Anda di halaman 1dari 77

o sis

po r
ste o
O
Osteoporosis
Merupakan penyakit metabolik tulang yang ditandai
dengan menurunnya massa/kepadatan tulang
dan
memburuknya struktur/arsitektur jaringan tulang yang
keduanya berhubungan dengan abnormalitas bone
turnover

Tulang menjadi rapuh dan mudah patah


Tulang Osteoporosis
Osteoporosis &
akibatnya
Tulang menjadi rapuh dan
meningkatkan resiko patah
tulang

Tubuh menjadi semakin pendek


dan bungkuk (Kyphosis)
Nyeri kronik
Ketergantungan pada orang lain
Kualitas hidup menurun
Depresi
Kematian
Kejadian
Osteoporosis
Effect of Osteoporosis on American Lives

Statistics for women, Statistics for men


age > 50 y
✓ 30% have osteoporosis ✓ 13-25% > 50 y have an
✓ 37-54% are osteopenic osteoporosis-related fracture in
✓ 54% are at risk of one their lifetime
osteoporotic fracture ✓ > 30% of men > 63 y die
✓ 27% will have a vertebral following the fracture
compression fracture by age 65
✓ 10% die following the fracture
Klasifikasi
Osteoporosis
1. Osteoporosis Primer
- Tipe 1 : pada wanita pasca menopause
- Tipe 2 : pada pria & wanita usia 70-80 th
berkaitan dengan proses penuaan
- Osteoporosis Idiopatik

2. Osteoporosis Sekunder
Disebabkan oleh faktor-faktor kelainan endokrin,
gangguan metabolisme kalsium, gangguan gizi,
pengaruh obat, keganasan, gaya hidup, dll.
Tulang
Fungsi Tulang
1. Fungsi metabolik
- menyediakan cadangan ion (Ca, P, Mg)
- berperan pada homeostasis mineral
terutama homeostasis Ca

2. Fungsi mekanikal
- melindungi organ vital
- tempat melekatnya otot
- menunjang gerak tubuh
- pembungkus sumsum tulang
Homeostasis Kalsium
Ca, PO4 dan Mg : kation divalen utama dalam tubuh.
Regulasi Ca akan berpengaruh terhadap berbagai fungsi
biologi tubuh (ekstraseluler & intraseluler) seperti
pada fungsi sel, stabilitas membran, struktur tulang, koagulasi
darah, maupun signal intrasel.
Sekitar 99% Ca, 85% PO4 dan 65% Mg di dalam tubuh
disimpan di dalam massa tulang.

Fungsi metabolik tulang melampaui fungsi strukturalnya,


! untuk memenuhi kebutuhan homeostasis sistemik, Ca
dapat dimobilisasi dari tulang tanpa memperhatikan apakah
nantinya integritas struktur tulang akan berkurang atau tidak.
Homeostasis Kalsium
Homeostasis Kalsium
Tulang
Struktur Tulang
1. 80 % Tulang Kortikal
Lapisan tulang yang tersusun rapat. Tl. trabekular
Bagian terbesar dari tulang panjang.

2. 20 % Tulang Trabekular
Lapisan tipis membentuk bagian
dalam tulang pada tulang pelvis, Tl. kortikal
Sumsum
vertebra, dan pada bagian dalam tulang
pada ujung tulang panjang.
Struktur Tulang
Kortikal Trabekular

Total massa tulang (%) 70 – 80 20 – 30

Luas permukaan (%) 20 80

Remodeling pertahun (%) 3 25

Calcified (%) 80 – 90 15 – 25

Fungsi utama Penyangga Metabolisme

Kerangka manusia > 200 tulang


Komposisi Tulang

Matriks Tulan
g
Sel-sel Tulan
g
Matriks Tulan
g
1. Matriks yang kaya mineral anorganik (65%)
! berfungsi sebagai cadangan ion dan pembuat tulang
kuat dah keras.
Terdiri atas mineral Ca, P, Mg, dll

2. Komponen organik (20%), terdiri atas :


1. 90% kolagen

Yang paling utama adalah kolagen tipe I &


sedikit kolagen tipe V dan XII
2. 10% glikoprotein non kolagen & proteoglikan
spesifik tulang
Terdiri atas osteocalcin, osteonektin, sialoprotein, dll
3. Air (10%)
Kolagen tipe I
Kolagen tipe I merupakan suatu molekul dengan struktur tripel
heliks yang terdiri atas 2 rantai α1 dan 1 rantai α2.
Sintesis dari rantai α1 dan α2 diregulasi oleh gen COL1A1 pada
kromosom 17(17q21.31-q22) dan gen COL1A2 pada kromosom 7
(7p22.1).

Struktur Kolagen tipe I


Sel-sel Tulan
g
Osteoklas
Sel yang berperan dalam resorpsi
tulang

Osteoblas
Sel yang berperan pada pembentukan
tulang
Osteosit
- Osteoblas dewasa
- Mengontrol mineralisasi &
pertukaran mineral tulang versus plasma
Sel-sel Tulan
g
Sel Berasal dari Peran
Osteoblas Mesenchymal stem Sintesis kolagen
cells Mengatur mineralisasi
Inisiasi resorpsi
Mengatur homeostasis ion
Osteosit Osteoblas Memelihara pertukaran mineral
Komunikasi intraseluler
Sintesis matriks
Sensing & transduksi
Memproduksi BR-stimulating
& faktor inhibisi
Osteoklas Hematopoietic Resorpsi
mononuclear cells
Biologi Sel Tu
lang
Tulang merupakan jaringan hidup yang akan terus
diperbaharui dimana tulang akan diresorpsi
kemudian dibentuk kembali dengan suatu proses
yang disebut Modeling dan Remodeling Tulang.

Kedua proses tersebut melibatkan Osteoblas dan


Osteoklas.
Proses resorpsi dan pembentukan tulang kembali
yang
selalu terjadi terus menerus tersebut dikenal sebagai
Turnover Tulang
Modeling Tulang
• Terjadi pada masa kanak-kanak hingga dewasa
• Mengarah pada proses pembentukan tulang hingga
dicapai massa tulang puncak (+ usia 30 tahun)
• Proses ini merubah bentuk otot

Remodeling Tulang
• Terutama terjadi pada usia dewasa
• Proses pembentukan & resorpsi tulang terjadi
pada saat yang sama
• Proses ini tidak merubah bentuk tulang

Proses pembentukan dan resorpsi tulang akan berada


dalam keseimbangan pada usia 30-50 tahun
Remodeling Tulang
Komunikasi
Osteoblas dan
Osteoklas
Waktu Untuk Proses Remodeling Tulang
Vital statistics of adult bone remodeling

Lifespan of BMU (Bone Metabolic Units) : 6-9 months


Speed : 25 µm/day
Bone volume replaced by a single BMU : 0.025 mm3
Lifespan of osteoclast : 2 weeks
Lifespan of osteoblast (active) : 3 months
Interval between successive remodeling events at the
same location : 2-5 years
Rate or turnover of whole skeleton : 10% per year
BMU = the area of bone undergoing remodeling
Kecepatan Remodeling Tulang dipengaruhi oleh
hormon-hormon :

Calcitonin
Secara langsung bekerja pada osteoklas yang mempunyai
reseptor kalsitonin ! menghambat resorpsi tulang.

Estrogen
Mempunyai kemampuan mempertahankan
tulang diduga melalui stimulasi sekresi
kalsitonin.

1,25 Vitamin D
Hormon Paratiroid (PTH)
Terjadinya
Osteoporosis
Massa tulang puncak tidak adekuat tercapai
Akibat ketidakseimbangan pada proses Remodeling
tulang dimana :
Resorpsi >> Pembentukan

" Turnover Tulang

Perubahan massa, struktur dan kekuatan tulang

OSTEOPOROSIS
Osteoblas $

Osteoklas # Pembentukan <<

resorpsi >>

OSTEOPOROSIS
Faktor Resiko
GENETIK (Ras, jenis kelamin, riwayat keluarga)
ENDOKRIN (usia menopause, Oophorectomy,
menopause dini, estrogen, gangguan hormon lain)

NUTRISI (kalsium, alkohol, vitamin D, kafein, terlalu


kurus)

POLA HIDUP (merokok, kurang olah raga/aktivitas)


OBAT (kortikosteroid, anti konvulsan/kejang,
GNRH-agonist, antasid, dll)
MENOPAUSE ! RISIKO TINGGI
Penatalaksanaan
1. Tentukan Faktor Risiko

2. Deteksi Dini :
- Pemeriksaan Densitas Tulang (BMD)
diagnosis kerapuhan tulang
- Pemeriksaan Penanda Biokimia Tulang
(Bone Markers)
prediktor kerapuhan tulang

3. Tindak lanjuti Hasil Pemeriksaan


- Nutrisi
- Pola Hidup
- Pengobatan
- Pemantauan hasil pengobatan
Pemeriksaan Tulang
Kegunaan beberapa metode pada evaluasi penyakit tulang

Disease BMD Radiograph (X- Radionuclide Biochemical


ray) scan bone markers

Osteoporosis + +* - +

Paget’s disease - + + +

Primary + +* - +
hyperparathyroidism

Osteomalacia + + + +
Metastatic Bone - + + +
Disease

* If fracture are suspected


+methods normally used for evaluation of disease
- methods normally not used for evaluation of disease
Bone Mine
ral Density
Saat ini BMD merupakan standar untuk diagnosis
Osteoporosis.
Pengukuran densitas tulang (BMD) memberikan informasi
adanya resiko fraktur hanya pada saat ini

Jenis BMD
1. Dual-energy x-ray absorptiometry
(DXA/DEXA)
2. Ultrasound densitometry
3. Single energy x-ray absorptiometry
& peripheral dual x-ray
4. Quantitative computed tomography (QCT)
5. Radiographic absorptiometry
Deskripsi BMD
Normal BMD BMD diatas -1 SD dari rata-rata
normal orang muda
BMD rendah atau BMD antara -1 SD dan
osteopenia -2,5 SD
Osteoporosis BMD menurun dibawah -2,5 SD
Osteoporosis BMD menurun dibawah -2,5 SD
Berat dengan terdapatnya fraktur

KLASIFIKASI BERDASARKAN BMD


Selain BMD, penanda biokimia tulang (Bone
Markers) menjadi penting dilakukan karena :

BMD tidak dapat memprediksi densitas tulang


pada masa yang akan datang.

Diketahui pula bahwa resiko fraktur tidak selalu


berkorelasi dengan peningkatan BMD,
kombinasi dengan bone marker memberikan
korelasi yang lebih baik.

Bone marker dapat memberikan informasi


keberhasilan pengobatan dalam waktu 3 bulan
terapi, dimana BMD membutuhkan waktu lebih
lama (sekitar 2 tahun).
Probability of
RR fracture (%) for 5 y

All women - 12.6 %

Low hip BMD 2.8 (1.4 – 5.6) 39 %


(Tscore < -2.5)

High S-CTx 2.1 (1.2 – 3.8) 25 %

Low BMD + 3.8 (1.9 – 7.3) 54 %


High CTx

Combination of BMD & Bone Turnover Marker to predict the


risk of all fragility fractures The OFELY Study
BMD & Bone Turnover Marker in therapy monitoring
Bone Mark
ers
Untuk mengetahui keseimbangan antara kecepatan
pembentukan & kecepatan kehilangan tulang, serta kecepatan
kinetik dari metabolisme tulang
Bone Mark
ers
1. PENANDA PEMBENTUKAN TULANG
N-MID Osteocalcin
Fosfatase Alkali Spesifik Tulang
(Isoenzim ALP)
P1NP (N-terminal propeptide)

2. PENANDA RESORPSI TULANG


CTx (C-Telopeptide)
N-MID Oste
o calcin
Osteocalcin (OC) disebut juga bone-GLA protein
(BGP)

OC merupakan peptida spesifik tulang,


mengandung 49 AA, BM 5.800 Dalton

OC adalah suatu hydroxyapatite-binding protein


yang kecil yang disintesis oleh Osteoblas,
Osteoklas dan Odontoklas dan merupakan
protein non kolagen paling penting dalam
matriks tulang

GLA = Gamma-carboxylated Glutamic Acids


OC dianggap sebagai marker spesifik dari fungsi
Osteoblas.

N-MID Osteocalcin
Segera setelah OC dilepaskan oleh osteoblas,
sebagian terbesar dari protein tersebut masuk ke
dalam matriks tulang ekstraseluler dan
merupakan 15% dari fraksi protein non-kolagen.

Sebagian kecil dari protein tersebut dilepaskan


ke sirkulasi. Karena sebagian besar OC
dihasilkan oleh osteoblas, maka dikatakan bahwa
kadar OC dalam sirkulasi menggambarkan
aktivitas dari Osteoblas.
Sintesa Osteocalcin melibatkan Vitamin K dan
distimulasi oleh keberadaan Vitamin D3.

N-MID Osteocalcin
N-MID Osteocalcin
Namun, lebih lanjut karena OC terinkorporasi
ke dalam matriks tulang, diperkirakan
fragmen OC dapat dilepaskan ke sirkulasi
selama proses resorpsi tulang.

Oleh karena itu masih kontroversi apakah


pemeriksaan Oc benar-benar dapat
digunakan sebagai penanda pembentukan
tulang atau dapat juga sebagai penanda
turnover tulang.
Peran Osteocalcin :

N-MID Osteocalcin
Peranan OC masih belum jelas, karena protein
ini diekspresikan selama mineralisasi,
kemungkinan berperan dalam proses
mineralisasi dalam matriks.

Protein ini juga terlibat dalam rekruitmen


osteoklas, regulasi pematangan osteoblas dan
rekruitmen sel scavenger.
Intact Osteocalcin (Osteocalcin yang utuh)
bersifat tidak stabil karena mudah dipecah oleh
enzim protease pada asam amino 43-44.

Fragmen N-MID (asam amino 1-43) yang

N-MID Osteocalcin
dihasilkan bersifat lebih stabil dibandingkan dengan
Osteocalcin utuh (asam amino 1-49).
N-MID Osteocalcin
Spesifisitas dari pemeriksaan ini diperoleh dari
penggunaan dua buah antibodi monoklonal yang
mengenali epitop pada fragmen N-MID dan epitop
fragmen N-terminal.

Oleh sebab pemeriksaan ini selain mengukur kadar


fragmen N-MID osteocalcin juga dapat tetap dapat
mengukur intact osteocalcin.
N-MID Oste
o calcin
Metode : ECLIA

N-MID Osteocalcin
Sampel : Serum, plasma (Li-heparin, K3-EDTA)
Stabilitas Sampel : 8 jam (15-25oC),3 hari (2-8oC),3 bln (-20oC)
Nilai Rujukan : < 70 ng/mL (Lk 18-<30 th),
< 42 ng/mL (Lk 30-50 th),
< 46 ng/mL (Lk >50-70 th),
< 43 ng/mL (Pr premenopause > 20 th),
< 46 ng/mL (Pr postmenopause)
Reagen/Alat : N-MID Osteocalcin / Elecsys 2010

Catatan : tidak hemolisis, darah segera di sentrifuge


setelah pembekuan sempurna
Isoenzim A
LP
Isoenzim ALP merupakan enzim khas tulang,

Isoenzim ALP
dan tidak dipengaruhi isoform fosfatase alkali
lain, misalnya dari hati, usus & plasenta, serta
tidak dipengaruhi adanya gangguan ginjal.

Isoenzim ALP merupakan enzim yang


dihasilkan oleh osteoblas.

Isoenzim ALP terlibat dalam promoting dan


pendukung pada proses mineralisasi
dengan cara mengihibisi pirofosfat yang
merupakan senyawa yang menghambat
mineralisasi.
Isoenzim ALP mempunyai peran yang

Isoenzim ALP
penting dalam pembentukan osteoid dan
mineralisasi, oleh karena pemeriksaan ini
memberikan informasi yang baik sebagai
penanda aktivitas osteoblas dan
pembentukan tulang baru.
Isoenzim A
LP
Metode : EIA

Isoenzim ALP
Sampel : 0,5 (0,2) ml Serum
Nilai Rujukan : 15.0-41.3 U/L (Lk > 25th),
11.6-29.6 U/L (Pr 25-44 th, premenopausal),
14.2-42.7 U/L (Pr > 45 th, postmenopausal)
Reagen/Alat : Metra/Reader 530
Catatan : Sampel ditolak jika hemolisis (mutlak), lipemik
tidak mutlak), beku ulang (tidak mutlak, <3x)
P1NP
Procollagen type I propeptides (P1NP) berasal dari
proses pembentukan Kolagen tipe I.

Fragmen P1NP dilepaskan sebagai konsekuensi


dari proses pembentukan Kolagen tipe I yang baru

P1NP
selama proses pembentukan tulang.
P1NP dilepaskan dalam bentuk struktur
trimetrik (berasal dari struktur kolagen
trimetrik), tapi secara cepat akan dipecah
menjadi bentuk monomerik akibat efek

P1NP
thermal degradation.

Spesifisitas dari pemeriksaan ini diperoleh


dari penggunaan dua buah antibodi
monoklonal yang mengenali epitop pada
fragmen bentuk trimetrik dan monometrik
sehingga yang diperiksa adalah total P1NP.
C-Telopept
ide (CTx)
CTx merupakan tes untuk mendeteksi fragmen C-
terminal telopeptides (CTx) dari Kolagen tipe I.

C-Telopeptide
Fragmen tersebut dilepaskan sebagai konsekuensi dari
aktivitas osteoklas selama proses resorpsi tulang.
Pemeriksaan CTx digunakan
untuk membantu :

Monitoring terapi antiresorpsi

C-Telopeptide
osteoporosis

Mendeteksi peningkatan degradasi


kolagen tipe I

Memperkirakan resiko fraktur


osteoporosis
C-Telopeptide
Ctx in therapy monitoring
CTx mengandung
karakteristik sekuens
β-8AA oktapeptida

C-Telopeptide
(EKAHD-βGGR) pada
kolagen tulang.

Spesifitas CTx produk


Roche diperoleh dari
penggunaan antibodi
monoklonal yang
mengenali oktapeptide
(β8AA) pada C-terminal
dan rantai α1 kolagen
tipe 1.
C-Telopept
ide (CTx)
Metode : Electrochemiluminescence immunoassay (ECLIA)
Sampel : 0,5 (0,3) mL serum, K3-EDTA & Na heparin

C-Telopeptide
(plasma EDTA lebih disarankan)
Stabilitas Sampel : serum & plasma heparin :
24 jam (2-25oC),3 bln (-20oC),
>3 bln (-70oC)
plasma EDTA :
24 jam (15-25oC), 8 hari (2-8oC),
3 bln (-20oC), >3 bln (- 70oC)
Nilai Rujukan : Laki-laki :
30 – 50 th : 0.016 – 0.584 ng/mL
> 50 – 70 th : 0 – 0.704 ng/mL
> 70 th : 0 – 0.854 ng/mL
Nilai Rujukan : Perempuan :
Premenopausal : 0.025 – 0.573 ng/mL
Postmenopausal : 0.104 – 1.008 ng/mL

C-Telopeptide
Hasil CTx > 0.573 ng/mL :
- adanya peningkatan risiko fraktur
- 2-6 kali lebih tinggi mengalami
degradasi tulang

Reagen/Alat : Elecsys b-crosslaps/Elecsys 2010


Catatan : - Pasien puasa
- pengambilan spesimen dilakukan sebelum pukul
10.00 pagi
- untuk pengamatan jangka panjang selalu
diambil pada waktu dan kondisi sama.
Variabilita
s Preanalit
Bone Mark ik
ers
Sources Variability

Uncontrollable Factors
Age Bone markers are all significantly higher in infants & children than in
the adults & are highest during the first year of life & then during
puberty & maximal by mid-puberty.

Gender The gender differences in levels of markers are age-dependent.


After the age of 50 yrs all markers of bone resorption are up 50%
higher in women.
Marker of bone formation tend to be higher in men before 50 yrs but
lower than in women after 50 yrs old.
Women typically achieve lower bone mass at maturity & experience a
more rapid loss during aging.

Ethnicity & In children & young adults markers of bone resorption are somewhat
geography lower in black subject than in white subjects.

Fracture During the first 4 weeks of fracture healing markers of bone


resorption and formation increase by 20-50% and remain elevated for
at least 6 m and possible 1 y reflecting the initial response to fracture
and formation of callus & subsequent modeling & remodeling.
Markers should be taken at least 6 months after a fracture.
Sources Variability
Pregnancy & The calcium requirements of the fetus & infant during pregnancy &
Lactation lactation. Bone turnover starts to increase early in the second

Uncontrollable Factors
trimester and remain elevated for up to 1 year post partum
depending on whether the patient is breast-feeding.

Oral This suggest that the effect of oral contraceptives may be age-
contraception dependent. The effect of OC is small & therefore of little significance.

Antiresorptive drugs (HRT, biphosphonates & SERMs) have


Drugs significant effect on all markers.
Long-term of corticosteroids on bone is primarily to suppress bone
formation & it has been observed after 3 months of treatment.
Long term anticonvulsant treatment leads to a significant increase in
bone turnover.
Short-term heparin treatment leads to a significant reduction in bone
formation.
GnRH agonist treatment in premenopausal women lead to an
increase in markers of bone turnover.
Sources Variability
Disease In primary hyperparathyroidism, markers of bone resorption maybe

Uncontrollable Factors
increased up to 3-fold or maybe unchanged. Markers of bone
formation maybe 2-3-fold normal or maybe not increased.
Level of markers bone turnover may also be abnormal in diseases
such as diabetes & thyroid disease.
In non-skeletal diseases such as liver or kidney disease, levels of
bone markers may reflect extraskeletal production and/or impaired
metabolism.

Lead to an increase in bone resorption but have little effect on bone


Bedrest & formation. Once remobilization occurs resorption markers gradually
immobility return to initial levels.

Small-framed, lean or tall women are more likely to develop


Body size osteoporosis than are heavy-framed or obese women. Heavier or
larger women tend to have higher circulating levels of estrogen
compared to thinner or smaller women.
Sources Variability & Action
Circadian Urine samples should be collected as 24 h collections, of first or
second morning void. Blood should be collected between 0800 and
1100 hours (if serial samples always collected at the same time of

Controllable Factors
day).

Fasting status Feeding suppresses all markers of the bone turnover.


Samples should be collected after an overnight fast.

Menstrual None, the effect of the menstrual cycle is small.


Some, but not all, markers of bone resorption are elevated during
Seasonal
winter, may explained by vitamin D deficiency in winter.
If longitudinal studies, samples always collected at the same time of
the year.

Diet The consumption of diets rich in dairy product may increased IGF-1
leads to a larger skeletal envelope.
Increased protein affect calcium absorption.
Increased phosphate decreases calcium absorption in intestine.
Increased sodium increases calcium excretion.
Sources Variability & Action
Exercise The effect of exercise on levels of bone markers is difficult to
quantify as it depends on the age of the subject, and the type &
intensity of the exercise.

Controllable Factors
Detail of the exercise should be recorded & marker level interpreted
appropriately. Patients should be asked to refrain from exercise 24 h
before measurement.

Reference Each laboratory should establish its own reference ranges.


ranges Uncontrollable factors affect levels of markers of bone turnover.
Standardized time & condition for sample collection must also be
defined for each reference range.

In general intra-individual variability expressed as CV is lower for


Long term intra-
individual serum bone formation markers than for urinary resorption markers.
variability of Measuring a marker in serum rather than in urine results in better
biochemical reproducibility as the variable ionic strength of urine samples & the
markers
need to correct for creatinine excretion may introduce some
variability into the results.
Waktu Pemeriksaan
Saat usia mencapai 40 tahun,
terutama yang memiliki resiko
tinggi

Sebelum dilakukan terapi obat


antiresorpsi oral

Minimal 3 bulan setelah


dilakukan terapi obat antiresorpsi
oral
Individu yang beresiko tinggi :

Wanita post menopause


Wanita/pria dengan riwayat keluarga
dengan penyakit tulang
Wanita/pria dengan penyakit tulang
Kurus
Kurang asupan kalsium & vitamin D
Perokok, minum alkohol & kafein
Aktivitas fisik kurang / terlalu berlebih
Memakai obat tertentu
(antitiroid, kortikosteroid, obat anti kejang,
antasida, dll)
Memiliki penyakit tertentu
(gagal ginjal, dialisis, hipotiroid, malabsorpsi, dll)
Penanganan Sampel
Menggunakan bahan darah

Puasa 12 jam sebelum


pemeriksaan

Sebaiknya pengambilan darah


dilakukan pada pagi hari

Untuk evaluasi keberhasilan


terapi, sebaiknya sampel diambil
pada waktu & kondisi yang sama
Interpretasi Hasil
Peningkatan kadar baseline dari pemeriksaan
penanda resorpsi dan pembentukan tulang secara
signifikan berhubungan dengan peningkatan
kecepatan kehilangan kepadatan tulang.

Wanita dengan turnover tulang yang tinggi (bone


marker saat baseline > 2 SD di atas rata-rata wanita
premenopausal) memiliki kecepatan kehilangan tulang
2-6 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita
dengan turnover yang rendah.
High Bone Turnover

Baseline levels of bone markers > 2 SD


Above the mean of premenopausal
women

Rate of bone loss 2-6 x


>> low bone turnover
Kombinasi antara rendahnya pengukuran BMD
pada tulang panggul dan peningkatan kadar
penanda resorpsi tulang memberikan nilai
prediksi yang lebih besar untuk terjadinya
fraktur tulang panggul dibandingkan dengan
pemeriksaan tunggal.

Untuk tujuan diagnostik, hasil yang diperoleh


sebaiknya memperhatikan pula hubungannya
dengan riwayat medik pasien, gejala klinis
serta temuan lainnya.
Probability of
RR fracture (%) for 5 y

All women - 12.6 %

Low hip BMD 2.8 (1.4 – 5.6) 39 %


(Tscore < -2.5)

High S-CTx 2.1 (1.2 – 3.8) 25 %

Low BMD + 3.8 (1.9 – 7.3) 54 %


High CTx

Combination of BMD & Bone Turnover Marker to predict the


risk of all fragility fractures The OFELY Study
• Pemeriksaan penanda biokimia dan pemeriksaan
laboratorium lainnya dapat digunakan untuk
mendiagnosa atau membedakan adanya
penyakit osteopatik lainnya.

Pada pasien dengan osteoporosis, kadar bone


marker yang sangat tinggi > 3 SD kemungkinan
terdapat penyakit tulang metabolik lainnya
seperti malignancy.
Decision T
re e Chesnut
III
BMD
low normal

high high
Bone Bone
Resorption Resorption
Marker Marker

low low

Fracture risk Fracture risk Fracture risk Fracture risk


+++ ++ -- ++

No
Treatment Treatment (3) Treatment (1)
Treatment (2)

(1) Or repeat BMD or bone marker within 1 year


(2) Re-evaluate in 12-24 months depending upon clinical status
(3) Low BMD is a predictor of fracture risk, independent of marker level
Algorithm for monitoring osteoporotic patients under therapy
Clinical application and recommended usage of bone markers
Manfaat Pemeriksaan

Meramalkan perkembangan
terjadinya osteoporosis dan
meramalkan kecepatan kehilangan
massa tulang pada suatu individu.

Kecepatan kehilangan tulang dalam


tahun pertama pasca menopause dapat
dipergunakan sebagai tolak ukur dalam
identifikasi risiko terjadinya
osteoporosis pada wanita.
Menentukan resiko terjadinya
fraktur/patah tulang.

Menentukan kapan terapi harus


dimulai.

Untuk memantau dan menilai


keberhasilan terapi hanya dalam waktu
+ 3 bulan setelah terapi, lebih cepat
dibandingkan dengan BMD yang
memerlukan waktu 1-2 tahun setelah
terapi.

Untuk penentuan pemilihan terapi.


Penanda Pembentukan Tulang
✓ N-MID Osteocalcin
Osteopo
✓ P1NP (?) r
didetek osis dapat
si se
✓ Fosfatase Alkali Spesifik Tulang dapat d cara dini,
iob
dicegah ati dan
atau Isoenzym ALP terjadi
ker
sebelum
yang pe usakan
Penanda resorpsi Tulang rmanen
.

✓ CTx (C-telopeptide)

Tulang sehat…..
Tulang
kuat…..
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai