PENDAHULUAN
1
Bagaimanakah peran pemerintah dalam pelaksaan hukum yang terkait kasus
tersebut?
Bagaimanakah pelaksanaan supremasi hukum di Indonesia?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan dari penulisan makalah ini yaitu
untuk mengetahui kasus yang menyimpang dari peraturan UU dan kaitannya dalam
pelaksanaan supremasi hukum di Negara Indonesia.
2
BAB II
ISI
2.1. Kasus : Pak Sobirin Penjual Bakso Tennis BERBORAKS, Jalan Sumurboto –
Tembalang, Semarang
3
jika terjadi perubahan warna pada sampel yang diuji yaitu perubahan warna
kuning kunyit menjadi merah bata, sampel tersebut mengandung boraks. Dari
hasil analisa didapatkan bahwa sampel pertama (BAKSO AREMA) tidak terjadi
perubahan warna tetapi pada sampel kedua (BAKSO TENNIS) terjadi
perubahan warna yang mencolok menjadi merah bata. Hal ini dapat
didisimpulkan bahwa pada sampel kedua bakso yang dianalisa mengandung
boraks.
Penjual sekaligus pembuat bakso TENNIS berboraks oleh Pak Sobirin ini
menambahkan bleng (boraks yang sudah mengalami treatment) dengan alasan
untuk memperbaiki tekstur dan kekenyalan serta dapat memperlama daya
simpan daripada bakso yang diproduksinya. Sampai saat ini beliau masih
menambahkan bleng kedalam adonannya dan menjajakan baksonya di
sepanjang zona merah Jalan Sumurboto. Tidak ada konsumen yang mengeluh
kesakitan setelah makan bakso yang dijualnya dan tidak ada tindakan atau
sosialisasi dari pihak manapun yang melarang penambahan bleng kedalam
adonan bakso. Satu alasan Pak Sobirin menambahkan bleng kedalam adonan
baksonya yaitu mampu memperpanjang waktu simpan. Singkat cerita, yang
namanya penjual tidak pasti semua barang yang didagangkan habis hari itu juga,
sehingga ketika barang dagangan tidak habis bisa dijual dikemudian hari
sehingga pedagang tidak merasa rugi dengan catatan dagangan tersebut masih
dengan cita rasa yang enak.
Penambahan bleng (boraks) ini mungkin menguntungkan bagi seorang
pedagang bakso seperti Pak Sobirin. Tetapi sangat merugikan bagi orang yang
mengonsumsinya. Boraks bisa dikatakan zat kimia yang aman dengan jumlah
tertentu, karena reaksinya yang tidak langsung kelihatan. Boraks atau bleng
yang ditambahkan kedalam makanan ketika masuk kedalam tubuh akan
tertimbun dan lama kelamaan dalam selang waktu 3-5 tahun dapat
mengakibatkan penyakit yang berbahaya seperti jantung, gangguan ginjal,
sampai menyebabkan kematian.
4
Dalam kasus ini melibatkan dua bidang yang menangani yaitu dinas
perdagangan (Ibu Nurjanah, staff Humas) dan dinas kesehatan(Ibu Mercy, staff
Humas). Dari hasil informasi yang diperoleh dari kedua pihak secara garis besar
menyatakan bahwa kasus tersebut merupakan hal yang biasa, karena banyak
produk pasaran yang didalamnya merupakan zat kimia, seperti halnya bleng.
Sedangkan untuk menindak lebih lanjut kasus tersebut memerlukan banyak
pihak yang terlibat seperti penjual dan pembuat bleng serta pemasaran boraks
murni, sehingga memerlukan proses dan waktu yang relative lama.
5
b. Dinas Kesehatan
Adanya kandungan zat kimia dalam bahan makanan yang diperjualbelikan
akan sangat membahayakan konsumen. Sehingga peran dari dinas kesehatan
sangatlah penting dalam menindaklanjuti kasus adanya boraks dalam makanan
(bakso). Penggunaan atau pencampuran bahan berbahaya kedalam makanan
tidak diperbolehkan karena membahayakan kesehatan konsumen. Hal ini
dimuat Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 722/Menkes/Per/IX/1988 yang
didalamnya disebutkan efek negative dari boraks yaitu : Pemakaian sedikit dan
lama akan terjadi kumulatif pada otak, hati, lemak dan ginjal. Untuk pemakaian
jumlah banyak mnyebabkan demam, depresi, apatis, sianosis, tekanan darah
turun, kerusakan ginjal, pingsan, koma, bahkan kematian.
6
2.4. Fakta dan Data dari Kasus
a. Analisa Kandungan Boraks
Sebelum menemukan fakta terkuaknya bakso berborak oleh Pak Sobirin,
Si penjual bakso tenis berboraks. Dilakukan hipotesa awal yaitu dengan melihat
atau mengamati banyak sedikitnya pelanggan yang singgah ke penjual bakso.
Langkah pertama yaitu dengan mengambil 2 sampel bakso dari pedagang bakso
yang berbeda, yaitu bakso malang (depan polines), dan bakso tenis Pak Sobirin.
Analisa pertama yang dilakukan yaitu dengan uji organoleptik, yang mana uji ini
meliputi uji indra perasa dan penglihatan. Indra perasa disini berperan untuk
merasakan tekstur dan kekenyalan daripada kedua sampel bakso, sedangkan
indra penglihatan juga bertindak untuk melihat tekstur bakso serta kekenyalan.
Sedangkan untuk analisa yang kedua yaitu dengan test boraks. Sebelumnya
dengan referensi jurnal ilmiah farmasi oleh Endang Triastuti, dkk UNSRAT
vol.2 No.1 Februari 2013 dengan judul “Analisis Boraks pada Tahu di Kota
Manado”, dengan uji menggunakan kertas kurkumin disebutkan bahwa bahan
makanan yang akan diuji dan dicampurkan reagen ketika kertas kurkumin
dicelupkan akan berubah warna(dari warna awal kuning menjadi merah
kecoklatan (merah bata)) menandakan bahwa makanan tersebut positif
mengandung boraks. Tetapi dalam analisa yang dilakukan yaitu dengan
menggunakan ekstra kunyit (pengganti kertas kurkumin) yang diteteskan ke
sampel yang akan diuji, jika ekstrak kunyit tersebut yang warna awalnya kuning
berubah menjadi merah kecoklatan (merah bata) menandakan adanya kandungan
boraks dalam makanan. Selain dengan cara meneteskan ekstrak kunyit juga
dengan cara menusukkan tusuk gigi kekunyit kemudian menusukkannya
kedalam sampel makanan yang akan diuji selama 5 detik. Jika warnanya berubah
dari kuning menjadi merah bata berarti makanan tersebut positif mengandung
boraks.
7
Tabel 1. Hasil Analisa Sampel Bakso
Uji Organoleptik Uji Kandungan Boraks dengan Ekstrak Keterangan
Kunyit
Sebelum Sesudah
Sampel 1 - Tekstur tidak rata Sampel tidak
(bakso malang – (kelihatan tekstur mengandung
depan Polines) daging) boraks.
- Kenyal karena
tepung
(kanan) Warna (kiri) Warna setelah
ekstrak kunyit yang digunakan untuk
belum digunakan analisa
untuk analisa
8
dari penyalahgunaan atau tindakan sewenang-wenang yang dilakukan produsen,
importir, distributor dan setiap pihak yang berada dalam jalur perdagangan barang
atau jasa. Selain peredaran barang dan jasa di pasar, faktor keamanan,
keselamatan, kesehatan dan lingkungan menjadi hal yang sangat penting dalam
perlindungan konsumen. Salah satu produk yang harus mengutamakan faktor
K3L tersebut adalah Bahan Berbahaya (B2). Sehingga mendorong pemerintah
menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 23/MDAG/PER/9/2011
Tentang Pengadaan, distribusi dan Pengawasan Bahan Berbahaya.
9
1168/Menkes/Per/XI/1999 salah satunya yaitu Asam Borat (Boric Acid) atau
boraks, bleng, pijer. Tujuan penambahan boraks pada proses pengolahan makanan
adalah untuk meningkatkan kekenyalan, kerenyahan, serta memberikan rasa gurih
dan kepadatan terutama pada jenis makanan yang mengandung pati.
10
bakso dengan menggunakan boraks bersama salah satu pegawai Dinas
Perdagangan Semarang yang bernama Ibu Nurjanah. Ibu Nurjanah mengatakan
bahwa penggunaan boraks dalam pembuatan bakso memang dilarang dan dalam
penjualan boraks juga tidak dilakukan secara bebas karena ada peraturan yang
mengatur tentang penjualan boraks, namun Ibu Nurjanah beranggapan bahwa
para pedagang bakso biasanya bukan memakai boraks murni melainkan memakai
bleng yang secara mudah didapatkan oleh para pedagang. Ibu Nurjanah juga
beranggapan bahwa penggunaan bleng dalam pembuatan bakso merupakan hal
yang sudah lumrah terjadi. Dalam kasus ini Dinas Perdagangan belum dapat
langsung turun tangan untuk mencegah kasus ini, karena sampai saat ini belum
ada pelaporan tentang efek samping yang dialami oleh konsumen setelah
mengkonsumsi bakso tenis milik Pak Sobirin.
Pada tanggal 28 September 2016 penulis mendatangi Dinas Kesehatan
Semarang di Jalan Pandanaran No.79 dan melakukan wawancara serta diskusi
dengan salah satu pegawai Dinas Kesehatan yang bernama Ibu Mercy. Pendapat
dari Ibu Mercy tidak berbeda jauh dengan Ibu Nurjanah yang bekerja di Dinas
Perdagangan. Dalam bidang kesehatan mengkomsumsi boraks dapat
mengakibatkan :
- Demam - Mual
- Muntah - Sakit perut
- Diare - Sakit kepala
- Mata merah - Merusak kesuburan
- Merusak janin - Tidak sadarkan diri
- Deperesi pernapasan - Gagal ginjal akut
- Kematian
- Kulit memerah terutama di telapak tangan, telapak kaki, skrotum, dan
pantat dan mengelupas
11
Setelah melakukan wawancara dengan salah satu pegawai dari Dinas
Kesehatan dan Dinas Perdagangan, penulis melakukan wawancara dengan Pak
Sobirin yang merupakan pemilik dari bakso tenis. Pak Sobirin mengaku bahwa ia
menambahkan bleng pada baksonya karena bleng merupakan zat yang dapat
membuat tekstur bakso lebih kenyal dan bagus sehingga lebih disukai konsumen.
Pak Sobirin juga beranggapan bahwa bleng bukan merupakan bahan/zat yang
berbahaya untuk dikonsumsi. Pak Sobirin mendapatkan bleng tersebut dengan
cara mudah karena dipasaran dijual dengan bebas sehingga siapa saja dapat
membelinya dengan mudah. Pak Sobirin juga mengatakan bahwa selama ia
menjual bakso, belum pernah ada sosialisasi dari pemerintah baik dari Dinas
Perdagangan dan Dinas Kesehatan mengenai bahaya penggunaan penambahan
bleng pada bakso.
12
hukum diharapkan dapat membawa kehidupan dalam suatu negara menjadi lebih
baik, dengan adanya supremasi hukum, maka kejahatan bisa dikurangi karena
adanya kesadaran masyarakat tentang apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak
diperbolehkan.
Relevansi antara kasus penggunaan boraks oleh Pak Sobirin dengan
supremasi hukum dapat disimpulkan bahwa Pak Sobirin tidak menjunjung tinggi
hukum yang ada, dengan kata lain Pak Sobirin tidak melakukan supremasi hukum
yang seharusnya dijunjung tinggi yang bertujuan agar terciptanya tanggung jawab
di tengah masyarakat, menjamin masyarakat akan adanya keadilan,dan
menciptakan masyarakat yang bermoral. Hal ini dapat dilihat dari fakta yang telah
didapat yaitu Pak Sobirin menambahkan boraks yang merupakan bahan
berbahaya pada baksonya, padahal sudah ada hukum yang mengatur tentang
larangan penggunaan boraks. Hal ini membuktikan bahwa Pak Sobirin belum
mengetahui apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak diperbolehkan oleh
hukum. Akibat dari kasus ini maka tujuan dari supremasi hukum tidak dapat
tercapai dan supremasi hukum tidak akan berarti lagi karena hukum/peraturan
tidak ditegakkan dalam kasus penambahan boraks pada bakso tenis milik Pak
Sobirin ini.
2.7. Solusi
Pada kasus “Pak Sobirin Penjual Bakso Tenis Berboraks di Jalan Sumurboto,
Tembalang, Semarang, Jawa Tengah” ini, penulis memiliki solusi agar kasus ini
tidak terulang kembali. Adapun solusi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mengganti Bahan Pengawet yang Baik Sebagai Pengganti Boraks
13
pengawet untuk bakso yang lebih aman dan tidak memberikan efek bahaya
pada kesehatan serta dapat meningkatkan produksi. Diantara alternatif yang
sudah ditawarkan pasar secara luas ialah asap cair yang berasal dari kayu atau
tempurung kelapa. Asap cair, sebagaimana disimpulkan Effendi Abustam,
dkk dari Laboratorium Teknik Hasil Ternak Universitas Hasanuddin dalam
satu studi mereka, dapat digunakan bahan pengikat air dan pengawet
menggantikan boraks dan formalin pada pembuatan bakso daging sapi. Asap
cair merupakan bahan yang penggunaannya belakangan ini banyak
dikembangkan pada produk pangan. Termasuk sebagai pengawet dan pengikat
air pada pembuatan nugget ayam dan bakso, juga bisa berfungsi untuk lebih
melunakkan daging.
Pemerintah dalam hal ini Badan POM bersama jajarannya yaitu Balai Besar
POM/ Balai POM secara rutin melakukan pengawasan dan pengamanan
termasuk melakukan sampling terhadap sejumlah sampel yang diduga
mengandung bahan berbahaya untuk dilakukan uji laboratorium terhadap
produk- produk tersebut, serta melakukan tindakan pengamanan yang sesuai.
14
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan uraian penjelasan kasus bakso tennis berboraks oleh Pak Sobirin,
Jl. Sumurboto, Tembalang – Semarang terhadap pelaksanaan supremasi hukum di
Indonesia dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan supremasi hukum ini
membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh Warga Negara Indonesia dengan
menaati undang-undang yang berlaku tentang larangan keras penambahan bahan
berbahaya dan beracun kedalam makanan. Dari Dinas yang berkaitan seperti
dinas perdagangan dan kesehatan sampai saat ini belum ada tindakan lebih lanjut
mengenai bakso berboraks, selain dari tindakan juga belum ada sosialisasi dari
dinas pemerintahan tentang larangan penambahan bahan berbahaya (termasuk
jenis dan macamnya) kedalam makanan, sehingga banyak orang awam yang tidak
tahu jenis bahan yang berbahaya serta dampak bagi kesehatan konsumen.
Supremasi hukum di Negara Indonesia belum berjalan sesuai dengan yang
seharusnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Manurung, dkk. 2012. Bahaya Penggunaan Boraks Pada Bakso Dan Alternatif
Pengawet Yang Aman. http://dokumen.tips/documents/makalah-bi-
bahaya-penggunaan-boraks-pada-bakso.html. (Diakses tanggal 07
Oktober 2016)
Triastutik, endang. Dkk. 2013. Analisis Boraks pada Tahu di Kota Manado.
http://ejournal.unsrat.ac.id. (Diakses tanggal 07 Oktober 2016)
16