ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TB PARU Ncuss
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TB PARU Ncuss
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
2.1 Defenisi
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberkulosa yaitu kuman batang tahan asam (A. Silvia, 1995).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis (Hayes, 1997).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi pada paru-paru yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberkulosa yang dapat mengenai berbagai organ dalam tubuh tapi organ
yang paling sering dikenai adalah paru-paru (Yunus,dkk 1992).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman Myobakterium,
dengan gejala yang sangat bervariasi (Mansjoer, Dkk.2001).
Saluran pengantar udara hingga paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, dan bronkiolus. Paru-paru terdapat dalam rongga thorak pada bagian kiri dan
kanan. Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga
pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikal. Paru kanan di bagi atas
tiga lobus yaitu lobus superior, medius, inferior, sedangkan paru kiri di bagi atas dua
lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior.
Tiap lobus di bungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh arteriola,
venula, bronchial venula, duktus alveolar, sakkus alveolar, dan alveoli. Diperkirakan
bahwa setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan
yang cukup luas untuk tempat permukaan atau pertukaran gas.
Pernafasan paru-paru merupakan pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi pada paru-
paru. Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksternal, O2 diambil melalui mulut
dan hidung pada waktu bernafas. O2 masuk melalui trakea sampai alveoli berhubungan
dengan kapiler pulmunal. Alveoli memisahkan O2 dari darah, O2menembus membran,
diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan jantung di pompakan ke seluruh
tubuh. Udara yang di proses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10%,
kurang lebih 500 ml, disebut juga udara pasang surut (tidal air) yaitu yang dihirup dan di
hembuskan pada pernafasan biasa.(Pearce. C. Evelyn. 1990)
2.3 Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Myobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium bovis. Basil tuberkulosis dapat hidup
dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati pada
suhu 60°C dalam 15 – 20 menit.
a. Mycobacterium bovis
Penularannya secara peroral, misalnya minum susu yang mengandung basil tuberkulosis
yang biasanya Mycobacterium bovis.
b. Mycobacterium tuberculosis
Penularan melalui udara, faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi
oleh Mycobacterium tuberculosis :
1. Herediter, resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara
herediter.
2. Jenis kelamin, pada akhir masa kanak-kanak dan remaja angka kematian dan
kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
3. Usia, pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi. Pada masa puber dan
remaja dimana terjadi masa pertumbuhan yang cepat, kemungkinan terinfeksi sangat
tinggi karena diet yang tidak adekuat.
4. Keadaan stress, situasi yang penuh stres (injuri, kurang nutrisi, stres emosional,
kelelahan kronik)
5. Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan
memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
6. Anak yang mendapat terapi kortikosteroid lebih mudah terinfeksi.
7. Nutrisi, status nutrisi yang kurang.
8. Tidak memenuhi aturan pengobatan.
( Sudoyo, 2001)
Sifat kuman TB
1. Dorman ( tidur )
Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupundalam keadaan dingin (dapat
tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini karena kuman berada dalam sifat dorman.
Dari sifat dorman ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktif
lagi.
2. BTA ( Basil Tahan Asam)
Lipid inilah yang membuat kuman tahan asam (asam alkohol) sehingga disebut
bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan gangguan kimia dan fisis.
3. Kuman TB dilindungi oleh Lipid
Dilindungi oleh lipid sehingga manifestasinya lama muncul, Sebagian besar kuman
terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomana.
4. Bersifat aerob
Kuman TB hidup di tempat yang lembab
(Slamet Suyono, 2001)
2. Muntah darah
a. Darah dimuntahkan dengan rasa mual
b. Darah bercampur sisa makanan
c. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung
d. Darah bersifat asam
e. Anemia seriang terjadi
f. Benzidin test positif
3. Epistaksis
a. Darah menetes dari hidung
b. Batuk pelan kadang keluar
c. Darah berwarna merah segar
d. Darah bersifat alkalis
e. Anemia jarang terjadi
2.7 Komplikasi
a. Komplikasi dini
1. Pleuritis
Nyeri dada timbul apabila telah terjadi infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
meninbulkan pleuritis.
2. Efusi pleura
Apabila terjadi infeksi pada pleura menyebabkan pleura terisi oleh cairan yang
menyebabkan terjadinya efusi pleura.
