Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB II
DESKRIPSI PROSES
c. Light Naphtha dengan boiling range 44-80oC. Produk ini setelah keluar dari
pengolahan tingkat I (CDU II ) tidak lagi membutuhkan pengolahan tingkat II karena
sudah memenuhi persyaratan sebagai komponen mogas dan komponen naphtha
ekspor. Jumlahnya sekitar 6,73% crude feed.
d. Heavy Naphtha dengan boiling range 99-152oC. Berbeda dengan light naphtha maka
heavy naphtha sebagai komponen migas, untuk menaikkan angka oktannya harus
melalui proses ke-dua. Proses pertama pada Naphtha Hydrotreating Unit untuk
dibuang komponen sulfurnya, kemudian baru masuk Unit Platforming untuk
dinaikkan angka oktannya dari 60 sampai 94. Jumlah yang dihasilkan dari produk ini
adalah mencapai sekitar 16,39% dari crude oil.
e. Kerosene dengan boiling range 171- 241oC. Kerosene sebagai komponen blending
dapat langsung dikirim ke tangki penyimpanan dan sebagian lagi diolah di AH Unibon
untuk diperbaiki smoke point-nya dari sekiar 15 mm menjadi 24 mm. Jumlahnya
sekitar 21% dari crude oil.
f. Light Diesel Oil (LDO) dan Heavy Diesel Oil (HDO) dengan boiling range masing-
masing 252-273oC dan 233-339oC. Kedua produk ini juga dipakai sebagai komponen
Automotif Diesel Oil (ADO) dan tidak perlu lagi dimasukkan pada proses ke-dua.
Jumlah produk yang dihasilkan masing-masing mencapai sekitar 11,62% dan 11,21%
dari crude oil.
g. Reduced Crude dengan boiling range > 350oC. Produk berat dari minyak mentah ini
mempunyai tiga fungsi utama yaitu sebagai Refinery Fuel Oil (RFO), bahan baku
Industrial Fuel Oil (IFO) dan Low Sulfur Waxy Residue (LSWR). Agar menjadi
komponen IFO maka produk ini diproses pada unit Visbreaker dimana pour point-nya
diperbaiki.
Deskripsi Proses
Crude oil sebelum masuk ke dapur mendapat pemanasan pendahuluan dari heat
exchanger dimana media pemanasnya adalah stream dari main fractionator. Selain itu,
crude oil juga mengalami proses desalting yang bertujuan untuk menurunkan kadar
garamnya. Setelah mengalami proses desalting maka crude oil mendapatkan pemanasan
pendahuluan lagi di heat exchanger, kemudian masuk ke dalam dapur untuk mencapai
kondisi operasinya. Dari dapur kemudian crude oil masuk ke dalam main fractionator. Di
dalam main fractionator, crude oil dipisahkan menjadi lima fraksi yaitu fraksi overhead,
kerosene, light diesel oil/LDO, heavy diesel oil/HDO dan long residue/LSWR.
Fraksi overhead mengandung fraksi heavy naphtha, light naphtha, LPG recovery
feed, dan light ends/fuel gas. Produksi kerosene setelah mengalami stripping dengan
reboiler system, kemudian didinginkan lalu masuk ke tangki/proses selanjutnya. Produksi
LDO setelah mengalami stripping dengan reboiler system, kemudian didinginkan terus
masuk ke dalam tangki/proses selanjutnya. Produksi HDO setelah mengalami stripping
dengan stripping steam kemudian didinginkan terus masuk ke tangki. Long
Residue/LSWR setelah melepaskan panas pada heat pick up section masuk ke visbreaker
unit dan sebagian kecil masuk ke dalam tangki setelah mendapat pendinginan.
Overhead main column mengalami kondensasi sebagian di fin-fan condenser.
Kondensat itu sebagian sebagai reflux dan sebagian masuk recontactor drum bersama-
sama gas yang telah mengalami kompresi terlebih dahulu. Dari recontactor drum
kemudian masuk ke stabilizer dimana di sini dipisahkan antara gas sebagai fuel gas, top
product sebagai LPG recovery feed, dan bottom product masuk splitter, dimana di sini
dipisahkan antara light naphtha dan heavy naphtha.
Light naphtha nantinya sebagai mogas komponen dan heavy naphtha sebagian
sebagai feed NHT (naphtha hydrotreater) dan sebagian lagi sebagai mogas komponen.
Crude Preheated Train
Crude preheated train terbagi menjadi dua train parallel yaitu train A dan train B,
kemudian diinjeksi dengan caustic soda pada setiap train yang berfungsi untuk
menetralisir asam yang terkandung dalam crude. Crude pada train A dipanaskan dengan
HDO product dalam heat exchanger 011E-101A sedangkan crude pada train B
dipanaskan dengan kerosene product dalam heat exchanger 011E-101B. Aliran train A
dan B setelah melewati 011E-101 adalah identik sehingga lebih lanjut hanya akan
dijelaskan aliran train B. Setelah dipanaskan dalam 011E-101B, train B dipanaskan
dengan naphtha pump around (011E-102B), kerosene pump around (011E-103B), LSWR
(011E-131B) dan selanjutnya crude masuk ke desalter. Preheated wash water
ditambahkan ke crude up stream pada mixing valve pada masing-masing desalter untuk
menghilangkan garam yang terlarut dalam air pada crude. Setelah meninggalkan desalter,
crude dipompa dengan 011P-102 ke exchanger kerosene pump around 011E-104B,
kerosene product 011E-105B, LDO product 011E-106B, HDO product 011E-107B, LDO
pump around 011E-108B, dan LSWR 011E-109B. Selanjutnya crude dari train A dan B
menuju furnace 011F-101A/B.
Desalter Section
Beberapa jenis crude oil mengandung sejumlah garam dan beberapa impuritis lain
yang harus dihilangkan/dikurangi untuk mencegah/meminimize korosif dan juga untuk
melindungi katalis untuk proses selanjutnya.
Crude oil juga mengandung garam, air dan sedimen. Kadar garam (salt content)
biasanya dilaporkan dalam satuan pounds garam per thousand barrel crude oil (P.T.B),
sedangkan garam diukur sebagai garam NaCl. Kadar garam dalam crude oil bervariasi
antara 0 PTB sampai 1000 PTB, tetapi dalam keadaan normal operasi kadarnya antara 10
PTB sampai 200 PTB. Kadar garam yang tinggi ini disebabkan selain dari sumur sendiri
juga disebabkan oleh air ballast pada waktu pembongkaran dari kapal ke crude storage.
Terakhir inilah penyebab utama tingginya kadar garam dalam crude oil.
Salah satu pengurangan kadar garam dari crude oil yang paling mudah adalah
dengan settling. Kemudian cara yang agak memberikan hasil yang cukup baik adalah
dengan injeksi air tawar bersama-sama crude oil, injeksi air tawar berfungsi mengabsorbsi
garam dalam crude sehingga terlarut dalam air dan membentuk emulsi pada crude, baru
setelah itu dilakukan settling. Apalagi bila sebelumnya dilakukan pemanasan terlebih
dahulu pada crude oil tersebut, maka dengan cara ini didapatkan hasil yang lebih baik.
Tetapi semua itu membutuhkan settling time yang cukup lama. Adapun
penambahan zat kimia/demulsifier akan memberikan hasil yang lebih effisien. Demulsifier
bertujuan memecah emulsi air dengan crude. Cara paling efektif adalah dengan “electric
desalting”.
Crude oil dari 1st stage desalter masuk ke 2nd stage desalter (011V-103D) setelah
diinjeksi dengan fresh water dari (011V-102). Desalted crude dari (011V-103D) dipompa
dengan (011P-102B/C) ke tube side (011E-104B-2). Demulsifier diinjeksikan ke crude oil
feed pada upstream dari (011E-101B) dan juga pada crude oil pada inlet 2nd stage desalter
upstream dari mixing valve.
Fractionation Section
Crude dari (011F-101A/B) masuk ke kolom fraksinasi (011C-101). Kolom
fraksinasi (011C-101) terdiri dari 53 tray yang dapat memisahkan crude oil menjadi lima
fraksi (overhead, kerosene, LDO, HDO, LSWR) dengan bantuan medium pressure (MP)
steam yang berfungsi untuk mengangkat fraksi ringannya, yaitu dengan menurunkan
tekanan parsial sehingga titik didih normal turun dan menjadi lebih mudah dipisahkan.
Setelah dipanasi crude oil masuk ke flash zone dari main column tersebut. Fase uap dalam
kolom fraksinasi akan naik ke atas dan fase cairnya akan turun ke bawah. Uap yang naik
ke atas countercurrent dengan refluks yang mengalir ke bawah. Refluks bertujuan
menaikkan derajat fraksinasi yaitu mempertajam pemisahan dengan mengontakkan
kembali fraksi ringan dengan fraksi berat.
Fraksi overhead yang mengandung gas, LPG, Light naphtha dan heavy naphtha
keluar dari kolom sebagai uap overhead dan dikondensasikan secara parsial dengan air
cooled dengan kondensor (011E-110). Hasilnya yang berupa tiga fasa campuran
dipisahkan dalam reflux drum (011V-104). Wet vapor dari (011V-104) akan diproses lebih
lanjut dalam stabilizer section. Sebagian fase cairnya di reflux menuju top column dengan
pompa (011P-114A/B). Temperatur top column 011T1-123 dipakai untuk mengatur end
point dari fraksi-fraksi yang sangat ringan dan temperatur ini diatur dari top refluks.
Naphtha draw off diambil dari akumulator di bawah tray no.3. sebagian naphtha
direflux dengan menggunakan pompa (011P-113A/B/C) ke tray no.4, sedangkan yang lain
didinginkan dengan crude dalam exchanger (011E-102) dan digabung dengan reflux dari
vessel (011V-104) dan dikembalikan ke kolom fraksinasi sebagai reflux.
Kerosene draw off diambil dari akumulator di bawah tray no.18 diatur oleh flow
hot kerosene pump around tray no.19, sedangkan cold kerosene pump around dengan
konstan flow masuk kembali ke column sebagai refluks ke tray no.16.
Level LDO draw off diambil dari tray no.32 diatur oleh hot LDO pump around tray
no.33, sedangkan cold LDO pump around dengan konstan flow masuk kembali ke column
sebagai refluks ke tray no.30.
Level HDO draw off diambil dari tray no.43 diatur oleh hot HDO pump around
tray no.44, sedangkan cold HDO pump around dengan konstan flow masuk kembali ke
column sebagai refluks ke tray no.41.
Product Stripping
1) Kerosene Stripping
Kerosene draw off dari akumulator di bawah tray no. 18 dipisahkan menjadi 3
komponen, yaitu:
- Hot kerosene pump around direflux kembali ke kolom fraksinasi dengan
pompa (011P-111A/B)
- Kerosene pump around dengan pompa (011P-110A/B) dibagi menjadi dua
stream secara parallel dan dilewatkan ke exchanger (011E-103A/B½) dan
(011E-104A/B½). Setelah itu, kedua stream tersebut digabung dan didinginkan
dengan (011E-111) selanjutnya dikembalikan ke kolom.
- Product stream masuk ke kerosene stripper (011C-104), dimana material yang
ringan di stripped out dengan menggunakan reboiler (011E-112) yang
menggunakan HDO sebagai heating medium, dan dikembalikan ke kolom.
Product bottomnya dipompa oleh (011P-112A/B) ke (011E-105A/B) dan
(011E-101) sebelum masuk ke air cooler (011E-113). Selanjutnya produk
kerosene dilewatkan trim cooler (011E-114 ½) dan dikirim ke storage.
2) LDO Stripping
LDO draw off dari akumulator di bawah tray no 32 dipisahkan menjadi 3
komponen, yaitu:
- Hot LDO pump around direflux kembali ke kolom dengan pompa (011P-
108A/B).
- LDO pump around dengan pompa (011P-107A/B) dibagi menjadi dua stream
secara parallel dan dilewatkan pada exchanger (011E-123 dan 011E-
108A/B/C). Setelah itu kedua stream tersebut digabung dan selanjutnya
dikembalikan ke kolom.
Overhead Section
Uap yang mengandung steam, gas, LPG, light naphtha, dan heavy naphtha
dikondensasikan dengan overhead condenser (011E-110), dan dialirkan ke dalam vessel
(011V-104) dimana kondensat hydrocarbon dipisahkan dengan kondensat air. Sebagian
dari condensed sour water dalam bootleg dipompa kembali ke exchanger (011E-110)
sebagai wash water dengan pompa (011P-116A/B) sedangkan sebagian lagi dialirkan ke
unit Sour Water Stripper (017V-101). Level bootleg ini diatur oleh 011LIC-011 dengan
stream sour water yang ke 017V-101. Hydrocarbon kondensat yang ada dikembalikan ke
kolom sebagai refluk dengan menggunakan pompa (011P-114A/B) dan sebagian lagi
dipompa ke recontact drum (011V-105) dengan pompa (011P-115A/B). Di recontact
drum, condensat hydrocarbon di mix dengan gas yang dikompresi dengan (011K-
101A/B/C). Level kondensat hydrocarbon diatur oleh 011LIC-012 dengan stream
naphtha yang ke recontactor drum. Gas dari 011V-104 masuk K.O. drum (011V-108).
Kondensat yang mungkin ada pada K.O. drum (011V-108) ini dimasukkan ke dalam
011V-109, yang nantinya dengan tekanan fuel gas masuk lagi ke inlet 011V-104. Gas dari
011V-108 ditahan oleh 011K-101A/B/C masuk ke 011V-105 (recontactor drum)
bersama-sama naphtha ex 011V-104, tekanan main column diatur oleh 011PRC-015
dengan stream gas ke flare, spiel back dan stream dari fuel gas system. Bila 011PRC-015
pada posisi A, maka bila tekanan 011C-101 tinggi maka C.V spill back menutup, dan bila
masih tinggi maka C.V ke flare baru membuka. Bila tekanan rendah, maka C.V ke flare
akan menutup, baru spill back akan membuka. Apabila keadaan terakhir tekanan masih
rendah maka 0110PRC-015 diswitch ke posisi B yaitu setelah spill back membuka penuh,
tekanan masih turun maka gas ex fuel gas system membuka dan masuk sistem untuk build
up tekanan/masukkan tekanan. Sour water yang mungkin masih ada di recontactor drum
(011V-105) dikeluarkan dan masuk ke 017V-101, sedangkan level air/bootleg diatur oleh
011LIC-014 dengan stream sour water ke 017V-101 tersebut. Hydrocarbon dari 011V-
105 dipompa oleh 011P-119A/B masuk ke stabilizer section. Sedangkan level 011V-105
diatur oleh 011P-015 dengan stream yang ke stabilizer tersebut. Tekanan 011V-105 diatur
oleh 011P-016 dengan stream ke flare dan dari fuel gas system secara full push control.
Chemical Injection
Untuk menhindari korosi maka dilakukan injeksi caustic soda, ammonia dan
unicor. Injeksi caustic soda dilakukan pada line 11-1002C-12” (sebelum masuk 011E-
101B) masing-masing diatur oleh banyak flow caustic di 011FI-001 dan 011FI-002
dengan pompa 008P-102A/B. Injeksi ammonia dilakukan di overhead line main column
dan diatur oleh 100FI-102 dan ammonia ini berasal langsung dari botol. Injeksi unicor
dilakukan di overhead main column dan diatur dari pompa 011P-124A/B. Unicor dipompa
dari rack drum 011S-101. Sebelum masuk overhead line, unicor ini dicampur dengan slip
stream top reflux sebagai carrier dengan sistem F.O (ristriction orifice). Injeksi unicor
juga dilakukan di overhead pompa 011P-125A/B dan unicor ini berasal dari unicor rack
011S-102. Seperti halnya di main column, maka sebagai carrier-nya dipakai slip stream
dari reflux dengan sistem F.O.
Caustic Soda (NaOH)
Crude oil tidak hanya mengandung komponen hydrocarbon, tetapi juga mengandung
komponen lain seperti sulfur, nitrogen, dan oksigen. Oksigen bila bereaksi dalam suhu
yang tinggi akan menyebabkan korosi pada alat.
2H+ + Fe Fe2+ + H2
Fe2+ + 2OH Fe(OH)2
Fe(OH)2 akan mudah teroksidasi menjadi Fe2O3 H2O yang merupakan karat besi.
Dengan injeksi ini pada upstream (011E-101A/B), asam dapat dinetralisasi.
NaOH Na+ + OH-
OH- + H+ H2O
Asam yang terbentuk akan naik ke puncak kolom (top column) dan larut dalam air
yang berasal dari stripping steam dan dari crude itu sendiri. Asam ini akan dinetralkan
oleh ammonia yang diinjeksikan pada overhead dari kolom.
HCL H+ + Cl-
NH3 + H2O NH4- + OH-
NH4 + Cl- NH4Cl
Ammonium Chloride (NH4Cl) yang terbentuk pada suhu rendah (dingin) pada air
cooler akan mengendap pada dinding tube sehingga akan mengurangi heat transfer.
Untuk menghindari hal tersebut maka perlu dilakukan water washing circulation
untuk melarutkan deposit/endapan dari NH4Cl. Injeksi ini dikontrol dengan pH level.
Sour Water yang keluar dari (011V-104) dijaga pHnya berkisar antara 5,5 – 6,5.
Injeksi unicor bertujuan untuk membentuk lapisan film amine dalam inside tube
pada air cooler sehingga tidak ada kontak langsung antara zat korosif dengan logam
pada alat.
Tempered Water
Air dari 017V-102 dipompa oleh 017P-106A/B/C masuk ke tempered water
header, yang mana nantinya dipakai di platforming unit, visbreaking unit, dan crude
distilling unit.
Sekembalinya dari unit-unit tersebut, tempered water tersebut bergabung kembali
dan didinginkan di 017E-105, kemudian kembali lagi di suction 017P-106A/B/C.
Make up water dipakai dari treated water dari deaerator water feed pump.
Tekanan vessel 017V-102 ini diatur dari 017PIC-002 dengan pull push control antara
nitrogen dan stream ke atmosfer.
Penggerak 017P-106A/B adalah motor, sedangkan 017P-106C adalah steam
turbine. Dalam keadaan normal operasi 017P-106A/B adalah jalan, bila salah satu pompa
tersebut mati dari 017FSL-010B dan 017FSL-011B memberikan signal untuk membuka
valve steam yang ke steam turbine 017P-106C sehingga steam otomatis 017P-106C jalan.
Aliran sirkulasi tempered water diatur dari 017FLC-013.
2,5 kg/cm2. Selanjutnya oleh pompa 012P-101A/B, naphtha dipompakan bersama aliran
gas yang kaya hidrogen ke Combine Feed Exchanger (CFX) 012E-101(1-8) untuk
dipanaskan menggunakan reaktor effluent secara countercurrent, sehingga suhu campuran
menjadi 329oC. Setelah keluar dari CFX, campuran tersebut akan berubah fase menjadi
uap, yang selanjutnya dilewatkan ke dapur 012F-101 agar suhunya sesuai dengan kondisi
input reaktor NHT, yaitu 370-371oC. Suhu campuran keluar dikontrol dengan cara
mengatur pemakaian bahan bakar.
Reaktor Naphtha Hidrotreater
Keluar dari dapur, campuran kemudian dialirkan ke dalam reaktor NHT (012R-
102). Reaktor ini adalah reaktor fixed bed katalitis yang didesain untuk aliran feed secara
downflow guna menghilangkan impuritas-impuritas yang ada pada naphtha, terutama
sulfur, nitrogen, oksigen, senyawa halida, dan logam, serta untuk penjenuhan olefin. Beda
suhu yang terjadi di reaktor akan sangat tergantung pada kadar olefin dan sulfur yang ada
dalam feed. Produk keluaran reaktor selanjutnya dialirkan ke Combined Feed Exchanger
012E-101(1-8) di bagian tubenya, baru kemudian dibawa ke product condenser (012E-
102). Fasilitas air pencuci tersedia di pipa reaktor effluent dari CFX yang menuju
kondenser untuk menghilangkan timbunan garam yang mungkin ada pada perpipaan.
Aliran keluar dari kondenser akan mempunyai suhu yang cukup rendah yaitu 54oC, yang
memungkinkan untuk memasukkan seluruh naphtha ke dalam product separator (012V-
102). Vessel ini dilengkapi dengan blanket coalescer untuk memisahkan gas, cairan
hidrokarbon dan air. Di dalamnya juga terdapat bootleg untuk menampung dan
memisahkan air yang diinjeksi pada pencucian garam di atas. Air dari bootleg ini akan
dialirkan ke Sour Water Stripper (017V-101) sebelum dibuang ke lingkungan. Untuk
mensuplai gas H2 ke reaktor, biasanya dilakukan dengan menggunakan recycle gas
compressor (012K-101A/B) yang menghisap gas H2 dari top separator 012V-102 dan
mengalirkannya ke hulu CFX. Sementara aliran gas sebagai make up didapatkan dari unit
platformer 014V-103, yang juga dialirkan ke hulu CFX.
Stripper
Cairan hidrokarbon di separator 012V-102 berdasarkan level kontrol yang ada,
dialirkan ke stripper (012C-101) setelah dipanaskan di stripper feed/bottom exchanger
012E-103 (1/2). Stripper ini dilengkapi dengan stripper reboiler (012F-102) yang
berfungsi untuk memberikan panas bagi penguapan yang terjadi di stripper, yang akan
memisahkan H2S, air dan hidrokarbon ringan, serta gas H2 yang terlarut dalam feed
stripper yang kesemuanya akan mengalir ke Stripper Overhead Condenser (012E-105)
dan cairan yang ada akan ditampung di Stripper Receiver (012V-104). Reflux dipompakan
ke stripper berdasarkan receiver level control, jadi untuk menambah jumlah reflux, maka
panas yang diberikan oleh stripper reboiler (012F-102) harus ditambah untuk memperoleh
kondensat yang banyak. Gas yang meninggalkan receiver dikontrol dengan presure
control kemudian dialirkan ke fuel gas system. Stripper overhead dilengkapi dengan
sarana penambahan aditive untuk mencegah karat dengan adanya gas H2S di alirannya.
Injeksi ini langsung dilakukan pada aliran uap dari puncak stripper. Minyak dari bottom
stripper dipompakan melalui Stripper Feed/Bottom Exchanger 012E-103(1/2) dan aliran
inilah yang selanjutnya dibawa ke unit platformer untuk diolah lebih lanjut. Kadang kala
juga sebagian dari stripper bottom ini didinginkan lebih lanjut di trim cooler dan disimpan
di storage tank sebagai sweet naphtha.
Deskripsi Proses
Proses pada AH Unibon unit ini dibagi atas dua tingkat yaitu: tingkat pertama (I)
merupakan tingkat persiapan feed menuju tingkat kedua, dan tingkat kedua (II) merupakan
tempat perbaikan mutu smoke point dari kerosene.
1. Tingkat I
Preheating Section
Umpan proses pada unit ini terdiri atas
a) 62% Kerosene. Kerosene keluar dari bottom Kero Stripper (011C-104) lewat pipa
atau langsung dipompa dari AH Unibon feed storage lewat pipa 013FRC-001 yang
bekerja secara master and slave.
b) 38% Light Gas Oil (LGO). LGO ditransfer dari CDU II lewat line 012234A-6”.
Kedua umpan kemudian bergabung pada line 131001A-8” kemudian dialirkan ke feed
surge drum. Bootom feed surge drum (013V-101) kemudian ditransfer lewat line 13-
1004A-10” lewat pompa multistage. Tujuan penggunaan multistage pump di sini karena
fluida yang dialirkan merupakan fluida bertekanan tinggi dan juga untuk mengurangi
suction loss.
Keluar dari pompa multistage fluida tersebut dibagi atas dua stream melewati 13-
1005FE-6” dan 13-1005FE-6” yang dikendalikan dengan control valve 013FRC-006 dan
013FRC-007.
Setelah melalui control valve, masing-masing stream bergabung dengan pass
recycle gas kemudian masuk ke dalam Combined Feed Exchanger (CFE). Umpan masuk
CFE pada temperatur 58oC dan keluar pada temperatur 354oC. Fluida yang telah
mengalami preheating ini secara parallel diumpankan ke dalam Feed Charge Heater
(FCH) 013F-101.
Charge Heater
Umpan dari preheating section dipanasi suhunya sehingga mencapai temperatur
reaksi (399oC). Untuk mengatur temperatur dipasang 013TRC-027 sebagai pengatur
bahan bakar.
Reaktor
Outlet fluida yang keluar dari charge heater dialirkan ke dalam reaktor dimana
selisih temperatur antara temperatur masuk dan keluar reaktor adalah 56oC sedangkan
selisih tekanan masuk dan keluar dari reaktor adalah 0,7 kg/cm2.
Reaksi pemisahan senyawa-senyawa sulfur, nitrogen dan oksigen terjadi pada
reaktor ini. Reaksi ini dibantu dengan adanya katalis molybden dan cobalt. Untuk
membentuk metal sulfide diperlukan temperature 249oC sehingga diperlukan mercaptane
sebagai carrier. Produk reaktor keluar lewat bottom (line 13-1012 FHA-10”) dengan
temperature 416oC.
Pendinginan Produk Reaktor
Produk dari reaktor dibagi menjadi dua pass kemudian diturunkan suhunya pada
Combined Feed Exchanger (CFE) 013E-101A/B. Fluida keluaran dari CFE diinjeksikan
make up gas H2 dari platformer (014V-103). Selanjutnya mengalami pendinginan lanjutan
lewat fin-fan. Untuk mencegah terjadinya penimbunan garam-garam pada fin-fan maka
sebelum didinginkan pada fin-fan diinjeksikan condensate dari Platformer sebesar 2%
feed. Setelah mengalami pendinginan di fin-fan, aliran fluida tersebut ditransfer ke 1st
stage separator (013V-103) lewat line 013-0114FE-10”. Tekanan dipertahankan 42
kg/cm2. Dalam separator terjadi pemisahan antara fraksi gas (65%H2, 32% C1-C2, 3% uap
air dan H2S). Gas-gas ini dikirim ke kompresor K.O. drum lewat line 013-1016FE-4”.
Setelah dinaikan tekanannya pada kompresor, gas-gas tersebut masuk ke suction
compresor. Jika masih ada likuida yang tersisa, likuida ini akan dikirim ke unit Sour
Water Stripper (SWS). Likuida dari bottom separator dinaikan suhunya melalui 4 buah
heat exchanger (013E-103 4/3/2/1) secara seri sampai 266oC sebagai feed dari stripper.
Sedangkan air pada bootleg separator (013V-103) diolah lebih lanjut di SWS.
Stripping Section
Kerosene yang keluar dari heat exchanger (013E-103 4/3/2/1) diumpankan pada
tray no. 5 1st stage stripper (013C-101) yang terdiri atas 20 buah tray. Stripper berfungsi
untuk membebaskan kerosene dari kandungan H2S. Untuk mempertahankan kondisi
operasi digunakan overhead receiver dan reboiler heater.
Uap yang keluar dari overhead column memiliki temperatur 179oC didinginkan
terlebih dahulu pada fin-fan sehingga dicapai suhu 55oC kemudian dikumpulkan pada
overhead receiver (013V-105). H2S yang merupakan hasil reaksi reaktor 1st stage yang
berupa gas kemudian dibuang melalui top receiver (013V-105).
Untuk mempertahankan temperatur kolom maka pada bottom dipasang reboiling
system. Pada bottom, sebagian likuida dipanaskan pada reboiler heater (013F-102)
kemudian dikembalikan ke kolom sedangkan sebagian bottom product lainnya dengan
temperatur 311oC didinginkan melalui 4 rangkaian heat exchanger (013E-103 1/2/3/4)
secara seri. Outlet dari heat exchanger terakhir bersuhu 117oC merupakan umpan untuk
second stage process (tingkat kedua).
2. Tingkat II
Feed and Preheating Section
Feed dari 1st stage dibagi menjadi tiga pass yaitu:
a) Pass I sebelum memasuki heat exchanger dipasang berbagai instrumentasi yaitu:
013FRC-044 bersama dengan 013FRC-043 (pass II) dan 013FRC-042 (pass III)
bekerja secara master and slaver dengan level control dari stripper
013FSL-044A dengan hubungan AND bersama dengan 013FSL-042A dari pass I
menutup control valve inlet HE pass I dan III
013FSL-044B bersama dengan 013FSL-042B (pass I) membentuk hubungan AND
men-shutdown-kan motor pompa 013P-106A dan B (2nd stage charge pump)
013FAL memberitahu kepada operator adanya flow dari pass III
b) Pass II hanya dilengkapi oleh instrumentasi pengatur aliran saja
c) Pass III dipasangi insrumentasi:
013FRC-044 bersama dengan 013FRC-043 (pass II) dan 013FRC-042 (pass I)
bekerja secara master and slave dengan level control dari bottom stripper.
013FSL-044A dengan hubungan AND men-shutdown-kan motor pompa 013P-
106A dan B
013FAL-044 memberitahukan kepada operator adanya aliran pada pass III
Reactor Charge Heater (013F-103)
Fluida pada pass III dipanaskan melalui tiga rangkaian heat exchanger yaitu 013E-
106A 3/2/1 sampai suhunya 154oC sedangkan fluida pada pass II juga dipanaskan melalui
tiga rangkaian heat exchanger (HE) yaitu 013E-106A 3/2/1 sehingga outlet temperature
pada HE terakhir adalah 173oC. Kedua pass ini kemudian dipanaskan kembali pada
furnace (013F-103) yang bertindak sebagai charge heater agar dapat dicapai temperatur
reaksi. Panas yang diserap fluida pada reactor charge heater adalah 1,77x106 kcal/jam.
Temperatur fluida keluaran dari charge heater adalah 173oC dengan komposisi 60% likuid
dan 40% uap yang kemudian dilewatkan pada top column reactor untuk direaksikan.
2nd Stage Reactor I (013R-102)
Pada bagian ini terjadi reaksi penjenuhan olefin dan juga pembuangan kandungan
sulfur yang masih terikut dalam feed (sulfur removal). Reaksi ini dipromotori oleh katalis
UOP H8 yang terdiri dari platinum dan sebagai carrier alumina (Al2O3). Reaksi
penjenuhan olefin ini bersifat eksotermis sehingga temperatur keluar reaktor atau Reactor
Outlet Temperature (ROT) bersuhu sangat tinggi, 216oC. Sedangkan feed untuk reaktor II
suhunya mendekati reaktor I yaitu 173oC sehingga harus melewati beberapa treatment lagi
untuk menyesuaikan dengan temperatur masuk atau Reactor Inlet Temperature (RIT)
reaktor II. Untuk menurunkan temperatur outlet reaktor I maka sebagian produk reaktor
digunakan untuk memproduksi steam pada 2nd stage steam generator (013E-108) untuk
diambil panasnya sehingga temperaturnya turun menjadi 154oC. Stream yang dipakai
untuk menghasilkan steam ini bertemu kembali dengan by pass steam generator stream.
Setelah terjadi pertemuan kedua stream maka temperature inlet umpan reaktor II
mendekati 172oC. Steam yang dihasilkan dari steam generator sebesar 115 ton/hari berupa
steam bertekanan sadang (medium pressure).
2nd Stage Reactor II (013R-103)
Reaksi hidrogenasi aromat dilanjutkan pada reaktor II dengan promotornya adalah
katalis UOP H8. Inlet feed reaktor II adalah outlet steam generation reactor I (013E-108),
by pass steam generation, dan by pass reactor I (013R-102). Temperatur keluar (ROT)
sebesar 204oC. Produk reaksi ini yang selanjutnya akan didinginkan.
Pendinginan Produk 2nd Stage Reactor II
Produk dari 2nd stage reactor yang masih memiliki temperatur tinggi digunakan
untuk memanasi by pass feed untuk reaktor II pada HE (013E-105-1). Suhu stream setelah
digunakan untuk pendinginan by pass reactor II feed turun menjadi 55oC. Selanjutnya
stream ini mengalami pendinginan kembali pada fin-fan condenser (013E-107). Setelah
didinginkan maka fluida ini dipisahkan pada 2nd stage product separator (013V-106)
untuk memisahkan gas (H2, H2S, C1, dan C2) dengan fluida lain (likuida) yaitu kerosene
dan sedikit hidrokarbon. Gas dibuang lewat puncak separator sedangkan likuida
dipanaskan kembali pada HE (013E-109). Outlet temperature dari HE (013E-109) sebesar
116oC.
Bottom product dari separator (013V-106) setelah mengalami pemanasan awal
(preheating) pada HE (013E-109) dipecah menjadi dua stream yang selanjutnya
dipanaskan kembali pada furnace. Panas yang diserap oleh 2 stream (berisi kerosene)
sebesar 4,73x106 kcal/jam mengakibatkan suhu keluar furnace sebesar 179oC. Selanjutnya
kedua stream tersebut bergabung kembali untuk menjadi umpan dari 2nd stage stripper.
Sedangkan top product yang berupa gas dikompresi oleh compressor untuk dinaikan
tekanannya dari 53 kg/cm2 menjadi 66 kg/cm2 yang selanjutnya berfungsi sebagai recycle
gas pada umpan 2nd stage reactor I.
2nd Stage Stripper (013C-102)
2nd stage stripper berfungsi melucuti senyawa-senyawa hidrokarbon ringan untuk
memperbaiki smoke point dari kerosene. Stripper ini terdiri atas 10 buah tray. Bottom
productnya berupa likuid yang merupakan kerosene. Sedangkan Top productnya
merupakan gas hidrokarbon ringan (light hydrocarbon).
Gas hidrokarbon ringan setelah dilucuti dengan stripping steam keluar lewat
Overhead section. Gas ini kemudian didinginkan melalui fin-fan (013E-110) kemudian
ditransfer ke receiver (013V-107).
Sedangkan produk kerosene keluar lewat bagian bawah kolom (bottom section).
Level stripper dikendalikan oleh 013LIC-030 untuk menentukan banyaknya produksi ke
tangki produk kerosene. Bottom product kemudian dipompa untuk didinginkan pada fin-
fan condenser (013E-111) sehingga temperaturnya turun dari 112oC menjadi 55oC yang
selanjutnya disimpan dalam tangki penyimpan kerosene.
reaktor bersama dengan feed sebelum masuk ke Combined Feed Exchanger. Tekanan
separator diatur oleh pressure control pada top separator. Kelebihan gas akan masuk ke
dalam suction dari gas booster compressor (014K-102A/B/C) yang masing-masing terdiri
dari 3 stage dimana discharge stage ke 3 masuk bersama dengan reactor product
separator ke recontact drum (014V-103), sebelumnya produk top dari reactor product
separator (014V-101) dilewatkan pada kolom adsorber untuk memisahkan chloride yang
terbawa. Liquid dari recontact drum masuk sebagai feed debutanizer (014C-101)
sedangkan gasnya yang sebagian besar adalah gas H2 dialirkan sebagai make up gas ke
unit-unit lain, diantaranya NHT, Thermal Destillate Hidrotreater dan AH Unibon.
Injeksi Chlorida dan Condensat
Penambahan kondensat dan organic chloride (Propilen Dichlorida) adalah untuk
mengatur level klorida di katalis dimana diinjeksikan sebelum dan sesudah Combined
Feed Exchanger. Untuk injeksi kondensat dipakai treated water yang dipompakan ke feed
setelah Combined Feed Exchanger. Untuk injeksi chemical, dipompakan ke feed sebelum
masuk ke Combined Feed Exchanger.
Debutanizer Platformer
Liquid dari recontact drum masuk ke flash drum (014V-101) dimana liquid dari
flash drum ini selanjutnya dipompakan ke shell side dari debutanizer feed/bottom
exchanger (014E-107 1/2/3). Feed debutanizer ini akan dipanaskan sampai 191oC, baru
kemudian masuk ke dalam kolom debutanizer yang terdiri dari 30 tray pada tray di atas
20. Di debutanizer ini fraksi-fraksi ringan dan H2S dipisahkan dengan memanaskan
bottom di dapur reboiler (014F-104) yang mampu memanaskan bottom debutanizer ini
dari 248oC menjadi 261oC dengan memakai fuel gas dan fuel oil. Bottom debutanizer yang
telah dipanaskan ini kembali ke kolom debutanizer di bawah tray 30. Sebagian lain dari
bottom debutanizer akan masuk ke air cooler agar suhunya turun menjadi 55oC, kemudian
kembali didinginkan dalam shell side trim cooler agar suhunya menjadi 38oC sebagai
platformate yang siap dialirkan ke dalam tanki penyimpanan sebagai komponen blending
mogas. Overhead dari debutanizer pada suhu 68oC dengan tekanan 18 kg/cm2 mengalir ke
debutanizer overhead condensor dimana didinginkan sampai 55oC dan kemudian ke
debutanizer overhead trim cooler sampai suhunya menjadi 38oC baru kemudian ke
debutanizer overhead receiver. Tekanan debutanizer diatur dengan mengatur aliran fuel
gas yang berasal dari flash drum. Liquid yang didapatkan dari debutanizer overhead
receiver sebagian dipompakan sebagai reflux pada top debutanizer, dan sebagian lagi
dialirkan sebagai feed dalam LPG unit. Sedangkan gas yang didapatkan dari sini bersama-
sama dengan liquid yang berasal dari recontact drum masuk ke flash drum.
tekanannya menuju ke Sour Water Stripper unit 017. Hidrokarbon cair dari vessel ini
direfluk kembali ke Deethanizer Column pada tray no.1 melalui Deethanizer Reflux Pump
(015P101 A/B). Net gas masuk pada shell side di Deethanizer Net Gas Heater (015E109)
dipanaskan dengan LP steam pada tube side kemudian dialirkan ke fuel gas system pada
suhu 48oC.
Deethanizer Column dialiri panas dengan LP steam yang diumpankan ke
Deethanizer Reboiler (015E104). Campuran C3/C4 LPG produk dari Deethanizer bottom
pada suhu 123oC didinginkan secara parsial di bagian tube dari Deethanizer Feed / Bottom
Exchanger (015E101) dengan pendingin pada bagian shell yaitu Deethanizer feed, dan
akan keluar pada suhu 93oC lalu memasuki Depropanizer Column (015C102) pada tray
no.20 melalui line 15-1008CC-4”-Ih.
Depropanizer Coluimn bekerja pada tekanan 17,1 kg/cm2G. Campuran LPG C3/C4
yang baru masuk dipisahkan menjadi C3 dan C4 LPG. Overhead produk dialirkan pada
suhu 52oC melalui line 15-1013AC-10” lalu secara total dikondensasikan di air cooled
Depropanizer Condenser (105E107) kemudian masuk ke Depropanizer Receiver
(015V102) melalui pressured control system bypass uap panas (015PDIC-003).
Di dalam Depropanizer Receiver, sebagian dari overhead liquid direfluk kembali
ke tray no.1 menggunakan Depropanizer Reflux Pump (015P102 A/B). Liquid overhead
yang tersisa dipompa oleh Depropanizer Propane Product Pump (015P103 A/B) ke
bagian shell dari Propane Cooler (015E108) dengan injeksi cooling water pada bagian
tube, kemudian dikirim ke Propane KOH Treater (015C103) untuk menghilangkan
komponen sulfur yang tidak diinginkan. Di kolom ini diinjeksikan make up water dari
Water Injection Tank (015V104) oleh Water Injection Pump (015P104 A/B). Produk
propane akan keluar pada suhu 38oC dan akan dikirim ke tempat penampungan propane
yang tersedia.
Depropanizer Column dididihkan/diuapkan kembali dengan LP steam yang
diumpankan ke Depropanizer Reboiler (015E106) pada bagian tube. Produk butane dari
Depropanizer bottom dialirkan dengan dikontrol tekanannya ke bagian tube dari
Deethanizer Feed / Depropanizer Bottom Exchanger (015E102) dengan pendingin dari
Deethanizer Feed. Kemudian didinginkan kembali pada bagian shell dari Butane Cooler
(015E103 1/2) dengan pendingin pada bagian tube yaitu cooling water dan akan keluar
pada suhu 38oC yang akan dikirimkan ke tempat penampungan butane yang tersedia.
H2S dan NH3 sangat mudah menguap pada phase cairnya, untuk perhitungan atau
lainnya digunakan tekanan parsial pada phase uap (Hukum Henry).
Gas H2S dan NH3 dapat dipisahkan dengan menggunakan steam sebagai stripping
medium atau steam yang terjadi dari pemanasan sour water itu sendiri (dalam reboiler).
Kecenderungan hidrolisa naik dengan naiknya suhu. Kelarutan H2S bebas di dalam air
lebih kecil dibandingkan dengan NH3, sehingga H2S lebih cepat dapat dipisahkan. Dengan
demikian sour water stream yang telah menjalani stripping, residual total NH3/H2S akan
naik yang menyebabkan larutan menjadi lebih alkalis.
Keseimbangan hidrolisa kemudian cenderung ke bentuk ionisasi, hingga stage
yang lebih bawah dalam sour water stripper mempunyai tugas yang lebih sulit dalam
pekerjaannya. Temperatur gradien dalam kolom memperlihatkan bahwa sebagian besar
dari steam pemanas terkondensasi di puncak kolom, yang berarti bahwa porsi dari steam
pemanas yang berfungsi sebagai stripping steam adalah pada bagian yang lebih bawah
dalam kolom. Hal ini sangat penting dalam perencanaan dan operasi dari sour water
stripper dimana banyaknya steam yang meninggalkan puncak kolom diusahakan sekecil
mungkin. Sebagian besar dari H2S dipisahkan di bagian puncak dari kolom dan pemisahan
NH3 adalah merata pada setiap stage.
unit platformer (unit 014). Kemurnian atau purity minimum dari H2 adalah 70%. Pada
proses ini terjadi juga proses pengikatan senyawa S, N2 dan O2 yang bersenyawa dengan
hidrokarbon seperti cyclic sulfide, thiopenic mercaptane, sulfide, dsb. Pengikatan ini akan
menstabilkan hidrokarbon dengan menggunakan H2 sebagai pengikat. Feed TDHT berasal
dari visbreaker merupakan hasil rengkahan sehingga banyak mengandung ikatan-ikatan
rangkap yang belum stabil. Jika feed ini digunakan langsung akan menyebabkan
decolorisasi.
Deskripsi Proses
Seksi Reaksi:
Feed Surge Drum (018V101)
Feed surge drum berfungsi untuk mengumpulkan feed yang digunakan dalam
proses thermal distillate hydrotreater. Feed yang digunakan adalah LGO dan HGO hasil
dari proses visbreaker. Selanjutnya feed yang telah tertampung ditarik dengan pompa
untuk mengalami preheating terlebih dulu pada combined feed exchanger atau CFE
(018E101 1/2/3). Pada CFE ini feed juga diinjeksikan gas H2. Keluar dari CFE, feed
kemudian dipanaskan sampai suhu reaksi pada heater.
Heater (018F101)
Feed yang masuk heater sudah bersama-sama dengan H2 yang diinjeksikan melalui
CFE. Feed masuk ke heater pada suhu 656oF dan setelah dipanaskan dan keluar dari
heater suhunya menjadi 665oF. Heater dilengkapi dengan flange off inlet dan outlet yang
bertujuan untuk pengeringan heater pada sisi refractory. Heater ini berbahan bakar fuel oil
dan fuel gas. Pada bagian koneksi, heater dilengkapi dengan fasilitas MP steam untuk
menghilangkan deposit karbon akibat pembakaran fuel oil dan fuel gas. Selain itu pada
fire box juga dilengkapi dengan snuffing steam yang berfungsi mengusir gas-gas sisa
pembakaran jika terjadi kondisi darurat. Panas yang dihasilkan furnace menurut desain
sebesar 4,03x106 kcal/jam dengan ΔT sebesar 6oC. Heater yang digunakan adalah: charge
heater (018F101) dan reboiler stripper (018F102).
Reaktor (018R101)
Reaktor TDHT dilengkapi dengan katalis cobalt molybden dengan carrier Al2O3.
Feed setelah dipanaskan oleh heater dengan temperature 665oF dan tekanan 51,4 kg/cm2
masuk pada bagian bawah (bottom) reaktor (down flow). Proses down flow bertujuan
untuk menjaga agar jangan sampai katalis berubah letak. Perubahan letak katalis dapat
mengakibatkan distribusi feed yang tidak merata sehingga akan mempengaruhi hasil
reaktor (produk). Reaktor juga dilengkapi dengan udara dan O2 analizer untuk
meregenerasi katalis.
Pemisahan Produk-produk Reaktor (018V102)
Produk reaktor (P=51,9 kg/cm2 dan T=399oC) yang berupa oksigen dan minyak
(treated LGO dan HGO) setelah dihilangkan pengotor-pengotornya dan juga dijenuhkan
ikatan rangkapnya dilewatkan pada rangkaian Heat Exchanger (HE) yang disusun secara
seri untuk menghilangkan panas dari produk dengan cara mentransfer panas yang dibawa
produk ke feed reactor. Pendinginan diteruskan lagi oleh cooler yang berupa fin-fan di
mana sebelum masuk fin-fan diinjeksikan air terlebih dulu untuk mencegah kebuntuan
dalam fin-fan tubes. Pendinginan oleh fin-fan mengakibatkan terbentuknya 3 fasa yaitu 1
fasa gas, dan 2 fasa likuida yang berupa minyak dan air. Gas dan Condensate yang berupa
likuida tadi kemudian ditampung dalam settler (018V102). Fasa gas yang terjadi dalam
reaktor kemudian dikompres dengan kompresor (018K101A dan B), namun sebelum
masuk ke kompresor dilewatkan terlebih dahulu pada knock out drum untuk memberi
kesempatan HC yang belum terkondensasi untuk mengembun sehingga hanya gas (H2 dan
H2S) saja yang ditarik oleh kompresor. Air yang ada pada separator kemudian diolah lebih
lanjut pada unit SWS (Sour Water Stripper). Sedangkan HC dialirkan ke unit fraksinasi.
Tekanan pada separator dijaga sebesar 49 kg/cm2. Jika terjadi kelebihan gas pada
separator maka PSV (Pressure Safety Valve) akan terbuka dan membuang gas berlebih ke
flare. Selain itu separator juga dilengkapi dengan mesh blanket untuk memisahkan kotoran
agar tidak masuk ke pompa.
Kompresor (018K101A/B)
Kompresor yang dipakai adalah reciprocating compressor sebanyak dua buah
yaitu: 018K101A dan 018K101B. Fungsi dari kompresor ini adalah me-recycle gas H2
dari separator (018V102) menjadi feed dari reactor (018R101). Gas yang dikompres
diambil dari knock out drum dengan komposisi terbesar adalah H2 selain itu ada pula gas
lain yang berupa H2S dan HC dalam jumlah yang sangat sedikit. Tekanan isap kompresor
sebesar 47,6 kg/cm2. Gas yang keluar dari kompresor akan dipanaskan dan dikompresi
dalam combined feed exchanger (018E101.1,2,3) sehingga suhu dan tekanan keluar dari
CFE sebesar 70,5oC dan 56,5 kg/cm2. Kompresor digerakkan oleh motor dan memiliki
desain rasio kompresi 1,185 .
Seksi Stripping:
High Pressure Stripping (018C101)
Feed untuk HP stripping diperoleh dari bottom product Separator (HP Separator
018V102). Tekanan fluida dari HP separator sebesar 49 kg/cm2 dan suhunya dinaikan
menjadi 221oC melalui heat exchanger (HE) 018E102.1,2,3.
HP stripping column terdiri atas 10 trays yang bertujuan memisahkan fraksi ringan
termasuk H2S. Sebagai gas pelucut digunakan medium pressure stripping steam.
Hasil dari top column (puncak kolom) didinginkan di overhead condenser
(018E105) dengan heat duty 2,34x106 kcal/jam. Pada overhead HP stripper juga
diinjeksikan inhibitor untuk mencegah terjadinya korosi. Inhibitor yang digunakan adalah
unicor sebesar 52 cc/jam. Inhibitor ini ditarik dengan pompa 018P106 dari drum rack
langsung ke line overhead prouct. Overhead product Setelah didinginkan pada overhead
condenser (018E105) ditampung dalam vessel (018V104). Pada vessel ini akan terbentuk
dua fasa yaitu fasa air dan fasa HC. Air yang terbentuk kemudian dihilangkan kandungan
H2S-nya pada unit Sour Water Stripper. Sedangkan fasa HC yang terbentuk sebagian
dipompa dengan pompa 018P101A/B untuk dikembalikan ke vessel 018V104 sebagai
balancing line. Sedangkan sebagian lagi dijadikan feed HP stripper. Sedangkan bottom
product-nya diproses lebih lanjut dalam LP Separator.
Low Pressure Stripping (018C102)
Feed untuk LPS adalah bottom product dari HP Stripping yang dialirkan ke LPS
tanpa bantuan pompa. Fungsi dari LPS adalah memisahkan fraksi-fraksi ringan yang
masih terikut pada produk HP Stripping sehingga nantinya produk akan memenuhi
spesifikasi, misalnya spesifikasi flash point. Feed masuk LP Stripper pada suhu 215oC.
LP Stripper terdiri atas 20 trays, sebagai gas pelucut tidak digunakan stripping
steam namun digunakan sebagian dari bottom product. Penggunaan bottom product ini
bertujuan untuk menghilangkan kandungan air yang terikut pada feed.
Overhead product LP Stripper selanjutnya dialirkan ke cooler (018E106) untuk
didinginkan. Condensate yang dihasilkan kemudian ditampung dalam receiver
(018V105). Sedangkan bottom product receiver dipompa dengan pompa 018P104A/B.
Discharge dari pompa dipecah menjadi dua aliran (stream), sebagian dialirkan ke puncak
kolom sebagai reflux LP Stripper untuk mempertahankan temperature puncak kolom
sebesar 110oC dan sebagian lagi dialirkan ke unit 011V104. Tekanan pada puncak kolom
besarnya 0,68 kg/cm2.
Bottom product LP Stripper ditarik dengan pompa 018P103A/B yang memiliki
tekanan 7,5 kg/cm2 dengan kapasitas 270 m3/jam. Discharge pompa dibagi menjadi dua
aliran. Sebagian melalui reboiler (018F102) keluar dari reboiler masuk ke stripper pada
tray ke 20. Fluida keluar dari 018F102 terdiri atas dua fasa yaitu:
Fasa uap (vapor) dengan rate 39452,1 kg/cm2
Fasa Likuid dengan rate 39453,1 kg/cm2
Temperature 303oC
Sedang sebagian lagikeluar dari pompa ke heat exchanger (018E102.1,2,3) kemudian
didinginkan lebih lanjut pada cooler (018E104). Setelah mengalami dua kali pendinginan
di HE dan cooler maka produk dimasukkan ke storage.
Pada top column tidak diinjeksikan inhibitor karena diasumsikan H2S sudah dilucuti
pada High Pressure Stripper Overhead yang kemudian ditampung pada 018V04. Gas
pada 018V104 dibuang ke flare. Sedangkan yang tercampur dalam air diolah lebih lanjut
pada unit SWS. Produk pada overhead product LP Stripper:
Minyak residu (oil residue) merupakan hidrokarbon berstruktur koloid dimana fasa
kontinunya adalah malthane sedangkan fasa terdispersinya adalah asphalthane dan
aromatic dengan berat molekul tinggi (high molecular weight aromatics) yang teradsorb
pada asphalthane dalam suatu kesetimbangan. Jika kesetimbangan ini terganggu akan
menyebabkan terendapnya butiran-butiran asphalthane sehingga berdampak pada tidak
stabilnya sistem koloid ini. Oleh karena itu, visbreaking adalah batasan suhu pemanasan
dari feed sehingga aromatic dan naphtane tidak mengalami cracking.
Jika suatu hidrokarbon (HC) dipanaskan dan mengalami perubahan komposisi
pada kondisi thermal cracking maka dianggap HC tersebut mengalami pemecahan rantai
menjadi dua radikal bebas/lebih. Radikal bebas akan mengalami reaksi berantai sehingga
mempunyai berat molekul antara H2, bitumen dan cokes. Misal terjadi reaksi pemecahan
aromatic maka reaksi ini akan diikuti reaksi kondensasi kemudian membentuk asphaltane
baru yang akhirnya menyebabkan sistem tidak stabil.
Deskripsi Proses
Pada unit visbreaking/thermal cracking Pertamina, Cilacap terdiri atas 6 seksi
(bagian) operasi yaitu:
Bagian visbreaking
Bagian thermal cracking
Bagian vacuum
Bagian fraksinasi
Bagian naphta stabilizer
Bagian steam generation
Visbreaking feed yaitu bottom product (reduced crude) dari crude fractionator
(CDU II unit 011). Sebagian besar feed masuk ke dalam visbreaking/thermal cracking dan
sebagian lagi masuk ke dalam storage tank. Reduced yang masuk ke storage tank
sebagian (10% dari total visbreaking feed rate ) dialirkan ke visbreaking. Besarnya rate
dari storage tank dibatasi 10% total rate dari visbreaking unit mengingat terbatasnya
kapasitas desain dari visbreaking unit dalam mengolah feed.
Feed masuk ke bagian visbreaking heater dengan rate 368 m3/hr. Outlet dari
visbreaking heater dikenakan quenching oleh LGO dari fraksinator kemudian bergabung
dengan outlet dari thermal cracking section. Gabungan ini selanjutnya diumpankan ke 1st
stage flash chamber. Uap yang keluar dari 1st stage flash chamber dikembalikan ke bottom
fractionator (CDU II). Sedangkan bottom liquid dipisahkan lebih lanjut dalam 2nd stage
flash chamber. Overhead dari 2nd stage flash chamber dikondensasikan, dan condensate
yang terjadi ditampung dalam overhead 2nd stage flash chamber receiver. Dari overhead
receiver sebagian likuida dipompakan melalui weighted spray system masuk ke 2nd stage
flash chamber sebagai reflux dan sebagian lagi ke 1st stage flash chamber. Pada bottom
liquid 2nd stage flash chamber sebagian dikembalikan ke bottom 2nd stage flash chamber
sebagai quench liquid sedangkan sebagian lainnya diumpankan pada vacuum charge
heater untuk dipanaskan yang nantinya akan dipisahkan komponen-komponennya pada
vacuum column. Dari vacuum column didapatkan produk-produk yaitu: light vacuum gas
oil (LVGO), heavy vacuum gas oil (HVGO), slop wax oil (SWO), overhead product
berupa uap dan fuel oil (FO).
LVGO sebagian digunakan sebagai reflux pada top column dan sebagian lagi
dikirim ke fraksinator (CDU II unit 011) untuk light distillate recovery, sedangkan HVGO
sebagian dikembalikan ke vacuum column dan sebagian lagi dikirim ke bottom
fractionator untuk dikontakkan dengan uap yang berasal dari 1st stage flash chamber
sehingga menyebabkan heavy material akan mengembun.
Likuida pada bottom fractionator dipompakan ke dalam thermal cracking heaters.
Likuida yang telah dipanaskan ini kemudian menjadi feed untuk thermal cracking reaction
chamber. Dalam thermal cracking reaction chamber inilah terjadi serangkaian reaksi
perengkahan atau cracking. Hasil cracking ini (cracked oil) keluar dari reaction chamber
dan bergabung dengan outlet visbreaker heater menjadi umpan untuk 1st stage flash
chamber kemudian mengalami proses yang sama seperti visbreaker product setelah
bergabung dengan visbreaker product dari visbreaker heater.
Slop wax oil (SWO) merupakan hasil lain dari vacuum column dimana sebagian
dikembalikan ke vacuum column dan sebagian lainnya direcycle ke inlet vacuum heater
atau ditransfer ke storage tank.
Sedangkan vacuum bottom liquid setelah keluar dari dasar vacuum fractionator
didinginkan dan kemudian ditampung dalam storage tank.
LVGO setelah keluar dari fractionator (CDU) dinamakan LGO (Light Gas Oil).
LGO ini selanjutnnya distripped (dilucuti) senyawa-senyawa pengotornya oleh stripper
untuk meningkatkan mutunya. LGO setelah melewati stripper sebagian digunakan untuk
cut back fuel oil dan sebagian lagi ditampung dalam feed surge drum untuk dijadikan
umpan thermal distillate hydrotreater.
Begitupun dengan HVGO, HVGO yang keluar dari kolom fraksinasi (CDU)
dinamakan HGO (Heavy Gas Oil). HGO ini selanjutnnya distripped, HGO yang telah
dilucuti ini kemudian digunakan sebagai thermal distillate hydrotrater feed.
Overhead product yang berupa gas (banyak kandungan naphta-nya) diumpankan
ke stabilizer untuk memisahkan naphta dengan gas-gas pengotor. Overhead stabilizer (gas
bebas naphta) kemudian bergabung dengan gas yang berasal dari vacuum ejector
condensate receiver yang telah dikompresi menjadi fuel gas untuk berbagai proses
pembakaran. Sedangkan naphta yang menjadi bottom product dari stabilizer diumpankan
ke minalk merox unit untuk dihilangkan pengotornya secara kimia (melalui berbagai
macam reaksi pemisahan). Produk dari naphta minalk merox ini kemudian menjadi
campuran (blending) untuk gasoline atau premium.
Produk dari unit ini bukanlah produk yang siap pakai karena kandungan
pengotornya seperti belerang, logam, oksigen, dan fraksi ringan masih sangat banyak dan
harus diolah lagi pada unit lain, mengingat tujuan utama dari unit ini adalah merecover
LVGO dan HVGO yang terbawa oleh fraksi berat, LSWR.
Tabel II.3. Hubungan Produk Thermal Cracking/Visbreaking dengan Unit Lain
Produk Thermal Cracking/Visbreaking Pengolahan Selanjutnya (Next Treatment)
Gas Ke fuel gas system
Naphta Diproses pada minalk merox unit
Dipakai sebagai cut break fuel oil dan
Light Gas Oil (LGO) sebagai thermal distillate hydrotreater
feed
Dipakai sebagai cut break fuel oil dan
Heavy Gas Oil (HGO) sebagai thermal distillate hydrotreater
feed
Bottom Vacuum Residue Digunakan sebagai fuel oil