.
Oral This suggest that the effect of oral contraceptives may be age-
contraception dependent. The effect of OC is small & therefore of little significance.
Uncontrollable Factors
increased up to 3-fold or maybe unchanged. Markers of bone
formation maybe 2-3-fold normal or maybe not increased.
Level of markers bone turnover may also be abnormal in diseases
such as diabetes & thyroid disease.
In non-skeletal diseases such as liver or kidney disease, levels of
bone markers may reflect extraskeletal production and/or impaired
metabolism.
Controllable Factors
day).
Diet The consumption of diets rich in dairy product may increased IGF-1
leads to a larger skeletal envelope.
Increased protein affect calcium absorption.
Increased phosphate decreases calcium absorption in intestine.
Increased sodium increases calcium excretion.
Sources Variability & Action
Exercise The effect of exercise on levels of bone markers is difficult to
quantify as it depends on the age of the subject, and the type &
intensity of the exercise.
Controllable Factors
Detail of the exercise should be recorded & marker level interpreted
appropriately. Patients should be asked to refrain from exercise 24 h
before measurement.
high high
Bone Bone
Resorption Resorption
Marker Marker
low low
No
Treatment Treatment (3) Treatment (1)
Treatment (2)
Meramalkan perkembangan
terjadinya osteoporosis dan
meramalkan kecepatan kehilangan
massa tulang pada suatu individu.
✓ CTx (C-telopeptide)
Tulang sehat…..
Tulang
kuat…..
Terima kasih