3. Laringitis
Dari kuman yang masuk terjadi inflamasi pada laring sehingga menyebabkan seseorang
mengalami laringitis.
( Mansjoer, A. 2001)
b. Komplikasi lanjut
1. Hemoptisis berat
Terjadi perdarahan dari saluran nafas bawah yang dapat mengakibatkan tersumbatnya
jalan nafas seseorang yang menyebabkan syok hipovolemik dan akhirnya menyebabkan
kematian.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
Kuman yang masuk menuju bronkus kemudian terjadi retraksi bronkial dan
menyebabkan kolaps.
3. Bronkiectasis dan fribosis pada Paru.
4. Pneumotorak spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan Paru.
5. Terjadi penyebaran infeksi ke organ lain seperti ke otak yang menyebabkan
terjadinya abses otak dan akhirnya menyebabkan kematian, selain itu infeksi bisa
menyebar ke tulang, persendian, dan ginjal.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
3. Pemeriksaan sputum
2x berturut-turut (hr 1, 2, 3)
Cara pemeriksaan sediaan sputum yang dilakukan adalah:
a. Pemerikasaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa.
b. Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop fluoresens (pewarnaan kulit)
c. Pemeriksaan dengan biakan (kultur)
d. Pemeriksaan terhadap resistensi obat.
4. Tuberkulin test ® terutama pada anak
Biasanya di pakai tes mantoux yakni menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin P.P.D ( Purified
Protein Deripative) intrakutan berkekuatan 5 T.U (Intermediate Sterength).
(IPD Jilid II edisi IV, 2001)
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pemberian nutrisi adekuat
2. Berikan pasien posisi semi atau fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas
dalam.c
3. Lakukan pengukuran tanda-tanda vital
4. Observasi warna, karakter, dan bau sputum
5. Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin karena dapat mencetuskan atau
meningkatkan spasme batuk.
6. Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
7. Ajarkan teknik pengalihan nyeri seperti, membaca, membantu, dan tarik nafas dalam.
2.9.2 Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian obat anti mikroba kemoterapi dalam jangka waktu lama.
a. Pemberian terapi pada TBC didasarkan atas 3 karakteristik basil yaitu basil yang
berkembang cepat di tempat yang banyak O2, basil yang hidup dalam lingkungan yang
kurang/sedikit O2 berkembang lambat dan dorman hingga beberapa tahun, basil yang
mengalami mutasi sehingga resisten terhadap obat.
b. INH atau isoniazid bekerja sebagai bakterisid terhadap basil yang tumbuh aktif,
diberikan 10 – 20 mg/kg BB/hari dalam dosis tunggal (tidak melebihi 300 mg/hr)
c. Rifampisin 600 mg/hr. dalam dosis tunggal
d. Ethambutol 15-25 mg/kg BB/hr dalam dosis tunggal
e. Streptomisin 7-15 mg/kg BB atau 1 gr/hr selama 2-3 hari, kemudian 2-3 x seminggu.
f. Diberikan vitamin B6 untuk mencegah neuropati perifer akibat pemberian INH yang
lama.
2. Pencegahan, menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi x basil TBC, intake
nutrisi yang adekuat, minum susu yang sudah dipasteurisasi, pemberian imunisasi BCG
pada anak/bayi.
3. Keberhasilan terhadap TBC ditentukan oleh 4 faktor utama yaitu, paduan obat, dosis
obat, keteraturan dan lama pengobatan. Disamping faktor lain seperti, efek samping yang
rendah dan kemudahan pemakaian obat.
Selain itu yang perlu diperhatikan :
a. Periksa faal hepar pada pemakaian isoniazid dan rifampisin.
b. Pada klien dengan pemakaian streptomisin periksa adanya perubahan pendengaran
karena bersifat ototoksit (reaksi yang merugikan).
c. Berikan isomiazid 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan karena makanan
menurunkan laju absorbsi obat.
d. Lakukan pemeriksaan mata pada klien dengan isoniazid dan ethambutol karena dapat
terjadi gangguan penglihatan dengan pemakaian OAT yang lama.
