Anda di halaman 1dari 6

TUGAS METODE PEMISAHAN

KROMATRAFI LAPIS TIPIS

O
L
E
H

KELOMPOK :3
ANGGOTA : 1.ZOLA TRIYANDA (1504084)
2.CITRA HASANAH (1504085)
3.INTAN OCTAFIANI (1504089)
4.NAZIVA ANNISA (1504090)
5.DWI QORIE ARLIES (1504091)
6.YURIKE IRSE (1504094)
7.FRADILLA FADLIN (1504096)
8.8.WELI HASTUTI (1504098)
9..FRANDIKATRIWAHYUDI(1504107)
10.MIFTAHUL NAILUR RAHMI (1504122)
11.MONICA ANDU LIBAR (1504133)
12.OKTAFIA DERIANI (1504136)
13.MITA WINDIANA (1504137)
14.VIORA LUSIANA SATRI (1504138)
15.RAVI PUTRA MUKHNI (1504139)
16.NURUL MASYITHOH DISRA (1504145)
17.LATIFA ANNISA (1504149)

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA


YAYASAN PERINTIS
PADANG
2017

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS


Kromatografi lapisan tipis (KLT) adalah suatu teknik kromatografi yang
digunakan untuk memisahkan campuran yang tidak volatil. Kromatografi lapisan tipis
dilakukan pada selembar kaca, plastik, atau aluminium foil yang dilapisi dengan
lapisan tipis bahan adsorben, biasanya silika gel, aluminium oksida, atau selulosa.
Lapisan tipis adsorben diketahui sebagai fasa stasioner (atau fasa diam).
Setelah sampel diaplikasikan pada pelat, suatu pelarut atau campuran pelarut
(dikenal sebagai fasa gerak) dialirkan ke atas melalui pelat berdasarkan gaya
kapilaritas. Oleh karena analit yang berbeda mengalir menaiki pelat KLT dengan laju
yang berbeda, maka terjadilah pemisahan komponen dalam analit tsb.
Kromatografi lapisan tipis dapat digunakan untuk memonitor pergerakan reaksi,
mengidentifikasi senyawa yang terdapat di dalam campuran, dan menentukan
kemurnian bahan. Contoh penggunaan aplikasi ini antara lain: analisis seramida dan
asam lemak, deteksi pestisida dan insektisida dalam air dan makanan, analisisi
komposisi zat warna serat dalam bidang forensik, penentuan kemurnian radiokimia
dalam bidang radiofarmasi, atau identifikasi tanaman obat dan konstituennya.
Sejumlah pengayaan telah dilakukan terhadap metode aslinya hingga otomasi
tahapan yang berbeda, untuk meningkatkan resolusi yang diperoleh menggunakan
KLT dan memungkinkan untuk melakukan analisis kuantitatif yang lebih akurat.
Metode ini dikenal sebagai KLTKT, atau "KLT kinerja tinggi"

Persiapan pelat
Pelat KLT biasanya tersedia secara komersial, dengan ukuran partikel standar
yang bervariasi untuk meningkatkan reprodusibilitas. Mereka disiapkan dengan
mencampur adsorben, seperti silika gel , dengan sejumlah kecil pengikat inert seperti
kalsium sulfat (gipsum) dan air. Campuran ini tersebar sebagai bubur tebal pada
lembaran pembawa yang tidak reaktif, biasanya kaca, aluminium foil tebal, atau
plastik. Pelat yang dihasilkan kemudian dikeringkan dan diaktivasi dengan
memanaskannya pada oven selama tigapuluh menit pada 110 °C. Ketebalan lapisan
adsorben berkisar antara 0,1 – 0,25 mm untuk keperluan KLT analitik, dan sekitar
0,5 – 2,0 mm untuk KLT preparatif.

Teknik
Proses pengembangan sama seperti kromatografi kertas dengan kelebihan: aliran
lebih cepat, pemisahan lebih baik, dan banyak pilihan fasa diam. Oleh karena
kesederhanaan dan kecepatannya, KLT sering kali digunakan untuk monitoring reaksi
kimia dan analisis kualitatif produk reaksinya.
Untuk melakukan kromatografi lapisan tipis, prosedur berikut harus dilakukan:

 Sejumlah kecil spot larutan yang mengandung sampel diaplikasikan pada pelat,
sekitar 1,5 cm dari dasar pelat. Pelarut sampel diuapkan hingga habis, karena
dapat mengganggu pemisahan. Jika digunakan pelarut yang tidak volatil untuk
melarutkan sampel, pelat harus dikeringkan dalam bejana vakum.
 Sejumlah kecil pelarut yang sesuai (eluen) dituangkan ke dalam gelas piala
atau wadah transparan yang sesuai dengan kedalaman paling tinggi 1 cm.
Selembar kertas saring diletakkan ke dalam bejana sehingga dasarnya
menyentuh pelarut dan kertas bersandar pada dinding bejana hingga hampir
mencapai puncak bejana. Bejana ditutup dengan penutup kaca atau lainnya
dan biarkan selama beberapa menit untuk menaiki kertas saring dan menjenuhi
ruang udara bejana. Kegagalan dalam penjenuhan bejana akan menghasilkan
pemisahan yang buruk dan hasil yang tidak reprodusibel.
 Pelat KLT kemudian diletakkan di dalam bejana sedemikian rupa sehingga
spot sampel tidak mengenai permukaan eluen di dalam bejana, kemudian
bejana ditutup. Pelarut akan mendaki pelat berdasarkan gaya kapilaritas,
bertemu dengan campuran sampel dan membawanya naik mendaki pelat
(mengelusi sampel). Pelat harus dikeluarkan dari dalam bejana sebelum
pelarut menyentuh bagian atas dari fasa diam (meneruskan elusi hingga atas
akan menghasilkan hasil yang menyesatkan), kemudian dikeringkan.

Proses
1.Potong plat sesuia ukuran.Biasanya ,untuk satu spot menggunakan plat
selebar 1cm.Berarti jika menguji 3 sampel(3spot)berarti menggunakan plat
selebar 3cm.
2.Buat gari dasar (base line)dibagian bawah,sekitar 0,5 cm dari ujung bawah
plat ,dan garis akhir dibagian atas.
3.Menggunakan pipa kapiler,totolkan sampel cairan yang telah disiapkan
sejajar,tepat diatas base line.Jika sampel padat,larutkan pada pelarut
tertentu.keringkan totolan.
4.Dengan pipet yang berbeda,masukkan masing-masing eluen kedalam chamber
dan campurkan.
5.Tempatkan plat pada chamber berisi eluen.Base line jangan sampai tercelup
oleh eluen.Tutuplah chamber.
6.Tunggu eluen mengelusi sampel sampai mencapai garis akhir,disana
pemisahan akan terlihat.
7.Setelah mencapai garis akhir,angkat plat dengan pinset,keringkan dan ukur
jarak spot.Jika spot tidak kelihatan,amati pada lampu UV.Jika masih tak
terlihat,semprot dengan pewarna tertentu seperti kalium kromat,asam sulfat
pekat dan alkohol 96% atau nihidrin.

prinsip pemisahan
Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara
sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam
dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin
dipisahkan.Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen.Semakin
dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh
fase gerak tersebut.

Analisis
Oleh karena bahan kimia yang dipisahkan kemungkinan tidak berwarna, terdapat
beberapa metode untuk memvisualisasikan noda:

 Analit yang dapat berfluoresensi seperti kuinina dapat dideteksi menggunakan


lampu UV-A (366 nm).
 Terkadang sejumlah kecil fluoresens, biasanya zinc silikat dengan mangan
aktif, ditambahkan pada adsorben yang memungkinkan deteksi noda
menggunakan lampu UV-C (254 nm). Lapisan adsorben akan berfluoresensi
hijau, tetapi noda analit akan tampak hitam.
 Uap iodium bisa digunakan sebagai pereaksi warna umum.
 Pelat KLT dicelupkan atau disemprot dengan pereaksi warna khusus:[8][9][10]
- Kalium permanganat - oksidasi
- Bromin
 Untuk lemak, kromatogram dapat dipindahkan ke membran PVDF untuk
analisis lebih lanjut menggunakan, misalnya, spektrometri massa, suatu teknik
yang dikenal sebagai Far-Eastern blotting.

Jika sudah nampak, nilai Rf, atau faktor retardasi, masing-masing noda dapat
ditentukan dengan membagi jarak tempuh produk terhadap jarak tempuh eluen dari
titik awal. Nilai ini bergantung pada pelarut yang digunakan dan jenis pelat KLT,
bukan merupakan tetapan fisika.

Karakterisasi
Dalam kimia organik, reaksi dimonitor secara kualitatif menggunakan KLT.
Noda sampel dalam tabung kapiler ditotolkan pada pelat: noda bahan awal, noda
dari hasil reaksi, dan persilangan noda keduanya. Pelat KLT kecil (3 x 7 cm) hanya
memerlukan waktu beberapa menit untuk mengelusinya. Analisisnya bersifat
kualitatif, dan akan menunjukkan kapan bahan awal menghilang, yaitu reaksi telah
selesai sempurna. Sayangnya, KLT pada reaksi temperatur rendah dapat
memberikan hasil yang menyesatkan, karena sampel dihangatkan pada temperatur
kamar di dalam kapiler, yang dapat mengganggu reaksi —sampel hangat yang
dianalisis dengan KLT tidak sama dengan apa yang terjadi dalam labu kimia
bertemperatur rendah. Contoh reaksi yang demikian adalah reduksi DIBALH ester
menjadi aldehida.
Dalam suatu penelitian, KLT telah diaplikasikan dalam screening reaksi organik,
misalnya dalam fine-tuning sintesis BINAP dari 2-naftol. Dalam metode ini, alkohol
dan larutan katalis (misalnya besi(III) klorida) diletakkan terpisah pada baseline,
kemudian direaksikan dan dianalisis.

Isolasi
Oleh karena senyawa yang berbeda akan menempuh jarak yang berbeda pada fasa
diam, maka kromatografi dapat digunakan sebagai suatu teknik isolasi. Senyawa
yang terpisah masing-masing memiliki luas area yang spesifik pada pelat, dan dapat
dikerok, kemudian dilarutkan dalam pelarut untuk memisahkannya dari fasa diam
untuk digunakan dalam analisis lanjutan. Sebagai contoh ekstrak hijau daun (misal
bayam) dalam 7 tahapan pengembangan, karoten terelusi dengan cepat dan hanya
nampak hingga tahap 2. Klorofil A dan B menempuh separuh jalan, dan lutein
adalah senyawa pertama yang berwarna kuning. Setelah kromatografi selesai,
karoten dapat dikerok dari pelat, dilarutkan dalam suatu pelarut dan dilakukan uji
spektrofotometri untuk menentukan panjang gelombang absorpsinya.

NILAI RF
Pada identifikasi noda atau penampakan noda, jika noda sudah berwarna
dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf .Rfmerupakan nilai dari Jarak
relative pada pelarut. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh
komponen dibagi dengan jarak tempuh oleh eluen (fase gerak) untuk setiap senyawa.
Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam. Karena itu Rf
juga disebut factor referensi.
JARAK TEMPUH KOMPONEN
RF = --------------------------------------------
JARAK TEMPUH ELUEN

Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapisan tipis


yang juga mempengaruhi harga Rf adalah :

-Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.


-Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya
-Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.
-Teknik percobaan.
-Jumlah cuplikan yang digunakan.
-Suhu
-Kesetimbangan

Anda mungkin juga menyukai