Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari


bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir,
diamana pada manusia seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial
sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia
banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan
terintegrasi (Aoki dkk, 2014).
Di dunia, hipertensi diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian atau sekitar
12,8%dari total kematian. Hal ini menyumbang 57 juta dari disability adjusted life
years (DALY). Sekitar 25% orang dewasa di United State menderita penyakit
hipertensi pada Tahun 2011-2012. Tidak ada perbedaan prevalensi antara laki-laki
dan wanita tetapi prevalensi terus meningkat berdasarkan usia : 5% usia 20-39th, 26%
usia 40-59th, dan 59,6% usia 60th keatas (Aoki dkk, 2014).
Menurut WHO lnjut usia (Lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur
60th atau lebih. Secara global pada Tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk
berusia lebih dari 60th adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan
jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia harapan hidup.
Data WHO menunjukan pada Tahun 2000 usia harapan hidup orang di dunia adalah
66th, pada Thun 2012 naik menjadi 70th dan pada Tahun 2013 menjadi 71th. Jumlah
proporsi Lansia di Indonesia juga bertambah setiap Tahunnya. Data WHO pada
Tahun 2009 menunjukan Lansia berjumlah 7,49% dari total populasi, Tahun 2011
menjadi 7,69% dan pada Tahun 2013 didapatkan proporsi Lansia sebesar 8,1% dari
total populasi (WHO, 2015).
Fenomena terjadi peningkatan jumlah penduduk Lansia disebabkan oleh
perbaikan status kesehatan akibat kemajuan teknologi dan penelitian-penelitian
kedokteran, perbaikan Gizi, peningkatan usia harapan hidup, pergeseran gaya hidup
dan peningkatan pendapatan perkapita. Hal tersebut menyebabkan terjadinya trnsisi
epidemiologi dari penyakit infeksi menuju penyakit degeneratif yang salah satunya
adalah penyakit sistem kardio vaskular (Fatmah, 2010).
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir
didalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia.
Kelancaran peredarah darah keseluruh tubuh sangat penting karena darah berfungsi
sebgai media pengangkut oksigen dan zat-zat lain yang diperlukan dalam
pertumbuhan sel-sel tubuh. Selain itu darah itu juga berguna mengangkut sisa
metabolisme yang tidak dibutuhkan lagi dari jaringan tubuh.
Tekanan darah dibedakan antara tekanan darah sitolik dan tekanan darah
diastolik. Tekanan darah sistolik adalah tekanan pada waktu jantung berkontrksi
sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan pada saat jantung mengendor kembali
(Gunawan, 2001). Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sitolik
terhadap tekanan diastolik. Dengan nilai normal berkisar dari 100/60 mmhg sampai
140/90 mmhg (Smeltzer dan Bare, 2001).
Berdasarkan Chobanian dkk (2004), Hipertensi atau tekanan darah tinggi
adalah tekanan darah sistolik yang melebihi 140 mmhg dan atau tekanan darah
diastolik yang lebih dari 90 mmhg dari Tahun ketahun didapatkan peningkatan
prevalensi penderita hipertensi seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup,
jumlah populasi obesitas dan kesadaran masyarakat akan penyakit ini (Mohani,
2014).
Saat ini hipertensi merupakan tangtangan besar di Indonesia karna
merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer
berdasarkan suvey riset dasar kesehatan Nasional (Riskesdas) pada tahun 2013
hipertensi memiliki prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Disamping itu
pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun sudah banyak tersedia obat-obatan
yang epektif (Depkes RI, 2013).
Pembangunan kesehatan masyarakat Desa (PKMD) adalah pengkajian
kegiatan masyarakat dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam
memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan dan bidang
lain yang berkaitan, agar mampu mencapai sehat sejahtera (Ependi : 1998).
Program Indonesia sehat 2010 dicanangkan oleh pemerintah adalah suatu
upaya untuk mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, mendorong
memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau.
Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya.
Sifat penyakit dapat dimulai secara perlahan-lahan, serin gkali tanpa tanda-
tanda ataupun keluhannya ringan dan baru diketahui sesudah keadaan parah. Hal ini
perlu sekali untuk dikenali agar tidak salah ataupun terlambat menegakan diagnosis.
Sehingga terapy dan tindakan keperawatannya segera dapat dilaksankan. Dapat pula
pada lanjut usia mengalami beberapa penyakit secra bersamaan. Sifat penyakit lanjut
usia biasayanya progresif sampai pennderitanya mengalami kematian. Orang-orang
lanjut usiapun biasanya rentan penyakit lain, karena daya tahan telah menurun.
Menurut survey kesehatan rumah tangga (SKRT) 1992, ditemukan urutan
sebagai berikut: TBC, Penyakit yang tidak jelas, Trauma, Penyakit infekssi lainnya,
serta bronhitis, Episema, dan Asma (Sumantri et al, 1992). Meskipun penyakit infeksi
juga masih menonjol pada pola penyakit lansia di Indonesia, namun penyakit berbeda
dengan dinegri belanda misalnya, TBC yang ternyata pada urutan teratas di Indonesia
tidak terdapat dinegri Belanda. Hal tersebut dapat diasumsikan berkaitan dengan
status sosial Ekonomi dan lingkungan Fisik maupun Biologi.
Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140
/90mmhg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmhg di nyatakan sebagai
hipertensi.
Hipertensi dapat didevinisikan sebagai terkanan darah persisten dimana
tekanana sistoliknya diatas 140 mmhg dan diastolik diatas 90 mmhg pada populasi
lansia, hipertensi didevinisaikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan
diastolik 90 mmhg. (Smeltzer, 2001).
Usia lanjut dikatakan sebagai tahapa akhir perkembagan pada daur kehidupan
manusia ( Budi Anna Keliat, 1999). Menurut pasal 1 ayat 2, 3, 4 UU No 13 Tahun
1998 tentang Kesehtan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
Lansia akan memiliki status kesehtan yang buruk setelah hipertensi dan
beresiko kematian, dimana dukungan sosial dipercaya memungkinkan lansia
terdorong menyesuaikan lebih efektif sehingga kualitas hidupnya optimal.
Dalam laporan ini saya memberikan asuhan kebidanan keluarga pada Ny. M
Yang mengalami masalah tekanan darah tinggi.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan asuhan kebidanan keluarga
dan juga agar dapat secara nyata memberikan asuhan kebidanan kepada keluarga.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Supaya dapat melakukan pengkajian untuk menentukan adanya maslah kesehatan.


