Anda di halaman 1dari 14

Definisi Umum Perpajakan

Composed by Hanhan haeruman


Tax Consultant and Tax Trainer
0812-87-15420

1. Angsuran PPh Pasal 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan (PPh) dalam tahun pajak berjalan
untuk setiap bulan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
2. Aplikasi Billing adalah bagian dari Sistem Billing dari Direktorat Jenderal Pajak yang
menyediakan antarmuka berupa aplikasi berbasis web bagi Wajib Pajak untuk menerbitkan
Kode Billing dan dapat diakses melalui jaringan internet.
3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi
lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk
usaha tetap.
4. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak.
5. Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak
terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan Banding, berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku.
6. Bank Persepsi adalah bank umum yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima
setoran penerimaan negara bukan dalam rangka impor, yang meliputi penerimaan pajak, cukai
dalam negeri dan penerimaan bukan pajak.
7. Barang adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang
bergerak atau barang tidak bergerak dan barang tidak berwujud.
8. Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN
1984 dan perubahannya.
9. Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang
tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
10. Biaya Promosi adalah bagian dari biaya penjualan yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam
rangka memperkenalkan dan/atau menganjurkan pemakaian suatu produk baik langsung
maupun tidak langsung untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan. PMK No.
2/PMK.03/2010
11. Billing System adalah metode pembayaran elektronik dengan menggunakan Kode Billing.
12. Bukti Pemindahbukuan yang selanjutnya disebut Bukti Pbk adalah bukti yang menunjuk-kan
bahwa telah dilakukan Pemindahbukuan. (PMK 242/2014 tentang Tata Cara Pemba-yaran dan
penyetoran Pajak)
13. Bukti Penerimaan Negara (BPN) adalah dokumen yang diterbitkan oleh Bank/Pos Persepsi atas
transaksi penerimaan negara dengan teraan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dan
Nomor Transaksi Bank (NTB)/Nomor Transaksi Pos (NTP) sebagai sarana administrasi lain yang
kedudukannya disamakan dengan Surat Setoran Pajak (SSP).
14. Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan atau
benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi
suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
15. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan
ruang udara diatasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan landas
kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur mengenai kepabeanan. (UU
No. 8 Tahun 1983 sebagaimana telah dibuat terakhir dengan (stdtd) UU No. 42 Tahun 2009
Tentang PPN dan PPnBM)
16. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor
atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
17. Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian Nasabah Penyimpan dengan bank.
18. Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum
dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.
19. Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan serta mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan
ketentuan anggaran dasar.
20. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud adalah setiap kegiatan mengeluarkan Barang Kena Pajak
Berwujud dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean.
21. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud adalah setiap kegiatan penyerahan Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud dari dalam Daerah Pabean di luar Daerah Pabean.
22. Ekspor Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak ke luar Daerah
Pabean.
23. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak.
24. Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak
terhadap pelaksanaan penagihan Pajak atau terhadap keputusan yang dapat diajukan Gugatan
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
25. Hadiah atau penghargaan perlombaan adalah hadiah atau penghargaan yang diberikan melalui
suatu perlombaan atau adu ketangkasan.
26. Hadiah sehubungan dengan kegiatan adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang diberikan sehubungan dengan kegiatan yang dilakukan oleh penerima hadiah.
27. Hadiah undian adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan melalui
undian.
28. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan
Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang PPN 1984 dan perubahannya dan potongan harga
yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
29. Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan
perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.
30. Imbalan kepada Bukan Pegawai adalah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang terutang atau diberikan kepada Bukan Pegawai sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau
kegiatan yang dilakukan, antara lain berupa honorarium, komisi, fee dan penghasilan sejenis
lainnya.
31. Imbalan kepada Bukan Pegawai yang Bersifat Berkesinambungan adalah imbalan kepada
Bukan Pegawai yang dibayar atau terutang lebih dari satu kali dalam satu tahun kalender
sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan.
32. Imbalan kepada peserta kegiatan adalah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang terutang atau diberikan kepada peserta kegiatan tertentu, antara lain berupa uang saku,
uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dan penghasilan sejenis
lainnya.
33. Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah
Pabean.
34. Jaminan Hari Tua (JHT) adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara
jaminan sosial tenaga kerja kepada orang pribadi yang berhak dalam jangka waktu yang telah
ditentukan atau keadaan lain yang ditentukan.
35. Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum
yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai,
termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan
dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.
36. Jasa Kena Pajak (JKP) adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984
dan perubahannya.
37. Jasa produksi adalah penghargaan yang diberikan kepada anggota Direksi dan Dewan Komisaris
setiap tahun apabila memperoleh laba.
38. Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan
konstruksi.
39. Kantor Cabang adalah kantor yang secara langsung bertanggung jawab kepada kantor pusat
yang bersangkutan dengan alamat tempat usaha yang jelas dimana kantor cabang tersebut
melakukan usahanya.
40. Keputusan adalah suatu penetapan tertulis di bidang perpajakan yang dikeluarkan oleh pejabat
yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan dan dalam rangka
pelaksanaan Undang-Undang Penagihan Pajak (UU PPh) dengan Surat Paksa. (UU No. 14 Tahun
2002 tentang Pengadilan Pajak)
41. Kode Billing adalah kode identifikasi yang diterbitkan melalui Sistem Billing atas suatu jenis
pembayaran atau setoran yang akan dilakukan Wajib Pajak.
42. Koreksi Fiskal adalah koreksi yang dilakukan karena adanya perbedaan antara ketentuan
akuntansi komersial dengan pajak.
43. Koreksi (Penyesuaian) Fiskal Negatif adalah penyesuaian terhadap penghasilan netto komersial
dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan UU PPh beserta peraturan
pelaksanaannya yang bersifat mengurangi penghasilan kena pajak.
44. Koreksi (Penyesuaian) Fiskal Positif adalah penyesuaian terhadap penghasilan netto komersial
dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan UU PPh beserta peraturan
pelaksanaannya yang bersifat menambah atau memperbesar penghasilan kena pajak.
45. Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak (PPh
pasal 25) ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak
Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar (STP PPH pasal 25), ditambah
dengan pajak yang dipotong atau dipungut pihak lain (PPh pasal 22 dan pasal 23), ditambah
dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri (PPh pasal 24) dikurangi
dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak yang dikurangkan dari pajak yang terutang.
46. Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau setelah
dikurangi dengan pajak yang telah dikompensasikan yang dikurangkan dari pajak yang terutang.
47. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung,
menyetor dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu sebagaimana
ditentukan dalam Undang-Undang ini.
48. Masa Pajak terakhir adalah masa Desember atau Masa Pajak tertentu dimana Pegawai Tetap
berhenti bekerja.
49. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh eksportir.
50. Nilai hadiah adalah nilai uang atau nilai pasar apabila hadiah tersebut diserahkan dalam bentuk
natura, misalnya mobil.
51. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea Masuk (BM)
ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak (BKP), tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang
dipungut menurut Undang-Undang PPN 1984 dan perubahannya.
52. Nilai Kontrak Jasa Konstruksi adalah nilai yang tercantum dalam satu kontrak jasa konstruksi
secara keseluruhan.
53. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai
sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
54. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
55. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari
barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Merupakan jenis pajak
konsumsi yang dalam bahasa Inggris disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and Services
Tax (GST).
56. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terutang yang wajib dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), penyerahan
Jasa Kena Pajak (JKP), ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak.
57. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang seharusnya sudah dibayar oleh
Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena perolehan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau perolehan Jasa
Kena Pajak (JKP) dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang
Kena Pajak.
58. Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas Penghasilan
yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak.
59. PPh pemotongan dan pemungutan (Witholding Tax, WHT) adalah PPh yang dikenakan melalui
mekanisme pemotongan oleh pemberi penghasilan (PPh pasal 21, 22, 23, 26 dan 4 ayat 2) dan
melalui mekanisme pemungutan oleh pembeli atau penjual atau pemungut tertentu (PPh pasal
22).
60. PPh Orang Pribadi adalah PPh yang dikenakan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi.
61. PPh Badan adalah PPh yang dikenakan terhadap Wajib Pajak Badan (selain Wajib Pajak Orang
Pribadi).
62. PPh pasal 21 adalah Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri.
63. PPh pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh :
 bendahara pemerintah untuk memungut Pajak sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang;
 badan‐badan tertentu untuk memungut pajak dari WP yang melakukan kegiatan di
bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain; dan
 WP badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang yang
tergolong sangat mewah.
64. PPh pasal 23 adalah pajak yang dipotong oleh badan pemerintah, subjek pajak badan
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya atas pembayaran penghasilan kepada WP dalam negeri
atau bentuk usaha tetap.
65. PPh pasal 24 (kredit pajak luar negeri) adalah pajak atas penghasilan yang dibayar atau
terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia
dengan ketentuan sebagaimana disebutkan dalam UU PPh pasal 24.
66. PPh pasal 26 adalah pajak yang dipotong oleh badan pemerintah, subjek pajak badan
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan
luar negeri lainnya atas pembayaran penghasilan kepada WP subjek pajak luar negeri
selain BUT.
67. PPh pasal 28A (PPh Lebih Bayar, PPh LB) adalah PPh yang terutang untuk suatu tahun
pajak ternyata lebih kecil dari jumlah kredit pajak.
68. PPh pasal 29 (PPh Kurang Bayar, PPh KB) adalah adalah PPh yang terutang untuk suatu
tahun pajak ternyata lebih besar dari jumlah kredit pajak.
69. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat dalam Masa Pajak, dalam
Tahun Pajak atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
70. Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, berdasarkan perjanjian atau
kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu
pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan
berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan atau ketentuan lain yang ditetapkan
pemberi kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri.
71. Pegawai Tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah
tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas serta
pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu yang menerima
atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.
72. Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan
apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil
pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi
kerja.
73. Pekerjaan Bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian
khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan
kerja.
74. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan
dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil,
mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk
mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
75. Pelaksanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan
ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu menyelenggarakan
kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk
fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi yaitu penggabungan fungsi
layanan dalam model penggabungan perencanaan, pengadaan dan pembangunan (engineering,
procurement and construction) serta model penggabungan perencanaan dan pembangunan
(design and build).
76. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan serta
mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat
keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau
pekerjaan.
77. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah bendaharawan Pemerintah, badan atau instansi
pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor dan melaporkan
pajak yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak kepada bendahara pemerintah, badan atau instansi pemerintah
tersebut.
78. Pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu
antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan
pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman dalam proses produksi
barang dan/atau jasa di perusahaan dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian
tertentu.
79. Pemanfaatan Barang Kena Pajak (BKP) Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean adalah setiap
kegiatan pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean.
80. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan
Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
81. Pembeli adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya menerima
penyerahan Barang Kena Pajak dan yang membayar atau seharusnya membayar harga Barang
Kena Pajak tersebut.
82. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode
Tahun Pajak tersebut.
83. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
84. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti
permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
85. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah Wajib Pajak Orang Pribadi atau Wajib
Pajak Badan, termasuk bentuk usaha tetap yang mempunyai kewajiban untuk melakukan
pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan orang
pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 26 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
86. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai (Pemungut PPN) adalah bendaharawan Pemerintah, badan
atau instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor dan
melaporkan pajak yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada bendahara pemerintah, badan atau instansi
pemerintah tersebut.
87. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran
pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
88. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian
Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang kebenaran
penulisan dan penghitungannya.
89. Penerima jasa adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya menerima
penyerahan Jasa Kena Pajak dan yang membayar atau seharusnya membayar Penggantian atas
Jasa Kena Pajak tersebut.
90. Penerima penghasilan Bukan Pegawai adalah orang pribadi selain Pegawai Tetap dan Pegawai
Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk
apapun dari Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagai imbalan jasa yang dilakukan
berdasarkan perintah atau permintaan dari pemberi penghasilan.
91. Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi dengan status sebagai
Subjek Pajak dalam negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan nama dan
dalam bentuk apapun, sepanjang tidak dikecualikan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini
dari Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa atau kegiatan, termasuk penerima pensiun.
92. Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 26 adalah orang pribadi dengan status sebagai
Subjek Pajak luar negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam
bentuk apapun, sepanjang tidak dikecualikan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, dari
Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan,
jasa atau kegiatan, termasuk penerima pensiun.
93. Penerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau memperoleh
imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan dimasa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya
yang menerima tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.
94. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah:
a. penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan hak,
lelang, hibah atau cara lain yang disepakati dengan pihak lain selain pemerintah;
b. penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak atau cara lain yang disepakati
dengan pemerintah guna pelaksanaan pembangunan, termasuk pembangunan untuk
kepentingan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus;
c. penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak atau cara lain kepada
pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan
persyaratan khusus.
95. Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja adalah badan yang ditunjuk oleh Pemberi Kerja untuk
mengelola Uang Pesangon yang selanjutnya membayarkan Uang Pesangon tersebut kepada
Pegawai dari Pemberi Kerja pada saat berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan hubungan
kerja.
96. Pengguna Jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk usaha tetap yang memerlukan
layanan jasa.
97. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak atau ekspor
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang
dipungut menurut Undang-Undang PPN 1984 dan perubahannya dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar
oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari
luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
98. Penghargaan adalah imbalan yang diberikan sehubungan dengan prestasi dalam kegiatan
tertentu.
99. Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkuan dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
100. Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Teratur adalah penghasilan bagi Pegawai Tetap
berupa gaji atau upah, segala macam tunjangan dan imbalan dengan nama apapun yang
diberikan secara periodik berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh pemberi kerja, termasuk
uang lembur.
101. Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Tidak Teratur adalah penghasilan bagi Pegawai Tetap
selain penghasilan yang bersifat teratur yang diterima sekali dalam satu tahun atau periode
lainnya, antara lain berupa bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), jasa produksi, tantiem, gratifikasi
atau imbalan sejenis lainnya dengan nama apapun.
102. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha
atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan
usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan
usaha jasa atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
103. Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
104. Penyedia Jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk usaha tetap yang kegiatan
usahanya menyediakan layanan jasa.
105. Penyelenggara kegiatan adalah orang pribadi atau badan sebagai penyelenggara kegiatan yang
melakukan pembayaran imbalan dengan nama dan dalam bentuk apapun kepada orang pribadi
sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan tersebut.
106. Penyelenggara undian adalah orang pribadi, badan, kepanitiaan, organisasi (termasuk
organisasi internasional) atau penyelenggara lainnya termasuk pengusaha yang menjual barang
atau jasa yang memberikan hadiah dengan cara diundi.
107. Penyerahan Barang Kena Pajak (Penyerahan BKP) adalah setiap kegiatan penyerahan Barang
Kena Pajak.
108. Penyerahan Jasa Kena Pajak (Penyerahan JKP) adalah setiap kegiatan pemberian Jasa Kena
Pajak.
109. Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
110. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
111. Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli dan menjual, termasuk kegiatan tukar menukar
barang, tanpa mengubah bentuk atau sifatnya.
112. Perjalanan Dinas adalah perjalanan ke luar tempat kedudukan yang dilakukan terkait dengan
pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan.
113. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja
yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak.
114. Perseroan Terbatas (PT) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Perseroan
Terbatas serta peraturan pelaksanaannya.
115. Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu, termasuk
mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop), pendidikan, pertunjukan, olahraga atau
kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut.
116. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih adalah piutang yang timbul dari transaksi bisnis
yang wajar sesuai dengan bidang usahanya yang nyata-nyata tidak dapat ditagih meskipun telah
dilakukan upaya-upaya penagihan yang maksimal atau terakhir oleh Wajib Pajak.
117. PPh Badan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan kena pajak suatu badan dalam suatu
tahun pajak sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan
118. PPh Orang Pribadi adalah Pajak yang dikenakan atas penghasilan kena pajak orang pribadi
dalam suatu tahun pajak atau suatu masa pajak sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Pajak Penghasilan.
119. PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
120. PPh Pasal 23 adalah pajak penghasilan yang dipotong atas jasa atau modal yang dibayarkan
kepada Wajib Pajak Badan Dalam Negeri atau Bentuk Usaha Tetap sebagaimana diatur dalam
Pasal 23 Undang-Undang PPh.
121. PPh Final Pasal 4 ayat (2) adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan tertentu yang
penghitungan pajaknya dipisahkan atau tidak digabungkan dengan penghitungan pajak atas
penghasilan yang lainnya dan mempunyai tarif pajak tersendiri atas tiap-tiap transaksi
sebagaimana diatur berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) dan
peraturan turunannya.
122. PPh Pasal 26 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak luar negeri,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
123. Premi adalah sejumlah uang yang ditetapkan oleh Perusahaan Asuransi atau Perusahaan
Reasuransi dan disetujui oleh Pemegang Polis untuk dibayarkan berdasarkan perjanjian asuransi
atau perjanjian reasuransi atau sejumlah uang yang ditetapkan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mendasari program asuransi wajib untuk memperoleh
manfaat. (UU No. 40 tahun 2014 Pasal 1 angka (29)
124. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan
Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
125. Putusan Gugatan adalah putusan badan peradilan pajak atas gugatan terhadap hal-hal yang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat diajukan gugatan.
126. Putusan Peninjauan Kembali (Putusan PK) adalah putusan Mahkamah Agung atas permohonan
peninjauan kembali yang diajukan oleh Wajib Pajak atau oleh Direktur Jenderal Pajak terhadap
Putusan Banding atau Putusan Gugatan dari badan peradilan pajak.
127. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang
yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam
Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar.
128. Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan
yang dapat diajukan Banding atau Gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan, termasuk Gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan
Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
129. Sistem pembayaran pajak secara elektronik adalah bagian dari sistem Penerimaan Negara
secara elektronik yang diadministrasikan oleh Biller Direktorat Jenderal Pajak dan menerapkan
Billing System.
130. Subjek Pajak adalah pihak yang dituju oleh peraturan perpajakan sebagai pelaksana peraturan
perpajakan. Subjek Pajak terdiri dari subjek pajak orang pribadi, badan, warisan yang belum
terbagi dan bentuk usaha tetap (BUT).
131. Surat Bantahan adalah surat dari Pemohon Banding atau Penggugat kepada Pengadilan Pajak
yang berisi bantahan atas Surat Uraian Banding (SUB) atau Surat Tanggapan.
132. Suku Bunga adalah beban biaya yang dinyatakan dengan persentase tertentu dalam rangka
peminjaman uang untuk jangka waktu tertentu, merupakan biaya kredit bank kepada nasabah.
133. Surat Berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit dan
setiap derivatifnya atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit dalam bentuk yang
lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang.
134. Surat Keputusan Keberatan (SK Keberatan) adalah surat keputusan atas keberatan terhadap
surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang
diajukan oleh Wajib Pajak.
135. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga (SKPIB) adalah surat keputusan yang menentukan
jumlah imbalan bunga yang diberikan kepada Wajib Pajak.
136. Surat Keputusan Pembetulan (SK Pembetulan) adalah surat keputusan yang membetulkan
kesalahan tulis, kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam surat ketetapan pajak, Surat
Tagihan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat
Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat
Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak atau Surat Keputusan Pemberian
Imbalan Bunga.
137. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) adalah surat
keputusan yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pajak untuk Wajib
Pajak tertentu.
138. Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak
Nihil (SKPN) atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).
139. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak,
besarnya sanksi administrasi dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
140. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
141. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang
terutang atau seharusnya tidak terutang.
142. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak.
143. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
144. Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau
harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
145. Surat Pemberitahuan Masa (SPM) adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.
146. Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun
Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
147. Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan
dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui
tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
148. Surat Tanggapan adalah surat dari tergugat kepada Pengadilan Pajak yang berisi jawaban atas
Gugatan yang diajukan oleh penggugat.
149. Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi
administrasi berupa bunga dan/atau denda.
150. Surat Tanggapan adalah surat dari tergugat kepada Pengadilan Pajak yang berisi jawaban atas
Gugatan yang diajukan oleh penggugat.
151. Surat Uraian Banding (SUB) adalah surat terbanding kepada Pengadilan Pajak yang berisi
jawaban atas alasan Banding yang diajukan oleh pemohon banding.
152. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak menggunakan
tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
153. Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili atau dalam hal
disampaikan secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan atau putusan
disampaikan secara langsung.
154. Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili atau dalam hal
diterima secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan atau putusan diterima
secara langsung.
155. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta
dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, Komunitas setempat maupun
masyarakat pada umumnya.
156. Tantiem merupakan bagian keuntungan yang diberikan kepada Direksi dan Komisaris oleh
pemegang saham yang didasarkan pada suatu prosentase/jumlah tertentu dari laba perusahaan
setelah kena pajak. (SE - 16/PJ.44/1992)
157. Tunjangan Hari Tua (THT) adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan
penyelenggara tunjangan hari tua kepada orang pribadi yang telah mencapai usia pensiun.
158. Uang Manfaat Pensiun adalah penghasilan dari manfaat pensiun yang dibayarkan kepada orang
pribadi peserta dana pensiun secara sekaligus sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang dana pensiun oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) atau Dana Pensiun Lembaga
Keuangan (DPLK) yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
159. Uang Pesangon adalah penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja termasuk Pengelola
Dana Pesangon Tenaga Kerja kepada pegawai, dengan nama dan dalam bentuk apapun,
sehubungan dengan berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan hubungan kerja, termasuk
uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.
160. Upah borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang
atau dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.
161. Upah harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang
atau dibayarkan secara harian.
162. Upah mingguan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang
atau dibayarkan secara mingguan.
163. Upah satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang
atau dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan.
164. Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak
dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
165. Zakat dan sumbangan wajib agama lainnya adalah iuran wajib keagamaan yang menjadi
pengurang penghasilan netto dalam perhitungan PPh terutang bagi WP orang pribadi.

Anda mungkin juga menyukai