Anda di halaman 1dari 14

Kompetensi ke-3

Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk

mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi, deteksi dini,

pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.

A. Pengetahuan Dasar

1. Anatomi dan fisiologi tubuh manusia

2. Siklus manusia menstruasi dan proses konsepsi

3. Tumbuh kembang janin dan proses-proses yang mempengaruhinya

4. Tanda-tanda dan kehamilan

5. Mendiagnosa kehamilan

6. Perkembangan normal kehamilan

7. Komponen riwayat kesehatan

8. Komponen pemeriksaam fisik yang berfokus selama kehamilan

9. Menentukan umur kehamilan dari riwayat menstruasi, pembesaran

dan atau tinggi fundus uteri

10. Mengenal tanda dan gejala anemia berat dan ringan hyperemesis

gravidarum, kehamilan ektopik terganggu, abortus iminen, mola

hydatidosa dan komplikasinya, dan kehamilan ganda kelainan letak

serta preeklamsi.

11. Nilai normal dari pemeriksaan laboratorium seperti haemoglobin

dalam darah, test gula, protein, aseton dan bakteri dalam urine
12. Perkembangan normal dari kehamilan: perubahan bentuk fisik,

ketidaknyamananyang lazim, pertumbuhan fundus uteri yang

diharapkan.

13. Perkembangan psikologis yang normal dalam kehamilan dan

dampak kehamilan terhadap keluarga.

14. Penyuluhan dalam kehamilan, perubahan fisik, perawatan

payudara, ketidaknyamanan, kebersihan seksualitas, nutrisi,

pekerjaan dan aktivitas (senam hamil)

15. Kebutuhan nutrisi bagi wanita hamil.

16. Penatalaksanaan imunisasi bagi wanita hamil.

17. Pertumbuhan dan perkembangan janin.

18. Persiapan persalinan, kelahiran dan menjadi orang tua.

19. Persiapan keaadan dan rumah/keluarga untuk menyambut

kelahiran bayi.

20. Tanda-tanda dimulainya persalinan.

21. Promosi dan dukungan pada ibu menyusui

22. Teknik rileksasi dan strategi meringankan nyeri pada persiapan

persalinan dan kelahiran.

23. Mendokumentasikan temuan dan asuhan yang diberikan.

24. Mengurangi ketidaknyamanan selama masa kehamilan.

25. Penggunaan obat-obatan tradisional yang untuk mengurangi

ketidaknyamanan selama kehamilan


26. Akibat yang di timbulkan dari merokok, penggunaan alkohol dan

obat-obatan terlarang bagi wanita hamil dan janin.

27. Akibat yang ditimbulkan/tularkan binatang tertentu terhadap

kehamilan misalnya toxoplasmosis.

28. Tanda-tanda dan gejala dari komplikasi kehamilan yang

mengancam jiwa, seperti preeklamsi, perdarahan pervaginam,

kelahiran prematur, anemia berat.

29. Kesejahteraan janin termasuk DJJ dan pola aktivitas janin.

30. Resusitasi kardiopulmonary.

B. Pengetahuan Tambahan

1. Tanda, gejala dan indikasi rujukan pada komplikasi tertentu dalam

kehamilan seperti asma, infeksi HIV, infeksi menular seksual

(IMS), diabetes, kelainan jantung, postmatur/serotinus.

2. Akibat dari penyakit akut dan kronis yang disebut diatas bagi

kehamilan dan janinnya.

C. Keterampilan Dasar

1. Mengumpulkan data dan riwayat kesehatan dan kehamilan serta

menganalisisnya pada setiap kunjungan / pemeriksaan kehamilan.

2. Melaksanakan pemeriksaan fisik umum secara sistematis dan

lengkap.

3. Melalukan pemeriksaan abdomen secara lengkap termasuk

pengukuran tinggi fundus uteri/posisi/presentasi dan penurunan

janin.
4. Melakukan pemeriksaan pelvik, termasuk ukuran dan struktur

tulang panggul.

5. Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk detak jantung

janin dengan menggunakan fetoscope dan gerak janin dengan

palpasi uterus.

6. Menghitung usia kehamilan dan menentukan perkiraan persalinan.

7. Mengkaji status nutrisi ibu hamil dan hubungannya dengan

pertumbuhan janin.

8. Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungannya dengan

komplikasi kehamilan.

9. Memberikan penyuluhan pada klien/keluarga mengenai tanda-

tanda bahaya serta bagaimana menghubungi bidan.

10. Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan,

hyperemesis gravidarum TK 1, abortus imminen, dan preeklamsi

ringan.

11. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengurangi

ketidaknyamanan yang lazim terjadi dalam kehamilan.

12. Memberikan imunisasi pada ibu hamil.

13. Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan melakukan

rujukan penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas

pelayanan yang tepat.


D. Keterampilan Tambahan

1. Menggunakan doppler untuk memantau DJJ

2. Memberikan pengobatan dan atau kolaborasi terhadap

penyimpangan dari keadaan normal dengan menggunakan standar

lokal dan sumber daya yang tersedia.

3. Melaksanakan kemampuan asuhan pada keguguran.


Deteksi Kehamilan Dengan Resiko Tinggi

Untuk menegakkan kehamilan resiko tinggi pada ibu dan janin adalah

dengan cara melakukan anamnesa yang intensif, melakukan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang seperti (pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan rontgen,

pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan lain yang dianggap perlu).

Beberapa peneliti menetapkan kehamilan dengan resiko tinggi sebagai

berikut.

1. Puji Rochyati. Primipara muda berusia kurang dari 16 tahun, primipara tua

berusia lebih dari 35 tahun, primipara sekunder dengan usia anak terkecil

diatas 5 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm, riwayat kehamilan yang

buruk (pernah keguguran, pernah persalinan prematur, lahir mati, riwayat

persalinan dengan tindakan, preeklamsi, eklamsi, gravida serotinus,

kehamilan dengan perdarahan antepartum, kehamilan dengan kelainan

letak, kehamilan dengan penyakit ibu yang mempengaruhi kehamilan.

2. Hebert Hutabarat. Membagi faktor kehamilan dengan resiko tinggi

berdasarkan :

a. Komplikasi obstetri (usia kurang dari 19 tahun atau lebih dari 35

tahun), paritas (primigravida muda, primigravida tua primer atau

sekunder, grande multipara), riwayat persalinan ( abortus lebih dari 2

kali, partus prematur 2 kali atau lebih, riwayat kematian janin dalam

rahim, perdarahan pasca persalinan, riwayat preeklamsi-eklamsi,

riwayat kehamilan mola hidatidosa, riwayat persalinan dengan

tindakan operasi (ekstrasi vakum, ekstrasi forcep, ektrasi versi, atau


plasenta manual), perdarahan antepartum, kehamilan ganda atau

hidramnion, kelainan letak, hamil disertai mioma uteri.

b. Komplikasi medis, kehamilan yang disertai dengan anemia, hipertensi,

penyakit jantung, hamil dengan diabetes melitus, hamil dengan

obesitas, hamil dengan penyakit hati, hamil disertai penyakit paru,

hamil disertai penyakit lainnya.

3. Ida Bagus Gde Manuaba menyederhanakan faktor resiko yang perlu

diperhatikan sebagai berikut :

a. Berdasarkan anamnesis

1) Usia ibu (kurang dari 19 tahun, lebih dari 35 tahun, perkawinan

lebih dari 5 tahun)

2) Riwayat operasi

3) Riwayat kehamilan (keguguran berulang, kematian intrauterin,

sering mengalami perdarahan saat hamil, terjadi infeksi saat

hamil, anak terkecil berusia lebih dari 5 tahun tanpa KB,

riwayat mola hidatidosa atau korio karsinoma)

4) Riwayat persalinan (persalinan prematur, persalinan dengan

berat bayi lahir rendah, persalinan lahir mati, persalinan dengan

induksi, persalinan dengan plasenta manual, persalinan dengan

perdarahan postpartum, persalinan dengan tindakan.


Kelompok faktor resiko berdasarkan kapan ditemukan, cara pengenalan

dan sifat resikonya, faktor resiko dikelompokan dalam 3 kelompok FR I, II, III.

1. Kelompok Faktor Resiko I : Ada Potensi Gawat Obstetrik/APGO

dengan 7 terlalu dan 3 pernah. Tujuh terlalu adalah primi muda,

primi tua, primi tua sekunder, umur lebih dari 35 tahun, grande

multi anak terkecil umur < 2 tahun, tinggi badan rendah <145 cm.

Dan 3 pernah adalah riwayat obstetri jelek, persalinan lalu

mengalami perdarahan pascapersalinan dengan infus/transfusi, uri

manual, tindakan pervaginam, bekas operasi sesar.

2. Kelompok FR II: Ada Gawat Obstetri/AGO penyakit ibu,

preeklamsi ringan, hamil kembar, hidramnion, hamil serotinus,

IUFD, letak sungsang, dan letak lintang.

3. Kelompok FR III Ada Gawat Darurat Obstetrik/ADGO :

perdarahan antepartum dan preeklamsi berat/eklamsi. Ibu ADGO

dalam kondisi yang langsung dapat mengancan nyawa ibu/janin,

harus segera dirujuk tepat waktu.

Resiko adalah suatu ukuran statistik epidemiologik dari kemungkinan

terjadinya suatu keadaan gawat darurat obstetrik yang tidak diinginkan pada masa

mendatang yaitu prakiraan/prediksi akan terjadinya komplikasi dalam persalinan

dengan dampak kematian/kesakitan pada ibu/bayi.

Ukuran resiko diberi nilai dituangkan dalam angka yang disebut skor. Skor

merupakan bobot (weighting) dari resiko akan kemungkinan komplikasi dalam

persalinan. Seorang ibu hamil dapat mempunyai FR tunggal, ganda dua, tiga atau
lebih yang tampak dalam perhitungan jumlah skor dengan pengaruh resiko

kumulatif terjadinya komplikasi yang lebih berat.

Sistem skoring : berdasarkan analisis statistik epidemologik didapatkan

skor 2 sebagai skor awal untuk semua umur dan paritas. Skor 8 untuk bekas

operasi sesar, letak sungsang, letak lintang, preeklamsi berat/eklamsi, perdarahan

antepartum, sedangkan skor 4 untuk faktor resiko lain.

Kelompok resiko berdasarkan jumlah skor pada tiap kontak, ada 3

kelompok resiko

1. Kehamilan Resiko Rendah/KRR : jumlah skor 2

2. Kehamilan Resiko Tinggi/KRT : jumlah skor 6-10

3. Kehamilan Resiko sangat Tinggi/KRST : jumlah skor lebih dari 12

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,

kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:

1. Kewenangan normal: Pelayanan kesehatan ibu, Pelayanan kesehatan

anak, Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah.


3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak

memiliki dokter

Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan.

Kewenangan ini meliputi:

1. Pelayanan kesehatan ibu

a. Ruang lingkup:

Pelayanan konseling pada masa pra hamil, Pelayanan antenatal pada kehamilan

normal, Pelayanan persalinan normal, Pelayanan ibu nifas normal, Pelayanan ibu

menyusui, Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

b. Kewenangan:

Episiotomi, Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II, Penanganan kegawat-

daruratan, dilanjutkan dengan perujukan, Pemberian tablet Fe pada ibu hamil,

Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas, Fasilitasi/bimbingan inisiasi

menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif,Pemberian

uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum, Penyuluhan dan

konseling, Bimbingan pada kelompok ibu hamil, Pemberian surat keterangan

kematian, Pemberian surat keterangan cuti bersalin.

Keputihan atau Fluor Albus merupakan sekresi vaginal pada wanita.

Keputihan pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu

keputihan normal (fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). keputihan

fisiologis adalah keputihan yang biasanya terjadi setiap bulannya, biasanya


muncul menjelang menstruasi atau sesudah menstruasi ataupun masa subur.

Keputihan patologis dapat disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa

gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering

menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur atau juga parasit.

Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke saluran kencing,

sehingga menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang air kecil.

Keputihan saat hamil biasanya terjadi karena adanya pengaruh hormon

wanita yang diproduksi selama dalam masa kehamilan, yakni hormon estrogen.

Namun, para ibu juga harus waspada karena perubahan hormonal ini juga dapat

mengakibatkan perubahan keseimbangan keasaman vagina, sehingga

menyebabkan munculnya jamur yang mencetus iritasi. Untuk itu, ada baiknya jika

kita juga harus selalu untuk mewaspadai keputihan pada ibu hamil karena bisa

saja menimbulkan risiko yang negatif pada kehamilan dan janin.

Yang menyebabkan keputihan dan masalah kewanitaan yang satu ini terutama

pada waktu hamil muda hampir sama dengan penyebab keputihan pada umumnya.

Penyebab umum yang pertama adalah masalah kebersihan daerah kewanitaan.

Apabila sedang dalam masa kehamilan sebaiknya dari bahan yang lembut nyaman

dan pas jangan menggunakan celana dalam dari bahan sintetis yang ketat.Pakaian

dalam dari bahan sintetis yang ketat akan membuat daerah kewanitaan sulit

bernapas, sehingga akan menimbulkan keringat dan bakteri, yang kemudian

menyebabkan keputihan. Selain itu, masalah kebersihan juga menjadi penyebab

utama. Usahakan untuk tidak membasuh organ kewanitaan menggunakan tissue


basah, karena parfum dari tissue tersebut bisa juga menyebabkan timbulnya

keputihan. Khusus bagi ibu hamil, stress dan perubahan mood atau suasana hati

juga bisa menimbulkan terjadinya keputihan.

Keputihan itu sendiri terbagi menjadi 2 yaitu keputihan yang bersifat fisiologis

(normal) dan juga patologis. Keputihan yang bersifat fisiologis ini umumnya

terjadi saat masa subur, serta saat sesudah dan sebelum menstruasi. Biasanya saat

kondisi-kondisi tersebut sering terdapat lendir yang berlebih, itu adalah hal

normal, dan biasanya tidak menyebabkan rasa gatal serta tidak berbau. Keputihan

fisiologis pada wanita hamil tidak berpengaruh terhadap janin secara langsung,

karena adanya selaput ketuban yang dapat melindungi janin.

Ciri tanda keputihan yang fisiologis normal yaitu :

1. Cairan yang keluar berwarna krem atau bening.

2. Cairan yang keluar tidak berbau.

3. Cairan keputihannya encer.

4. Tidak menyebabkan gatal.

5. Jumlah cairan yang keluar tidak terlalu banyak.

Keputihan jenis patologis disebut juga sebagai keputihan tidak normal. Jenis

keputihan ini sudah termasuk ke dalam jenis penyakit. Keputihan patologis dapat

menyebabkan berbagai efek dan hal ini akan sangat mengganggu bagi kesehatan
wanita pada umumnya dan khususnya kesehatan daerah kewanitaan. Keputihan

patologis akibat adanya infeksi akan mengakibatkan meningkatnya resiko bayi

lahir prematur pada wanita hamil dan bayi pun akan turut terkena infeksi.

Ciri keputihan yang harus diwaspadai antara lain :

1. Cairan yang keluar memiliki warna putih seperti susu, atau berwarna

kuning atau juga hijau.

2. Cairannya bersifat kental.

3. Keputihan patologis menyebabkan rasa gatal.

4. Cairan yang keluar memiliki bau yang tidak sedap.

5. Biasanya menyisakan bercak-bercak yang telihat pada celana dalam

wanita.

6. Jumlah produksi cairan yang keluar sangat banyak.

Bahaya keputihan pada kehamilan salah satunya adalah bisa menyebabkan

persalinan prematur (prematuritas), keputihan pada kehamilan juga dapat

menyebabkan ketuban pecah sebelum waktunya serta kelahiran bayi dengan berat

lahir rendah (kurang dari 2500 gram). Itu sebabnya, sangat diajurkan pada ibu

hamil agar segera melakukan pemeriksaan kehamilan tatkala mendapatkan dirinya

mengalami keputihan. Apalagi jika keputihan tersebut mulai timbul gejala gatal

yang sangat hingga cairan berbau. Dan keputihan ibu hamil ini adalah termasuk

dalam bagian keluhan ibu hamil yang paling sering terjadi.


Untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan akibat keputihan, maka penting bagi

para ibu hamil untuk memperhatikan perubahan cairan yang keluar dari vagina

tersebut dan rutin konsultasi ke dokter kandungan untuk memastikan kesehatan

ibu dan janin. Dan satu lagi, ibu hamil jangan segan-segan untuk menceritakan

keluhan yang dialami selama kehamilan agar dokter bisa melakukan pemeriksaan

lebih lanjut apabila terjadi sesuatu yang mengancam kehamilan dan janin.

Anda mungkin juga menyukai