Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr.Wb
Bismillahirrohmanirrahim, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT. Karena atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah, kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini. Sholawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada
Junjungan kita semua sang revolusioner Islam Nabi akhir zaman Nabi
Muhammad SAW.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih banyak yang harus dilengkapi dan diperbaharui, kami
merasa pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, terutama dari
dosen pengampu, Bapak Syukron Affani. demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini.
Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada semuapihak yang telah
membantu saya dalam pembuatan makalah ini. Selain itu, kami juga berharap
agar makalah yang kami buat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi masyarakat.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pamekasan, 20 November 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 1
BAB II................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 2
A. Para Penulis Wahyu ................................................................................................ 2
B. Pengertian Rasm Utsmani ....................................................................................... 3
C. Perbaikan Penulisan Rasm Utsmani ....................................................................... 4
D. Kaidah Penulisan Rasm Utsmani ............................................................................ 5
E. Hukum Penulisan al-Qur’an Dengan Rasm Utsmani.............................................. 9
BAB III ............................................................................................................................. 11
PENUTUP ........................................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasmul qur’an merupakan salah satu bagian disiplin ilmu alqur’an yang mana
di dalamnya mempelajari tentang penulisan Mushaf al-Qur’an yang dilakukan
dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk
huruf yang digunakan. Rasimul Qur’an dikenal juga dengan nama Rasm Utsmani.
Tulisan al-Quran ‘Utsmani adalah tulisan yang dinisbatkan kepada sayyidina
utsman ra. (Khalifah ke III). Istilah ini muncul setelah rampungnya penyalinan al-
Quran yang dilakukan oleh team yang dibentuk oleh Ustman pada tahun 25H.
oleh para Ulama cara penulisan ini biasanya di istilahkan dengan “Rasmul
‘Utsmani’. Yang kemudian dinisbatkan kepada Amirul Mukminin Ustman ra.
B. Rumusan Masalah
1. Penulis Wahyu
2. Pengertian Rasm Ustmani
3. Perbaikan Rasm Utsmani
4. Kaidah Penulisan Rasm Utsmani
5. Hukum Penulisan Al-Qur’an Dengan Rasm Utsmani
C. Tujuan Penulisan
1. Utuk Mengetahui Para Penulis Wahyu
2. Utuk Mengetahui Pengertian Rasm Ustmani
3. Utuk Mengetahui Perbaikan Rasm Utsmani
4. Utuk Mengetahui Kaidah Penulisan Rasm Utsmani
5. Utuk Mengetahui Hukum Penulisan Al-Qur’an Dengan Rasm Utsmani

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Para Penulis Wahyu
Pada masa Nabi SAW., al-Quran telah ditulis oleh para penulis wahyu dari
klompok sahabat yang terkenal dengan kesempurnaan agama, kekokohan amanah,
dan kekuatan daya nalarnya atau daya fikirnya, derta memiliki akurasi yang tak
terhingga. Mereka juga terkenal dengan kepandaiannya dalam masalah baca-tulis.
Para penulis tersebut diantaranya adalah: (1) Abu bakar, (2) Umar, (3) Utsman,
(4) Ali, (5) Abdullah bin Sa’ad bin abi Sirah, (6) Zubair bin Al-‘Awam, (7)
Mu’awiyyah, (8) Khalid, (9) Ibnu Sa’id bin Al-‘Ash, (10) Ubay bin Ka’ab.
Mereka telah menulis ayat-ayat yang telah didiktikan oleh Rasulullah kepada
mereka, dan beliau menunjukkan kepada mereka tentang penulisannya, tanpa
menambah atau mengurangi satu huruf pun. Sesuai dengan hadist Nabi yang di
riwayatkan oleh Muslim dalam kitabnya, dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia berkata:

ِ ‫ش ْيا ً َغي َْر ْالقُ ْر‬


‫آن َو َم ْن‬ َ ‫ ََل ت َ ْكتُب ُْوا َع ِنّ ْى‬: ‫سلَّ ْم‬ َ ُ‫صلّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫قَا َل َر‬
.ُ‫آن فَ ْل َي ْم ُحه‬
ِ ‫ع ِنّ ْى َغي َْر ْالقُ ْر‬
َ ‫ب‬ َ َ ‫َكت‬
Artinya:
“Rasulullah SAW. Bersabda, janganlah kamu menulis sesuatu pun dariku selain
selain al-Qur’an, dan barang siapa yang menulis dariku. selain al-Qur’an,
hendaklah ia menghapusnaya.”

Hadis tersebut juga sebagai bukti yang menunjukkan kebenaran adanya penulisan
al-Qur’an pada masa Nabi SAW. Dan masih banyak lagi dalil yang lain yang
menunjukkan penulisan al-Qur’an pada masa Nabi SAW. Seperti hadis yang
diriwayatkan oleh Shahih Bukhori, dari pernyataan Abu Bakar As-Shiddiq yang
ditunjukkan kepada Zaid bin Tsabit, sebagai berikut:

َ ُ‫صلَّى هللا‬
‫علَ ْي ِه‬ َ َ‫س ْو ِل هللا‬ َ ‫ب ْال َو ْح‬
ُ ‫ي ِل َر‬ ُ ُ ‫ت ت َ ْكت‬
َ ‫عاقِ ٌل َو ََلنُتْ ِه ُم َك ُك ْن‬ ٌ ‫ِإنَّ َك َر ُج ٌل ش‬
َ ‫َاب‬
.‫سلَّ ْم‬
َ ‫َو‬
Artinya:
“Sesungguhnya engkau adalah pemuda yang berakal, dan kami tidak
meremehkan mu. Engkau yang menulis wahyu Rasulullah SAW”.1

1
Taufiqurrahman, dkk, Telaah Atas Mushaf Utsmani, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2013),
hlm. 117-119.

2
B. Pengertian Rasm Utsmani
Secara etimologi, rasm berarti bekas atau peninggalan. Dalam
perbendaharaan bahasa Arab rasm memiliki beberapa sinonim, seperti ‫ اْلخَط‬,
‫لر ْس ُم‬ ْ ‫س‬
َّ ْ‫ ا‬,‫ الزب ُْو ُر‬dan ‫ط ُر‬ َّ ‫ ال‬yang semuanya memiliki arti sama, yaitu ‘tulisan’.2
Utsmani, dengan ya' nisbah dalam disiplin gramatikal bahasa Arab adalah
penisbatan terhadap nama khalifah ketiga, ‘Utsman bin ‘Affan. Dengan demikian,
menurut bahasa, Rasm Usmani dapat dimaknai sebagai bekas penulisan al-Qur’an
yang polanya pernah dibakukan pada masa Khalifah ‘Utsmn bin ‘Affan.
Secara terminologi terdapat beberapa interpretasi, di antaranya diartikan
sebagai cara penulisan al-Qur’an yang telah disetujui oleh ‘Utsman bin ‘Affan
pada waktu penulisan mushaf. Definisi senada juga dikemukakan Manna‘ al-
Qatan, bahwa Rasm Utsmani merupakan pola penulisan al-Qur’an yang lebih
menitikberatkan pada metode (Tariqah) tertentu yang digunakan pada waktu
kodifikasi mushaf pada zaman Khalifah ‘Utsman yang dipercayakan kepada Zaid
bin Sabit bersama tiga orang Quraisy yang disetujui oleh khalifah Utsman Rasm
tersebut dinisbatkan kepada Khalifah Utsman karena ‘Utsman-lah yang
menetapkan pola penulisan al-Qur’an yang dilakukan Zaid bin Sabitbit,
‘Abdullah bin Zubair, Sa‘ad bin al-‘Ash dan ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman bin al-
Haris bin Hisyam.
Dari beberapa definisi di atas, Rasm Utsmani dapat diartikan sebagai pola
penulisan al-Qur’an yang digunakan oleh ‘Usman bin ‘Affan bersama para
sahabat lain dalam menuliskan al-Qur’an dan bentuk-bentuk tulisan huruf (rasm)-
nya. Pada dasarnya, pola penulisan bahasa Arab yang tertulis adalah sesuai
dengan apa yang telah diucapkan, tanpa terjadi pengurangan (nuqs) dan
penambahan (ziyadah), begitupun pergantian (badal) dan perubahan (tagyir);
tetapi pola penulisan al-Qur’an dalam mushaf-mushaf Usmani terdapat beberapa
penyimpangan (ihmal) dari pola penulisan bahasa Arab konvensional, sehingga di
dalamnya terdapat banyak huruf yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kaidah
pengucapannya, dan itu semua dilakukan ‘Usman dan para sahabat yang lain
untuk sebuah tujuan yang mulia.3

2
Yufid, Kamus Satu Meliar Indo-Arab, (Departemen Pendidikan Nasional: Pusat Bahasa)
3
Zainal Arifin, Mengenal Rasm Utsmani, (Jakarta: lajnah pentashinan Al-quran ), hlm. 3-4.

3
C. Perbaikan Penulisan Rasm Utsmani
Tulisan yang dipakai oleh panitia dalam menulis mushhaf dan
menggandakannya adalah juga tulisan yang telah di pakai dalam menulis al-
Quran pada zaman Rasulullah SAW, yaitu tulisan kufi, yang tidak menggunakan
titik dan baris. Disamping itu, para sahabat dalam menulis al-Quran pada masa
Rasulullah SAW belum memiliki standar penulisan yang sudah baku begitu pula
dengan penulisan al-Quran dalam mushaf Utsmani. Karena itu, tidaklah
mengherankan jika di dalam mushaf itu banyak dijumpai bentuk penulisan kata
dengan huruf yang tidak persis sama dengan pengucapannya dan berbeda dengan
penulisan huruf arab sistem imlai yang sesuai dengan bunyi kata yang di ucapkan
tanpa ada tambahan, pengurangan, penggantian, dan perubahan.
Bentuk yang di pakai oleh sahabat dalam ayat-ayat al-Quran dan dalam
mushaf Utsmani itulah yang di namai rasm Utsmani.4
Akan tetapi mushaf Utsmani yang asalnya tidak memiliki titik dan belum
mempunyai baris, mengalami perubahan dikarenakan ucapan orang arab mulai
rusak dan bercampur aduk, maka timbullah pemikiran orang-orang terkemuka
dalam masyarakat untuk memperbaiki tulisan mushaf, yaitu dengan memberi titik
dan baris. Guna untuk menolong bagi bacaan yang baik. Mengenai siapa yang
mula-mula bertindak dalam masalah ini berbeda-beda pendapat Ulama.
Diantaranya:
a. Kebanyakan berpendapat bahwa orang yang pertama kali mengerjakan
ialah Abu Aswad Ad-Duwali, yang dikaitkan kepada memberi titik dan baris. Dia
membuat peraturan baru dalam bahasa Arab atas perintah khalifah bin Abi Thalib
RA. Menurut riwayat, dia pernah mendengar orang membaca firman Allah yang
berbunyi:
ُ ‫ئ ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِكيْنَ َو َر‬
ُ‫س ْولُه‬ ٌ ‫ا َِّن هللاَ َب ِري‬
Artinya:
“Sesungguhnya Allah dan Rasul-nya berlepas diri dari orang-orang
musyrikin” (QS 9: 3).
Dibacanya dengan menjaharkan huruf “lam” dari kalimat “Rasullah”.
Menurut Abu Aswad, cara membaca seperti itu salah.5

4
Athaillah, Verifikasi Tentang Otentisitas Al-quran, (Banjarmasin: Antasari Press), hlm. 175.
5
Asdi Mahasatya, Mana’ul Quthan, (PT Rineka Cipta), hlm. 165-166.

4
Sesudah itu dia pergi kepada Zuad dan ke Basrah. Kata Abu Aswad kepada
Ziad, -Apa jawab tuan tentang apa yang aku tanyakan kepada tuan? Ziad
menanyakan kepadanya, -Apakah al-Quran harus di beri tanda, supaya dengan
tanda itu banyak dapat orang mengetahui kitabullah. Dengan menekurkan Ziad
menjawab, disini al-Quran harus diberi tanda, fathah yaitu titik diatas huruf,
kasrah yaitu titik dibawah huruf. Tanda dhummah, diantara bagian-bagian huruf.
Tanda sukun dibuatnya dua buah titik.
b. Disini ada riwayat lain yang mengatakan bahawa perbuatan ini
dinisbahkan kepada hal-hal lain. Diantaranya yaitu, Abu Sasan Al-Basri, Yahya
bin Ya’mar, Nashar bin Ashim al-Laitsiy. Dan yang paling lain masyhur
diantaranya ialah Abu Aswad Adduwaliy. Barangkali untuk hal-hal lain
disebutkan di sini ialah jihad lain yang dijalankan dalam berangsur-angsur orang
memperindah bentuk-bentuk tulisan huruf al-Quran itu. Memberi baris itu mula-
mula hanya merupakan titik.
Baris fathah adalah titik diatas huruf pertama.dhummah diatas yang satu lagi.
Kasrah aibawah yang pertama dan dikuatkan dengan harakat yang diambil dari
huruf yang di buat oleh Khalil. Tanda fathah di buat garis panjang atas huruf.
Kasrah dibuat garis panjang dibawah huruf. Dhummah wawu kecil diatasnya.
Pada permulaannya banyak Ulama tidak merasa senang, takut terjadi penambahan
di dalam al-Quran. Akan tetapi kemudian hal ini tertumbuk kepada di
perbolehkan. Menurut Abu Daud dan Ibnu Sirin, tidak apa member titik pada
mushaf. Menurut Rabi’ah bin Abi rahmad, tidak apa member barisnya. Menurut
Nawawi, tidak di perbolehkan, member titik dan baris untuk menghindarkan dari
salah baca dan mengubah-ubah.6
D. Kaidah Penulisan Rasm Utsmani
Menurut ‘Ali Muhammad ad-Dabba‘ (w. 1376 H/1956 M) dalam pengantar
bukunya Samirut-Talibin fi Rasm wa Dabiil- Kitabil-Mubin, menerangkan bahwa
motivasinya menulis buku adalah untuk menjembatani pembahasan tentang rasm
(Utsmani) yang cendrung rumit dan “complicated”, sehingga banyak rumusan
kaidah dari para pakar yang berbeda antara satu dengan lainnya dan berpotensi
membingungkan serta memicu perdebatan.

6
Ebit.

5
Upaya merumuskan kerumitan kaidah Rasm Utsmani sebenarnya sudah
dimulai sejak masa sebelum ad-Dani, tepatnya pada era Abil-‘Abbas Ahmad bin
‘Ammar al-Mahdawi (w. 440 H/1048 M) dalam kitabnya Hija' Masahifil-Amsar.
Dalam pengantarnya ia memformulasikan 8 kaidah ilmu rasm yang mencakup (1)
pembahasan penulisan ha' dan ta' terkait bentuknya sebagai ta' ta'nis, (2)
pembahasan tentang al-maqtμ‘ dan mausμl, (3) pembahasan tentang zawatul-ya'
dan waw, (4) pembahasan tentang hamzah, (5) pembahasan tentang hazf dan
ziyadah, (6) pembahasan tentang bertemunya dua hamzah, (7) pembahasan
tentang alif wa¡al, dan (8) pembahasan tentang huruf-huruf yang diperselisihkan
dalam mushaf penduduk Hijaz, Irak, dan Syam.
Dalam perkembangan literatur ilmu Rasm Usmani, usaha ini kemudian berlanjut
pada masa Ibnu Wasiq al-Andalμsi (w. 654 H) dengan karyanya al-Jami‘ lima
Yuhtaju ilaihi minar-Rasmil- Mushaf yang mencoba meringkasnya dari 8 menjadi
5 pembahasan, yaitu (1) membuang huruf (ma waqa‘a minal-hazf), (2) menambah
huruf (ma waqa‘a minaz-ziyadah), (3) mengganti huruf (ma waqa‘a min qalbi
harfin ila harf), (4) memutus dan menyambung kata (ma waqa‘a minal qatl wal-
wasl), dan (5) penulisan hamzah (ahkamulhamazat).
Upaya rumusan belakangan yang rupanya lebih banyak diterima dan diikuti
oleh para pemerhati ilmu Rasm Utsmani adalah formulasi yang disusun oleh as-
Suyuti (w. 911 H/1505 M) yang membakukan kaidah Rasm Utsmani menjadi
enam pokok, yaitu membuang huruf (al-hazf), menambah huruf (az-ziysadah),
penulisan hamzah (al-hamz), penggantian huruf (al-badl), menyambung dan
memisah tulisan (al-fasl wal-wasl), serta kalimat yang bacaannya lebih dari satu
(ma fihi qira'atani wakutiba ‘ala ihdahuma).
Untuk mendeskripsikan secara mudah gambaran umum tentang ilmu Rasm
Utsmani, mengingat kaidah-kaidah dalam ilmu Rasm Utsmani cukup banyak dan
terkadang ada yang tidak terkaidahkan, berikut akan diuraikan beberapa
kaidahnya secara umum dan singkat, yang akan dikomparasikan dengan rasm
Imla'i (pola tulisan Arab konvensional) dan Mushaf al-Qur’an Standar Utsmani.7

7
Zainal Arifin, Mengenal Rasm Utsmani, (Jakarta: lajnah pentashinan Al-quran ), hlm. 9-10

6
a. Kaidah membuang huruf (al-hazf)
Kaidah ini menjelaskan bahwa huruf yang dibuang, secara umum ada empat
huruf, yakni alif, ya', waw dan lam. Proses pembuangannya harus memenuhi
beberapa syarat tertentu. Di antara syarat alif yang harus dibuang adalah alif yang
berada setelah ya' nida' dan dalam dhamir mutakallim ma‘al-gair. Lihat tabel
berikut:

NO Rasm Imla’i Rasm Utsmani Keterangan


Alif setelah ya’nida'
1 ُ ‫اَي َهنَّا‬
‫س َيا‬ ُ َّ‫َياَي َهن‬
‫اس‬
dibuang.
Alif setelah nμn
2 ‫نَ َّج ْينَا ُك ْم‬ ‫نَ َّجيْن ُك ْم‬
dibuang.
lam hanya di tulis
3 ‫ل‬
satu
b. Kaidah menambah huruf (az-ziyadah)
Huruf-huruf yang dipakai menjadi tambahan dalam Rasm Utsmani ada tiga,
yaitu huruf alif, ya' dan waw. Sebagaimana kaidah yang lain, penambahan huruf
di sini juga harus memenuhi beberapa persyaratan. Misalnya, keberadaan alif
berada setelah waw di akhir isim jamak. Lihat tabel berikut:

NO Rasm Imla’i Rasm Utsmani Keterangan

Penambahan alif
1 ‫ُم ََلقُ ْو َر ِبّ ِه ْم‬ َ ‫ُم ََلقُ ْو‬
‫ار ِبّ ِه ْم‬
setelah waw jama‘
Penambahan alif
2 ْ‫اُلُ ْو ْاَلَ ْل َباب‬ ْ‫ااَلَ ْل َباب‬
ْ ‫اُلُ ْو‬
setelah waw jama‘
c. Kaidah penulisan hamzah (al-hamz)
Terkait penulisan hamzah dalam Rasm Utsmani, dikategorikan dalam
beberapa hal, antara lain hamzah berbaris sukun (sakinah) dan hamzah berharakat
(mutaharrikah). Hamzah mutaharrikah dibagi lagi menjadi mutaharrikah di awal,
tengah dan akhir kalimat.8 Lihat tabel berikut:

8
Ebit

7
NO Rasm Imla’i Rasm Utsmani Keterangan

Penulisan hamzah
1 ْ ‫ش‬
ُ‫َطاَه‬ ْ ‫ش‬
ُ‫َطئ َه‬
diatas nabrah
Penulisan hamzah
2 ‫ِلر ْء َيا‬ ‫ِلرؤْ َيا‬
diatas huruf waw
d. Kaidah penggantian huruf (al-badl)
Pergantian huruf dalam disiplin Rasm Utsmani menyangkut beberaapa ketentuan.
Adakalanya mengganti alif dengan huruf waw, alif yang aslinya huruf ya'
dituliskan dengan ya', alif diganti dengan huruf ya', huruf waw diganti dengan alif,
nμn taukid khafifah boleh diganti dengan nμn, boleh juga dengan alif, serta ta'
ta'nis diganti dengan huruf ha'.

NO Rasm Imla’i Rasm Utsmani Keterangan

Penulisan alif di
1 ُ ‫ص ََلة‬
َّ ‫ال‬ ُ ‫صلَ َوة‬
َّ ‫ال‬
ganti dengan waw
Penulisan alif di
2 ‫ات‬
َ َ‫َحي‬ ‫وت‬
َ ‫َح َي‬
ganti dengan waw
e. Kaidah menyambung dan memisah tulisan (al-fasl wal-wasl)
Dalam Rasm Utsmani, kaidah menyambung dan memutus pada umumnya
menyangkut bentuk-bentuk kalimat kata sambung, seperti alla, ‘amman, fima, dan
lain-lain. Lihat tabel berikut:9

NO Rasm Imla’i Rasm Utsmani Keterangan

Penulisan an-la
1 ‫ا َ ْن ََل‬ ‫ا َ ََّل‬
langsung disambung
Penulisan hina-ma
2 ‫ِح ْينَ َما‬ ‫ِحيْنَ َما‬
langsung disambung

9
Ebit

8
f. Kaidah kalimat yang bacaannya lebih dari satu (ma fihi qira'atani wakutiba
‘ala ihdahuma)
Dalam kaidah ini, disepakati oleh para pakar studi ilmu-ilmu al-Qur’an,
bahwa bila terdapat kalimat yang memiliki varian qira'ah berbeda, maka boleh
dituliskan dengan salah satunya, selama qira'ah yang dimaksud bukan qira'ah
syazah.10 Lihat tabel berikut:
Qira'ah Qalμn Qira'ah Hafs dari
NO Keterangan
dari Nafi‘ ‘Asim
Mengacu qira'ah Hafs
1 َ‫ع ْون‬
ُ ‫يُخَا ِد‬ ُ َ‫َي ْخد‬
َ‫ع ْون‬
dari ‘Asim dibaca
yakhda‘una
Mengacu qira'ah Hafs
2 َّ ‫َوا َ ْو‬
‫صى‬ ‫صى‬
َّ ‫َو َو‬
dari ‘Asim di baca
wawassa
E. Hukum Penulisan al-Qur’an Dengan Rasm Utsmani
Pola penulisan al-Qur’an secara umum (ijma‘ jumhμr) tidak pernah lepas dari
keberadaan Rasm Utsmani. Setidaknya pendapat inilah yang banyak diikuti
mayoritas umat Islam, bahwa salah satu syarat pokok bacaan al-Qur’an yang
benar adalah kesesuaian bacaan dengan (muwafaqah) Masahif ‘Usmaniyah,
terlepas bentuk muwafaqah-nya secara tahqiqi/sarihi (jelas) atau taqdiri/ihtimali
(samar), selain sesuai dengan kaidah bahasa Arab dan memilki sanad (jalur
transmisi) yang bersambung sampai Rasulullah saw. Namun demikian, dalam
perkembangannya para pemerhati ‘ulμmul-Qur'an berbeda pendapat tentang
hukum penulisan al-Qur’an dengan Rasm Utsmani. Perbedaannya secara prinsip
hanya seputar eksistensi Rasm Utsmani, apakah keberadaanya itu bersifat taufiqi
atau ijtihadi (konsensus para sahabat).
Berikut ini tiga pendapat besar (mazhab) yang masyhur dan berkembang
sampai sekarang.

10
Ebit

9
a. pendapat bahwa tulisan al-Qur'an wajib sesuai dengan Khat Mushaf
‘Utsmani, karena Rasm Utsmani bersifat taufiqi, meskipun khat tersebut
menyalahi kaidah nahwu dan saraf, dan khat tersebut mudah mengakibatkan salah
bacaannya bila tidak diberi harakat, lebih-lebih bagi orang yang kurang mengerti
al-Qur'an. Pendapat ini banyak diikuti oleh jumhμr ulama salaf dan khalaf.
b. pendapat yang menyatakan bahwa tulisan al-Qur'an tidak harus sesuai
dengan Khat Rasm ‘Utsmani, sebab hal itu tidaklah taufiqi, tetapi merupakan
redaksi terminologi (ijtihadi) atau sekadar istilah pola penulisan yang direstui oleh
Khalifah ‘Utsman. Dengan demikian, menulis al-Qur'an boleh dengan mengikuti
kaidah ‘arabiyyah secara umum tanpa harus terikat dengan Rasm Utsmani,
terutama bagi yang belum begitu mengenalnya. Pendapat ini diutarakan oleh al-
Qadi Abμ Bakar al-Baqillani dalam kitabnya al-Intisar, Abμ ‘Abdurrahman bin
Khaldμn dalam Muqaddimah, dan sebagian ulama kontemporer.
c. pendapat yang mengatakan bahwa al-Qur'an adalah bacaan umum, harus
ditulis menurut kaidah ‘arabiyyah dan sarfiyyah, tetapi harus senantiasa ada
Mushaf al-Qur'an yang ditulis dengan Khat Rasm ‘Utsmani sebagai barang
penting yang harus dipelihara, dijaga dan dilestarikan. Pendapat ini oleh Abμ
Muhammad al-Maliki disebutnya sebagai pendapat moderat (ra'yuwastin),
dipelopori oleh Syaikh ‘Izzuddin bin ‘Abdussalam, kemudian diikuti oleh
pengarang kitab al-Burhan dan at-Tibyan.
Dari tiga pendapat di atas dapat dipahami mengapa hingga kini
perselisihan dan kadang-kadang ‘saling menyalahkan’ antara qira'ah satu dengan
yang lain atau pendapat satu dengan yang lain berkenaan perbedaan pola
penulisan mushaf al-Qur'an masih terus berjalan.11

11
Ebit

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Diantara Para penulis wahyu adalah: (1) Abu bakar, (2) Umar, (3) Utsman,
(4) Ali, (5) Abdullah bin Sa’ad bin abi Sirah, (6) Zubair bin Al-‘Awam, (7)
Mu’awiyyah, (8) Khalid, (9) Ibnu Sa’id bin Al-‘Ash, (10) Ubay bin Ka’ab.
2. Rasm Utsmani dapat diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an yang
digunakan oleh ‘Usman bin ‘Affan bersama para sahabat lain dalam menuliskan
al-Qur’an dan bentuk-bentuk tulisan huruf (rasm)-nya.
3. Tulisan yang dipakai oleh panitia dalam menulis mushhaf dan
menggandakannya adalah juga tulisan yang telah di pakai dalam menulis al-
Quran pada zaman Rasulullah SAW, yaitu tulisan kufi, Menurut Abu Daud dan
Ibnu Sirin, tidak apa member titik pada mushaf. Menurut Rabi’ah bin Abi rahmad,
tidak apa member barisnya. Menurut Nawawi, tidak di perbolehkan, member titik
dan baris untuk menghindarkan dari salah baca dan mengubah-ubah.
4. pada era Abil-‘Abbas Ahmad bin ‘Ammar al-Mahdawi (w. 440 H/1048
M) dalam kitabnya Hija' Masahifil-Amsar. Dalam pengantarnya ia
memformulasikan 8 kaidah ilmu rasm.
pada masa Ibnu Wasiq al-Andalμsi (w. 654 H) dengan karyanya al-Jami‘
lima Yuhtaju ilaihi minar-Rasmil- Mushaf yang mencoba meringkasnya dari 8
menjadi 5 pembahasan.
Upaya rumusan belakangan yang rupanya lebih banyak diterima dan
diikuti oleh para pemerhati ilmu Rasm Utsmani adalah formulasi yang disusun
oleh as-Suyuti (w. 911 H/1505 M) yang membakukan kaidah Rasm Utsmani
menjadi enam pokok.
5. Pola penulisan al-Qur’an secara umum (ijma‘ jumhμr) tidak pernah lepas
dari keberadaan Rasm Utsmani. Setidaknya pendapat inilah yang banyak diikuti
mayoritas umat Islam, bahwa salah satu syarat pokok bacaan al-Qur’an yang
benar adalah kesesuaian bacaan dengan (muwafaqah) Masahif ‘Usmaniyah,
terlepas bentuk muwafaqah-nya secara tahqiqi/sarihi (jelas) atau taqdiri/ihtimali
(samar), selain sesuai dengan kaidah bahasa Arab dan memilki sanad (jalur
transmisi) yang bersambung sampai Rasulullah saw.

11
DAFTAR PUSTAKA
M.Ag, Athaillah, H.A, Verifikasi Otentisitas Al-Qur’an, Banjarmasin: Antasari
Press, 2006.
Mahasyatya, Asdi, Manna’ul Quthan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992.
Taufiqurrahman, dkk, Telaah Atas Mushaf Utsmani, Bandung: CV Pustaka Setia,
2013.
Arifin, Zainal, Mengenal Rasm Utsmani, Jakarta: Lajnah Pentashinan Al-qur’an,
2016

12

Anda mungkin juga menyukai