2.10 Asuhan Keperawatan Teoritis
A. Pengkajian
1. Identitas klienNama, umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan, pendidikan,
tanggal kedatangan, orang yang dapat dihubungi, hubungan dengan pasien, nomor MR,
dan diagnosa medis.
2. Riwayat kesehatan
a. Alasan masuk rumah sakit
Biasanya pasien mengeluh sesak nafas, batuk-batuk, nafsu makan menurun dan
merasa lemas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya Klien pernah mengalami penyakit infeksi saluran pernapasan
atas, Demam, Malaise, Keringat dingin pada malam hari, Kedinginan, Hilangnya nafsu
makan dan penurunan berat tubuh, Sesak nafas, Batuk purulen produktif disertai nyeri
dada sering timbul pada infeksi aktif.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya penderita TB sebelumnya mempunyai riwayat penyakit TB atau ada faktor
herediter, usia, jenis kelamin, keadaan stress, meningkatnya sekresi steroid adrenal yang
menekan reaksi inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi, anak yang
mendapat terapi kortikosteroid lebih mudah terinfeksi, nutrisi, dan tidak memenuhi aturan
pengobatan.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien yaitu TB. Penyakit TB Paru merupakan penyakit keturunan dan penyakit menular.
3. Pola aktivitas dan istirahat
Dari data subjektif biasanya didapatkan rasa lemah, cepat lelah, aktivitas berat
timbul. Sesak (nafas pendek), demam, menggigil. Dan data objektif biasanya di dapatkan
takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang
sampai setengah paru), demam subfebris (40 -41ºC) hilang timbul.
4. Pola nutrisi
Dari data subjektif biasanya didapatkan Anoreksia, mual, tidak enak diperut,
penurunan berat badan. Dan dari data objektifnya didapatkan turgor kulit jelek, kulit
kering/bersisik, kehilangan lemak subkutan.
5. Pola respirasi
Dari data subjektif biasanya didapatkan batuk produktif/ non produktif sesak napas,
sakit dada. Dan dari data objektifnya biasanya didapatkan mulai batuk kering sampai
batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu
(penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan
pernapasan tidak simetris (efusi pleura), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan
pleural), deviasi trakea (penyebaran bronkogenik).
6. Rasa nyaman/nyeri
Dari data subjektif biasanya didapatkan nyeri dada meningkat karena batuk
berulang. Dan dari data objektif didapatkan berhati-hati pada area yang sakit, prilaku
distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga
timbul pleuritis.
7. Integritas ego
Dari data subjektif didapatkan faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan. Dan dari data objektifnya didapatkan biasanya menyangkal
(selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
8. Interaksi Sosial
Dari data subjektif biasanya didapatkan perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit
menular, perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran.
B. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Compos Mentis, GCS = 15 ( V = 5, M = 6, E = 4)
2) Tanda-tanda Vital
- Tekanan darah : Normal/ Meningkat
- Nadi : Cepat
- Suhu : Meningkat
- Pernapasan : Meningkat
b. Kulit
: Kebersihan kulit jelek, kulit klien terlihat kering.
: Turgor kulit jelek.
c. Kepala
Inspeksi : Apakah ada luka di kepala dan kebersihan kulit terjaga.
: Apakah ada edema di kepala dan terdapat nyeri tekan dikepala
d. Mata
- Konjunctiva : Anemis kiri dan kanan
- Sklera : Tidak ikterik.
- Palpebra : Tidak ada edema palpebra.
- Reaksi thd cahaya: Apakah reaksinya positif / negatif
e. Hidung
- Polip : Apakah terdapat polip.
- Sekret : Apakah terdapat sekret.
- Reaksi alergi : Apakah terdapat reaksi alergi.
- Fungsi pernapasan: Apakah fungsi pernapasannya berfungsi dengan baik.
f. Mulut, tenggorokan
- Gigi : Lengkap atau tidak, ada caries atau tidak
- Lidah : Bersih atau kotor
- Keadaan mukosa : lembab atau kering
- Sekret : ada atau tidak
g. Telinga
- Bentuk : Apakah simetris kiri dan kanan
- Inspeksi : Apakah ada pendarahan dan hygiennya.
- Palpasi : Apakah ada nyeri tekan dan edema.
h. Leher
- Inspeksi : Apakah ada kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
- Palpasi : Apakah ada nyeri dan apakah terja pembesaran kelenjar tiroid
dan kelenjar limfe.
i. Pemeriksaan thorak
1) Paru-paru
- Inspeksi : Pernapasan cepat dan dangkal, peningkatan kerja otot-
otot pernapasan, dan retraksi iga
- palpasi : Fremitus taktil sama kiri dan kanan, terdapat nyeri tekan
- Perkusi : Bunyi redup
- Auskultasi : Ronchi, waktu inspirasi dalam yang diikuti dengan ekspirasi
dalam.
2) Jantung
- Kapilari reviling:Berapa detik (normal < 3 detik)
- Inspeksi : Tidak terlihat ictus cordis pada RIC V midklavikula sinistra.
- Palpasi : Teraba detak iktus kordis pada RIC V midklavikula sinistra
- Perkusi : Pekak pada batas jantung
Ø Batas atas : RIC II midklavikula sinistra
Ø Batas bawah : RIC V midklavikula sinistra
Ø Batas kiri : Linea axila anterior
Ø Batas kanan : 1 jari midklavikula dextra
Ø Auskultasi : Reguler, tidak terdapat bunyi tambahan.
j. Sistem gastro intestinal
- Anoreksia, tak dapat mencerna
- Penurunan berat badan
k. Nyeri/kenyamanan
- Berhati-hati pada daerah yang sakit
- Perilaku distraksi
- Tampak gelisah
l. Interaksi sosial
- Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular.
- Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran.
m. Ekstremitas atas dan bawah
n. Genetalia
- Inspeksi : Melihat bagaimana hygienenya melihat apakah ada
pembengkakan atau tidak melihat apakah ada iritasi atau tidak
- Palpasi : Meraba apakah ada pembengkakan atau tidak.
o. Rektum dan anus
Apakah terdapat pembengkakan pada vena haemoraidalis (ambaien) atau tidak.
2.10.3 Masalah keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Gangguan rasa nyaman nyeri
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Gangguan pola tidur
5. Peningkatan suhu tubuh
6. Defisit volume cairan
7. Intoleransi aktifitas
8. Resti injury
9. Resti anemia
10. Resti infeksi
11. Resti berduka disfungsional
B. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
- Kesadaran : compos mentis, GCS = 15 ( V = 5, M = 6, E = 4)
- Tanda-tanda Vital
· Tekanan darah : 110/60 mmhg
· Nadi : 90x/i
· Suhu : 38 oc
· Pernapasan : 30x/i
b. Pemeriksaan thorak
1) Paru-paru
- Inspeksi : Pernapasan cepat dan dangkal, peningkatan kerja otot-
otot pernapasan, dan retraksi iga
- Palpasi : Fremitus taktil sama kiri dan kanan, terdapat nyeri tekan
- Perkusi : Bunyi redup
- Auskultasi : Ronchi, waktu inspirasi dalam yang diikuti dengan ekspirasi
dalam.
2) Jantung
- Kapilari reviling:Berapa detik (normal < 3 detik)
- Inspeksi : Tidak terlihat ictus cordis pada RIC V midklavikula sinistra.
- Palpasi : Teraba detak iktus kordis pada RIC V midklavikula sinistra
- Perkusi : Pekak pada batas jantung
Ø Batas atas : RIC II midklavikula sinistra
Ø Batas bawah : RIC V midklavikula sinistra
Ø Batas kiri : Linea axila anterior
Ø Batas kanan : 1 jari midklavikula dextra
Ø Auskultasi : Reguler, tidak terdapat bunyi tambahan.
c. Sistem gastro intestinal
- Anoreksia
- Penurunan berat badan
d. Sistem integument
- Kulit kering, kehilangan otot/hilang lemak subkutan.
e. Ekstremitas atas dan bawah
- Inspeksi : Terpasang IVFD di ektremitas atas dektra
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
- HB : 15,6 gr%
- Leukosit : 13.200/mm
- Trombosit : 314.000/mm
- Sputum BTA (+)
2. Radiologi : Foto thorak didapatkan infiltrat pada paru
3. Terapi yang di berikan
- Cairan IVFD D5% : NACL 0,9% 2:1 Drip Adona 8 Jam/kolf
- Injeksi VIT K,VIT C , KALNEK 3x1 amp
- Injeksi Cefotaxime 2x1 gr
- Obat Oral
a. INH 1x1
b. Rifampicin 1x450 mg
c. Ethambutol 1x100 mg
d. PzA 1x100 mg
e. B6 1x1
D. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Peningkatan produksi secret kental bercampur
darah
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi tidak adekuat
3. Resiko tinggi penyebaran infeksi b/d Daya tahan tubuh menurun.
4. Peningkatan suhu tubuh b/d Pelepasan mediator kimia
5. Gangguan pola tidur b/d nyeri dada
Kriteria hasil :
- Menunjukkan peningkatan berat badan
- Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkankan dan/atau
mempertahankan berat yang tepat.
Intervensi Rasional
Mandiri
1) Catat status nutrisi klien pada saat penerimaan, 1) Berguna dalam mendefinisikan derajat atau luasnya
catat turgor kulit, berat badan dan derajat masalah dan pilihan intervensi yang tepat.
kekurangan berat badan, integritas mukosa oral,
kemampuan atau ketidakmampuan menelan,
adanya tonus usus, riwayat mual/muntah atau
diare
2) Pastikan pola diet biasa klien, yang disukai/tidak 2) Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan /
disukai. kekuatan khusus.
3) Monitor intake dan output secara periodik dan 3) Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan
berat badan secara periodik. dukungan cairan.
4) Selidiki anoreksia, mual, dan muntah dan catat 4) Dapat mempengaruhi pilihan diet dan
kemungkinan hubungan dengan obat kemudian mengidentifikasi area pemecahan masalah untuk
awasi frekuensi, volume, konsistensi feses. meningkatkan pemasukan / penggunaan nutrien.
5) Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah 5) Menurunkan rasa tak enak karena sisa sputum atau
tindakan pernapasan. obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang
muntah.
6) Dorong makan sedikit dan sering dengan 6) Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan
makanan tinggi protein dan karbohidrat. yang tak perlu/kebutuhan energi dari makan
makanan yang banyak dan menurunkan iritasi
gaster.
7) Membantu menghemat energi khusus saat demam
7) Anjurkan bedrest terjadi peningkatan metabolik
Diagnosa 3 :Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi b/d Daya tahan tubuh menurun,
Tujuan : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran
infeksi.
Kriteria hasil :
- Menunjukan teknik/ melakukan perubahan pola hidup untuk meingkatkan lingkungan
yang sehat
- Jaringan yang rusak dapat beransur membaik
Intervensi Rasional
Mandiri .
1. Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif,1. Membantu pasien agar mau mengerti dan
penyebaran infeksi melalui bronkus pada jaringan menerima terapi yang diberikan untuk mencegah
sekitarnya atau aliran darah atau sistem limfe dan komplikasi
resiko infeksi melalui batuk, bersin, meludah,
tertawa., ciuman atau menyanyi
2. Identifikasi orang-orang yang beresiko terkena
infeksi seperti anggota keluarga, teman, orang dalam2. Orang-orang yang beresiko perlu program terapi
satu perkumpulan. obat untuk mencegah penyebaran infeksi
3. Anjurkan pasien menutup mulut dan membuang3. Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya
dahak di tempat penampungan yang tertutup jika penularan infeksi
batuk
4. Gunakan masker setiap melakukan tindakan 4. Mengurangi resiko penyebaran infeksi
5. Monitor temperatur 5. Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi
6. Pengetahuan tentang faktor-faktor ini membantu
6. Identifikasi individu yang berisiko tinggi untuk pasien mengubah gaya hidup dan
terinfeksi ulang Tuberkulosis paru, seperti: menghindari/mengurangi keadaan yang lebih
alkoholisme, malnutrisi, operasi bypass intestinal, buruk.
menggunakan obat penekan imun/ kortikosteroid,
adanya diabetes melitus, kanker.
7. Tekankan untuk tidak menghentikan terapi yang7. Periode menular dapat terjadi hanya 2-3 hari
dijalani. setelah permulaan kemoterapi jika sudah terjadi
kavitas, resiko, penyebaran infeksi dapat
berlanjut sampai 3 bulan.
Amin, M.1999.
Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :Airlangga Univerciti Press