Anda di halaman 1dari 16

 Hal – hal apa saja yang harus sama – sama Kita ketahui agar pelayanan yang

sudah diberikan ke pasien bisa di jamin oleh BPJS Kesehatan baik Rawat
jalan pun Rawat Inap
1. SEP ( Surat Eligibilitas Peserta )
 SEP harus segera di cetak sebelum 3 x 24 jam, ( pada pasien Rawat
jalan SEP harus di cetak saat itu juga )
 Pastikan SEP tercetak dengan benar, Lihat Point – point di SEP:
- Tanggal pada SEP harus sesuai dengan pada saat pasien Chek in
di RSI asy-syifaa
- Jenis Kelamin / status Peserta ( L / P )
- Nomor ( RM )Rekam Medis → pastikan nomor RM tidak double,
nomor RM di SEP dengan RM pasien harus sama
- Poli tujuan : UGD, Poli Spesialis, Fisiotherapi
- Asal Faskes Pertama ( harus sesuai dengan yang ada di Kartu
JKN dan Surat Rujukan)
- Diagnosa
- Catatan
- Kepesertaan : Mandiri, PNS, PBI, Pensiunan dll
- Kelas rawat ( bila rawat inap )
- Hak rawat : Rawat Jalan / Rawat Inap

 Catatan:
 Bila SEP ada yang tidak sesuai → segera konfirmasi dengan BPJS
Center
 Bila Sep tidak bisa di cetak karena gangguan atau belum
dikembalikan dari RS lain segera konfirmasi → rajin dan sering cek
SEP
 Bila SEP Premi → lakukan Prosedur Premi
2. Kartu JKN, KTP, KK ( Kartu Keluarga ), Bukti bayar ( bila Peserta
MANDIRI ), Surat Rujukan → masing – masing di foto copi 3 lembar
3. Surat Rujukan ( bila poliklinik Rawat Jalan ), perhatikan:
 RS yang dituju Jelas

1
 Poliklinik yang di tuju
 Diagnosa tidak ada dalam 155 diagnosa yang harus ada di faskes
primer ( harus ada keterangan bila memang dirujuk ke RS )
 Bila pasien control post rawat jalan atau rawat inap → pastikan form
yang dipakai benar, tanggal kontrol sesuai,
 Untuk pasien COB GMP ( RI / RJ ) → pastikan disurat rujukan ada
stempel COB nya, ( bila tidak ada stempel COB maka pasien tersebut
murni tagihan BPJS kesehatan )
 Surat rujukan / surat control di foto copi 3 lembar ( surat rujukan yang
asli harus dilampirkan )
 Untuk UGD pasien Emergency tidak diwajibkan membawa surat
rujukan dari faskes primer
4. Persaratan tambahan ( baik Rawat Jalan dan Rawat Inap ) :
a. Surat Pernyataan Cidera → bila pasien dirujuk ke RS ada indikasi post
cidera harus dilampirkan
 Bila cidera bukan karena kecelakaan kerja atau pun lalu lintas harus
membuat surat penyataan tertulis, bermaterai dan mencantumkan
nomor telephone yang bisa dihubungi
 Bila KLL ( kecelakaan lalu lintas ) tunggal dan ganda → harus
melampirkan surat dari Kepolisian dan Jasa Raharja
b. Bukti Tindakan Medis → untuk Pelayanan Rawat jalan ( GV, Nebulizer,
pasang DC, NGT, RJP, Pasang Spalk, heating, eksplorasi luka, Exctraksi
Gigi, Tambal Gigi, dll ),→ Nama tindakan Medis dan Obat – obatan yang
berkaitan dengan tindakan medis tersebut harus didokumentasikan di RM
dan Resume Medis pasien. ( pemeriksaan penunjang tidak perlu dibuat
bukti tindakan )
c. Ekstern / Intern → pada pasien Rawat Inap, murni pasien UGD , Rawat
Jalan antar Poliklinik
5. Pemeriksaan penunjang harus ada dalam RM pasien
 Pemeriksaan penunjang harus didokumentasikan dalam resume medis
dan RM pasien

2
 Pada poliklinik Rawat jalan: tanggal dalam permintaan penunjang
harus sama dengan tanggal pelayanan poliklinik dokter yang meminta
dilakukan pemeriksaan penunjang tersebut
 Pada pemeriksaan USG harus dilampirkan Prinan hasil USG →
pastikan identitas dan tanggal dalam prinan USG sudah benar dengan
identitas pasien dan tanggal pelayanan saat itu
6. Laporan Operasi ( pasien Curet, pasien Partus Spontan, Vakum, Pasien
Ruang Operasi )
7. Copy RESEP
→ Obat – obatan yang dipakai dan menunjang diagnosa harus di
dokumentasikan di Resume Medis dan RM pasien
8. Resume medis di isi dengan Lengkap dan Tulisan bisa di baca dengan
Jelas ( baik RI / RJ )
a. Identitas Pasien
b. Tanggal pelayanan dan tanggal pulang di isi sesuai
c. Anamnese → menceritakan kondisi pasien, narasi diisi dengan jelas
d. Pemeriksaan fisik
e. Pemeriksaan penunjang
f. Diagnosa Medis
g. Tindakan medis
h. Status pasien saat pulang
i. Tanggal, Tanda tangan dan nama jelas DPJP

→ Resume medis tidak boleh ada coretan pena, usahakan resume


medis bersih dari tumpang tindih tulisan lain

 CATATAN PENTING
1. Pasien UGD yang bukan Rawat Inap perhatikan Diagnosa Emergency yang
dijamin BPJS Kesehatan, bila pasien dirujuk, Rawat Jalan, meninggal harus
ada managemen pengelolaan penyakit tersebut di UGD sesuai dengan
diagnosa yang di tegakkan DPJP di UGD. → perhatikan pada pasien yang
kemungkinan besar baru masuk dari UGD beberapa jam dirawat inap
langsung dirujuk

3
2. Pasien PRB ( program Rujuk Balik ) di poliklinik → ikuti alur PRB
3. Perhatian pada pasien – pasien yang dirujuk baik dari UGD ataupun Rawat
Inap, apa saja yang harus dibawa ke rumah sakit rujukan dan yang di bawa
kembali ke RSI Asy-syifaa → baca kembali kelengkapan berkas
4. Pada form Surat Pernyataan Pemakaian Ambulan, keluarga yang
menandatangani surat tersebut harus ada dalam KK pasien, bila tidak ada
namanya, maka Status Keluarga harus ditulis di samping Nama yang
bertanda tangan
5. Pada form Surat Kontrol pastikan form yang dipakai sudah benar. Bila pasien
harus Kontrol berikutnya, surat kontrol di isi lengkap, tanggal kembali kontrol
dan tanggal surat kontrol dibuat harus ditulis tanggalnya
6. Pada Rawat Inap → Perhatikan Diagnosa berjalan di ruangan untuk
pengendalian Over Budget diruangan (SARAN: Baca kronologis pasien mulai
dari UGD agar berkaitan dengan diagnose diruangan )
7. Status pasien pulang pada Rawat Inap harus ada di RM pasien
8. Pastikan saat visit Dokter di RM pasien harus tertulis Tanggal, jam, Tanda
tangan dan Nama jelas dokter tersebut
9. Pada bayi Baru Lahir → motivasi keluarga agar segera melaporkan ke BPJS
Kesehatan Untuk perubahan Identitas Bayi agar sama denga SEP, untuk
menghindari ketidaksesuaian identitas
10. Pada peserta mandiri melampirkan bukti bayar
11. Pada peserta PBI ( Peserta bantuan Iuran ) Pemerintah, → perhatikan
identitas di Kartu JKN, KTP, KK harus sama identitanya, bila tidak sesuai
segera konfirmasi dengan BPJS Center RSI Asy-syifaa
12. Perhatikan konsensus dan Regulasi yang mengatur Diagnosa Medis yang di
tegakkan DPJP

4
REGULASI YANG MENGATUR PROGRAM JKN
( JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT )

A. PMK 76 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN INDONESIAN CASE BASE


GROUPS (INA-CBG) DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL
a. Pasal 3
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 27 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Sistem
Indonesian Case Base Groups (INA-BG’s) (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 795), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
b. Pasal 4
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dan
mempunyai daya laku surut sejak tanggal 26 Oktober 2016.
c. BAB III
 Koding adalah kegiatan memberikan kode diagnosis utama dan
diagnosis sekunder sesuai dengan ICD-10 (International Statistical
Classification of Diseases and Related Health Problems) yang
diterbitkan oleh WHO serta memberikan kode tindakan/prosedur sesuai
dengan ICD-9-CM (International Classification of Diseases Revision
Clinical Modification).
 Diagnosis utama adalah diagnosis yang ditegakkan oleh dokter pada
akhir episode perawatan yang menyebabkan pasien mendapatkan
perawatan atau pemeriksaan lebih lanjut. Jika terdapat lebih dari satu
diagnosis, maka dipilih yang menggunakan sumber daya paling banyak.
 Diagnosis Sekunder adalah diagnosis yang menyertai diagnosis utama
pada saat pasien masuk atau yang terjadi selama episode perawatan.
 Aturan Koding Lainnya yang Berlaku Untuk INA-CBG

 Dalam hal bayi lahir dengan tindakan persalinan menggunakan


kode P03.0 – P03.6 maka dapat diklaimkan terpisah dari klaim
ibunya. ( POINT C hal: 51 )
D. Episode ( hal: 54)

5
Episode adalah jangka waktu perawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai pasien keluar rumah sakit baik rawat jalan maupun rawat inap,
termasuk konsultasi/pemeriksaan dokter dan atau pemeriksaan penunjang
maupun pemeriksaan lainnya. Untuk setiap episode hanya dapat dilakukan
satu kali klaim. Pada sistem INA-CBG ada 2 episode yaitu episode rawat
jalan dan rawat inap”

a. Episode rawat jalan


Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi
antara pasien dan dokter dan atau pemeriksaan penunjang sesuai
indikasi medis dan atau tatalaksana yang diberikan pada hari
pelayanan yang sama.

 Ketentuan tambahan terkait dengan episode rawat jalan yaitu :


a) Pada pemeriksaan penunjang yang tidak dapat dilakukan pada
hari yang sama yaitu pemeriksaan penunjang yang sesuai indikasi
medis memerlukan persiapan khusus dan atau kendala kapasitas
pelayanan penunjang maka tidak dihitung sebagai episode baru.
c) Dalam hal pelayanan berupa prosedur atau terapi yang
berkelanjutan di pelayanan rawat jalan seperti radioterapi,
kemoterapi, rehabilitasi medik, rehabilitasi psikososial, transfusi
darah, dan pelayanan gigi, episode yang berlaku adalah per satu
kali kunjungan.

d) Pasien yang datang ke rumah sakit mendapatkan pelayanan


rawat jalan pada satu atau lebih klinik spesialis pada hari yang
sama, terdiri dari satu atau lebih diagnosis, dimana diagnosis satu
dengan yang lain saling berhubungan atau tidak berhubungan,
dihitung sebagai satu episode.

e) Pelayanan IGD yang kurang dari 6 jam dan/atau belum


mendapatkan pelayanan rawat inap, termasuk dalam satu episode
rawat jalan.

6
f) Pasien datang kembali ke rumah sakit dalam keadaan darurat
pada hari pelayanan yang sama, maka keadaan darurat tersebut
dianggap sebagai episode baru walaupun dengan diagnosis yang
sama. ( SEP TIDAK BISA DI CETAK )

g) Pasien yang datang ke IGD dan pada hari yang sama datang
kembali ke rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan rawat
jalan, maka tidak dihitung sebagai episode baru.

h) Untuk pasien mendapatkan pelayanan rawat inap kurang dari 6


jam yang selanjutnya dirujuk, maka ditetapkan sebagai episode
rawat jalan.

2. Episode Rawat Inap


Satu episode rawat inap adalah satu rangkaian perawatan mulai tanggal
masuk sampai keluar rumah sakit termasuk perawatan di ruang rawat
inap, ruang intensif, dan ruang operasi.
 Ketentuan tambahan terkait dengan episode rawat inap yaitu :
a. Pelayanan rawat inap yang menjadi kelanjutan dari proses
perawatan di rawat jalan atau gawat darurat, maka pelayanan
tersebut sudah termasuk dalam satu episode rawat inap.

b. Pelayanan IGD lebih dari 6 jam, telah mendapatkan pelayanan


rawat inap dan secara administrasi telah menjadi pasien rawat inap
termasuk satu episode rawat inap.

c. Dalam hal pasien telah mendapatkan pelayanan rawat inap yang


lama perawatan kurang dari 6 jam dan pasien meninggal termasuk
satu episode rawat inap.

d. Dalam hal pasien dirawat inap dan mendapat rencana operasi :

1) Pasien batal operasi atas alasan medis dan harus


dilakukan rawat inap atas kondisi tersebut maka ditagihkan
sebagai rawat inap dengan diagnosis yang menyebabkan
batal operasi

7
2) Pasien batal operasi atas alasan medis namun dapat
dilakukan terapi rawat jalan atau pulang maka dapat
ditagihkan sebagai rawat inap dengan kode diagnosis Z53.0

3) Pasien batal operasi atas alasan kurangnya persiapan


operasi oleh FKRTL maka tidak dapat ditagihkan.

BAB V
PENUTUP
A. Dalam metode pembayaran INA-CBG, terjadi perubahan cara pandang dan
perilaku dalam pengelolaan rumah sakit serta pelayanan terhadap pasien.
Rumah sakit harus memulai perubahan cara pandang dari pola pembayaran
fee for service ke pembayaran dari mulai tingkat manajemen rumah sakit,
dokter dan seluruh karyawan rumah sakit.

B. Seluruh komponen dalam rumah sakit harus bisa bekerja sama untuk
melakukan upaya efisiensi dan mutu pelayanan.dan memiliki komitmen untuk
melakukan efisiensi karena inefisiensi di salah satu bagian rumah sakit akan
menjadi beban seluruh komponen rumah sakit.

C. Dalam proses pembentukan tarif INA-CBG dilakukan pengumpulan data


keuangan secara agregat sehingga analisa kecukupan tarif juga harus
menggunakan data agregat, tidak bisa lagi melihat kasus per kasus yang rugi
atau untung, yang perlu dilihat adalah secara agregat pendapatan rumah
sakit, hal ini dikarenakan dalam tarif INA-CBG yang terdiri dari 1.075 group
tarif berlaku sistem subsidi silang antar group yang ada.

B. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28


Tahun 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAANPROGRAM JAMINAN
KESEHATAN NASIONAL
1. BAB IV PELAYANAN KESEHATAN

8
(Ayat 7). Program Rujuk Balik (PRB) pada penyakit-penyakit kronis (diabetes
mellitus, hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK),
epilepsy, skizofren, stroke, dan Sindroma Lupus Eritematosus) wajib
dilakukan bila kondisi pasien sudah dalam keadaan stabil, disertai dengan
surat keterangan rujuk balik yang dibuat dokter spesialis/sub spesialis.

(Ayat 8). Rujukan partial dapat dilakukan antar fasilitas kesehatan dan
biayanya ditanggung oleh fasilitas kesehatan yang merujuk
(ayat 9 Kasus medis yang menjadi kompetensi FKTP harus diselesaikan
secara tuntas di FKTP, kecuali terdapat keterbatasan SDM, sarana dan
prasarana di fasilitas kesehatan tingkat pertama.

Pelayanan kesehatan bagi peserta penderita penyakit HIV dan


AIDS, Tuberculosis (TB), malaria serta kusta dan korban
narkotika yang memerlukan rehabilitasi medis, pelayanannya
dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
merupakan bagian dari pembayaran kapitasi dan di fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan tetap dapat diklaimkan sesuai tarif
INA-CBGs, sedangkan obatnya menggunakan obat program.

2. Manfaat yang tidak dijamin dalam program JKN meliputi:

a. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur


sebagaimana diatur dalam

peraturan yang berlaku;

b. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang


tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan
darurat;
c. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan
kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan
kerja atau hubungan kerja;

9
d. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan
kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang
ditanggung oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas;
e. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;
f. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
g. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
h. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);
i. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat
melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;
j. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk
akupunktur non medis, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan
efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology
assessment);
k. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai
percobaan (eksperimen);
l. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;
m. Perbekalan kesehatan rumah tangga;
n. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat,
kejadian luar biasa/wabah;
o. Biaya pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang dapat
dicegah (preventable adverse events);. Yang dimaksudkan
preventable adverse events adalah cedera yang berhubungan dengan
kesalahan/kelalaian penatalaksanaan medis termasuk kesalahan
terapi dan diagnosis, ketidaklayakan alat dan lain-lain sebagaimana
kecuali komplikasi penyakit terkait.
p. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat
Jaminan Kesehatan yang diberikan.
POINT C →Pelayanan Obat, Penyediaan Obat dan Penggunaan obat

→ Penggunaan Obat Di Luar Formularium nasional


a. Penggunaan obat di luar Formularium nasional di FKTP dapat
digunakan apabila sesuai dengan indikasi medis dan sesuai dengan

10
standar pelayanan kedokteran yang biayanya sudah termasuk dalam
kapitasi dan tidak boleh dibebankan kepada peserta.
b. Penggunaan obat di luar Formularium nasional di FKRTL hanya
dimungkinkan setelah mendapat rekomendasi dari Ketua Komite
Farmasi dan Terapi dengan persetujuan Komite Medik atau
Kepala/Direktur Rumah Sakit yang biayanya sudah termasuk dalam
tarif INA CBGs dan tidak boleh dibebankan kepada peserta.
→ Pelayanan Pada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
(FKRTL)

a. Peserta datang ke Rumah Sakit dengan menunjukkan nomor identitas


peserta JKN dan surat rujukan, kecuali kasus emergency, tanpa surat
rujukan
b. Peserta menerima Surat Eligibilitas Peserta (SEP) untuk mendapatkan
pelayanan.
c. Peserta dapat memperoleh pelayanan rawat jalan dan atau rawat inap
sesuai dengan indikasi medis.
d. Apabila dokter spesialis/subspesialis memberikan surat keterangan
bahwa pasien masih memerlukan perawatan diFKRTL tersebut, maka
untuk kunjungan berikutnya pasien langsung datang ke FKRTL (tanpa
harus ke FKTP terlebih dahulu) dengan membawa surat keterangan
dari dokter tersebut.
e. Apabila dokter spesialis/subspesialis memberikan surat keterangan
rujuk balik, maka untuk perawatan selanjutnya pasien langsung ke
FKTP membawa surat rujuk balik dari dokter spesialis/subspesialis.
f. Apabila dokter spesialis/subspesialis tidak memberikan surat
keterangan sebagaimana dimaksud pada poin (d) dan (e), maka
pada kunjungan berikutnya pasien harus melalui FKTP.
g. Fisioterapis dapat menjalankan praktik pelayanan Fisioterapi secara
mandiri (sebagai bagian dari jejaring FKTP untuk pelayanan
rehabilitasi medik dasar) atau bekerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.

11
h. Pelayanan rehabilitasi medik di FKRTL dilakukan oleh dokter spesialis
kedokteran fisik dan Rehabilitasi medik.
i. Dalam hal rumah sakit belum memiliki dokter spesialis kedokteran
fisik dan rehabilitasi medik, maka kewenangan klinis dokter spesialis
kedokteran fisik dan rehabilitasi medik dapat diberikan kepada
dokter yang selama ini sudah ditugaskan sebagai koordinator pada
bagian/ departemen/ instalasi rehabilitasi medik rumah sakit, dengan
kewenangan terbatas sesuai kewenangan klinis dan rekomendasi
surat penugasan klinis yang diberikan oleh komite medik rumah sakit
kepada direktur/kepala rumah sakit.
j. Apabila dikemudian hari rumah sakit tersebut sudah memiliki dokter
spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi medik maka semua layanan
rehabilitasi medik kembali menjadi wewenang dan tanggung jawab
dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi medik.

10. BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas


pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15 (lima belas)
hari kerja sejak dokumen klaim diterima lengkap di Kantor
Cabang/Kantor Layanan Operasional Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan.

12
13
C. SURAT EDARAN DIREKTUR PELAYANAN BPJS NO 04 TAHUN 2017
TENTANG PENJELASAN PMK 64 TH 2016
a. Pelayanan Keluarga Berencana di FKRTL ( Fasilitas Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjutan )
Pelayanan tubektomi interval dijamin oleh BPJS Kesehatan dengan
atau tanpa persalinan dengan ketentuan:
 Tindakan tersebut tidak di biayai oleh program pemerintah lainnya
 Mengikuti system rujukan berjenjang dan proedur pelayanan
kesehatan pada program JKN
b. Obat Penyakit Kronis
 Obat Kronis dibayarkan diluar paket INACBG adalah Maksimal
untuk pemakaian selama 23 ( dua puluh tiga ) hari sesuai dengan
aturan retriksi dan peresepan maksimal yang tercantum dalam
formularium nasional yang berlaku
 Jika obat yang di berikan melebihi jumlah peresepan maksimal,
maka yang dibayarkan sebagai luar paket INACBG adalah
maksimal 23 ( dua puluh tiga ) hari dari ketentuan peresepan
maksimal
c. Kenaikan Kelas Rawat inap atas permintaan Sendiri
 Kenaikan kelas perawatan sampai dengan kelas I, perhitungan
urun biaya adalah: tariff INACBG kelas dimana dirawat dikurangi
dengan tariff INACBG kelas rawat sesuai hak
 Kenaikan kelas perawatan VIP, perhitungan urun biaya adalah:
Tarif kamar Rawat Inap di kelas VIP dikurangi tariff kamar Rawat
Inap di kelas sesuai hak, sesuai dengan lama perawatan
d. Ketentuan dalam Surat Edaran ini berlaku hingga ada pengaturan
dan/atau perubahan ketentuan dalam peraturan yang lebih tinggi

14
Pertanyaan menyikapi regulasi program JKN :

1. Pasien baru pulang sudah masuk lagi


Sesuai Regulasi : pelayanan Rawat Inap yang ke 2 menjadi satu episode
2. Pasien sudah dirawat 3 hari di ruang rawat inap sesuai haknya, tiba – tiba
pasien mengiginkan naik ke VIP
3. Pasien HB < 7
Sesuai Regulasi : Tranfusi darah dijamin BPJS
4. Pasien PBI bisa dirawat / tidak
5. Pasien yang mendapatkan obat di luar Fornas
Sesuai Regulasi : obat diluar fornas bila indikasi dokter enjadi beban RS,
tidak boleh ada iur biaya
6. Pasien yang indikasi pemeriksaan penunjang ( PA, Scaning, dll )
Sesuai Regulasi : pemeriksaan penunjang bila indikasi dokter menjadi beban
RS, tidak boleh ada iur biaya
7. Pasien cosering naik VIP
8. Bila ruangan penuh
Sesuai Regulasi :Dalam hal ruang rawat inap yang menjadi hak peserta penuh,
peserta dapat dirawat di kelas perawatan satu tingkat lebih tinggi paling lama 3
(tiga) hari. Selanjutnya dikembalikan ke ruang perawatan yang menjadi haknya.
Bila masih belum ada ruangan sesuai haknya, maka peserta ditawarkan untuk
dirujuk ke fasilitas kesehatan lain yang setara atau selisih biaya tersebut menjadi
tanggung jawab fasilitas kesehatan yang bersangkutan.
Apabila kelas sesuai hak peserta penuh dan kelas satu tingkat diatasnya penuh,
peserta dapat
dirawat di kelas satu tingkat lebih rendah paling lama 3 (tiga) hari dan kemudian
dikembalikan
ke kelas perawatan sesuai dengan haknya. Apabila perawatan dikelas yang lebih
rendah dari
haknya lebih dari 3 (tiga) hari, maka BPJS Kesehatan membayar ke FKRTL sesuai
dengan kelas

15
dimana pasien dirawat. Bila semua kelas perawatan di rumah sakit tersebut penuh
maka rumah sakit dapat menawarkan untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang
setara dengan difasilitasi oleh FKRTL yang merujuk dan berkoordinasi dengan BPJS
Kesehatan.
( PMK 28 TH 2014 )
Bandar jaya, 23 Januari 2016
Verifikasi Internal ( aprianingsih )

16

Anda mungkin juga menyukai