Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk mencapai tujuan nasional

sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD)

1945, yaitu: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa;

dan ikut menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi, dan keadilan sosial (Isaura, 2011).

Pembangunan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional adalah

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup

dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil

dan merata dalam wilayah kesatuan Negara RI yang kuat, hal ini lebih tepat

tergambar sebagai tujuan pembangunan kesehatan (Pokjanal Posyandu, 2006).

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai ujung tombak

pembangunan kesehatan mengemban misi untuk mendorong kemandirian

masyarakat dalam hal hidup sehat melalui pemberdayaan masyarakat. Wujud

nyata dari upaya pemberdayaan masyarakat adalah hadirnya berbagai bentuk

Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di setiap wilayah kerja

Puskesmas. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang lebih

nyata peranannya dan telah mampu berkembang di tengah masyarakat adalah

Pos Pelayanan Terpadu (Pokjanal Posyandu, 2006).

Pos Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut Posyandu adalah salah

satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan

1
2

diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat

dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan

kesehatan dasar posyandu yang meliputi 5 program prioritas ( KB, KIA, Gizi,

Imunisasi dan Penanggulangan Diare) dan terbukti mempunyai daya ungkit

besar terhadap penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu

(Kemenkes RI, 2011).

Perkembangan dan peningkatan mutu pelayanan posyandu sangat

dipengaruhi oleh peran serta masyarakat diantaranya adalah kader. Kader

kesehatan sendiri adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau

oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela mengelola posyandu. Fungsi

kader kesehatan terhadap posyandu sangat besar yaitu mulai dari tahap

perintisan posyandu, penghubung dengan lembaga yang menunjang

penyelenggaraan posyandu, sebagai perencana pelaksana dan sebagai

pembina serta sebagai penyuluh untuk memotivasi masyarakat yang berperan

serta dalam kegiatan posyandu di wilayahnya (Zulkifli, 2003).

Peranan kader sangat penting karena kader bertanggung jawab dalam

pelaksanaan program posyandu. Bila kader tidak aktif maka pelaksanaan

posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan akibatnya status gizi bayi atau

balita (Bawah Lima Tahun) tidak dapat dideteksi secara dini dengan jelas. Hal ini

secara langsung akan mempengaruhi tingkat keberhasilan program posyandu

khususnya dalam pemantauan tumbuh kembang balita. Pada tahun 2007, lebih

kurang 250.000 posyandu di Indonesia hanya 40% yang masih aktif dan

diperkirakan hanya 43% anak balita yang terpantau status kesehatannya (Isaura,

2011).
3

Berdasarkan hasil penelitian Vinella Isaura (2011), didapatkan 68,6%

tingkat pengetahuan responden tinggi, 75,7% motivasi kerja responden baik,

85,7% sikap responden baik, 85,7% pembinaan terhadap responden kurang, dan

61,4% kinerja responden kurang baik. Kesimpulannya adalah semakin rendah

tingkat pengetahuan maka semakin rendah pula kinerja kader posyandu. Hal ini

juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa

pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan.

Sedangkan menurut penelitian Desi Susanti (2012), analisa hasil penelitian

motivasi dan pelaksanaan tugas kader disimpulkan terdapat hubungan yang

sangat bermakana antara motivasi kader dengan pelaksanaan tugas kader. Hal

ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Terry dalam Notoatmodjo (2007),

bahwa motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu

yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan (perilaku). Keinginan

tersebut akan menjadi daya penggerak terhadap kemajuan kerja seseorang.

Menurut penelitian Desy Agustina (2013), diperoleh hasil bahwa dari 52

orang kader yang aktif sebanyak 37 orang (71,2%). Pendidikan tinggi 37 orang

(71,2%), yang pernah mendapatkan insentif 39 orang (75%), dan yang

mendukung sebanyak 43 orang (82,7%). Berdasarkan hasil uji statistik

disimpulkan bahwa faktor dukungan keluarga mempengaruhi keaktifan kader

posyandu. Hal ini serupa dengan yang dikemukakan oleh Sarwono (2008),

bahwa dukungan keluarga merupakan dukungan yang paling terdekat dan

diharapkan paling memberikan motivasi yang kuat bagi kerja seorang kader.

Semakin baik dukungan yang diberikan keluarga terhadap kader posyandu maka

dapat meningkatkan semangat dan keaktifan kader posyandu.


4

Menurut hasil penelitian Sri Hartini (2010), didapatkan bahwa sarana

prasarana kurang 53,2%, motivasi kurang 59,1% dan kinerja kurang 55,2%.

Kesimpulannya adalah adanya pengaruh yang signifikan antara sarana

prasarana, terhadap kinera kader. Hal ini terkait dengan terori yang dikemukakan

Dwiantara (2005), bahwa obyek sarana prasarana merupakan segala sesuatu

atau benda yang berwujud dan dapat diperlakukan secara fisik, baik yang

dipergunakan untuk kegiatan pokok maupun kegiatan penunjang administrasi.

Tujuannya untuk mendukung efektivitas dan efisiensi dalam bekerja dan

meningkatkan motivasi kader dalam pencapaian tujuan pokok posyandu.

Motivasi secara umum artinya mendorong untuk berbuat atau beraksi,

menyangkut perilaku manusia dan merupakan sebuah unsur yang vital dalam

menentukan keberhasilan pekerjaan seseorang. Motivasi kerja setiap orang

berbeda-beda tergantung dari banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya,

faktor-faktor tersebut terdapat di dalam individu itu sendiri (intrinsik) dan dapat

pula timbul dari luar individu (ekstrinsik).

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), terdapat tiga komponen utama

dalam motivasi, yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila

individu merasa terdapat ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang

ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan

dalam rangka pemenuhan harapan, jadi dorongan berorientasi pada pemenuhan

harapan dan pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan

tersebut merupakan inti motivasi, sedangkan tujuan adalah hal yang ingin dicapai

oleh individu yang mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku kerja.

Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan kota singkawang tahun 2012,

Jumlah posyandu tahun 2010 adalah 134 posyandu yang terdiri dari posyandu
5

pratama sebanyak 17 posyandu, posyandu madya sebanyak 98 posyandu,

posyandu purnama sebanyak 18 posyandu dan 1 posyandu mandiri. Pada tahun

2011, posyandu di kota singkawang berjumlah 135 posyandu yang terdiri dari 11

posyandu pratama, 111 posyandu madya, 11 posyandu purnama dan 2

posyandu mandiri. Sementara itu, berdasarkan data profil Dinas Kesehatan kota

singkawang tahun 2012 jumlah posyandu adalah 135 posyandu dengan

stratifikasi sebagai berikut : posyandu pratama sebanyak 10 posyandu (7,41%),

posyandu madya sebanyak 108 posyandu (80%), posyandu purnama sebanyak

16 posyandu (11,85%) dan posyandu mandiri sebanyak 1 posyandu (0,74%).

Puskesmas singkawang selatan merupakan satu dari 5 puskesmas

kecamatan yang memiliki 30 posyandu dengan masing-masing posyandu

memiliki 5 orang kader posyandu aktif yang tersebar melalui 4 kelurahan yaitu

kelurahan sedau, kelurahan sijangkung, kelurahan sagatani dan kelurahan

pangmilang. Dari data profil puskesmas perawatan singkawang selatan

mengenai cakupan kunjungan neonatus dan bayi di posyandu, diketahui bahwa

cakupan kunjungan neonatus sebesar 79% dari target 100% dan cakupan

kunjungan bayi sebesar 72% dari target 90%. Rendahnya cakupan kunjungan

neoonatus dan bayi di wilayah kerja Puskesmas perawatan singkawang selatan

menunjukan bahwa kinerja kader posyandu masih rendah, karena kurang

mampu menggerakkan masyarakat terutama para orang tua untuk berkunjung

dan ikut berperan aktif dalam kegiatan posyandu baik dalam kegiatan

penimbangan berat badan, pemantauan status kesehatan bayi dan balita,

pemberian imunisasi, dan pemberian vitamin A.

Pada Laporan Tahunan Puskesmas perawatan singkawang selatan tahun

2012, puskesmas perawatan singkawang selatan memiliki 30 posyandu yang


6

terdiri dari: tidak memiliki posyandu pratama, 25 posyandu madya (80%), 4

posyandu purnama (13,33%), dan 1 posyandu mandiri (3,33%).

Dari data yang diperoleh dari wawancara dengan petugas puskesmas

didapatkan bahwa para kader kesehatan diwilayah kerja Puskesmas Perawatan

Singkawang Selatan hanya mendapatkan pelatihan tentang pengkaderan

posyandu hanya 1 tahun sekali. 7 dari 10 orang kader menyatakan bahwa

pelatihan tersebut sangat kurang maksimal dalam menambah pengetahuan dan

memotivasi para kader tentang bagaimana memberikan pelayanan kesehatan

yang baik kepada masyarakat yang berkunjung ke posyandu, sedangkan 3 orang

lainnya menyatakan cukup puas dengan pelatihan 1 kali setahun.

Selain itu dari 30 posyandu hanya 23 posyandu melakukan sistem 5 meja,

7 posyandu lainnya tidak melakukan penimbangan dan pengukuran berat badan

dikarenakan faktor sarana dan prasarana yang tidak memadai. Sehingga

didapatkan bahwa pemantauan status gizi (PSG) puskesmas perawatan

singkawang selatan tahun 2012 didapatkan bahwa dari 4571 balita yang

ditimbang perbulannya hanya sebanyak 990 balita (8,42%), dan 54 balita

(6,96%) berada pada status gizi dibawah garis merah. Dari 7 posyandu di

wilayah kerja puskesmas perawatan singkawang selatan yang tidak melakukan

pelayanan dengan sistem 5 meja, 3 diantaranya terletak di kelurahan sedau.

Berdasarkan data lainnya diketahui bahwa dari 30 posyandu di wilayah

kerja Puskesmas Perawatan Singkawang Selatan hanya 2 posyandu yang

memiliki bangunan sendiri dalam melaksanakan kegiatan posyandu, selebihnya

kegiatan posyandu tersebut dilaksanakan di rumah-rumah para kader, di garasi

rumah penduduk dan menumpang pada bangunan kepemilikan desa lainnya. Di

kelurahan sedau dari 18 jumlah posyandu yang ada, hanya 1 posyandu yang
7

memiliki bangunan sendiri dalam memberikan pelayanan kesehatan, 17

posyandu lainnya menumpang di rumah-rumah para kader. Selain itu, di

kelurahan sedau terdapat 1 posyandu yang tidak menjalankan aktifitas

pelayanan posyandu setiap bulannya, sehingga posyandu tersebut dikatakan

mati suri.

Berdasarkan uraian data yang dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi kerja kader posyandu di kelurahan sedau wilayah kerja puskesmas

perawatan singkawang selatan tahun 2014”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka masalah

pada penelitian adalah “Bagaimanakah gambaran faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi kerja kader posyandu di kelurahan sedau wilayah kerja

puskesmas perawatan singkawang selatan tahun 2014?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran motivasi kerja kader posyandu di kelurahan sedau

wilayah kerja puskesmas perawatan singkawang selatan tahun 2014.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui gambaran faktor pengetahuan kader yang

mempengaruhi motivasi kerja kader posyandu di kelurahan sedau wilayah

kerja puskesmas perawatan singkawang selatan tahun 2014.


8

b. Untuk mengetahui gambaran dukungan sosial keluarga yang

mempengaruhi motivasi kerja kader posyandu di kelurahan sedau wilayah

kerja puskesmas perawatan singkawang selatan tahun 2014.

c. Untuk mengetahui gambaran sarana prasarana yang mempengaruhi

motivasi kerja kader posyandu di kelurahan sedau wilayah kerja

puskesmas perawatan singkawang selatan tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Agar peneliti dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan tentang metodologi

penelitian khususnya mengenai gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi kerja kader posyandu di kelurahan sedau wilayah kerja puskesmas

perawatan singkawang selatan.

2. Bagi Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak

Sebagai bahan masukan dan referensi bagi pihak lain untuk melakukan

penelitian selanjutnya dan referensi bagi perpustakaan Jurusan Keperawatan

Singkawang.

3. Bagi Puskesmas Perawatan Singkawang Selatan

Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dan Pimpinan Puskesmas

Perawatan Singkawang Selatan dalam rangka perencanaan kegiatan dan

perencanaan pengambilan kebijaksanaan untuk meningkatkan kinerja kader

posyandu.

Anda mungkin juga menyukai