b. Dapat menyusu skla prioritas maslah kesehatan
c. Mampu menganalisa data atau keluarga untuk menetukan masalah kesehatan
d. Mampu menyusun rencana asuhan kebidanan keluarga yang dilakukan
e. Mampu melaksanakan rencana asuhan kebidanan keluarga binaan.
f. Mampu mengevaluasi kebersihan tindakan kebidanan yang telah dilakukan
g. Mampu mengikuti perkembangan masalah kesehatan setelah dilakukan asuhan kebidanan
keluarga binaan.

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Bagi Tenaga Kesehatan

Bagi tenaga kesehatan dan instansi terkait yang bergerak dalam bidang kesehatan masyarakat
dapat digunakan sebagai masukan dalam melakukan pendekatan yang lebih efektif dan efisien
untuk meningkatkan kesehtan masyarakat.

1.3.2 Manfaat Bagi Instansi

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi lebih lanjut dibidang kesehatan
dan sebagai referensi serta menambah koleksi pustaka dikampus.

1.3.3 Mannfaat Bagi Masyarakat

Supaya dapat memberikan informasi kepada Masyarakat terutama lansia mengenai Hipertensi
yang dialaminya.

1.3.4 Manfaat Bagi Peneliti

Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai penerapan ilmu yang
didapat selama perkuliahan ke dalam aplikasi asuhana kebidanan komunitas keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dasar keluarga
2.1.1 Pengertian
Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa
keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya
yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial
setiap anggota.
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga
sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah,
ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu
sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta mempertahankan budaya.

2.1.2 Tipe Keluarga


Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga,
yaitu :
1. Keluarga Tradisional
a. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-
anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
b. Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan
satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau
ditinggalkan.
c. Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau
tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
d. Bujang dewasa yang tinggal sendiri
e. Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah,
istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
f. Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.
2. Keluarga non tradisional
a. Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah
(biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
b. Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
c. Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama
hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.
d. Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan
fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang sama.

Menurut Allender dan Spradley (2001)


1. Keluarga tradisional
a. Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari
suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat.
b. Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya
kakek, nenek, paman, dan bibi.
c. Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
tanpa anak
d. Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena
perceraian atau kematian.
e. Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang
dewasa saja
f. Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
yang berusia lanjut
2. Keluarga non tradisional
a. Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian
darah hidup serumah.
b. Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah
c. Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup
bersama dalam satu rumah tangga
Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan
(2005)
a. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
b. Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
c. Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan
2.1.3 Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam struktur, diantaranya :
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan hubungan itu
dususun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
Berdasarkan kemampuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar,
psikososial, ekonomi, dan aktualisasi keluarga dalam masyarakat keluarga
dikelompokkan menjadi 5 tahap, yaitu sebagai berikut :
1) Keluarga Pra Sejahtera
Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara
minimal, yaitu kebutuhan penhgajaran agama, pangan, sandang, papan, dan
kesehatan atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih
indicator keluarga sejahtera tahap I
2) Keluarga Sejahtera tahap I
Adalah keluarga yang telah memeuhi kebutuhan dasar secara minimal
serta memenuhi kebutuhan sosial psikologinya, yaitu kebutuhan pendidikan,
Keluarga Berencana (KB), interaksi dalam keluarga, interaksi dengan
lingkungan tempat tinggal atau transportasi
3) Keluarga Sejahtera Tahap II
Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan secara minimal
serta telah memenuhi seluruh kebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi.
4) Keluarga Sejahtera Tahap III
Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
kebutuhan sosial psikososial dan pengembangan, tetapi belum dapat
memberikan sumbangan baik internal atau keluarga, serta berfikir dengan
menjadi pengurus lembaga masyarakat, yayasan sosial, keagamaan, kesenian,
olah raga, pendidikan dan sebagainya.
5) Keluarga Sejahtera Tahap III (Plus)
Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan baik yang
bersifat dasar, sosial, psikologis, pengembangan, serta telah mampu
memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
2.1.4 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur
keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya : Fungsi
keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan (2005),
yaitu:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi
pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak,
memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,
meneruskan nilai-nilai budaya anak.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga
dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga
serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental,
dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga
serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber
daya keluarga.
e. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan
tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan
generasi selanjutnya.
f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih
saying dan rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota
keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan
memberikan identitas keluarga.
g. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan
anak untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.
2.1.5 Ciri-ciri Keluarga
Diikat dalam suatu tali perkawinan
a. Ada hubungan darah
b. Ada ikatan batin
c. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya
d. Ada pengambilan keputusan
e. Kerjasama diantara anggota keluarga
f. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
g. Tinggal dalam suatu rumah

2.1.6 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Friedman (2010) membagi lima tugas keluarga dalam bidang kesehatannya :
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotannya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Merawat anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya
sendiri
d. Memelihara lingkungan rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbale balik antar keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik, fasilitas-fasilitas
pelayanan kesehatan yang baik.

2.1 Konsep Lansia


2.1.1 Pengertian
Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat MANULA, atau disebut saja
kelompok lanjut usia (LANSIA) (ageing/elderly) adalah kelompok penduduk
berumur tua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau
pengelompokan tersendiri ini adalah populasi berumur 60 tahun atau lebih
(Bustan, 2015). Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa
masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, yang pada masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit sampai tidak
melakukan tugasnya sehari-hari lagi hingga bagi kebanyakan orang masa tua
itu merupakan masa yang kurang menyenangkan (R.Hasdianah, et al.,2014).
2.1.2 Batasan Lansia
Menurut Aspiani (2014), sampai saat ini belum ada kesepakatan batas
umur lanjut usia secara pasti, karena seseorang tokoh psikologis membantah
bahwa usia dapat secara tepat menunjukkan seseorang individu tersebut lanjut
usia atau belum maka merujuk dari bebragai pendapat di bawah ini. Menurut
WHO dalam bukunya Aspiani (2014) mengelompokkan usia lanjut atas tiga
kelompok yaitu: Usia lanjut yang berumur 60-74 tahun, usia tua yang berumur
75-89 tahun, dan usia sangat tua yang berumur > 90 tahun.
Menurut UU No. 13 tahun 1998, batasan orang dikatan lansia berumur
60 tahun. Depkes dikutip dari Azis (1994) lebih lanjut membuat penggolongan
lansia menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu :
1. Kelompok lansia dini (55-64 tahun), yakni kelompok yang baru memasuk
lansia.
2. Kelompok lansia (65 tahun keatas).
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yakni lansia yang berusia lebih 70 tahun
(Aspiani, 2014).
Selain itu klasifikasi lansia juga diuraikan oleh Maryam (2008), yaitu
pralansia, lansia, lansia resiko tinggi, lansia potensial, dan lansia tidak
potensial. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59
tahun. Lansia yaitu seorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Lansia resiko
tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih. Lansia potensial yaitu
lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa. Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak
berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang
lain/keluarga.

2.1.3 Proses Menua


Menua buakanlah suatu penyakit tetapi merupkan daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh walaupun
demikian harus diakui bahwa dihadapi berbagai penyakit yang sering
menghinggapi berbagiai penyakit. Proses menua sudah mulai berlangsung
seseorang mencapai usia dewasa (Aspiani, 2014).
Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi
pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ
tersebut. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mrngganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh
akan mengalami bebrbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai
penyakit degeratif (Maryam, 2008).
2.1.4 Perubahan Yang Terjadi pada Lansia
Dalam bukunya mengatakan, bahwa perubuhan yang terjadi pada
lansia meliputi perubahan fisik, sosial, dan psikologis. Perubahan kondisi fisik
pada lansia meliputi: perubahan dari tingkat sel sampai ke semua system organ
tubuh, di antaranya system pernapasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, muskuloskeletal, system reproduksi, gastrointestinal,
persarafan, endokrin, dan kulit (Maryam, 2008).
Masalah perubahan sosial serta reaksi individu terhadap perubahan
sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu bersangkutan.
Perubahan yang menjadikan dalam kehidupan akan membuat yang mereka
alami di antaranya , yaitu: peran, keluarga, teman, kekerasan, masalah hukum,
ekonomi, rekreasi, keamanan, transportasi, politik, pendidikn, agama, dan
panti jompo. Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory,
frustasi kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian,
perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan (Maryam et. Al, 2008).

2.1.5 Penyakit yang Sering Dijumpai pada Lansia


Aspiani (2014), menyatakan dalam bukunya mengenai kondisi
kesehatan lanjut usia yang mempunyai kemiripin dari seluruh bangsa, dimana
penyakit yang sering menyertai adalah tidak muncul gejala, melainkan
multiple symptom, tetapi penyakit yang dapat teridentifikasi seperti: Gangguan
sirkulasi darah (hipertensi dan kelainan pembuluh darah), penyakit gigi dan
mulut, tuberkulosa, diare, ginjal dan saluran kemih, penyakit infeksi, dll.

2. 2 Konsep Dasar Hipertensi


2.2.1 Pengertian
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah peningkatan tekanan diastolik
yang bernilai lebih dari 90 mmHg dan sistolik di atas 140 mmHg. Penyakit ini
biasanya tidak disertai gejala (asimptomatik) ( Potter & Perry,2009). Menurut JNC
hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi adalah
suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus
menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau
beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya mempertahankan
tekanan darah secara normal (Wijaya, 2013).
2.2.2 Klasifikasi Hipertensi
Menurut Wijaya (2013), klasifikasi berdasarkan penyebabnya dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi Esensial
(Primer) merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi. Dimana sampai saat ini
belum diketahui penyebabnya secar pasti. Beberapa factor yang berpengaruh dalam
terjadinya hipertensi esensial, seperti: faktor genetik, stress dan psikologis, serta
faktor lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam dan berkurangnya asupan
kalium atau kalsium).
Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui dengan
jelas sehigga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-obatan. Penyebab
hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes,
kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainanendokrin lainnya seperti resistensi insulin,
hipertiroidisme, dan pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan
kortikosteroid. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi:

Tabel 1.
Klasifikasi Menurut European Society of Cardiology, 2007.

Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal 120 – 129 80-84
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II 160-179 100-109
Hipertensi derajat III ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi Sistolik terisolsi ≥ 190 < 90

2.2.3 Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu : ( Lany dalam Padila, 2013)
1. Hipertensi essensial (hipertensi primer)
Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya. Hal ini berarti bahwa kondisi hipertensi tidak
mempunyai sumber yang teridentifikasi. Meskipun hipertensi primer belum
diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Fakor
tersebut adalah factor keturunan, ciri perseorangan, dan kebiasaan hidup
(Padila, 2013).
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungknan lebih besar untuk mendapatkan akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi (Padila, 2013). Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya
hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis
kelamin (laki-laki lebih tinggi drai perempuan) dan ras. Ras kulit hitam lebih
banyak dari kulit putih (Padila, 2013). Kebiasaan hidup yang sering
menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi
(melebihi dari 30 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stres dan pengaruh
lain misalnya merokok, minm alkohol (Padila, 2013).
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan olehpenyakitlain,
seperti penyakit ginjal dan gangguan adrenal. Hanya 5-10 % dari seluruh
hipertensi disebabkan oleh penyebab lain (Padila, 2013). Faktor pencetus
munculnya hipertensi sekuder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral,
coarctation aorta, neurogenik seperti tumor otak, gangguan psikiatris,
kehamilan, peningkatan volume intravaskuler, dan luka bakar (Udjianti, 2011).
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan–perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun. Kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Faktor keturunan
Menurut data dari statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih) Kebiasaan
hidup
3. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah :
a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan.
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
a. Glomerulonefritis
b. Pielonefritis
c. Nekrosis tubular akut
d. Tumor
e. Vascular
f. Aterosklerosis
g. Hiperplasia
h. Trombosis, dll.
2.4 Tanda dan gejala
Tanda dan gejala hipertensi pada lansia secara umum adalah :
a. Sakit kepala
b. Perdarahan hidung
c. Vertigo
d. Mual muntah
e. Perubahan penglihatan
f. Kesemutan pada kaki dan tangan
g. Sesak nafas
h. Kejang atau koma
i. Nyeri dada
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa
pasien yang menderita hipertensi yaitu : mengeluh sakit kepala, pusing,
lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis,
kesadaran menurun.
2.2.5 Patofisiologi
Hipertensi adalah proses degenerative system sirkulasi yang dimulai
dengan atherosclerosis, yakni gangguan struktur anatomi pembuluh darah
perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah/arteri. Kekakuan
pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran
plaque yang menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan
kelambanan aliran darah yang menyebabkan badab jantung bertambah bera
yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung
yang berdampak pada peningkatan tekanan darah dalam system sirkulasi.
Dengan demikian, proses patologis hipertensi ditandai dengan peningkatan
tahanan perifer yang berkelanjutan sehingga secara kronik dikompensasi oleh
jantung dalam bentuk hipertensi (Bustan, 2015).

2.2.6 Komplikasi
Semakin lama menderita hipertensi, semakin besar peluang kerusakan
organ. Akibatnya, kondisi yang serius seperti penyakit jantung, stroke,
penyakit ginjal, dan kerusakan mata pun terjadi (Murwani, 2009). Tekanan
darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung
koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, dan
jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya.
Akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa sehingga banyak
cairan diparu maupun jaringan tybuh lain yang dapat menyebabkan sesak
napas. Komplikasi pada otak, menimbukan risiko stroke, apabila tidak di obati
risiko

2.3 Konsep Hipertensi pada Lansia


2.3.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole
mengalami kenaikan yang melebihi batas normal yaitu tekanan darah systole >
140mmHg dan diatole . 90 mmHg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
suatu penyakit salah satu resiko tinggi yang bisa menjadi penyakit jantung, stroke
dan gagal ginjal ( Muwarni, 2011 ;Zhao, 2013).
Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan memperhatikan usia dan
jenis kelamin ( Soeparman dalam buku Udjianti, 2010).
1. Pria berusia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah
pada waktu berbaring lebih dari 120/90 mmHg

2. Pria berusia 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya lebih


dari 145/95 mmHg.

3. Wanita, hipertensi bila tekanan darah lebih dari 150/95 mmHg


2.4 Konsep Dasar Manajemen
2.4.1 Definisi Asuhan Kebidanan Komunitas Dalam Kontek Keluarga

Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu.


Kebidanan berasal dari kata BIDAN. Kebidanan adalah mencakup pengetahuan yang
dimiliki dan kegiatan pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi, kebidanan
merupakan profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban umat manusia (Karwati,
dkk 2011).
Bidan adalah seorang yang telah mengikuti program kebidanan yang diakui
oleh negaranya, telah lulus pendidikan tersebut, serta memnuhi kualifikasi untuk
didaftar (registrasi) atau memiliki ijin yang sah (lisensi ) untuk melakukan praktik
kebidanan (Pudiastuti, 2011).
Komunikasi adalah kelompok orang yang berada disuatu lokasi atau daerah
tertentu. Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan
masyarakat diwilayah tertent. Kebidanan komunitas adalah dasar bidan dalam
melayani keluarga dan masyarakat.
Pelayanan kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk
pemecahan terhadap ,asalah kesehatan ibu dan anak balita didalam keluarga dan
masyarakat (Ambarwati, 2009).

2.4.2 Tujuan Asuhan Kebidanan di Komunitas


a. Tujuan Umum
Mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kesehatan
perempuan diwilayah kerja kebidanan.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai tanggung
jawab Bidan
2. Meningkatkan pelayanan mutu ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas, dan perinatal secara terpadu.
3. menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan resiko kehamilan,
persalinan, nifas, dan perinatal.
4. mendukung program pemerintah lainnya untuk menurunkan angka
kematian ibu dan anak
5. membangun jejaring kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat
setempat dan terkait.
2.4.3 Metode Prioritas Masalah
Masalah yang telah diidentifikasi perluditentukan menurut urutan atau prioritas
masalah, untuk itu digunakan beberapa metode metode yang dapat digunakan dalam
menetapkan urutan prioritas masalah, pada umumnya dibagi atas teknik skoring dan
teknik skoring sebagai berikut : Teknik scoring dapat digunakan apabila tersedia data
kuantitatif atau data yang dapat terukur dan dapat dinyatakan dalam angka, yang
cukup dan lengkap. Yang termasuk data scoring dalam penentuan prioritas masalah
yakni :
1. Metode USG
2. Metode MCUA
3. Metode CARL
4. Metode HANLON
BAB III

TINJAUAN KASUS

Asuhan keluarga binan dilakukan pada tanggal 27 desember 2017 pukul 09.00
kepada Ny.d yang berusia 25 tahun , beralamat dijalan wika rt 03 rw 06, kelurahan
serengseng, kec. Lenteng agung , Jakarta selatan .

Ny.t memiliki 3 orang anak yang bekerja diluar negri dan Jakarta, sedangkan
satu dari ketiga anaknya sudah meninggal sekitar 5 tahyun yang lalu karena sakit.
Xsuami ny.t juga sudah meninggal dunia setyahun yang lalu dikarenakan sakit.
Sehingga saat ini ny.t hanya tinggal bersama ketiga cucunya.

Data yang diambil yaitu lansia dengan hipertensi, pada ny.t yang merupakan
salah satu penderita sejak 5 tahun yang lalu dan rutin mengkonsusmsi obat hipertensi.
Sebelum melakukan pengkajian pada lansia hipertensi mahasiswa melakuukan
informed concent kepada ny.t dan memberikan penjelasan mengenai kegiatan yang
akan dilakukan selama 4 kali kunjungan. Ny.t bersedsia menjadi keluarga binaan.

Ny.t mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menuelar maupun penyakit


keturunan. Keluhan yang dirasakan saat ini nyaitu ny.t sering merasa pusing dan dan
badan tersa tidak enak. Karena sehari sebelumnya ny.t habis terjatuh terserempet
sepedah motor, dan terdapat sedikit memar dibagian pahanya . pada hari ini ny.t lupa
belum meminum obat hipertensi.

Kunj8ungan opertama diperoleh data TTV yaitu : TD: 140/90 mmhg S:36
N:80x/m, RR:20x/m.
PENGKAJIAN DATA

A. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas

a. Nama : Ny. M
b. Usia : 85 tahun
c. Agama : Islam
d. Suku : Sunda
e. Pendidikan : Tamat SD

2. Keluhan Utama : Pusing kepala dan pegal –pegal

3. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi

a. Pekerjaan saat ini : Ibu rumah tangga


b. Pekerjaan sebelumnya : Tidak ada
c. Sumber pendapatan : Anak
d. Kecukupan pendataan : Cukup

4. Lingkungan Tempat Tinggal

a. Kebersihan dan kerapihan ruangan : Cukup bersih


b. Penerangan : Cukup
c. Sirkulasi udara : Baik
d. Keadaan kamar mandi dan WC : Cukup Bersih
e. Pembuangan air kotor : SPAL
f. Sumber air minum : Sumber Gali
g. Pembuangan sampah : Tempat sampah
h. Sumber pencemaran : Tidak ada

5. Riwayat kesehatan

a. Status Kesehatan Saat Ini


1. Keluhan Utama dalam 1 terakhir : Sakit kepala dan sakit pinggang
2. Gejala yang dirasakan : Pusing dan sakit pinggang
3. Factor pencetus : Riwayat penyakit yang diderita
4. Timbulnya keluhan : Jarang
5. Upaya mengatasi : minum obat rutin, menjaga pola makan,
dan olah raga
6. Pergi ke Rs / Klinik , Puskesmas : Puskesmas
7. Obat-obatan yang dikonsumsi : captopril 25mg
8. Obat Tradisional : Tidak ada
b. Riwayat Kesehatan Masa lalu
1. Penyakit yang pernah diderita : Hipertensi dan pegal-pegal
2. Riwayat penyakit keluarga : Hipertensi
3. Riwayat Alergi Obat : Tidak ada
4. Riwayat kecelakaan : Tidak pernah
5. Riwayat Pernah dirawat : Tidak pernah
6. Riwayat pemakaian obat : Captropil 25 mg

6. Pola Fungsional

a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan kebiasaan yang


mempengaruhi kesehatan missal merokok, minuman keras, ketergantungan
terhdap obat : Tidak
b. Nutrisi Metabolic
1. Frekuensi makan : 3 kali sehari
2. Jenis makanan : Nasi lauk pauk buah buahan
3. Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
4. Alergi terhadap makanan : Tidak ada
5. Antangan makanan : Jeroan asin-asinan
6. Keluhan yang berhubungan dengan makanan : Pusing

c. Eliminasi

1. BAK : Baik
Frekuensi : 4-5 kali
Keluhan : Tidak ada
Warna : Kuning jernih
Konsistensi : Cair
2. BAB : baik
Frekuensi : Baik
Keluhan : Tidak ada
Warna : Kuning
Konsistensi : Lembek padat
3. Aktifitas Pola Latihan
Frekuensi mandi : 2kali sehari
Aktifitas sehari-hari : beres-beres rumah
Maslah aktifitas : tidak ada
Kemampuan kemandirian : Mandiri
4. Pola Istirahat Tidur
Siang : 2-4 jam
Malam : 7-8 jam
Keluhan : Kadang susah tidur
5. Pola Kongnitif persepsi
Masalah dengan penglihatan : aga buram (terganggu)
Masalah pendengaran : Kurang jelas
Kesulitan membuat keputusan : Tidak
6. Koping pola Toleransi Stres
Apa yang menyebabkan stress pada lansia, bagaimana penanganan
terhadap masalah ? pasien sering merasa kesepian sejak suami
meninggal 3 tahun yang lalu. Pasien melakukan aktifitas sehari-hari
seperti bersih bersih rumah, bermain bersama cucu dan ke[giatan
diluar rumah seperti mengikuti pengajian.
7. Nilai pola keyakinan
Sesuatu yang bernilai dalam hidupnya menganut sesuatu agama,
bagaimana manusia dengan penciptanya.

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum : Baik


b) TTV : TD : 160 / 90 mmhg S : 36,7C
N : 80 x/ m R : 21 x /m
c) BB / TB : 45 kg , TB : 140
d) Kepala : mesochepal
Rambut : Bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok
Mata : Simetris, konjung tiva : merah muda,
Sclera : Putih
Hidung : Bersih, tidak ada Polip
Telinga : Bersih, simetris, pendengaran cukup baik
Mulut : Bersih, Tidak berbau, tidak ada stomatitis
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
e) Dada : Simetris
f) Abdomen : Tidak ada pembesaran HAti
g) Kulit : Keriput
h) Ekstremitas atas : Tidak ada oedem tidak ada Varises
i) Ektremitas bawah : Tidak ada oedem tidak ada varises

C. ANALISA DATA

Dari analisa data masalah kesehtan yang dialami oleh Ny. M belum mengetahui
pentingnya memeriksakan tekanan darah pada tenaga kesehatan secara rutin, meskipun tanpa
ada keluhan.

D. PRIORITAS MASALAH

Untuk menghadapikemungkinan masalah dapat diatasi, dilakukan teknik skoring


sebagai berikut :

Ny. M belum mengetahui pentingnya memriksakan tekanan darah pada tenaga


kesehatan secara rutin, meskipun tanpa keluhan.
NO KRITERIA PERHITUNGAN SCORE PEMBENARAN
1 Sifat masalah skala actual 3/3 x 1 1 Tahu dan
(tidak / kurang sehat ) memerlukan
penyuluhan
segera
2 Kemungkinan masalah 2/2 x 2 1 Masalah mudah
dapat diubah skala dengan diubah dengan
mudah penyuluhan yang
tepat.
3 Potensi masalah untuk 3/3 x 1 1 Masalah dapat
diubah Skala tinggi diubah dengan
penyuluhan yang
tepat terutama
partisipasi
keluarga dalam
mendukungnya
4 Menonjolkan masalah 0 /2 x 1 1 Keluarga tidak
menyadri
kurangnya
pengetahuan-
pengetahuan
tersebut
merupakan
masalah yang
harus segera
ditangani.
Total 4 4

E. DIAGNOSA MASALAH

Ny M Usia 85 Tahun dengan Hipertensi

F. RENCANA TINDAKAN

Berikut ini rencana tindakan yang dilakukan sesuai dengan permasalahan dalam
keluarga Ny M :

1. Memeriksaan TTV

2. Menjelaskan pada Ny M tentang Hipertensi pada Lansia

G. PELAKSANAAN

Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat berupa :

1. Memeriksa TTV Ny. M


2. Menjelaskan Pada Ny. M Tentang bahaya Hipertensi pada Lansia

H. EVALUASI

29 Desember 2017

I. Pemeriksaan TTV

Waktu : 13 : 00 WIB

Dihadiri Oleh Ny. M

TTV : TD. 160 / 90 mmhg S : 36.7 C

N. 82 x/ m R: 22 x/ m

II. Penyuluhan Tentang Hipertensi


Waktu : 13: 20 WIB
Dihadiri Oleh : Ny. M

1. Pengertian Hipertensi pada Lansia

Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih normlah adalah 140 /90
mmhg dan tekanan darah sama atau diatas adalah 160 / 90 mmhg dinyatakan sebagai
Hipertensi.

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan


darah sistoliknya di atas 140 mmhg dan diastoliknya 90 mmhg, pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 160 mmhg dan tekanan darah
90 mmhg ( Smeltzer, 2001).

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia (Budiana Keliat, 1999). Menurut oasal 1 ayat 2, 3, 4 UU No 13 Tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai
usia lebih dari 60 tahun.

Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit mengecil. Yang
paling banyak mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri, akibat semakin
berkurangnya aktifitas. Yang juga mengalami penurunan adalah besarnya sel-sel otot
jantung hingga menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung.

Pada lanjut usia, tekanan darah akan naik secara bertahap. Elestisitas jantung
pada orang berusia 70 tahun menurun sekitar 50% dibanding orang berusia 20tahun.
Oleh karena itu, tekanna darah pada wanita tua yang mencapai 170/90 mmhg dan
pada pria tua yang mencapai 160/100 mmhg masih dianggap normal.

Derajat kerja jantung dapat dinilai dari besarnya curah jantung (Cardiac
output). Yaitu jumlah darah yang dikeluarkan oleh bilik jantung / pertikal permenit.
Pada usia 90 tahun, curah jantung ternyata menurun dan sudah tentu menimbulkan
epek pada fungsi alat-alat lain, seperti : otot, paru, dan ginjal karena berkurangnya
arus darah keorang itu. Sebaliknya, tekanan darah saat istrahat akan meningkat sesuai
dengan bertambahnya usia walaupun tidak begitu besar. Adanya aktifitas fisik,
tekanan darah seseorang akan meningkat. Pada lanjut usia peningkatan tekanan darah
saat melakukan pekerjaan fisik ini meningkatkan lebih cepat dibanding lebih muda.

Denyut nadi maksimal pada lanjut usia ternyata menurun karena jantung tidak
dapat mencapai prekuensi pada saat masih muda. Rumus untuk meramalkan denyut
nadi maksimal seseorang adalah : (200- usia ) perubahan yang jauh lebih bermakna
dalam kehidupan lanjut usia adalah yang terjadi pada pembuluh darah.

Proses pengapuran ini akan berlanjut menjadi proses yang menghambat aliran
darah pada suatu saat dapat menutup pembuluh darah tadi. Pada tahap awal, gangguan
dari ding-ding pembuluh darah yang menyebabkan elastisitasny berkurang akan
memacu jantung bekerja lebih keras, karena terjadinya Hipertensi. Selnjutnya, bila
terjadi sumbatan maka jaringan yang dialiri zat asam oleh pembuluh darh ini akan
rusak / mati hal ini yang disebut infark.

Hipertensi menjadi faktor utama struk, payah jantung, dan penyakit jantung
coroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia 60tahun disebabkan oleh penyakit
jantung dan serebrovaskuler. Secar nyata kematian karena CVD Morbiditas penyakit
kardiopaskuler menurun dengan pengobatan hipertensi.

Pada hipertensi sitolik hal ini masih kontroversial. Mengenai target tekanan
darah dianjurkan penurunan yang bertahap sampai sekitar sitolik 140-160 mmhg.

2. Dampak Bila Darah Tinggi Tida Ditangani.

a. Penyakit jantung

b. Pecahnya pembuluh darah otak

c. Kegagalan ginjal

d. Kelainan mata (penglihatan kabur)

3. Jenis-jenis Tekanan Darah Tinggi.

a. Tekanan darah tinggi ringan

b. Tekanan darah tinggi sedang

c. Tekana darah tinggi berat

d. Tekanana darah tinggi berbahaya meningkat dengan cepatn (berubah-rubah).

4. Tanda dan Gejala

a. Sakit kepala bagian belakang / kaku kuduk


b. Gelisah atau susah tidur

c. Pusing kepala

d. Dada berdebar-debar

e. keluhan Lain : lemas, sesak nafas, berkeringat, pingsan dll

5. Pertolongan Diri Sendiri Dalam Penanggulanagan Darah Tinggi.

a. Diet makanan

b. Penurunan BB

c. Latihan jasmani/ olahraga untuk lansia

d. Berhenti merokok secepat mungkin

e. Kontrol tejanan darah secara teratur

6. Diet Pada Penderita Hipertensi

a. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi :


 Sumber karbohidrat : Biskuit, singkong, roti, tepung, mie, tapioca, nasi.
 Sumber Protein nabati : tahu, temped an kacang-kacangan
 Sumber Vitamin (Buah dan Sayuran) Jeruk, pisang, melon, dan tomat.

b. Makanan yang dibatasi

 GAram dapur
 MAkan tinggi lemak dan kolesterol
 Buah/ sayur yang diawetkan dengan garam: ikan asin, asinan , dll

7. Perawatan tradisional pada hipertensi

a. Jus Wortel, Caranya :


I. Ambil 500gr wortel
II. Worel dicuci bersih dan dipotong-potong setelah kulitnya di kupas
III. Campurkan potongan wortel dengan sedikit air matang lalu diblender
IV. Saring hasil blenderan itu dan minum segera
V. Usahakan untuk rutin meminum jus wortel ini 3 kali sekali

b. Konsumsi pisang
c. Rebus Daun Salam, caranya:
I. Ambil ±10 lembar daun salam
II. Cuci bersih daun salam tersebut
III. Rebus daun salam kedalam panci berisi air 500cc hingga mendidih
IV. Tuangkan air rebusan daun salam kedalam gelas, kemudian minum selagi
hangat
Ny. ……. Sudah lebih mengerti tentang hipertensi pada lansia.
SOAP I

Anamnesa Pada Tanggal : ……………..

Oleh : ………………….. Pukul : ….

A. Identitas

Nama Lansia :

Agama :

Tanggal Lahir :

Umur :

Alamat :

S : ……….mengatakan ……………………………

O :

K/U : Baik Kesadaran :


TTV
TD : N:
RR : S :

A : Ny… Umur….dengan Hipertensi

P:

 Membina hunbungan baik antara bidan dan keluarga binaan


 Melakukan pemeriksaan TTV pada pasien
 Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan
 Menjelaskan tanda-tanda gejala hopertensi sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit
bernafas setelah bekerja keras, mudah lelah, penglihatan kabur, dunia berasa berputar
(Vertigo), hidung berdarah dan wajah memerah
 Menganjurkan ibu untuk menjaga pola makan yang teratur, selalu mengkonsumsi
rendah garam dan rendah lemak
 Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
 Menganjurkan ibu untuk menghindari stress
 Menganjurkan ibu untuk berolahraga
 Ibu menegerti dan msu melakukannya
 dokumentasi
SOAP II

Anamnesa Pada Tanggal : ……………..

Oleh : ………………….. Pukul : ….

A. Identitas

Nama Lansia :

Agama :

Tanggal Lahir :

Umur :

Alamat :

S : ……….mengatakan ……………………………

O :

K/U : Baik Kesadaran :


TTV
TD : N:
RR : S :

A : Ny… Umur….dengan Hipertensi

P:

 Membina hunbungan baik antara bidan dan keluarga binaan


 Melakukan pemeriksaan TTV pada pasien
 Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa tekanan darah ibu ………
 Menganjuran ibu untuk minum obat penurun darah tinggi
 Menganjurkan ibu untuk menjaga pola makan yang teratur, selalu mengkonsumsi
rendah garam dan rendah lemak
 Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
 Menganjurkan ibu untuk menghindari stress
 Menganjurkan ibu untuk berolahraga
 Ibu menegerti dan mau melakukannya

dokumentasi
SOAP III

Anamnesa Pada Tanggal : ……………..

Oleh : ………………….. Pukul : ….

A. Identitas

Nama Lansia :

Agama :

Tanggal Lahir :

Umur :

Alamat :

S : ……….mengatakan ……………………………

O :

K/U : Baik Kesadaran :


TTV
TD : N:
RR : S :

A : Ny… Umur….dengan Hipertensi

P:

 Membina hunbungan baik antara bidan dan keluarga binaan


 Melakukan pemeriksaan TTV pada pasien
 Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa tekanan darah ibu ………
 Menganjurkan ibu untuk menjaga pola makan yang teratur, selalu mengkonsumsi
rendah garam dan rendah lemak
 Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
 Menganjurkan ibu untuk menghindari stress
 Menganjurkan ibu untuk berolahraga
 Ibu menegerti dan mau melakukannya
 dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai