Anda di halaman 1dari 20

PERILAKU KONSTITUSIONAL DALAM KEHIDUPAN

BERNEGARA

Dosen Pengampu :
Fransisca Ully Marshinta,S.Sos,.M.Hum

Disusun oleh
Kelompok 3:
1. Muhammad Iqbal (061730330963)
2. Muhammad Rivaldi (061730330964)
3. Muhammad Taris Qasthari (061730330965)
4. Prita Kartika (061730330967)
5. Rita Bonita (061730330968)
6. Yusrina Zata Yumni (061730330971)

TEKNIK ELEKTRO / PROD.TELEKOMUNIKASI D3


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
2017

1
DAFTAR ISI
Kata pengantar……………………………………….….….3

BAB I PENDAHULUAN……………………………….….4

1.1 Latar Belakang…………………………………..….4

1.2 Rumusan Masalah………………………….……….4

1.3 Tujuan Penulisan………………….…………...……5

1.4 Ruang Lingkup……………………………..…….…5

BAB II PEMBAHASAN…..………………………………..5

2.1 Pengertian Konstitusi…………………………………..6

2.2 Pengertian Perilaku Konstitusional dan perilaku


inkonstitusional………………………..……….…………….6

2.3 Sikap Positif Perilaku Konstitusional…….……………7

2.4 Perilaku Konstitusional Bagi Penyelenggaraan


Negara…………………………………………….………….7

2.5 Perilaku Konstitusional Partai Politik dan Organisasi


Kemasyarakatan……………………………………………..12

2.6 Perilaku Konstitusional Warga Negara……….………13

2.7 Perilaku Inkonstitusional…..…………………………14

2.8 Hubungan Konstitusi dan Negara………..…………..15

2.9 Cara Mendukung Kesadaran Hukum………………..16

BAB III PENUTUP………………………………………19

3.1 Kesimpulan…………………………………………..19

DAFTAR PUSTAKA…………………………………..…20

2
KATA PENGANTAR

Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmatNya kami dapat menyelesaikan makalah yang bertajuk “Perilaku
Konstitusional dalam Kehidupan Bernegara” dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam
rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila yang diampu oleh Ibu Fransisca
Ully Marshinta,S.Sos,.M.Hum

Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini.

Meski demikian, kami menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di
dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga
kami secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.

Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk masyarakat umumnya.

PALEMBANG, 21Desember 2017

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan hal yang penting. Oleh
karena itu, bangsa Indonesia sudah memiliki konstitusi sejak kemerdekaan dari UUD 1945,
konstitusi RIS, UUDS 1950, sampai UUD 1945 hasil amandemen. Konstitusi negara tidak
hanya sekedar teks-teks yang tertuang dalam suatu naskah. Konstitusi diharapkan bisa hidup
dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain,
konstitusi benar-benar harus ditaati dan dijalankan oleh segenap komponen negara.

Sebagai warga negara yang baik adalah warga negara yang memiliki kesetiaan terhadap
bangsa dan negara, yang meliputi kesetiaan terhadap ideologi negara, kesetiaan terhadap
konstitusi, kesetiaan terhadap peraturan perundang-undangan, dan kesetiaan terhadap
kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu, maka setiap warga Negara harus dan wajib untuk
memiliki prilaku positif terhadap konstitusi, yang mempunyai makna berperilaku peduli atau
memperhatikan konstitusi (UUD), mempelajari isinya, mengkaji maknanya, melaksanakan
nilai-nilai yang terjandung didalamnya, mengamalkan dalam kehidupan, dan berani
menegakkan jika konstitusi dilanggar.

Perilaku konstitusional wajib dimiliki dan diterapkan oleh semua warga negara, karena
perilaku konstitusional dapat menciptakan keadaan yang tertib, disiplin, dan sesuai dengan
hukum.

1.3. Rumusan Masalah


1. Apakah Pengertian Konstitusi?
2. Apakah Pengertian Perilaku Konstitusional dan Perilaku Inkonstitusional?
3. Bagaimana Sikap Positif Perilaku Konstitusional?
4. Apa saja Perilaku inkonstitusional ?
5. Apa Hubungan Konstitusi dan Negara ?
6. Bagaimana Mendukung Kesadaran Hukum ?

4
1.3.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Konstitusi.
2. Untuk memperoleh manfaat dari memiliki Perilaku Konstitusional.
3. Untuk mengetahui keterkaitan antara Konstitusi dan Negara.
4. Untuk mengetahui Tingkat Kesadaran Hukum.
5. Untuk mengetahui Upaya yang dapat dilakukan demi meningkatkan kesadaran hokum
dalam masyarakat.

1.5. Ruang Lingkup


Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek tentang
Konstitusi dan hukum.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konstitusi

Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata kerja yaitu “constituer”
(Perancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara, dengan demikian konstitusi
mengandung makna awal (permulaan) dari segala peraturan perundang-undangan tentang
negara. Belanda menggunakan istilah “Grondwet” yaitu berarti suatu undang-undang yang
menjadi dasar (grond) dari segala hukum. Indonesia menggunakan istilah Grondwet menjadi
Undang-undang Dasar.

Sedangkan menurut Carl Schmitt dari mazhab politik adalah :


a) Konstitusi dalam arti absolut, mencakup seluruh keadaan dan struktur dalam negara.
Hal ini didasarkan bahwa negara adalah ikatan dari manusia yang mengorganisir
dirinya dalam wilayah tertentu. Konstitusi menentukan segala bentuk kerja sama
dalam organisasi negara. Sehingga konstitusi menentukan segala norma.
b) Konstitusi dalam arti relatif, naskah konstitusi merupakan naskah penting yang sulit
untuk diubah dan dengan sendirinya menjamin kepastian hukum. Konstitusi memuat
hal-hal yang fondamental saja sehingga tidak absolut.
c) Konstitusi dalam arti positif, konstitusi merupakan keputusan tertinggi dari pada
rakyat.
d) Konstitusi dalam arti ideal, konstitusi dapat menampung ide yang dicantumkan satu
persatu sebagai isi konstitusi seperti pada konstitusi relatif.

2.2 Pengertian Perilaku Konstitusional dan Perilaku Inkonstitusional

Perilaku konstitusional adalah perilaku-perilaku yang senantiasa berdasar dan hanya


berpijak pada aturan-aturan penyelengaraan bernegara yang tertuang dalam UUD
1945.Perilaku konstitusional juga dapat diartikan sebagai perilaku yang sesuai dengan
konstitusi negara.Sebaliknya perilaku inkonstitusional ialah perilaku yang tidak sesuai dan
bertentangan atau menyimpang dari konstitusi negara.

6
2.3 Sikap Positif Perilaku Konstitusional

Sebagai warga negara yang baik adalah warga negara yang memiliki kesetiaan
terhadap bangsa dan negara, yang meliputi kesetiaan terhadap ideologi negara, kesetiaan
terhadap konstitusi, kesetiaan terhadap peraturan perundang-undangan, dan kesetiaan
terhadap kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu, maka setiap warga Negara harus dan wajib
untuk memiliki perilaku positif terhadap konstitusi, yang mempunyai makna berperilaku
peduli atau memperhatikan konstitusi (UUD), mempelajari isinya, mengkaji maknanya,
melaksanakan nilai-nilai yang terjandung didalamnya, mengamalkan dalam kehidupan, dan
berani menegakkan jika konstitusi dilanggar.

Perilaku konstitusional wajib dimiliki dan diterapkan oleh semua warga negara,
karena perilaku konstitusional dapat menciptakan keadaan yang tertib, disiplin, dan sesuai
dengan hukum.

Pembahasan tentang sikap positif terhadap konstitusi tersebut meliputi perilaku


konstitusional bagi penyelenggaraan Negara, parpol maupun organisasi kemasyarakatan
maupun sebagai warga Negara Indonesia sebagai berikut :

2.4 Perilaku Konstitusional Bagi Penyelenggaraan Negara

Dalam perkembangan kehidupan bernegara, bangsa Indonesia telah mengalami


beberapa kali penggunaan konstitusi yang berlaku antara lain: UUD 1945 pada periode tahun
1945-1949, Konstitusi RIS dalam tahun 1949-1950, UUD S tahun 1950-1959, UUD 1945
tahun 1959-2002, dan UUD 1945 yang telah diamandemen dari tahun 2002 hingga sekarang
(tahun 2009).

Berdasarkan konstitusi yang berlaku di Indonesia saat ini penyelenggaraan Nagara


dilaksanakan oleh lembaga-lembaga Negara meliputi : MPR, Presiden, Kementrian Negara,
DPR, DPD, KPU, Badan Pemeriksa Keuangan, MA, MK, TNI, dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia.

Lembaga-lembaga penyelenggara Negara tersebut melaksanakan tugas atau


kewajibannya berdasarkan wewenang yang dimiliki berdasarkan ketetapan konstitusi lain :

7
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih
lanjut dalam undang-undang. MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota
Negara. Wewenang MPR ialah:

 Mengubah dan menetapkan UUD


 Melantik Presiden dan Wakil Presiden
 Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
UUD
 Mengubah dan menetapkan UUD
 Melantik Presiden dan Wakil Presiden
 Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
UUD

2. Presiden dan Kementrian Negara

Calon Presiden dan/atau Wakil Presiden harus warga Negara Indonesia dan sejak
kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendak sendiri,
tidak pernah mengkhianati Negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk
melaksanakan tugas sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Presiden dan/atau Wakil Presiden
memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.Presiden berhak mengajukan rancangan
undang-undang kepada DPR dan menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan
undang-undang sebagaimana mestinya.Syarat menjadi Presiden diatur dengan undang-
undang.Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya atas
usul DPR karena melakukan pelanggaran hokum berupa pengkhianatan Negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat, atau perbuatan tercela, maupun terbukti tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden.

Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden DPR diajukan kepada MPR,
dan MPR meminta kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili dan
memutuskan pendapat DPR tersebut. Apabila pendapat DPR tersebut telah diperiksa diadili
dan diputuskan Mahkamah Konstitusi memiliki kebenaran atau terbukti, MPR mengadakan
sidang untuk memutuskan usul tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak MPR menerima
usul tersebut. Keputusan MPR tentang usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden,
8
harus diambil dalam rapat paripurna MPR yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya ¾ dari
jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir,
setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan penjelasan dalam
rapat paripurna Majelis. Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melaksanakan kewajibannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa
jabatannya. Kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya enam puluh hari, MPR
menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan
Presiden. Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat
melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, maka tugas
kepresidenan dilaksanakan oleh Menlu, Mendagri, dan Menteri Pertahanan.

Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, MPR menyelenggarakan sidang untuk
memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Kedua pasangan capres dan
cawapres yang merupakan peraih terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum
sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan
Wakil Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan
MPR atau DPR.Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut, dan Angkatan Udara. Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat
perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain. Presiden dalam membuat perjanjian
internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan berdasar bagi kehidupan rakyat
terkait dengan beban keuangan Negara, mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-
undang harus dengan persetujuan DPR.Presiden menyatakaan keadaan bahaya, syarat-syarat
dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dalam undang-undang. Presiden mengangkat duta
dan konsul, dalam pengangkatan duta dan penerimaan penempatan duta Negara lain Presiden
memperhatikan pertimbangan DPR. Presiden memberikan grasi (ampunan yang diberikan
kepala Negara kepada orang yang telah dijatuhi hukuman) dan rehabilitasi (pengembalian
nama baik atau kedudukan) dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung.
Presiden memberikan amnesti (pengampunan atau pembebasan dari hukuman/terutama
hukuman politik) dan abolisi (penghentian atau pembatalan penuntutan perkara) dengan
memperhatikan pertimbangan DPR, Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang
bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden yang selanjutnya diatur
dalam undang-undang.Dalam menjalankan tugas, Presiden dibantu oleh menteri-menteri
Negara yang membidangi urusan tertentu misalnya pada bidang (pertahanan keamanan, luar

9
negeri, dalam negeri, informasi, hukum dan HAM, pendidikan, ekonomi, kebudayaan, olah
raga, riset dan teknologi, social, kelautan lingkungan hidup, kesehatan, dan lain-
lain).Menteri-menteri Negara tersebut diangkat dan diberhentikan Presiden, serta
bertanggung jawab kepada Presiden.Pembentukan, pengubahan dan pembubaran kementerian
Negara diatur dengan undang-undang.

 Tidak pernah menghianati Negara


 Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas sebagai Presiden dan
Wapres
 Mengajukan rancangan UU kepada DPR
 Menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan UU

3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Anggota DPR dipilih melalui pemilihan umum, susunan DPR ditetapkan dengan
undang-undang. Tugas DPR ialah:

 Bersidang sedikitnya sekali dalam setahun


 Membentuk undang-undang
 Membahas rancangan undang-undang bersama dengan Presiden

Hak-hak DPR adalah untuk menyatakan pendapat, budget yaitu hak untuk
menetapkan anggaran belanja Negara (APBN), interpelasi yaitu hak untuk meminta
keterangan kepada Presiden, angket adalah hak untuk mengadakan penyelidikan atas
kebijakan pemerintah, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, serta hak
imunitas adalah hak kekebalan hukum.

4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Anggota DPD dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum, jumlah anggota
DPD tidak boleh lebih dari jumlah anggota DPR.DPD bersidang sedikitnya sekali dalam
setahun.DPD dapat mengajukan rancangan undang-undang tentang otonomi daerah,
hubungan antar pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran atau penggabungan daerah,
dan lain-lain kepada DPR.DPD berhak melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-
undang, tentang otonomi daerah, hubungan antar pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran atau penggabungan daerah, dan lain-lain.

10
 Mengajukan rancangan undang-undang tentang otonomi daerah, hubungan antar pusat
dan daerah
 Pembentukan dan pemekaran atau penggabungan daerah, dan lain-lain kepada DPR

5. Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Sebagai Negara yang menerapkan system penerapan rakyat atau demokrasi pemilihan
umum merupakan sarana pesta demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan
duduk di DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden dan DPRD. Pemilu di Indonesia
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekali.
Ketentuan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.

 Menyelenggarakan pemilu yang langsung, bebas, rahasia, jujur, dan adil

6. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara dibentuklah


BPK, kemudian hasil pemeriksaan keuangan Negara diserahkan kepada DPR, DPD, DPRD
sesuai dengan kewenangannya.Hasil pemeriksaan tersebut ditindak lanjuti oleh lembaga
perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.Anggota BPK dipilih oleh DPR
dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh Presiden.

 Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara


 Menyerahkan laporan hasil pemeriksaan kepada DPR, DPD, DPRD

7. Mahkamah Agung (MA)

Kewenangan MA adalah menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-


undang, dan wewenang lain yang diberikan oleh undang-undang. Calon Hakim Agung
diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya
ditetapkan menjadi Hakim Agung oleh Presiden. Kewenangan Komisi Yudisial adalah
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

 Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang

11
8. Mahkamah Konstitusi (MK)

MK memiliki kewenangan untuk mengadili tingkat pertama dan terakhir yang


putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar.
Kewenangan lain adalah memutuskan sengketa kewenangan yang diberikan UUD,
memutuskan pembubaran partai politik, perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

 Memutuskan sengketa kewenangan yang diberikan UUD


 Memutuskan pembubaran partai politik, perselisihan tentang hasil pemilihan umum

9. Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Kesatuan Republik


Indonesia

Sebagai usaha pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan melalui system


pertahanan dan keamanan rakyat semesta, Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung. TNI yang terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara
sebagai alat Negara yang bertugas mempertahankan, melindungi dan memelihara keutuhan
serta kedaulatan Negara. Sedangkan Kepolisian Negara Kesatuan Republik Indonesia
bertugas menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat, serta sebagai penyelidik maupun
penyidik terjadinya kasus kejahatan untuk dilimpahkan kepada kejaksaan.

 Mempertahankan, melindungi dan memelihara keutuhan serta kedaulatan Negara


 Menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat

2.5 Perilaku Konstitusional Partai Politik dan Organisasi Kemasyarakatan

Sejalan dengan semangat pasal 28 UUD 1945 serta meningkatnya kesadaran warga
Negara Indonesia dalam berpolitik, maka terjadi perkembangan yang signifikan tentang
jumlah partai politik dan organisasi kemasyarakatan yang ada di Indonesia. Melalui
organisasi politik tersebut seseorang dapat memperoleh kekuasaan dalam pemerintahan
negara.Oleh sebab itu, perilaku parpol dalam menyampaikan aspirasi politik dari masyarakat
harus secara konstitusional, tidak melakukan provokatif, anarkis, destruktif maupun
perbuatan tercela lainnya yang jelas bertentangan dengan harapan seluruh rakyat Indonesia.

12
2.6 Perilaku Konstitusional Warga Negara

Harus kita sadari bersama bahwa keberhasilan bangsa Indonesia dalam mewujudkan
tujuan Negara sebagaimana yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945 alenia keempat,
tidak semata-mata merupakan tugas penyelenggara Negara.Namun hal ini menjadi kewajiban
kita untuk menjalin hubungan antara pemerintah dan masyarakat yang harmonis.

Sebagai warga Negara yang baik, perilaku kita harus sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku.Misalnya jika kita kelak menjadi petani menjadilah petani yang baik menanam
tanaman yang tidak menjerumuskan generasi muda kearah penyalahgunaan narkoba.Kita
menyadari bahwa dalam kehidupan berbangsa bermasyarakat tidak terlepas dari berbagai
permasalahan. Oleh sebab itu, dalam penyelesaian permasalahan dapat dihindari main hakim
sendiri, kekerasan, anarkis dan tindakan lain yang tidak konstitusional. Dalam kehidupan
bernegara kita dapat melakukan perbuatan yang konstitusional misalnya:

 Memberikan kritik atau saran kepada pemerintah melalui wakil rakyat


 Terhadap perlakuan tidak adil oleh siapapun termasuk pemerintah dalam melakukan
upaya hukum harus melalui musyawarah atau jalur hokum
 Membiasakan untuk memberikan sesuatu daripada meminta sesuatu sebagaimana
dikemukakan oleh John F. Kennedy yaitu, ‘jangan bertanya apa yang akan diberikan
Negara kepadamu, tetapi tanyakan pada dirimu apa yang telah anda berikan kepada
Negara atau bangsamu’
 Siap membela Negara bila dibutuhkan sewaktu-waktu
 Membiasakan untuk menghargai hasil karya orang lain
 Mengakui dan menghargai hak-hak asasi orang lain.
 Mematuhi dan menaati peraturan yang berlaku, baik peraturan lalu lintas, sekolah, dan
lain sebagainya.
 Tidak main hakim sendiri.
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Adanya keterbukaan dan etika dalam menghadapi suatu permasalahan.
 Mengembangkan sikap sadar dan rasional.
 Menjalin persatuan dan kesatuan melalui berbagai kegiatan.
 Pelaksanaan pemilihan umum secara transparan, jujur, adil, dan bebas, serta sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

13
 Pengambilan keputusan dengan musyawarah atau pemungutan suara, tidak dengan
money politic, suap, kolusi, dan intimidasi.
 Pelaksanaan demonstrasi atau aksi-aksi secara damai bukan dengan kekerasan,
infiltrasi, atau revolusi.
 Membayar pajak tepat waktu
 Ikut melaksanakan pembelaan negara sesuai dengan kemampuan, hak dan kewajiban.
 Memberikan kritik atau saran kepada pemerintah melalui wakil rakyat.

2.7 Perilaku inkonstitusional

Berikut adalah contoh perilaku inkonstitusional yang perlu dihindari dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara :

1) Melanggar apa yang menjadi isi Konstitusi atau melanggar aturan dan norma yang
telah ditetapkan di dalam konstitusi.
2) Menyalahgunakan konstitusi untuk kepentingan pribadi atau kelompok, ataupun
untuk memperkaya diri sendiri (korupsi).

14
2.8 Hubungan Konstitusi dan Negara

Dasar negara berkedudukan sebagai norma hukum tertinggi negara dan menjadi
sumber bagi pembentukan norma-norma hukum di bawahnya, salah satunya adalah
konstitusi.
Hubungan antara dasar negara dan konstitusi nampak pada gagasan dasar, cita-cita
dan tujuan negara yang terdapat dalam pembukaan UUD suatu negara.Dasar negara
Indonesia adalah Pancasila.Dasar negara Pancasila merupakan pandangan bangsa Indonesia
yang mengandung nilai-nilai luhur bangsa dalam menentukan konsep dasar dari cita-cita
bangsa.Dengan demikian secara tidak langsung Pancasila mengikat bangsa Indonesia dalam
praktik kenegaraan.
Berbeda dengan konstitusi.Konstitusi memuat bangunan negara dan sendi-sendi
pemerintahan negara.Konstitusi bisa tertulis dan tidak tertulis.Konstitusi tertulis disebut
Undang-Undang Dasar (UUD).Oleh karena itu konstitusi negara RI adalah UUD 1945.

Menurut Hafizah,2013 Dasar negara dan konstitusi mempunyai hubungan secara :


a) Keterkaitan Secara Filosofis
Secara filosofis, konstitusi bangsa Indonesiaselalu didasarkan ada filosofifilosofi
bangsa.Para pendiri negara Republik Indonesia yang arif dan bijaksana telah berhasil
meletakkan dasar negara yang kokoh dan kuat, yaitu Pancasila.Pancasila digali dari bumi
Indonesia sendiri dan mewariskan landasan konstitusional kepada bangsanya.Kemudian, pada
tanggal 18 Agustus 1945 dalam siding Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
b) Keterkaitan Secara Yuridis
Secara Yuridis, konstitusi negara RI mengandung pokok-pokok pikiran dasar negara
yang diwujudkan dalam bentuk pasal-pasal konstitusi negara RI.
c) Keterkaitan Secara Sosiologi
Secara sosiologis, konstitusi khendaknya dapat menampung seluruh nilai-nilai yang
berkembang dalam masyarakat karena dasar negara merupakan prinsip-prinsip dasar dalam
menjalankan kehidupan bernegara karena mengandung nilai-nilai luhur bangsa di suatu
negara.
Dalam 3 UUD yang pernah berlaku di Indonesia, yaitu UUD 1945, Konstitusi RIS
1949, dan UUDS 1950.semua pembukaan atau mukadimahnya mencantumkan Pancasila.
Tidak semua bangsa di suatu negara dapat merumuskan dasar negaranya secara jelas dan
tegas dalam bagian pembukaan konstitusi seperti bangsa Indonesia.

15
Nilai-nilai Pancasila menjiwai Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang
diuraikan secara terperinci dalam pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan dalam pasal-pasal
UUD 1945.Oleh karena itu, UUD 1945 yang memuat nilai dasar Pancasila dijadikan landasan
konstitusi rakyat, dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut
harus diketahui dan dipahami serta dihayati oleh bangsa Indonesia.

A. Hubungan dasar negara dan konstitusi di Indonesia


Dapat dilihat dari hubungan antara sila-sila pancasila yang termuat pada pembukaan
UUD 1945 dengan pasal-pasal yang termuat dalam batang tubuh UUD 1945.
Pasal-pasal UUD adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran yang ada dalam
pembukaan UUD 1945 (Sulaiman,2013).

B. Hubungan dasar negara dan konstitusi di negara liberal (As)


Konstitusi yang di buat bertujuan untuk :
 Menegakkan keadilan
 Menjamin keamanan dalam negeri
 Menyediakan pertahanan umum
 Memajukan kesahteraan umum
 Mengamankan kemerdekaan rakyat As yang dianggap sebagai anugerah dari sang
pencipta

C. Hubungan dasar negara dan konstitusi di negara komunis (Uni soviet)


Dasar negara Uni soviet adalah komunisme.Hal itu di nyatakan di dalam pembukaan
konstitusi 1977 hubungn dasar negara komunisme dengan pasal-pasal dalam konstitusi Uni
Soviet terdapat di dalam alinea terakhir.

2.9 Cara Mendukung Kesadaran Hukum

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum. Menurut Soekanto dalam
Nurhidayat, (2006: 9-11), dijelaskan secara singkat sebagai berikut

1) Pengetahuan tentang kesadaran hukum Secara umum, perturan-peraturan yang telah


sah, maka dengan sendirinya peraturan-peraturan tadi akan tersebar luas dan diketahui umum.

16
Tetapi sering kali terjadi suatu golongan tertentu di dalam mayarakat tidak mengetahui atau
kurang mengetahui tentang ketentuan-ketentuan hukum yang khusus bagi mereka.

2) Pengakuan terhadap ketentuan-ketentuan hukum, Pengakuan masyarakat terhadap


ketentuan-ketentuan hukum, berati bahwa masyarakat mengetahui isi dan kegunaan dari
norma-norma hukum tertentu. Artinya ada suatu derajat pemahaman yang tertentu terhadap
ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku.Namun hal ini belum merupakan jaminan bahwa
warga masyarakat yang mengakui ketentuan-ketentuan hukum tertentu dengan sendirinya
mematuhinya, tetapi juga perlu diakui bahwa orang-orang yang memahami suatu ketentuan
hukum adakalanya cenderung untuk mematuhinya.

3) Penghargaan terhadap ketentuan-ketentuan hukum, Penghargaan atau sikap tehadap


ketentuan-ketentuan hukum, yaitu sampai sejauh manakah suatu tindakan atau perbuatan
yang dilarang hukum diterima oleh sebagian besar warga masyarakat. Juga reaksi masyarakat
yang didasarkan pada sistem nilai-nilai yang berlaku.Masyarakat mungkin menentang atau
mungkin mematuhi hukum, karena kepentingan mereka terjamin pemenuhannya.

4) Pentaatan atau kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan hukum, Salah satu tugas hukum
yang penting adalah mengatur kepentingan-kepentingan para warga masyarakat. Kepentingan
para warga masyarakat tersebut lazimnya bersumber pada nilai-nilai yang berlaku, yaitu
anggapan tentang apa yang baik dan apa yang harus dihindari.

5) Ketaatan masyarakat terhadap hukum, dengan demikian sedikit banyak tergantung


apakah kepentingan-kepentingan warga masyarakat dalam bidang-bidang tertentu dapat
ditampung oleh ketentuan-ketentuan hukum. Ada juga suatu anggapan bahwa kepatuhan
hukum disebabkan karena adanya rasa takut pada sanksi, karena ingin memelihara hubungan
baik dengan rekan-rekan sekelompok atau pimpinan karena kepentingannya terlindung,
karena cocok dengan nilai-nilai yang dianutnya.

1. Tingkat Kesadaran Hukum Masyarakat


Tingkat Kesadaran Hukum. Menurut Soekanto dalam Nurhidayat (2006: 11-12), indikator-
indikator dari kesadaran hukum sebenarnya merupakan petunjuk yang relatif kongkrit tentang
taraf kesadaran hukum. Dijelaskan lagi secara singkat bahwa :

1) Indikator pertama adalah pengetahuan hukum Seseorang mengetahui bahwa perilaku-


perilaku tertentu itu telah diatur oleh hukum. Peraturan hukum yang dimaksud disini adalah

17
hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis.Perilaku tersebut menyangkut perilaku
yang dilarang oleh hukum maupun perilaku yang diperbolehkan oleh hukum.

2) Indikator kedua adalah pemahaman hukum Seseorang pelajar mempunyai pengetahuan


dan pemahaman mengenai aturan-aturan tertentu, misalnya adanya pengetahuan dan
pemahaman yang benar dari pelajar tentang hakikat dan arti pentingnya peraturan disekolah.

3) Indikator yang ketiga adalah sikap hukum Seseorang mempunyai kecenderungan untuk
mengadakan penilaian tertentu terhadap hukum.

4) Indikator yang keempat adalah perilaku hukum, yaitu dimana seseorang atau pelajar
mematuhi peraturan yang berlaku.

Keempat indikator tadi sekaligus menunjukkan pada tingkat-tingkatan kesadaran hukum


tertentu di dalam perwujudannya.Apabila seseorang hanya mengetahui hukum, maka dapat
dikatakan bahwa tingkat kesadaran hukumnya masih rendah, tetapi kalau seseorang dalam
suatu masyarakat telah berperilaku sesuai dengan hukum, maka kesadaran hukumnya tinggi.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konstitusi adalah sejumlah aturan-aturan dasar dan ketentuan ketentuan hukum yang
dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintahan termasuk dasar
hubungan kerja sama antara negara dan masyarakat dalam konteks kehidupan berbangsa dan
bernegara. Karena itu, dikembangkannya pengertian constituent power berkaitan pula dengan
pengertian hirarki hukum (hierarchy of law).
Konstitusi merupakan hukum yang lebih tinggi atau bahkan paling tinggi serta paling
fundamental sifatnya, karena konstitusi itu sendiri merupakan sumber legitimasi atau
landasan otorisasi bentuk-bentuk hukum atau peraturan-peraturan perundang-undangan
lainnya. Sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku universal, maka agar peraturan-peraturan
yang tingkatannya berada di bawah Undang-Undang Dasar dapat berlaku dan diberlakukan,
peraturan-peraturan itu tidak boleh bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi tersebut
Sikap-sikap positif yang dapat dilakukan terhadap konstitusi yaitu :
a. Bersikap Terbuka
b. Mampu mengatasi masalah
c. Memiliki harapan Realistis
d. Memiliki harapan Realistis
e. Penghargaan terhadap karya bangsa sendiri
f. Mau menerima dan memberi umpan balik

19
Daftar Pustaka

http://luthfiya-09.blogspot.co.id/2013/11/hubungan-negara-dan-konstitusi.html
http://tyotomotif.blogspot.co.id/2014/10/makalah-konstitusi.html
http://www.updatekeren.com/2012/11/pengertian-konstitusi.html

20

Anda mungkin juga menyukai