Anda di halaman 1dari 2

BAB III

PENUTUP

Osteochondroma adalah tumor jinak tulang dengan penampakan adanya penonjolan tulang
yang berbatas tegas sebagai eksostosis yang muncul dari metastasis. Penonjolan tulang
tersebut ditutupi oleb kartilago hialin. Tumor ini berasal dari komponen tulang (osteosit) dan
komponen tulang rawan (chondrosit). Osteochondroma merupakan tumor jinak tersering
kedua dari seluruh tumor jinak tulang. Osteochondroma terutama ditemukan pada remaja yang
pertumbuhannya aktif dan pada dewasa muda.

Osteochondroma terdiri atas dua tipe, yaitu tiper bertangkai (pedunculated) dan tipe tidak
bertangkai (sesile). Osteochondroma tipe bertangkai biasanya mengenai tulang panjang,
sedangkan tipe aesisle mengenai pelvis. Osteochondroma tulabg kemungkinan besar
disebabkan oleh salah satu cacat bawaan atau trauma perichondrium yang menghasilkan
herniasi dari fragmen lempeng epifisis pertumbuhan melalui manset tulang periosteal.

Osteochondroma merupakan lesi jinak yang dapat dikelompokkan berdasarkan staging


musculoskeletal. Tahap I merupakan lesi aktif atau statis, lesi II merupakan lesi aktif tumbuh,
dan lesi III kerulajan leai aktif yang berkembanh secara lokal destruktif/agresif.

Gambaran radiologis osteochondroma dibagi berdasarkan tipe bertangkai dan tidak bertangkai.
Pada tipe pedunculated, pada foto polos tampak penonjolan tulang yang menjauhi sendi
dengan korteks dan spongiosa masih normal. Penonjolan ini berbentuk seperti bunga kol
(cauliflower) dengan komponen osteosit sebagai tangkai dan komponen kondrosit sebagai
bunganya. Densitas penonjolan tulang inhomogen (opak pada tangkai dan lusen pada bunga).
Terkadang tampak adanya kalsifikasi berupa bercak opak akibat komponen kondral yang
mengalami kalsifikasi. Ditemukan adanya penonjolan tulang yang berbatas tegas sebagai
eksostosis yang muncul dari metastasis, tetapi yang terlihat lebih kecil dibandingkan dengan
yang ditemukan pada pemeriksaan fisik oleh karena sebagian besar tumor ini diliputi tulang
rawan.

Penekanan saraf, tulang, dan pembukuh darah dapat menyebabkan pseudoaneurisma yang
merupakan komplikasi osteochondroma. Adapun komplikasi lainnya yaitu, fraktur patologis,
inflamasi bursa pada daerah lesi, dan perubahan keganasan.

Terapi pada osteochondroma dibagi mrnjadi dua yaitu, terapi medis dan terapi bedah. Terapu
medis pada osteochondroma terbatas pada observasi pada lesi tanpa gejala. Terapi bedah
dilakukan atas indikasi timbulnya rasa sakit, ukuran bertambah besar dan abnormal, terdapat
penekanan pada saraf dan pembuluh darah, fraktur patologis, dan gambaran radiologi sugestif
yang ganas.

Anda mungkin juga menyukai