Anda di halaman 1dari 8

NAMA : RAHMA NUR ISLAMI

NIM : 04011181520177
KELAS : ALPHA
Limfadenopati Keganasan
A. Etiologi
Limfadenopati

Limfoma
Penyebab limfoma hodgkin dan non-hodgkin sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
Beberapa hal yang diduga berperan sebagai penyebab penyakit ini antara lain:
1. Infeksi (EBV, HTLV-1, HCV, KSHV, dan Helicobacter pylori)
2. Faktor lingkungan seperti pajanan bahan kimia (pestisida, herbisida, bahan kimia
organik, dan lain-lain), kemoterapi, dan radiasi.
3. Inflamasi kronis karena penyakit autoimun
4. Faktor genetik
B. Patofisiologi
Sel limfosit dari kelenjar limfe berasal dari sel sel induk multipotensial di dalam
sumsum tulang. Sel induk akan bertransformasi menjadi sel progenitor limfosit yang
kemuadian akan berdiferensiasi melalui dua jalur. Sebagian akan mengalami pematangan di
dalam kelenjar timus menjadi limfosit T. Sebagian lagi akan menuju kelenjar limfe ataupun
tetap berada di sumsum tulang dan berdiferensiasi menjadi limfosit B. Apabila ada
rangsangan antigen yang sesuai maka limfosit T akan aktif berpoliferasi sebagai respon
sistem imun seluler. Sedangkan limfosit B akan aktif menjadi imunoblas yang kemuadian
menjadi sel plasma dan akan membentuk imunoglobulin. Terjadi perubahan pada
sitoplasma sel plasma menjadi lebih banyak dari pada sitoplasma sel B. Sedangkan limfosit
T yang aktif akan berukuran lebih besar dari pada sel T yang belum aktif.
Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma (abnormal) merupakan akibat
terjadinya mutasi gen pada salah satu sel dari kelompok sel limfosit yang belum aktif yang
tengah berada dalam proses transformasi menjadi imunoblas akibat respon dari adanya
antigen. Beberapa perubahan pada sel limfosit inaktif ialah ukurannya semakin lebih besar,
kromatin inti menjadi lebih halus, nukleolinya terlihat dan protein permukaan sel mengalami
perubahan.

C. Edukasi dan Pencegahan


Pencegahan terhadap terjadinya limfadenopati maupun keganasan dilakukan dengan
menghindari faktor resiko. Sedangkan edukasi, pasien yang mengalami pembesaran
kelenjar limfe diduga karena keganasan harus mamatuhi terapi yang diberikan dokter
kepada pasien, harus rutin kontrol baik selama maupun pasca pengobatan, menjaga pola
hidup yang sehat, menjaga asupan nutrisi agar selalu terpenuhi.

Histologi Sistem Limfatik


Hampir seluruh jaringan tubuh mempunyai saluran limfe khusus yang mengalirkan
kelebihan cairan secara langsung dari ruang interstisial. Beberapa pengecualian antara lain
bagian permukaan kulit, sistem saraf pusat, endomisium otot, dan tulang. Namun, bahkan
jaringan-jaringan tersebut mempunyai pembuluh interstisial kecil yang disebut saluran
pralimfatik yang dapat dialiri oleh cairan interstisial; pada akhirnya cairan ini mengalir ke
dalam pembuluh limfe atau, pada otak, mengalir ke dalam cairan serebrospinal dan kemudian
langsung kembali ke dalam darah.
Pada dasarnya, seluruh pembuluh limfe dari bagian bawah tubuh pada akhirnya akan
bermuara ke duktus torasikus, yang selanjutnya bermuara ke dalam sistem darah vena pada
pertemuan antara vena jugularis interna kiri dan vena subclavia kiri.
Cairan limfe dari sisi kiri kepala, lengan kiri, dan sebagian toraks juga memasuki duktus
torasikus sebelum bermuara ke dalam vena. Cairan limfe dari sisi kanan leher dan kepala,
lengan kanan, dan bagian kanan toraks memasuki duktus torasikus kanan (jauh lebih kecil
daripada duktus torasikus), yang akan bermuara ke dalam sistem darah vena pada pertemuan
antara vena subclavia kanan dan vena jugularis interna.
Vasa lymphatica
Vasa lymphatica berawal sebagai ujung-ujung saluran buntu yang membentuk formasi menjari,
dengan dinding kapiler yang tipis dalam jaringan ikat. Mereka membentuk formasi jaringan
kapiler tiga dimensi yang mengalir menuju vasa lymphatica yang mengkoleksi limfe yang lebih
besar dan lebih tebal dindingnya, kemudian duktus dan trunkus lymphaticus. Akhirnya limfe
dari trunkus dan ductus lymphaticus ditumpahkan ke vena cava kranialis di thoracic inlet.
Lymph capillaries, vasa lymphatica, lymph node, vasa lymphatic, cisterna Chyli, thoracic
duct
Urutan pembuluh yang dilalui oleh cairan limfe, mulai dari kapiler limfe sampai ductus
thoracicus.

Ilustrasi saluran limfe (limphatica) yang berawal sebagai ujung buntu dengan epitel yang saling overlapping dan
bentukan katur di sepanjang pembuluh tersebut yang mencegah kembalinya aliran limfe.
Spleen (Limpa)
• Merupakan organ limfoid terbesar di tubuh.
• Banyak terdapat sel fagositik dan dapat menjadi pertahanan penting terhadap
mikroorganisme yang berhasil memasuki peredaran darah, serta sebagai tempat
penghancuran eritrosit tua.
• Memiliki simpai jaringan ikat, yang menjulurkan trabekula yang membagi parenim, atau
pulpa limpa menjadi kompartemen tidak utuh.
• Pada manusia, jaringan ikat simpai dan trabekula mengandung sedikit sekali sel oto polos.
• Terdiri atas anyaman jaringan retikuler yang mengandung limfosit, makrofag dan APC.
• Terdapat struktur khas: terdapat pulpa (pulpa merah dan pulpa putih).
• Pulpa putih  terdiri atas jaringan limfoid yang menyelubungi arteri sentralis dan nodul
limfoid yang menempel pada selubung.
• Pulpa merah  mengandung korda limpa dan sinusoid. Korda limpa terdiri atas anyaman
longgar sel-sel reticular, yang ditunjang serat-serat retikulin (kolagen tipe III).
• Diantara pulpa merah dan putih terdapat zona marginal, yang terdiri atas banyak sinus dan
jaringan limfoid longgar.
DAFTAR PUSTAKA
Henry, Patrick H., Dan L Longo. 2017. Enlargement of Lymph Nodes and Spleen dalam
Harrison’s Hematology and Oncology 3rd Edition. United States: McGraw-Hill.

Price, S.A dan Wilson, L.M. 2005. Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease Processes,
Sixth Edition. Alih bahasa Pendit, Hartanto, Wulansari dan Mahanani. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC.
ANALISIS MASALAH
1. Tn. M umur 40 tahun, seorang laki-laki bekerja sebagai buruh bangunan, sejak lima bulan
yang lalu, teraba ada benjolan di leher kanan sebesar telur puyuh, benjolan tidak nyeri, badan
terasa demam tapi tidak terlalu tinggi dan mudah berkeringat, nafsu makan menurun, berat
badan masih normal. Sejak 4 bulan yang lalu timbul benjolan di leher sebelah kiri sebesar
telur puyuh sedangkan benjolan sebelah kanan leher semakin membesar yaitu sebesar telur
ayam. Berat badan menurun 6 kg dalam 2 bulan terakhir.
f. Mengapa benjolannya tidak terasa nyeri dan apakah ada kemungkinan akan terasa nyeri?
Jawab:
Benjolannya tidak terasa nyeri karena bukan merupakan proses inflamasi.

2. Tn M berobat ke dokter umum, diberi obat juga dilakukan pemeriksaan darah dan rontgen
dada, namun benjolan tidak mengecil dan malah membesar. Sejak satu bulan yang lalu Tn.
M mengeluhkan sakit menelan dan sulit menelan, akhirnya Tn. M berobat kebagian penyakit
dalam dan dirawat.
b. Mengapa benjolan tidak mengecil dan malah membesar walaupun sudah diberi obat?
Jawab:
Kemungkinan dokter salah mendiagnosis penyakit dari pasien ini sehingga pengobatan
yang diberikan tidak memberikan efek pada klinis pasien.

3. Riwayat batuk batuk lama tidak ada, riwayat keluarga batuk lama tidak ada, riwayat sakit
kepala tidak ada, keluhan nyeri sendi dan demam lama tidak ada. Tn. M sering memelihara
binatang seperti kucing dan juga senang makanan yang dibakar seperti sate. Tn. M jarang
minum obat-obatan atau jamu-jamuan. Riwayat keluarga tidak ada penyakit seperti ini, ibu
Tn. M menderita karsinoma payudara.
d. Apa hubungan karsinoma payudara pada ibunya dengan kasus?
Jawab:
Adanya riwayat keluarga yang mengalami kanker payudara meningkatkan risiko
terjadinya keganasan pada Tn. M karena suatu ekspresi gen prekanker yang diturunkan
secara genetik oleh orang tua ke pasien.

4. Pemeriksaan fisik didapatkan:


Keadaan umum tampak sakit sedang, TB: 165 cm, BB: 42 kg
Leher: JVP (5-2) cmH2O
Benjolan pada leher kanan: ukuran 5x4x4 cm, nyeri (-), mobil
Benjolan pada leher kiri: ukuran 3x4x3 cm, nyeri (-), mobil
b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik?
Jawab:
BMI Rendah
Metabolisme energi berkaitan erat dengan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Pada pasien kanker metabolisme zat tersebut mengalami perubahan dan berpengaruh
terhadap terjadinya penurunan berat badan. Hipermetabolisme, didefinisikan dengan
meningkatnya pengeluaran energi pada saat istirahat.
Metabolisme protein pada pasien kanker terjadi peningkatan turn over, peningkatan
sintesis protein di hati, penurunan sintesis protein di otot skelet dan peningkatan
pemecahan protein otot yang berakibat terjadinya wasting. Peningkatan glukoneogenesis
dari asam amino dan penggunaan asam amino oleh sel kanker untuk sintesis protein juga
merupakan keadaan yang menyebabkan penurunan massa otot.
Perubahan metabolisme lemak yang paling utama adalah metabolisme asam lemak bebas
dari jaringan adiposa dan deplesi lemak tubuh total. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa penurunan berat badan pada pasien kanker sebagian besar disebabkan deplesi
lemak tubuh.

Hasil Pemeriksaan Leher Abnormal


Keganasan → berproliferasi ↑ di dalam nodus limfatikus → mencetuskan inflamasi dan
tumor → nodus membesar → limfadenopati.
Pada kasus ini tidak adanya nyeri meunjukkan bahwa bukan disebabkan oleh inflamasi.

Anda mungkin juga menyukai