Anda di halaman 1dari 20

LO 1.

Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Sumber Daya Manusia Kesehatan

Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan merupakan elemen yang sangat penting dan
berpengaruh terhadap peningkatan seluruh aspek dalam system pelayananan kesehatan bagi
seluruh lapisan masyarakat (Saputra, M., dkk. 2015).

Sumber daya manusia kesehatan yaitu berbagai jenis tenaga kesehatan klinik maupun
non klinik yang melaksanakan upaya medis dan intervensi kesehatan masyarakat (Salamate,
G. A., dkk. 2014).

SDM Kesehatan adalah tenaga kesehatan profesi termasuk tenaga kesehatan strategis
dan tenaga kesehatan non profesi serta tenaga pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat
dan bekerja serta mengabdikan dirinya seperti dalam upaya dan manajemen kesehatan
(KEMENKES, 2009).

Dalam upaya pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan meliputi : upaya


perencanaan, pengadaan, pendayagunaan serta pembinaan dan pengawasan SDM Kesehatan
untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya (KEMENKES, 2009).

- Perencanaan SDM Kesehatan


Metode – metode dasar dalam penyusunan rencana SDM kesehatan diantaranya menurut
Kurniati, A., 2012 :
1. Penyusunan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan keperluan kesehatan (Health
Need Method). Dalam cara ini dimulai dengan ditetapkannya keperluan menurut
golongan umur, jenis kelamin, dan lain – lain.
2. Penyusunan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan kebutuhan kesehatan (Health
Services Demand Method).
3. Penyusunan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan sasaran upaya kesehatan
yang ditetapkan (Health Service Targets Method).
- Rekrutmen dan Seleksi
Rekrutmen dan seleksi adalah bagian tak terpisahkan dari manajemen SDM kesehatan.
Rekrutmen dan seleksi harus mampu menarik kandidat terbaik untuk mengisi formasi yang
tersedia. The Chartered Institute of Personnel and Development (CIPD) tahun 2009
memiliki panduan dalam melakukan rekrutmen dan seleksi SDM. Panduan ini memiliki
tujuan untuk mendapatkan the right person, in the right place, at the right time. Spesifikasi
harus meliputi keterampilan, sikap, pengetahuan, serta pengalaman (Kurniati, A., 2012).
- Retensi
Retensi sebagai usaha sistematis pimpinan untuk menciptakan dan mendorong
lingkungan yang membuat pekerja tetap bertahan di tempat mereka sekarang.
Mempertahankan staf terbaik untuk bertahan dalam suatu organisasi maupun daerah
menjadi permasalahan pelik. Permasalahan ini menjadi semakin kompleks khususnya di
Daerah Terpencil, Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan. Retensi bisa berakar dari faktor
personal ataupun lingkungan kerja itu sendiri. Faktor lain yang mempengaruhi retensi
sebagai berikut :
a. Fasilitas kerja yang tersedia
b. Sarana transportasi dan komunikasi yang rendah
c. Sarana hiburan yang tersedia
d. Kondisi geografis, iklim
e. Resiko pekerjaan yang ada (Kurniati, A., 2012).

Salah satu faktor yang mempengaruhi turn over adalah kepuasan kerja. Apabila
kepuasan kerja karyawan terhadap pekerjaannya rendah, maka karyawan tersebut
berpotensi untuk keluar dari pekerjaannya. Salah satu upaya untuk menurunkan angka turn
over adalah dengan cara meningkatkan kepuasan kerja yang dapat dicapai dengan
memperhatikan faktor-faktor yang membentuknya. Menurut teori Herzberg, kepuasan
kerja disebabkan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan faktor
yang berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri, yaitu prestasi, kompetensi, pengakuan,
tanggung jawab, dan pengembangan untuk maju. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang
berada di sekitar pelaksanaan pekerjaan yaitu gaji, rasa aman, lingkungan kerja, rekan
kerja serta hubungan atasan dan bawahan (Nandita I.F.,2014).

- Monitoring dan Evaluasi


Monitoring didefinisikan sebagai proses berkelanjutan dari mendapatkan informasi
dan menggunakan informasi terstandar untuk mengkaji kemajuan terhadap tujuan yang
diinginkan, sumber yang digunakan dan pencapaian dari outcome dan dampaknya
(Kurniati, A., 2012).
Indikator dalam tahap monitoring dan evaluasi yaitu : Spesific (mengukur dengan
tepat hasil yang diharapkan), Measurable (hasil dapat diikuti perkembangannya),
Attainable (hasil dapat dibandingkan terhadap realistis target), Relevant (sesuai dengan
hasil yang diharapkan), Timebound (memiliki target waktu) (Kurniati, A., 2012).
Pemanfaatan Hasil Penilaian

Penilaian kinerja tidak hanya semata-mata menilai baik buruknya kinerja


seseorang tetapi menjadi bahan penilaian kepada organisasi puskesmas, terkait beban kerja
puskesmas, beban kerja SDM puskesmas keterbatasan sumber daya (SDM, alat kesehatan,
sarana dan prasarana, dll) (KEMENKES, 2009).

Hasil penilaian kinerja dapat juga dijadikan bahan evaluasi untuk pemerintah,
Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/ kota, dan dapat
dipertahankan sebagai dasar pemberian penghargaan bagi SDM puskesmas. Penghargaan
dapat diberikan dalam bentuk finansial (insentif) dan non finansial (KEMENKES, 2009).

A. Penghargaan non finansial


Penghargaan non finansial antara lain :
1. Kesempatan untuk mengikuti pelatihan/ seminar/lokakarya dengan didanai oleh
puskesmas
2. Kesempatan untuk diusulkan mengikuti tugas belajar
3. Pengembangan karir.
B. Penghargaa finansial
Penghargaan finansial dapat berupa pemberia insentif sesuai dengan anggaran
tersedia. Cara penghitungan penghargaan finansial (insentif) menggunakan formula:
Insentif = Total Nilai Individu/ Total Nilai Seluruh SDM x Besar Insentif tersedia.
(KEMENKES, 2009).

SKN tahun 2009 telah mengidentifikasi permasalahan strategis SDM kesehatan yang dihadapi
saat ini dan ke depan yaitu sebagai berikut : (Kurniati, A. 2012)

1. Pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan belum dapat memnuhi kebutuhan


SDM untuk pembangunan kesehatan
2. Perencanaan kebijakan dan progam SDM kesehatan masih lemah dan belum didukung
sistem infomasi SDM kesehatan yang memadai
3. Masih kurang serasinya antara kebuthan dan pengadaan berbagai jenis SDM kesehtan.
Kualitas hasil pendidikan SDM kesehatan dan pelatihan kesehatan pada umumnya masih
belum memadai
4. Dalam pendayagunaan SDM kesehatan, pemerataan SDM kesehatan berkualitas masih
kurang. Pengembangan karier, sistem penghargaan dan sanksi belum sebagaimana
mestinya. Regulasi untuk mendukung SDM kesehatan masih terbatas
5. Pembinaan dan penawasan SDM kesehtan dan dukungan sumber daya SDM kesehtan
masih kurang

Selain permasalahan diatas, berbagai permasalahan umum dalam SDM kesehatan di


Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut : (Anna dkk,2012)

1. Lemahnya kebijakan tentang SDM kesehatan dan implementasinya


2. Kurangnya kuantitas dan kualitas SDM kesehatan
3. Rendahnya mutu dan jumlah pendidikan dan pelatihan untuk DM kesehatan
4. Kurangnya akses terhadap sumber pengetahuan dan informasi
5. Maldistribusi tenaga kesehatan di berbagai jenjang administrasi dan pelayanan
6. Rendahnya motivasi kerja
7. Lemahnya pembinaan terhadap tenaga kesehatan
8. Kurangnya integrasi antara pelayanan kesehtan pemeritnah dengan pihak swasta.

Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran Program Pengembangan dan
Pemberdayaan SDM Kesehatan sesuai Rencana Strategis Kemenkes 2015-2019 yaitu kegiatan
perencanaan dan pendayagunaan SDM kesehatan. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya
perencanaan dan pendayagunaan SDM kesehatan. Indikator pencapaian sasaran adalah jumlah
tenaga kesehatan yang didayagunakan difasilitas pelayanan kesehatan sebanyak 24.000 orang
(Mujiati,2016).

Kementerian Kesehatan melalui Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya


Manusia Kesehatan (PPSDMK) telah melakukan upaya pendayagunaan SDM kesehatan untuk
mengatasi disparitas SDM kesehatan antarwilayah. Pendayagunaan tersebut meliputi
pendistribusian/pemerataan, pemanfaatan, dan pengembangan SDM kesehatan yang ditujukan
terutama pada daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK) dan daerah
bermasalah kesehatan (DBK) (Mujiati,2016).
LO 2. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan


kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum
sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. (Permenkes nomor 36 tahun 2014)

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
(Permenkes nomor 36 tahun 2014)

Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan bidang
kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga. (Permenkes nomor 36 tahun 2014)

Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia adalah lembaga yang melaksanakan tugas secara
independen yang terdiri atas konsil masing-masing tenaga kesehatan. (Permenkes nomor 36
tahun 2014)

TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG PEMERINTAH DAN PEMERINTAH


DAERAH

Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap:

a. pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan peningkatan mutu Tenaga Kesehatan;


b. perencanaan, pengadaan, dan pendayagunaan Tenaga Kesehatan sesuai dengan
kebutuhan; dan
c. pelindungan kepada Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik.

(Permenkes nomor 36 tahun 2014)

KUALIFIKASI DAN PENGELOMPOKAN TENAGA KESEHATAN

Tenaga di bidang kesehatan terdiri atas:

a. Tenaga Kesehatan; dan


b. Asisten Tenaga Kesehatan.

Tenaga Kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum Diploma Tiga, kecuali tenaga
medis.

Asisten Tenaga Kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum pendidikan menengah di


bidang kesehatan.

Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam:

a. tenaga medis (dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis)
b. tenaga psikologi klinis (psikologi klinis)
c. tenaga keperawatan (jenis perawat)
d. tenaga kebidanan (bidan)
e. tenaga kefarmasian (apoteker dan tenaga teknis kefarmasian)
f. tenaga kesehatan masyarakat (epidemiolog kesehatan, tenaga promosi kesehatan dan
ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga administrasi dan kebijakan
kesehatan, tenaga biostatistik dan kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan
keluarga)
g. tenaga kesehatan lingkungan (tenaga sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan, dan
mikrobiolog kesehatan)
h. tenaga gizi (nutrisionis dan dietisien)
i. tenaga keterapian fisik (fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara, dan akupunktur)
j. tenaga keteknisian medis (perekam medis dan informasi kesehatan, teknik
kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis optisien/optometris, teknisi gigi,
penata anestesi, terapis gigi dan mulut, dan audiologis)
k. tenaga teknik biomedika (radiografer, elektromedis, ahli teknologi laboratorium medik,
fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik prostetik)
l. tenaga kesehatan tradisional; (tenaga kesehatan tradisional ramuan dan tenaga
kesehatan tradisional keterampilan)
m. tenaga kesehatan lain. (ditetapkan oleh Menteri)

(Permenkes nomor 36 tahun 2014)

PERENCANAAN, PENGADAAN, DAN PENDAYAGUNAAN


Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memenuhi kebutuhan Tenaga Kesehatan,
baik dalam jumlah, jenis, maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin
keberlangsungan pembangunan kesehatan. (Permenkes nomor 36 tahun 2014)

Pengadaan Tenaga Kesehatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan


pendayagunaan Tenaga Kesehatan. Pengadaan Tenaga Kesehatan dilakukan melalui
pendidikan tinggi bidang kesehatan. (Permenkes nomor 36 tahun 2014)

Pendayagunaan Tenaga Kesehatan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,


dan/atau masyarakat sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing berdasarkan ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan. (Permenkes nomor 36 tahun 2014)

Pendayagunaan sebagaimana dimaksud terdiri atas pendayagunaan Tenaga Kesehatan


di dalam negeri dan luar negeri. Pendayagunaan Tenaga Kesehatan dilakukan dengan
memperhatikan aspek pemerataan, pemanfaatan, dan pengembangan. (Permenkes nomor 36
tahun 2014)

KONSIL TENAGA KESEHATAN INDONESIA

Untuk meningkatkan mutu Praktik Tenaga Kesehatan serta untuk memberikan


pelindungan dan kepastian hukum kepada Tenaga Kesehatan dan masyarakat, dibentuk Konsil
Tenaga Kesehatan Indonesia. Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia terdiri atas konsil masing
masing Tenaga Kesehatan. Konsil masing-masing Tenaga Kesehatan termasuk Konsil
Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang
Praktik Kedokteran. (Permenkes nomor 36 tahun 2014)

REGISTRASI DAN PERIZINAN TENAGA KESEHATAN

Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik wajib memiliki STR. STR
diberikan oleh konsil masing-masing Tenaga Kesehatan setelah memenuhi persyaratan.

Persyaratan meliputi:

a. memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan;


b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; dan
e. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang setelah memenuhi persyaratan.
(Permenkes nomor 36 tahun 2014)

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

ORGANISASI PROFESI (UU RI No.36 Tahun 2014)

1) Tenaga Kesehatan harus membentuk Organisasi Profesi sebagai wadah untuk


meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, martabat, dan
etika profesi Tenaga Kesehatan.
2) Setiap jenis Tenaga Kesehatan hanya dapat membentuk 1 (satu) Organisasi Profesi.
3) Pembentukan Organisasi Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
4) Untuk mengembangkan cabang disiplin ilmu dan standar pendidikan Tenaga
Kesehatan, setiap Organisasi Profesi dapat membentuk Kolegium masing-masing
Tenaga Kesehatan.
5) Kolegium masing-masing Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan badan otonom di dalam Organisasi Profesi.
6) Kolegium masing-masing Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertanggung jawab kepada Organisasi Profesi.

HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KESEHATAN (UU RI No.36 Tahun 2014)

Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berhak:

a. memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan Standar


Profesi, Standar Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur Operasional;
b. memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari Penerima Pelayanan Kesehatan
atau keluarganya;
c. menerima imbalan jasa;
d. memperoleh pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan yang sesuai
dengan harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai-nilai agama;
e. mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesinya;
f. menolak keinginan Penerima Pelayanan Kesehatan atau pihak lain yang bertentangan
dengan Standar Profesi, kode etik, standar pelayanan, Standar Prosedur Operasional,
atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan
g. memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik wajib:

a. memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Profesi, Standar Pelayanan


Profesi, Standar Prosedur Operasional, dan etika profesi serta kebutuhan kesehatan
Penerima Pelayanan Kesehatan;
b. memperoleh persetujuan dari Penerima Pelayanan Kesehatan atau keluarganya atas
tindakan yang akan diberikan;
c. menjaga kerahasiaan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan;
d. membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumen tentang pemeriksaan, asuhan, dan
tindakan yang dilakukan; dan
e. merujuk Penerima Pelayanan Kesehatan ke Tenaga Kesehatan lain yang mempunyai
Kompetensi dan kewenangan yang sesuai.

Tenaga Kesehatan bertanggung jawab untuk:

a. mengabdikan diri sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki;


b. meningkatkan Kompetensi;
c. bersikap dan berperilaku sesuai dengan etika profesi;
d. mendahulukan kepentingan masyarakat daripada kepentingan pribadi atau kelompok;
dan
e. melakukan kendali mutu pelayanan dan kendali biaya dalam menyelenggarakan upaya
kesehatan.

Dalam menjalankan praktik, Tenaga Kesehatan yang memberikan pelayanan langsung kepada
Penerima Pelayanan Kesehatan harus melaksanakan upaya terbaik untuk kepentingan
Penerima Pelayanan Kesehatan dengan tidak menjanjikan hasil.

Persetujuan Tindakan Tenaga Kesehatan

a. Setiap tindakan pelayanan kesehatan perseorangan yang dilakukan oleh Tenaga


Kesehatan harus mendapat persetujuan.
b. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah mendapat
penjelasan secara cukup dan patut.
c. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup:
(1) tata cara tindakan pelayanan;
(2) tujuan tindakan pelayanan yang dilakukan;
(3) alternatif tindakan lain;
(4) risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
(5) prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

Persetujuan sebagaimana dimaksud dapat diberikan, baik secara tertulis maupun lisan. Setiap
tindakan Tenaga Kesehatan yang mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan
tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.
LO 3. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Tenaga Medis

a. Pengertian tenaga medis


Menurut UU Nomor 36 tahun 2014 : Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam
kelompok tenaga medis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a terdiri atas dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi
spesialis.
b. Peran tenaga medis menurut ( Tono, 2012 ) :
a. Dokter umum
Dokter praktek umum berperan sebagai pemberi layanan kesehatan primer pada
masyarakat. Namun bila dokter umum tidak memiliki kecakapan yang memadai
untuk menangani pasien selain DPU dapat merujuk pasien untuk melanjutkan
pengobatanpada dokter spesialis.
b. Dokter spesialis
Dokter spesialis adalah dokter yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan
keahlian akan suatu bidang ilmu kedokteran tertentu. Dengan demikian, dokter
spesialis berfungsi menyediakan layanan kesehatan sekunder setelah DPU.
c. Dokter subspesialis
Dokter subspesialis bergelar konsultan adalah dokter spesialis yang melanjutkan
pendidikan subspesialis yaitu studi mendalam terhadap salah satu bidang ilmu
spesialisasi kedokteran. Fungsinya hampir sama dengan dokter spesialis namun
lebih dokter konsultan memiliki keahlian yang lebih spesifik dan mendlam
mengenai suatu faal penyakit tertentu daripada seorang spesialis.
d. Sumber lain mengatakan peran dokter gigi dalam dunia medis :
Pada sixtieth world health assembly (WHA60.17) agenda item 12.9 dalam bidang
Oralhealth action and plan for promotion and integrated disease prevention, pada
poin ketiga disebutkan bahwa menyediakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
primer (esensial), meningkatkan pengintegrasian perawatan kesehatan gigi dan
mulut dalam perawatan kesehatan primer pada penyakit kronis tidak menular,
mengutamakan pendekatan preventif dan promotif pada masyarakat miskin dan
kaum marginal yang terintegrasi dengan program preventif penyakit kronis tidak
menular, merupakan suatu hal yang perlu mendapatkan
perhatian khusus.
Selain itu peran dokter secara umum adalah sebagai berikut ( Tono, 2012 ) :
a. Medical expert
b. Communicator
c. Collaborator
d. Scholar
e. Health advocate
f. Manager
 Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dokter gigi spesialis
lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar
negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
 Setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik kedokteran wajib memiliki
SIP
 SIP dokter atau gokter gigi diberikan paling banyak untuk 3 (tiga) tempat praktik, baik
pada sarana peayanan kesehatan milik pemerintah, swasta maupun praktik perorangan.
 Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki SIP yang memberikan pelayanan medis
atau memberikan konsultasi keahlian dalam hal sebagai berikut :
1. Diminta oleh suatu sarana pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan
pelayanan medis yang bersifat khusus, yang tidak terus menerus atau tidak
terjadwal tetap
2. Dalam rangka melakukan bakti sosial/kemanusiaan
3. Dalam rangka tugas kenegaraan
4. Adalam rangka melakukan penanganan bencana atau pertolongan darurat
lainnya
5. Dalam rangka memberikan pertolongan pelayanan medis kepada keluarga,
tetangga, teman, pelayanan kunjungan rumah dan pertolongan masyarakat tidak
mampu yang sifatnya insidentil (Permen RI no 512/MENKES/PER/IV/2007)
LO 4. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Ability, Knowledge dan Skills SDM
Kesehatan

Kompetensi adalah karakteristik dasar yang dapat dihubungkan dengan peningkatan


kinerja individu atau tim. Pengelompokan kompetensi terdiri dari pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill), dan kemampuan (abilities). Kompetensi terlihat dan tersembunyi,
mengilustrasikan bahwa ada kompetensi yang terlihat dan tersembunyi. Pengetahuan, lebih
terlihat, dapat dikenali oleh banyak organisasi dalam mencocokan orang terhadap pekerjaan.
Keterampilan, walaupun sebagian dapat terlihat, seperti keterampilan dalam membuat lembar
pekerjaan keuangan, sebagian lain seperti keterampilan negoisasi, dapat kurang teridentifikasi.
Akan tetapi, kompetensi tersembunyi berupa kecakapan, yang mungkin lebih berharga, yang
dapat meningkatkan kinerja. Sebagai contoh, kompetensi untuk membuat konsep hubungan
strategis dan untuk mengatasi konflik interpersonal, lebih sulit diidentifikasi dan dinilai
(Suaedi,2017).

Kompetensi yang ditetapkan di organisasi merupakan basis dari berbagai aspek


pengembangan sumber daya yang dimiliki, yang dikondisikan sebagai upaya pendukung dalam
pencapaian kinerja organsiasi, dengan keunggulan kinerja merupakan modal penting untk
mengantar organisaasi mencapai tingkat keunggulan bersaing yang optimal dan efisien
(Suaedi,2017).

Karakteristik kompetensi antara lain :

- Knowledge

Dari gambar hubungan kompetensi di atas terlihat bahwa pengetahuan merupakan input
utama karakteristik personal (kompetensi) yang perlu dikembangkan untuk
meningkatkan kinerja (Misnaniarti, 2010).

- Skill

Skill (keterampilan) adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dan mental.
Kompetensi keterampilan mental atau kognitif meliputi pemikiran analitis (memproses
pengetahuan atau data, menentukan sebab dan pengaruh, mengorganisasi data dan
rencana) serta pemikiran konseptual ( pengenalan pola data yang kompleks). Kata
keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau cekatan adalah
kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar (Misnaniarti, 2010).
- Ability

Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam
suatu pekerjaan. Kemampuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat
dilakukan seseorang. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kemampuan adalah kapasitas kesanggupan atau kecakapan seorang individu
dalam melakukan sesuatu hal atau beragam tugas dalam suatu pekerjaan tertentu
(Misnaniarti, 2010).

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit perlu diperhatikan tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu. Peningkatan mutu pelayanan akan
berhubungan juga dengan peningkatan kualitas SDM sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan tersebut. Peningkatan kualitas SDM harus dilakukan mulai dari tahap persiapan
hingga pemanfaatan. Pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan di era desentralisasi
mencakup tigaunsur utama, yaitu perencanaan, pengadaan dan pendayagunaan SDM kesehatan
(Misnaniarti, 2010).

Sponsorship ( Permen RI No. 58 Th 2016)

 Sponsorship adalah pemberian dukungan dalam segala bentuk sebutan dan/atau


kegiatan dalam rangka peningkatan pengetahuan yang dilakukan, diorganisir atau
disponsori oleh perusahaan/industri farmasi, alat kesehatan, alat laboratorium
kesehatan dan/atau perusahaan/industri lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan
secara transparan dan akuntabel
 Pengaturan sponsorship bagi tenaga kesehatan dalam peraturan menteri ini bertujuan
untuk mendukung penigkatan pengetahuan dan/atau ketrampilan serta pengembangan
profesi Tenaga Kesehatan
 Sponsorship dapat diberikan kepada Tenaga Kesehatan dan kepada Institusi, organisasi
fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau Organisasi profesi sebagai penyelenggara
 Sponsorship dapat berupa penyelenggaran seminar dan/atau pertemuan ilmiah atau
pendidikan dan/atau pelatihan
 Sponsorship kepada Tenaga Kesehatan dapat diberikan sebagai peserta, narasumber
atau moderator
Perencanaan SDM

Perencanaan tenaga kesehatan adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan kualifikasi
tenaga sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan. Sehingga dari kalimat ini jelas sudah
bahwa dalam pemilihan tenaga kesehatan di suatu instansi harus memperhatikan analisis situasi
pembangunan kesehatan di wilayah tersebut, jangan sampai jumlah tenaga yang ada itu kurang
atau malah overkuantitas. Perencanaan SDM kesehatan meliputi perencanaan kebutuhan SDM
kesehatan,perencanaan program SDM kesehatan, analisa dan desain pekerjaan, dan sistem
informasi SDM kesehatan. Perencanaan SDM selama ini masih dilakukan terutama
berdasarkan kebutuhan pemerintah, kurang memperhatikankebutuhan dan potensi masyarakat
(organisasi profesi, LSM, swasta dan pengobatan tradisional). Selain itu kurang berorientasi
pada paradigma sehat dan pengaruh globalisasi serta kebutuhan spesifik daerah (Misnaniarti,
2010).

Pengadaan SDM

Pengadaan tenaga kesehatan dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
yaitu upaya untuk pemenuhan kebutuhan tenaga sesuai dengan jenis, jumlah dan kulifikasi
yang telah direncanakan serta peningkatan kemampuan sesuai dengan kebutuhan
pembangunan kesehatan (Misnaniarti, 2010).

Pendayagunaan SDM

Pendayagunaan tenaga kesehatan adalah upaya pemerataan, pemanfaatan, pembinaan dan


pengawasan tenaga kesehatan.4 Pendayagunaan SDM yang meliputi sistem penempatan,
penghargaan dan sanksi serta peningkatan karir profesional masyarakat dan belum ada
kejelasan wewenang antara pemerintah dan masyarakat (Misnaniarti, 2010).
LO 5. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Jejaring Kesehatan

Jejaring adalah mekanisme kerjasama adanya hubungan kerja sama yang dilakukan
pihak Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dengan Apotek dalam hal pelayanan kefarmasian
jika Faskes tingkat pertama tidak mempunyai sarana kefarmasian (Nugraha, E.C. 2014).
Mekanisme jejaring bertujuan untuk memperoleh fasilitas kesehatan tingkat pertama
yang berkomitmen dan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif termasuk
pelayanan kefarmasian melalui penerapan kolaborasi profesi dokter dan apoteker (Nugraha,
E.C. 2014).
Landasan hukum untuk penerapan konsep jejaring fasilitas kesehatan tingkat
pertama dengan Apotek (Nugraha, E.C. 2014). :

a. Perpres No.12 Tahun 2013


Pasal 30 ayat 1 dan 2, fasilitas kesehatan wajib menjamin peserta yang dirawat inap
mendapatkan obat dan bahan medis habis pakai yang dibutuhkan sesuai dengan indikasi
medis. Ayat 2 menjelaskan bahwa fasilitas kesehatan rawat jalan yang tidak
memilii sarana penunjang, wajib membangun jejarng dengan fasilitas kesehatan penunjang
untuk menjamin ketersediaan obat, bahan medis habis pakai, dan pemeriksaan penunjang
yang dibutuhkan.
b. Permenkes No. 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan
Nasional. (1) Pasal 3 ayat 1, fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan harus menyellenggarakan pelayanan kesehatan komprehensif. (2) Pasal 3
ayat 3, dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan komprehensif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), bagi fasilitas kesehatan yang tidak memiliki sarana penunjang wajib
membangun jejaring dengan sarana penunjang.
c. Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan
Kesehatan (1) Pasal 57 ayat 1, fasilitas kesehatan wajib memberikan pelayanan secara
paripurna termasuk penyediaan obat, bahan medis habis pakai, alat kesehatan dan
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan. (2) Pasal 57 ayat 2, dalam hal pelayanan yang
dibutuhkan berupa pelayanan rawat jalan maka pelayanan kesehatan tersebut dapat
diberikan dalam satu tempat atau melalui kerjasama fasilitas kesehatan dengan jejaringnya.
d. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian (1) Pasal 1,
Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. (2) Pasal 2 ayat 1, pekerjaan
kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
Contoh jejaring kesehatan (Budiharto. 2004) :
DAFTAR PUSTAKA

Budiharto. 2004. Kemampuan Dokter Gigi Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas
dan Rumah Sakit. Journal Dentistry Indonesia ;11 (1):40-43
KEMENKES RI Nomor 857/Menkes/SK/IX/2009 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Sumber
Daya Manusia Kesehatan di Puskesmas. RI

Kurniati, A., Ferry E. 2012. Buku Kajian Sumber Daya Manusia Kesehatan di Indonesia.
Jakarta : Salemba Medika

Mujiati, Yuniar, Yuyun. 2016. Ketersediaan Sumber Daya Manusia Kesehatan pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional di Delapan
Kabupaten-Kota di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan
Pelayanan Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Jl. Percetakan Negara No. 29
Jakarta 10560, Indonesia
Misnaniarti. 2010. Aspek Penting Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia (Sdm) Kesehatan Di Era Desentralisasi. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat :
Vol 1, no 1 Hal: 12-19
Nandita I.F. 2014. Faktor Pembentuk Kepuasan Kerja Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit.
Malang : Jurnal Kedokteran Brawijaya. Vol. 28, No. 1

Nugraha, E.C. 2014. Buku Pedoman Praktis Jejaring Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(DPP) dengan Apotek. BPJS Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 512/MENKES/PER/IV/2007


tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2016 tentang
Sponsorship Bagi Tenaga Kesehatan

Salamate, G.A., dkk. 2014. Analisis Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Dinas
Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara. Vol. 4 (4). Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi Manado.

Saputra, M., dkk. 2015. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Program Jaminan Kesehatan Nasional
dari Aspek Sumber Daya Manusia Pelaksana Pelayanan Kesehatan. Program Studi
Kesehatan Masyarakat Universitas Lambung Mangkurat.

Suaedi, Falih. 2017. Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia dalam Rangka
Meningkatkan Pelayanan di Rumah Sakit Haji Surabaya. Al Tijarah: Vol. 3, No. 1, Hal:
79-102.
Tono, Djuwantono. 2012. Peran Dokter Spesialis Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Subbagian Fertilitas dan Endokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran UNPAD/Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin : Bandung

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai