Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

KEGAWATDARURATAN

TITRASI

Kelompok I

1. Ani’matul uluhiyah

2. Estu wigati

3. Atik lidinilawati

4. Vita fatimah

5. Disti wulandari okt.

6. Nur cahyo

7. Indra setiyawan

8. Dede moh.yusuf

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat


dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses
titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai
titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan
reaksi kompleks dan lain sebagainya.

Berbicara masalah reaksi asam-basa atau yang biasa juga disebut


reaksi penetralan, maka tidak akan terlepas dari titrasi asam-basa. Perlu
dipahami terlebih dahulu bahwa reaksi asam-basa atau reaksi penetralan
dapat dilakukan dengan titrasi asam-basa. Adapun titrasi asam-basa ini terdiri
dari titrasi asam kuat-basa kuat, titrasi asam kuat-basa lemah, titrasi basa
lemah-asam kuat, dan titrasi asam lemah-basa lemah. Titrasi asam-basa ini
ditentukan oleh titik ekuivalen (equivalent point) dengan menggunakan
indikator asam-basa.

Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan


biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam
“buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Pada laporan kali
ini akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basaan ditentukan kadarnya
disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer,
sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan
biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya
berupa larutan.

B. Tujuan
 Mengetahui definisi Titrasi
 Mengetahui dan memahami macam-macam titrasi
 Mengetahui proses titrasi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan


konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap
dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis. Prosedur analitis yang
melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui
disebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi
melibatkan pengukuran yang seksama, volume-volume suatu asam dan suatu
basa yang tepat saling menetralkan (Keenan, 1998: 422-423).
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang
ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan
perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir
titrasi (Brady, 1999 : 217-218).
Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret
(pipa panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi
sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan
kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih
dahulu denga memekai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai
indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dala titrasi yang diamati
adalah titik akhir bukan titik ekivalen (syukri, 1999 : 428).
Suatu proses didalam laboratorium untuk mengukur jumlah suatu
reaktan yang bereaksi sempurna dengan sejumlah reaktan lainnya, dimana
reaktan pertama ditambahkan secara kontinu ke dalam reaktan kedua disebut
titrasi. Reaktan yang ditambahkan tadi disebut sebagai titrant dan reaktan
yang ditambahkan titrant kedalamnya disebut titree. Didalam beberapa titrasi,
titik ekivalen adalah titik selama proses titrasi dimana tepatnya titrat telah
cukup ditambahkan untuk bereaksi dengan titree. Salah satu masalah tekhnis
dalam titrasi adalah titik dimana suatu perubahan dapat diamati, terjadi yang
untuk mengindikasikan pendekatan yang paling baik ke titik ekivalen. Secara
ideal, titik akhir dan titik ekivalen seharusnya identik, tetapi dalam prakteknya
jarang sekali ada orang yang mampu membuat kedua titik tersebut tepat
sama, meskipun ada beberapa hal dimana perbedaan antara kedua hal
tersebut dapat diabaikan (Snyder, 1996 : 597-599).

B. PEMBAGIAN ANALISIS VOLUMETRI

1. TITRASI ASAM BASA

Studi kuantitatif mengenai reaksi penetralan asam-basa paling


nyaman apabila dilakukan dengan mengunakan prosedur yang disebut
titrasi. dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui secara pasti, disebut dengan larutan standar (standard solution),
ditambahkan secara bertahap ke larutan yang lain konsentrasinya tidak
diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsun
sampai sempurna jika kita mengetahui volume larutan standard dan
larutan tidak diketahui yang digunakan dalam titrasi,maka kita dapat
menghitung konsentrasi larutan tidak diketahui itu.
Titrasi asam basa melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam akan
bereaksi dengan basa dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang dipakai
dalam titrasi asam basa selalu asam kuat atau basa kuat. Titik akhir titrasi
mudah diketahui dengan membuat kurva titrasi yaitu plot antara pH larutan
sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan.
Cara Melakukan Titrasi Asam Basa
1. Zat penitrasi (titran) yang merupakan larutan baku dimasukkan ke
dalam buret yang telah ditera
2. Zat yang dititrasi (titrat) ditempatkan pada wadah (gelas kimia atau
erlenmeyer).Ditempatkan tepat dibawah buret berisi titran
3. Tambahkan indikator yang sesuai pada titrat, misalnya, indikator
fenoftalien
4. Rangkai alat titrasi dengan baik. Buret harus berdiri tegak, wadah titrat
tepat dibawah ujung buret, dan tempatkan sehelai kertas putih atau
tissu putih di bawah wadah titrat
5. Atur titran yang keluar dari buret (titran dikeluarkan sedikit demi sedikit)
sampai larutan di dalam gelas kimia menunjukkan perubahan warna
dan diperoleh titik akhir titrasi. Hentikan titrasi.
2. TITRASI ASAM KUAT-BASA LEMAH
Titrasi ini iniPada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam
lemah dan basa kuat. Contoh titrasi ini adalah asam hidroklorida sebagai
asam kuat dan larutan amonia sebagai basa lemah.

NH3 (aq)+ HCl (aq)NH4Cl (aq)

Apabila mengalirkan asam pada basa maka gambaran sederhana


bentuk kurva adalah : Karena anda memiliki basa lemah, permulaan kurva
sangat jelas berbeda. Bagaimanapun, sekali anda mendapatkan kelebihan
asam, kurva pada dasarnya sama seperti sebelumnya.

Pada bagian permulaan kurva, pH menurun dengan cepat seiring


dengan penambahan asam, tetapi kemudian kurva segera berubah
dengan tingkat kecuraman yang berkurang. Hal ini karena terbentuk
larutan penyangga – sebagai akibat dari kelebihan amonia dan
pembentukan amonium klorida.

Harus diperhatikan bahwa titik ekivalen sekarang sedikit bersifat asam


(sedikit lebih kecil daripada pH 5), karena amonium klorida murni tidak
netral. Karena itu, titik ekivalen tetap turun sedikit curam pada kurva. Hal
itu akan menjadi sangat penting dalam pemilihan indikator yang tepat.

3. TITRASI ASAM KUAT-GARAM DARI BASA LEMAH


Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah analog dengan titrasi asam
lemah dengan basa kuat, akan tetapi kurva yang terbentuk adalah
cerminan dari kurva titrasi asam lemah vs basa kuat.

4. TITRASI PENGENDAPAN
Titrasi pengendapan merupakan suatu proses titrasi yang dapat
mengakibatkan terbentuknya endapan dari zat-zat yang saling bereaksi
(analit dan titran ).

Suatu reaksi endapan dapat berkesudahan bila kelarutan endapannya


cukup kecil. konsentrasi ion-ion yang akan mengalami perubahan yang
besar di dekat titik ekuvalennya.
Terdapat 3 cara penentuan suatu senyawa dengan titrasipengendapan
yaitu :
1) cara mohr
2) cara volhard dan,
3) cara fayans
Titrasi pengendapan mempunyai beberapa cirri-ciri :
1) jumlah metode tidak sebanyak titrasi asam basa.
2) Kesulitan mencari inkitor yang sesuai.
3) Komposisi endapan sering tidak diketahui pasti.

5. TITRASI REDUKSI-OKSIDASI
Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar
reduktor atau oksidator berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi
dimana redoktur akan teroksidasi dan oksidator akan tereduksi.
Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks harus
memenuhi persyaratan umum sebagai berikut :
- Reaksi harus cepat dan sempurna.
- Reaksi berlangsung secara stiokiometrik, yaitu terdapat kesetaraan
yang pasti antara oksidator dan reduktor.
- Titik akhir harus dapat dideteksi, misalnya dengan bantuan indikator
redoks atau secara potentiometrik.

Oleh karena itu banyak unsur-unsur mempunyai lebih dari satu


tingkat oksidasi, maka dikenal beberapa macam titrasi redoks yaitu :

- Titrasi permanganometri.
- Titrasi Iodo-Iodimetri
- Titrasi Bromometri dan Bromatometri
- Titrasi serimetri
- Kurva titrasi redoks
Kurva titrasi redoks mengambarkan logaritma hubungan antara
potensial elektroda versus konsentrasi analit /titrat.

6. TITRASI KOMPLEKSOMETRI
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan
senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Titrasi
kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana
titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks.
Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks
banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi.
Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun
disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.

C. ALAT-ALAT DALAM TITRASI


Peralatan yang umum dipakai untuk keperluan titrasi adalah buret dan
statis, erlenmeyer, labu ukur, pipet ukur, gelas arloji, pipet tetes, dan karet
penghisap.
1. Buret Dan Statif
Buret dipakai sebagai tempat titran, biasanya yang dipakai adalah buret
dengan volume 50 mL. Skala 0 ada dibagian atas dan 50 ada di bawah.
Statif dipakai untuk menahan buret (meletakkan buret) pada waktu titrasi.
2. Erlenmeyer
Erlenmeyer dipakai untuk meletakkan analit. Biasa yang dipergunakan
untuk titrasi adalah ukuran 250 mL agar mudah dipegang dan lebih mudah
melihat analit.
3. Pipet Volume
Pipet volume berfungsi untuk mengambil analit dengan volume tertentu
misal 10, atau 25 mL. Dilarang untuk menggunakan gelas ukur karena
pipet volume lebih presisi.
4. Labu Takar
Labu takar dipakai untuk membuat larutan standar dengan volume tertentu
misalnya 10, 25, 50 mL. Jangan gunakan beaker glass untuk membuat
larutan standar sebab labu ukur lebih presisi.
5. Pipet Tetes
Pipet tetes biasanya dipakai untuk mengambil indikator yang akan
digunakan pada waktu titrasi.
6. Gelas Arloji
Digunakan sebagai alas pada waktu menimbang zat kimia (zat untuk
larutan standar) maka jangan mengunakan kertas akan tetapi harus
meggunakan gelas arloji.
7. Karet Penghisap
Gunakan karet penghisap untuk mengambil analit pada saat
menggunakan pipet ukur.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa analisis


volumetric tebagi atas 4 yaitu :
1. titrasi asam-basa
Titrasi asam basa adalah titrasi yang melibatkan reaksi neutralisasi dimana
asam akan bereaksi dengan basa dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang
dipakai dalam titrasi asam basa selalu asam kuat atau basa kuat. Titik akhir
titrasi mudah diketahui dengan membuat kurva titrasi yaitu plot antara pH
larutan sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan.
2. ·titrasi pengendapan
Titrasi pengendapan merupakan suatu proses titrasi yang dapat
mengakibatkan terbentuknya endapan dari zat-zat yang saling bereaksi
(analit dan titran ).
3. ·titrasi reduksi-oksidasi
Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau
oksidator berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana redoktur akan
teroksidasi dan oksidator akan tereduksi.
4. ·Titrasi kompeksometri
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa
kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Titrasi
kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan.

DAFTAR PUSTAKA

 Day,R.A., 1981. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.


 http://esdikimia.wordpress.com/2011/06/17/titrasi-asam-basa/
 http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Sri%20Ratisah
%20054828/materi.HTM
 http://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi_kompleksometri
 Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran edisi 2. Bina Rupa Aksara, Jakarta.
 Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Bina Rupa
Aksara, Jakarta.
 Syukri.1999. Kimia Dasar 2. ITB, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai