Gambaran visual dengan menggunakan diagram Terner dari sifat fasa dapat dilihat.
Sistem ini terdiri dari tiga komponen yaitu :
o Komponen ringan, terutama methane (C1) dan mungkin N2 dan lain-lain
o Komponen intermediate, yaitu semua hidrokarbon dari ethane sampai hexane
(C2-C6) dan kemungkinan CO2, H2S.
o Komponen berat, contohnya C7 dan hidrokarbon lebih berat (C7+).
Gas injeksi untuk injeksi gas yang diperkaya adalah relatif banyak C2-C6 dan
digambarkan sebagai titik G pada Diagram Terner sedang minyak yang
didesak digambarkan sebagai titik O.
Gambar tersebut memperlihatkan bahwa zona tercampur berkembang dengan
transfer komponen intermediate dari gas terhadap minyak. Pencampuran
dicapai pada tekanan dan temperatur operasi, dengan kompisisi minyak O dan
gas injeksi G saling berhadapan pada sisi garis singgung titik kritis.
Diagram ini kemudian ditarik garis lurus antara titik G dan titik O yang berarti
terjadi proses injeksi.
2.
Mekanisme injeksi uap merupakan proses yang serupa dengan pendesakan air.
Suatu pola sumur yang baik dipilih dan uap diiinjeksikan secara terus menerus
melalui sumur injeksi dan minyak yang didesak dan diproduksikan melalui sumur lain
yang berdekatan.
Uap yang diinjeksikan akan membentuk suatu zona jenuh uap (steam saturated
zone) disekitar sumur injeksi.
Temperatur dari zona ini hampir sama dengan temperatur uap yang
diinjeksikan. Uap kemudian bergerak menjauhi sumur, temperaturnya berkurang secara
kontinyu disebabkan oleh penurunan tekanan.
3.
1. Larutan surfactant yang merupakan microemulsion yang diinjeksikan ke dalam
reservoir, mula-mula bersinggungan dengan permukaan gelembung-gelembung
minyak melalui film air yang tipis, yang merupakan pembatas antara batuan reservoir
dan gelembung-gelembung minyak.
6. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya fingering dan chanelling. Surfactant +
cosurfactant harganya cukup mahal, di satu pihak polymer melindungi bank ini
sehingga tidak terjadi fingering menerobos zone minyak dan di lain pihak melindungi
surfactant bank dari terobosan air pendesak.
7. Slug surfactant agar efektivitasnya dalam mempengaruhi sifat kimia fisika sistem
fluida di dalam batuan reservoir dapat berjalan baik, maka hal-hal diatas harus
diperhatikan. Misalnya mobilitas masing-masing larutan harus dikontrol. Mobilitas
slug surfactant harus lebih kecil dari mobilitas minyak dan air didepannya.
4.
Degradasi hidrokarbon
Jenis hidrokarbon sangat dipengaruhi oleh komposisi dan ikatan kimia. Zobell
(1950) mengamati kemampuan mikroba dalam mendegradasi hidrokarbon.
a. Hidrokarbon alifatik lebih mudah didegradasi daripada hidrokarbon aromatik.
b. Rantai panjang lebih mudah didegradasi daripada rantai pendek.
c. Hidrokarbon tidak jenuh lebih mudah didegradasi daripada hidrokarbon jenuh.
d. Hidrokarbon rantai bercabang lebih mudah didegradasi daripada hidrokarbon
rantai lurus.