Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Salah satu bentuk kegiatan umat manusia yang paling penting adalah
komunikasi. Hal yang paling penting dalam berkembangnya suatu organisasi
atau perusahaan juga merupakan komunikasi. Menurut Nikmah (2011:55)
Tidak ada manusia yang tidak menjalankan komunikasi karena komunikasi
adalah perlambangan dari adanya kehidupan didalam masyarakat
bersangkutan. Begitu juga dengan suatu organisasi yang membutuhkan
komunikasi yang baik untuk melakukan interaksi dengan orang-orang
didalamnya untuk menjadikan organisasi atau perusahaan semakin
berkembang dengan baik.
Dalam komunikasi organisasi kita mempelajari ciptaan dan
pertukaran pesan dalam seluruh organisasi. Pesan dalam organisasi ini dapat
dilihat menurut beberapa klasifikasi, yang berhubungan dengan bahasa,
penerima yang dimaksud dan arus tujuan (Nikmah, 2011:106-107).
Organisasi disini sama halnya dengan sebuah klub sepak bola. Keberadaan
pendukung atau suporter merupakan salah satu pilar penting yang wajib ada
dalam suatu pertandingan untuk mendukung klub sepak bola dalam
mengobarkan semangat tanding dalam diri pemainnya. Para suporter
tersebut muncul dengan berbagai aksi yang teatrikal, seperti kostum dan
atribut yang mencolok, dan gaya dukungan berupa nyanyi-nyanyian pendek
dengan gerakan tubuh (Anung, 2008:34-35).
Di Indonesia, kita mengenal Persija sebagai klub sepakbola asal
ibukota DKI Jakarta. Persija merupakan salah satu barometer sepak bola
Indonesia dan telah memiliki sejarah yang panjang di blantika sepak bola.
Persija memiliki suporter dengan julukan Jakmania. Dalam
perkembangannya Persija dianggap sebagai klub sepak bola yang sering

1
2

diterpa isu penunggakan gaji pemain dan kerusuhan yang diakibatkan oleh
Jakmania sebagai pendukung klub sepak bola itu sendiri.
Sepak bola juga dapat menimbulkan konflik seperti konflik antar-
pendukung fanatik yang bisa berujung anarkis. Ada baiknya segala sesuatu
harus mampu dijelaskan dengan komunikasi yang baik agar tidak berujung
kepada reputasi yang negatif bagi klub sepak bola tersebut karena sebuah
reputasi ataupun citra dapat terbentuk dari persepsi masyarakat. Di sinilah
peran public relations atau media officer pada klub sepak bola berperan.
Public relations merupakan fungsi manajemen yang menilai sikap
publik, menyatakan kebijaksanaan dan prosedur dari individu atau
organisasi atas dasar kepentingan publik, dan melaksanakan program kerja
untuk memperoleh pengertian dan pengakuan dari publiknya (Yulianita,
2007:25). Peran eksternal public relations, menurut Ruslan (2007:9) ialah
berupaya menciptakan kepercayaan dan citra perusahaan yang sekaligus
mempertahankan citra produknya. Selain itu, public relations mengelola
informasi opini publik mengenai suatu perusahaan di mata masyarakat yang
nantinya akan berpengaruh terhadap citra perusahaan.
Menurut Jefkins (2003:20-22) Citra adalah kesan yang diperoleh
berdasarkan pengetahuan dan pengertian seseorang tentang fakta-fakta atau
kenyataan. Ada beberapa citra yang dikemukan oleh Frank Jefkins, yakni
citra bayangan, citra berlaku, citra diharapkan, citra perusahaan, dan
majemuk. Citra merupakan gambaran atau pandangan tentang reputasi,
identitas, karakter, dan prestasi. Penting bagi sebuah organisasi atau
perusahaan menampilkan citra positif, agar strategi dan tujuan perusahaan
tercapai. Public relations dituntut untuk membangun dan menjaga sebuah
citra perusahaan dengan melakukan beberapa strategi dalam menjalin
hubungan dengan pihak luar, baik masyarakat, lembaga, dan pemerintah.
Citra perusahaan ini terbentuk dari berbagai macam hal, antara lain yaitu
riwayat atau sejarah perusahaan yang gemilang, keberhasilan-keberhasilan
di bidang keuangan yang pernah diraih dan lain sebagainya (Anggoro,
2005:62).
3

Citra positif dirasa perlu dibangun oleh sebuah klub sepak bola untuk
mempermudah mendapatkan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Rosady
Ruslan (2010:76), citra dapat dibentuk oleh organisasi dengan melakukan
suatu program yang ditunjukan untuk setidaknya memberikan stimulus agar
publik dapat menerimanya. Dalam hal ini, Persija memulai dengan kegiatan
konfrensi pers baik sebelum dan sesudah pertandingan, calender event, dan
special event. Penggunaan media sosial juga mulai diterapkan dalam media
officer Persija dengan tujuan lebih dekat dengan Jakmania dan masyarakat
umum lainnya melalui website www.persija.co.id, instagram @persijajkt
dan twitter @persija_jkt dimana melalui media sosial tersebut biasanya
media officer Persija menyampaikan pernyataan resmi terkait isu-isu yang
beredar di masyarakat.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai strategi public relations yang digunakan media officer Persija
Jakarta dalam sebuah penelitian yang berjudul : “Strategi Media Officer
Persija Jakarta terhadap Pandangan Publik Eksternal dalam Membentuk
Citra Positif”.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana fungsi, peran, dan upaya media officer Persija Jakarta
dalam membentuk citra positif?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menjelaskan berbagai macam kegiatan yang telah dilakukan
Persija Jakarta dalam membentuk citra positif melaluli fungsi, peran, dan
upaya media officer Persija Jakarta.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Penelitian Praktis
Penelitian ini memberikan penambahan pemahaman,
pengetahuan, dan wawasan terhadap strategi komunikasi pada bidang
public relations perusahaan atau lembaga. Dan untuk mengetahui
fungsi dan tugas media officer di Persija Jakarta. Serta memberikan
4

informasi dan masukan pengetahuan untuk penelitian serupa di masa


mendatang.
1.4.2. Manfaat Penelitian Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bentuk kontribusi
penelitian terapan dan memperkaya di bidang ilmu komunikasi,
khususnya public relations karena memiliki hubungan keterkaitan
dengan peran penting dalam kecakapan kehidupan berkomunikasi.
Serta dapat dijadikan sumber data dan informasi pada pengaplikasian
ilmu komunikasi.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi
2.1.1. Pengertian Komunikasi
Kata komunikasi atau dalam Bahasa Inggris disebut sebagai
Communications berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”,
communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat
sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah
yang paling sering disebut sebagai asal usul kata komunikasi.
Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu
pesan dianut secara sama. Komunikasi juga didefinisikan secara luas
sebagai “berbagi pengalaman” (Mulyana, 2005:41-42).
Komunikasi merupakan peranan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, karena komunikasi merupakan sarana utama dari
kegiatan dan kehidupan manusia sehari-hari. Komunikasi merupakan
sebuah alat bagi kehidupan dan kepentingan manusia, karena manusia
adalah makhluk yang tidak dapat bertahan hidup sendiri, tetapi ia
senantiasa memerlukan dan membutuhkan bantuan dari orang lain.
Pendapat tentang komunikasi diungkapkan oleh Ross (dalam
Mulyana, 2005:62) yang mendefinisikan komunikasi sebagai suatu
proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian
rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau
respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan
komunikator.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, sangat jelas dinyatakan
bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang penyampai pesan
(komunikator) memilih dan menyampaikan perangsang-perangsang
(biasanya lambang-lambang dalam kata-kata) sedemikian rupa untuk
mengubah tingkah laku orang lain, sehingga seseorang dapat
menguubah sikap, pendapat, dan perilaku orang lain dan jika ia setuju

5
6

maka jalan pikirannya akan serupa dengan yang disampaikan oleh sang
penyampai, apabila komunikasi yang dilangsungkan memang
komunikatif.
2.1.2. Proses Komunikasi
Harold Lasswell (dalam Mulyana, 2005:62) mengungkapkan
bahwa cara yang terbaik untuk menjelaskan proses komunikasi adalah
dengan menanyakan suatu proses yang menjelaskan siapa? Mengatakan
apa? Dengan saluran apa? Kepada siapa? Dan dengan akibat apa atau
hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what
effect?).
Paradigma Lasswell tersebut menunjukan bahwa komunikasi
meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan diatas yakni:
1. Komunikator (Communicator, Source, Sender)
2. Pesan (Message)
3. Media (Channel)
4. Komunikan (Communicant, Communicate, Receiver)
5. Efek (Effect, Impact)
Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah
sebuah proses penyampaian pesan oleh seorang komunikator kepada
seorang komunikan atau lebih melalui sebuah media yang menimbulkan
efek tertentu dari para komunikan tersebut. Sebagai suatu proses,
komunikasi mempunyai banyak persamaan dengan bagaimana
seseorang mencoba untuk mengekspresikan perasaan, ada hal-hal yang
berlawanan (kontradiktif), dan hal-hal yang sejalan (selaras, serasi),
serta meliputi proses menulis, mendengarkan, dan mempertukarkan
informasi Komunikasi merupakan sebuah kegiatan yang tidak bisa
dipisahkan dari setiap sisi kehidupan manusia yang normal. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan kebutuhan
hakiki bagi kehidupan manusia. Banyak orang berpendapat bahwa salah
satu alasan mengapa kita berkomunikasi adalah untuk memperoleh
7

informasi dan mengetahui terhadap suatu yang menarik perhatian kita,


sekaligus berinteraksi dengan orang lain.
Sebuah komunikasi yang efektif sangat tergantung kepada
empat komponen utama komunikasi, yaitu komunikator, pesan,
komunikan, serta efek. Efektivitas disini adalah apabila komunikasi
sudah menyetujui dan mau berubah atau menyatakan berubah tentang
apa yang disampaikan oleh komunikator. Komunikator juga harus tahu
khalayak mana yang dijadikan sasarannya dan tanggapan atau feedback
yang diinginkan. Komunikasi harus mengirimkan pesan melalui media
yang efisien untuk mencapai khalayak sasaran. Maksud dari media yang
efisien tersebut adalah media yang tepat atau sesuai dengan tanggapan
yang diinginkan dengan mencapai khalayak sasaran.
2.1.3 Fungsi Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy (2006:55), terdapat empat
fungsi utama dari kegiatan komunikasi, yaitu sebagai berikut:
1. Menginformasikan (to inform)
2. Mendidik (to educate)
3. Menghibur (to entertaint)
4. Mempengaruhi (to influence).
2.2. Konseptual Tentang Media Officer
Media officer adalah seseorang dalam manajemen klub yang bertugas
dan bertanggung jawab untuk membantu dan mempersiapkan segala hal yang
diperlukan terkait kegiatan jurnalistik. . Dalam hal ini, media officer Persija
bertanggung jawab atas kegiatan konfrensi pers baik sebelum dan sesudah
pertandingan, calender event, dan special event. Kegiatan media officer
tersebut sangat berkaitan dengan peran media officer sebagai public relations.
2.2.1. Pengertian Public Relations
Berhasil atau tidaknya suatu klub sepak bola di dalam
pencapaian tujuannya tergantung pada berbagai bidang salah satunya
pada bidang public relations. Selain itu juga tergantung pada
kemampuan mereka untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut
8

agar klub dapat berjalan dengan lancar. Menurut Daniel Yadin (2002:
10) “Public relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana,
baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan
semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik
yang berlandaskan pada saling pengertian”.
Sedangkan menurut (British) Institute of Public Relations (IPR)
yang dikutip Daniel Yadin (2002: 9) “PR adalah keseluruhan upaya
yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka
menciptakan dan memelihara niat baik (good will) dan saling
pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa public relations merupakan suatu disiplin ilmu yang
dipergunakan oleh klub sepak bola untuk pemeliharaan hubungan
dengan masyarakat.
2.2.2. Peran Public Relations
Perkembangan profesionalisme public relations yang dasar
berkaitan dengan perkembangan peranan public relations, baik sebagai
praktisi maupun profesional dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Menurut Dozier & Broom yang dikutip oleh Rosady Ruslan (2012: 20)
“Peranan praktisi public relations dalam organisasi tersebut salah satu
kunci untuk memahami fungsi public relations dan komunikasi
organisasi, di samping itu juga merupakan kunci untuk pengembangan
peranan praktisi PRO (Pejabat Humas) dan pencapaian profesional
dalam public relations.”
Selain itu menurut Dozier & Broom yang dikutip oleh Rosady
Ruslan (2012: 20-21), peranan public relations dibagi empat kategori
dalam suatu organisasi, yaitu :
1. Penasehat Ahli (Expert Prescriber)
Seorang praktisi pakar public relations yang berpengalaman dan
memiliki kemampuan tinggi membantu untuk mencarikan solusi
dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya.
9

Hubungan praktisi pakar public relations dengan manajemen


organisasi seperti hubungan antara dokter dengan pasiennya.
Artinya, pihak manajemen bertindak pasif untuk menerima atau
mempercayai apa yang telah disarankan atau usulan dari pakar
public relations (expert prescriber) yang memiliki pengalaman dan
keterampilan tinggi dalam memecahkan serta mengatasi persoalan
public relations yang tengah dihadapi oleh organisasi bersangkutan.
2. Fasilitator Komunikasi (Communication Fasilitator)
Dalam hal ini, praktisi public relations bertindak sebagai
komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen
dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan
oleh publiknya dari organisasi bersangkutan, sekaligus harus
mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan, dan harapan
organisasi kepada pihak publiknya. Sehingga dengan komunikasi
timbal balik tersebut yang dilaksanakan oleh public relations
bersangkutan dapat tercipta saling pengertian, mempercayai,
menghargai, dan toleransi yang baik dati kedua belah pihak.
3. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process
Fasilitator)
Peranan praktisi public relations dalam hal proses pemecahan
persoalan public relations ini, merupakan bagian tim manajemen
untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat
(adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam
mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional
dan profesional. Biasanya dalam menghadapi suatu krisis yang
terjadi, maka dibentuk suatu tim posko yang dikoordinir praktisi
ahli public relations dengan melibatkan berbagai departemen dan
keahlian dalam satu tim khusus untuk membantu organisasi,
perusahaan, dan produk yang tengah menghadapi atau mengatasi
persoalan krisis tertentu.
4. Teknisi Komunikasi (Communication Technician)
10

Berbeda dengan tiga peranan praktisi public relations profesional


sebelumnya yang terkait erat dengan fungsi dan peranan manajemen
organisasi. Sedangkan dalam peranan communication technician ini
sebagai Journalist in Residentv yang hanya menyediakan layanan
teknis komunikasi atau dikenal dengan methode of communication
in organization dan sistem komunikasi dalam organisasi tergantung
dari masing-masing bagian atau tingkatan (level), yaitu secara
teknis komunikasi dipergunakan dari tingkat pimpinan dengan
bawahan akan berbeda dari bawahan ke tingkat atasan. Begitu juga
arus dan media komunikasi antara karyawan satu level, misalnya
komunikasi antar karyawan satu departemen dengan lainnya
(employee relations and communication media model).
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
peran public relations yaitu sebagai penasehat ahli, fasilitator
komunikasi, fasilitator proses pemecahan masalah dan teknisi
komunikasi.
2.2.3. Fungsi Public Relations
Public relations yang dilakukan tentu memiliki fungsi bagi
perusahaan. Menurut F. Rachmadi (1996: 21):
Fungsi utama public relations adalah menumbuhkan dan
mengembangkan hubungan baik antara lembaga atau organisasi
dengan publiknya, intern maupun ekstern, dalam rangka
menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan
partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat
(opini publik) yang menguntungkan lembaga atau organisasi.
Adapun fungsi atau manfaat khusus public relations menurut
Daniel Yadin (2002: 333) meliputi kegunaan public relations dalam
pengelolaan atau pelaksanaan manajemen krisis, penerbitan desktop,
identitas perusahaan, hubungan parlementer, dan public relations
finansial.
Sedangkan menurut Lena Satlita (2002: 10) yang mengutip
dan menerjemahkan pernyataan Edwin Emery “fungsi public relations
11

adalah upaya terencana dan terorganisasi dari sebuah perusahaan atau


lembaga untuk menciptakan hubungan-hubungan yang bermanfaat.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa fungsi dari public relations adalah membangun dan
membina hubungan baik dengan publiknya agar saling mengerti dan
memahami sehingga memperoleh penerimaan dan dukungan dari
masyarakat.
2.2.4. Tugas Public Relations
Dalam kesehariannya, public relations memiliki beberapa
tugas. Menurut F. Rachmadi (1996: 23) tugas dan kewajiban public
relations sehari-hari yaitu:
1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian
informasi atau pesan secara lisan, tertulis atau melalui gambar
(visual) kepada publik sehingga publik mempunyai pengertian
yang benar tentang hal-ikhwal perusahaan atau lembaga, segenap
tujuan serta kegiatan yang dilakukan.
2. Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat
umum dari masyarakat
3. Mempelajari dan melakukan aktivitas analisis reaksi publik
terhadap kebijaksanaan perusahaan atau lembaga, maupun segala
macam pendapat (public acceptance dan non acceptance).
4. Menyelenggarakan hubungan yang baik dengan masyarakat dan
media massa untuk memperoleh public favour, public opinion dan
perubahan sikap.
Sedangkan menurut Frank Jeffkins yang dikutip oleh Daniel
Yadin (2002: 33-36), jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan praktisi
public relations bisa berbeda-beda dari suatu organisasi dengan
organisasi lain antara lain:
1. Menyusun serta mendistribusikan siaran berita (news release),
foto-foto dan berbagai artikel untuk konsumsi kalangan media
masa.
12

2. Mengorganisasikan konferensi pers, acara-acara resepsi dan


kunjungan kalangan media masa ke organisasi atau perusahaan.
3. Menjalankan fungsi sebagai penyedia informasi utama bagi
kalangan media masa.
4. Memberikan penerangan singkat kepada fotografer, serta
membentuk dan mengelola sebuah perpustakaan foto.
5. Mengatur acara wawancara antara kalangan pers (media cetak),
radio dan televisi dengan pihak manajemen.
6. Menyunting atau memproduksi jurnal-jurnal eksternal untuk
konsumsi para distributor, para pemakai jasa atau produk
perusahaan, para konsumen langsung dan sebagainya.
7. Menulis dan membuat bahan-bahan cetakan seperti literatur
pendidikan, sejarah perusahaan, laporan-laporan tertentu, literatur
pelantikan untuk pegawai baru, aneka poster yang bersifat
mendidik untuk sekolah-pegawai baru, aneka poster yang bersifat
mendidik untuk sekolah-sekolah dan lain-lain.
8. Mempersiapkan berbagai bentuk instrumen audio-visual, seperti
menyusun lembaran-lembaran slide untuk presentasi dan kaset
rekaman vidio, termasuk melaksanaan distribusi, menyusun
katalog, pameran dan pemeliharaannya.
9. Mempersiapkan dan mengatur acara-acara pameran dan
menjalankan eksibisi PR, termasuk juga menyediakan berbagai
macam materi yang diperlukan.
10. Mempersiapkan dan memelihara berbagai bentuk identitas
perusahaan seperti logo perusahaan, berikut segenap komposisi
warna, tipografi, dan hiasannya, pengaturan jenis-jenis kendaraan
dinas, pakaian seragam para pegawai, dan sebagainya.
11. Menangani berbagai acara-acara sponsor yang berhubungan
dengan kegiatan PR.
13

12. Mengelola hal-hal yang berkaitan dengan berbagai kunjungan


seperti fasilitas penerbangan atau pelayaran, pengurusan tiket,
persiapan akomodasi, tour, dan sebagainya.
13. Mengikuti rapat-rapat penting yang diselenggarakan oleh dewan
direksi dan pimpinan perusahaan, serta rapat-rapat terbatas yang
diadakan oleh kepala departemen produksi, pemasaran, penjualan,
dan lain-lain.
14. Mengikuti konferensi khusus yang diadakan oleh divisi penjualan,
serta terlibat dalam pertemuan-pertemuan para agen.
15. Mewakili perusahaan pada pertemuan asosiasi dagang atau bisnis.
16. Berhubungan dengan konsultan PR eksternal jika perusahaan atau
organisasi merekrut mereka.
17. Melatih segenap staf PR.
18. Mempersiapkan survei-survei pendapat dan berbagai macam
penelitian lainnya.
19. Mengawasi tugas-tugas periklanan–berhubungan dengan biro
iklan–bila fungsi periklanan memang dibebankan pada departemen
PR.
20. Berhubungan baik dengan kalangan politisi dan birokrat.
21. Mengatur penyelenggaraan acara-acara resmi, misalnya berupa
acara peresmian bangunan baru, termasuk mengatur para tokoh
penting, tamu undangan, dan kalangan media masa yang datang
meliput.
22. Mengatur acara-acara kunjungan para pejabat penting, tamu
kehormatan, maupun tokoh-tokoh asing ke perusahaan atau
organisasi.
23. Mengadakan perayaan seratus tahun perusahaan, pemberian
penghargaan dari pemerintah kepada perusahaan atau organisasi
atas prestasinya di bidang industri atau bidang-bidang lainnya.
14

24. Mengorganisasikan berbagai umpan-balik dari berbagai sumber


informasi, mulai dari kliping koran/majalah, berita- berita radio
dan televisi, serta memantau berbagai bentuk laporan dari luar.
25. Menganalisis umpan-balik dan mengevaluasi hasil dari upaya
untuk mencapai suatu tujuan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tugas public relations adalah
melakukan kegiatan menjual sesuatu yang tidak nampak seperti ide,
gagasan atau rencana. Tugas dan pekerjaan public relations tidaklah
ringan karena tugas dan pekerjaan tersebut dimaksudkan untuk
menciptakan hubungan baik dan harmonis dengan masyarakat maupun
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan organisasi atau
perusahaan yang bersangkutan.
2.2.5. Khalayak Public Relations
Meskipun khalayak dari suatu organisasi boleh jadi berbeda
dari khalayak organisasi-organisasi lainnya, tetapi kita dapat
mengidentifikasikan adanya sepuluh khalayak utama yang paling
sering menjadi subjek khalayak dari berbagai macam organisasi secara
umum. Kesepuluh khalayak tersebut menurut Daniel Yadin (2002: 81)
sebagai berikut:
1. Masyarakat luas
2. Calon pegawai atau anggota
3. Para pegawai atau anggota
4. Pemasok jasa dan berbagai macam barang
5. Para investor-pasar uang
6. Para distributor
7. Konsumen dan pemakai produk organisasi
8. Para pemimpin pendapat umum
9. Serikat-serikat pekerja
10. Media massa
Penyebaran suatu pesan atau informasi public relations tidak
dilakukan secara sama ke semua orang seperti halnya pesan-pesan
15

iklan. Langkah-langkah tertentu sengaja dipilih untuk mengefektifkan


penerimaan pesan atau informasi dan setiap organisasi atau perusahaan
memiliki khalayak khusus.
Menurut Frank Jefkins yang dikutip Daniel Yadin (2002: 86)
ada beberapa alasan pokok mengapa suatu organisasi atau perusahaan
harus mengenali atau menetapkan khalayak, yaitu:
1. Untuk mengidentifikasi segmen khalayak atau kelompok yang
paling tepat untuk dijadikan sasaran suatu program public relations.
2. Untuk menciptakan skala prioritas, sehubungan dengan adanya
keterbatasan anggaran dan sumber-sumber daya lainnya.
3. Untuk memilih media dan teknik public relations yang paling
sesuai.
4. Untuk mempersiapkan pesan-pesan sedemikian rupa agar cepat dan
mudah diterima.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
setiap perusahaan atau organisasi memiliki khalayak khusus. Kepada
khalayak itulah organisasi senantiasa menjalin komunikasi, baik secara
internal maupun eksternal. Oleh karena itu, suatu perusahaan atau
organisasi tidak hanya menyelenggarakan komunikasi dengan staff
atau konsumennya saja.
2.2.6. Perencanaan Public Relations
Public relations merupakan kegiatan inti dari setiap perusahaan
sehingga perlu adanya perencanaan untuk mengelola dan
mengkoordinasikan tugas secara baik dan profesional. Agar dapat
melakukan perencanaan terhadap proses public relations yang akan
dilakukan diperlukan proses perencanaan public relations.
Menurut Daniel Yadin (2002: 56), ada empat alasan yang
paling penting bagi perlunya suatu perencanaan public relations.
Keempat alasan tersebut sebagai berikut:
16

1. Untuk menetapkan target-target operasi Public Relations yang


nantinya akan menjadi tolak ukur atas segenap hasil yang
diperoleh.
2. Untuk memperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang
diperlukan.
3. Untuk menyusun skala prioritas guna menentukan jumlah program
dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan segenap program
Public Relations yang telah diprioritaskan itu.
4. Untuk menentukan kemungkinan pencapaian tujuan-tujuan tertentu
sesuai dengan ketersediaan staf pendukung atau personil yang
mencukupi, dukungan dari berbagai peralatan fisik seperti alat-alat
kantor, mesin cetak, kamera, kendaraan, dan sebagainya serta
anggaran dana yang tersedia.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan
public relations berfungsi sebagai langkah awal sebelum melakukan
strategi public relations. Dalam perencanaan yang dilakukan ada
beberapa aspek yang harus diperhatikan agar proses public relations
yang dilakukan lebih terarah. Dengan perencanaan yang matang,
seorang public relations dapat mengantisipasi resiko yang mungkin
terjadi dan meningkatkan kepercayaan khalayak.
2.2.7. Media Public Relations
Public relations dalam suatu organisasi atau perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya tidak lepas dari media yang digunakan untuk
mengusahakan hubungan baik dengan publiknya untuk mencapai
tujuan. Menurut Lena Satlita (2002:57) media adalah sarana
komunikasi yang sering digunakan oleh praktisi public relations untuk
menyampaikan pesan kepada publiknya, dan sekaligus mampu
meningkatkan citra, antara lain:
1. House of journal
Media internal dipergunakan oleh public relations untuk keperluan
publikasi atau sebagai sarana komunikasi yang ditujukan kepada
17

kalangan terbatas seperti: karyawan, relasi bisnis, nasabah atau


konsumen. Biasanya berbentuk: news letter, magazine, tabloid,
bulletin, company profile, annual report, prospectus dan
sebagainya.
2. Printed material
Barang cetakan untuk tujuan publikasi public relations dalam
upaya penyampaian pesan-pesannya yang berbentuk: brochure,
leaflet, booklet, kop surat, kartu nama, kalender dan lain
sebagainya.
3. Media pertemuan
Media pertemuan secara langsung dengan public relations
audience-nya melalui tatap muka misalnya presentasi, diskusi
panel, seminar, pameran dan sebagainya.
4. Broadcasting media
Publikasi public relations yang disiarkan melalui TV dan radio
baik milik pemerintah dan swasta (komersial).
Pemakaian media dalam public relations tergantung dari besar
kecilnya perusahaan. Menurut F. Rachmadi (1996: 87), media yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Media berita seperti surat kabar dan majalah
2. Media siaran seperti radio, televisi
3. Media komunikasi tatap muka seperti pameran, ceramah, seminar
dan pertunjukan kesenian.
Jadi, media merupakan sarana yang dipergunakan untuk
menyampaikan pesan kepada publiknya baik secara langsung maupun
tidak langsung.
2.2.8. Strategi Public Relatios
Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa tujuan public
relations yakni membangun dan mengembangkan citra yang positif
bagi perusahaan atau organisasi terhadap publik internal ataupun
publik eksternal. Maka strategi public relations adalah bagian dari
18

suatu rencana public relations yang diarahkan untuk membentuk


persepsi yang menguntungkan sehingga menghasilkan citra yang
positif.
Menurut Ahmad S. Adnanputra yang dikutip oleh Rosady
Ruslan dalam bukunya Manajemen Public Relations dan Komunikasi
mengatakan bahwa arti strategi public relations adalah alternatif
optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan public
relations dalam kerangka atau rencana public relations.
Strategi public relations diarahkan kepada upaya-upaya
menggarap persepsi para stakeholders untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh organisasi atau perusahaan. Konsekuensinya, jika
strategi public relations tersebut berhasil maka akan diperoleh sikap,
tindak dan persepsi yang menguntungkan dari stakeholders sebagai
khalayak sasaran dan pada akhirnya akan tercipta opini atau citra yang
menguntungkan bagi organisasi atau perusahaan.
Menurut Cutlip & Center dalam Kasali dan Abdurachman
(Soemirat dan Ardianto, 2015:90), terdapat proses public relations
yang mengacu kepada pendekatan manajerial. Proses ini terdiri dari:
Fact finding adalah mencari dan mengumpulkan fakta atau data
sebelum melakukan tindakan. Public relations perlu mengetahui apa
yang diperlukan oleh publik sebelum melakukan tindakan untuk
memajukan perusahaanya. Public relations bisa melakukan analisis
langsung ke lapangan dengan mengadakan survei terkait produk yang
diinginkan oleh publik. Misalnya, public relations menanyakan apa
saja yang dibutuhkan oleh publik, siapa saja yang termasuk ke dalam
publik, dan bagaimana publik dipandang dari berbagai faktor dengan
maksud strategi yang digunakan ke depannya tidak meleset dan bisa
mengembangkan perusahan yang diwakilinya.
Planning adalah berdasarkan fakta membuat rencana tentang
apa yang harus dilakukan dalam menghadapi berbagai masalah dalam
perusahaan. Setelah melakukan fact finding ke lapangan barulah public
19

relations bisa melakukan rencana apa yang ingin dilaksanakan guna


memenuhi kebutuhan publik. Dalam tahap ini, public relations
haruslah dituntut mempunyai ide yang kreatif agar publik tertarik
dengan yang ditawarkan oleh perusahaan yang mereka wakili.
Communicating adalah rencana yang disusun dengan baik
sebagai hasil pemikiran yang matang berdasarkan fakta atau data, yang
kemudian dikomunikasikan atau dilakukan kegiatan operasional.
Public relations berusaha mengkomunikasikan rencana-rencana yang
mereka lakukan ke depannya dengan memperkenalkan kepada publik.
Melakukan komunikasi dua arah dengan diadakannya acara-acara agar
pihak publik dengan perusahaan bisa bertemu langsung dalam
penawaran produk yang telah direncakan. Selain itu bisa juga
dilakukan dengan mempublikasikan produk melalui iklan dalam surat
kabar, televisi dan radio.
Evaluation adalah mengadakan evaluasi tentang suatu kegiatan,
apakah tujuan sudah tercapai atau belum. Ini adalah tahap terakhir dari
proses public relations. Evaluasi dilakukan secara kontinyu. Hasil
evaluasi menjadi unsur dasar untuk kegiatan public relations
selanjutnya.
Untuk dapat bertindak secara strategis, kegiatan public
relations harus menyatu dengan visi dan misi perusahaannya. Untuk
memberikan konstribusi kepada rencana kerja jangka panjang
perusahaan, maka para praktisi public relations bisa melakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Menyampaikan fakta dan opini, baik yang beredar di dalam maupun
diluar perusahaan. Informasi yang diterima oleh publik bisa dari
media apa saja. Namun public relations harus menyampaikan
informasi yang esuai dengan fakta. Public relations berusaha
menaikkan citra perusahaan dengan menyebarkan informasi yang
baik tentang perusahaan.
20

2. Menelusuri dokumen resmi perusahaan dan mempelajari perubahan


yang terjadi secara historis. Perusahaan akan mengalami perubahan
dari masa ke masa melalui perkembangannya. Perubahan tersebut
biasanya disertai dengan perubahan sikap perusahaan terhadap
publiknya atau sebaliknya. Public relations harus mempelajarinya
dengan teliti dan memahami perubahan perusahaan agar bisa
melakukan peningkatan perusahaan baik kinerjanya, dari segi
produk atau jasa yang dihasilkan, sehingga publik akan terus tertarik
dan semakin percaya akan perusahaan yang mereka wakili.
3. Melakukan analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunities,
dan Threats). Public relations perlu melakukan analisis yang
berbobot mengenai persepsi dari luar dan dalam perusahaan atas
SWOT yang dimilikinya (Soemirat dan Ardianto, 2015:91).
Oleh karena itu public relations harus mempunyai strategi
khusus dalam menghadapi hal-hal yang bisa menurunkan
perkembangan perusahaan. Perusahaan atau organisasi harus mampu
menghadapi tekanan yang muncul dari dalam maupun luar perusahaan.
Public relations juga harus bisa berkonstruksi dalam manajemen dalam
melakukan perkembangan perusahaan dan menaikkan citra
perusahaan.
Peran public relations dalam membangun citra tidaklah lengkap
tanpa adanya perencanaan dari strategi public relations. Strategi public
relations yang hanya berfokus pada teori dan tidak ditindaklanjuti ke
lapangan pun tidak akan memberikan hasil. Public relations disini,
dalam merumuskan dan menjalankan tugasnya untuk membangun
citra, memerlukan kemampuan kreasi yang mampu membuat program-
program unggulan yang dapat membangun citra perusahaan dan dapat
mempertahankan citra tersebut.
21

2.1. Citra
2.1. Pengertian Citra
Citra adalah hal yang ingin diciptakan oleh perusahaan atau
organisasi. Citra yang baik akan mengembangkan sebuah perusahaan
atau organisasi, proses pembentukan citra akan menghasilkan sikap,
pendapat, tanggapan atau perilaku tertentu. Citra merupakan reputasi dan
prestasi yang hendak dicapai bagi dunia public relations. Citra dikatakan
sebagai penilaian masyarakat akan perusahaan atau organisasi. Penilaian
atau tanggapan publik dapat berkaitan dengan rasa hormat, kesan-kesan
yang baik serta menguntungkan bagi perusahaan atau organisasi.
Konsep citra dalam dunia olahraga sekarang ini menjadi
perhatian para perusahaan atau organisasi. Citra yang baik akan
menghasilkan keuntungan dan memiliki dampak yang baik juga,
sebaliknya citra yang buruk akan memiliki dampak yang buruk juga bagi
perusahaan atau organisasi yang menjalankan. Suatu perusahaan atau
organisasi tidaklah mudah untuk memiliki citra yang baik dimata
publiknya. Perusahaan atau organisasi harus melalui proses yang cukup
panjang serta usaha usaha untuk membangun citra bagi perusahaan dan
organisasinya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian citra adalah:
(1) Kata benda: gambar, rupa, gambaran; (2) gambaran yang dimiliki
orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk; (3)
kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata,
frase atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya
prosa atau puisi.
Menurut Frank Jefkins dalam buku Essential of Public Relations
menyebutkan bahwa citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan
pengetahuan dan pengertian seseorang tentang fakta-fakta atau
kenyataan. Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya, Psikologi Komunikasi
menyebutkan bahwa citra adalah penggambaran tentang realitas dan
22

tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi
(Soemirat dan Ardianto, 2015:114).
Dari definisi diatas, bisa dikatakan citra merupakan hal yang
didapat oleh sebuah perusahaan dari hasil keunggulan-keunggulan yang
terdapat pada perusahaan tersebut. Citra merupakan hasil dari kesan atau
gambaran yang diperoleh dari publik hasil upaya-upaya yang dilakukan
oleh sebuah perusahaan atau organisasi. Pengalaman, pengetahuan,
pengalaman dan informasi yang diterima oleh orang dapat membentuk
sebuah citra. Perusahaan yang ingin membangun atau menciptakan citra
yang baik maka informasi dan pengetahuan yang diberikan kepada
publik haruslah informasi yang baik sehingga timbul rasa percaya pada
perusahaan tersebut yang kemudian membentuk sebuah citra.
2.3.2. Jenis-Jenis Citra
Menurut Frank Jefkins, dalam bukunya Public Relations dan
buku lainnya Essential of Public Relations (dalam Soemirat dan
Ardianto, 2015:117) mengemukakan jenis-jenis citra, antara lain:
1. The mirror image (cerminan citra), yaitu bagaimana dugaan (citra)
manajemen terhadap publik eksternal dalam melihat perusahaannya.
2. The current image (citra masih hangat), yaitu citra yang terdapat pada
publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau menyangkut
miskinnya informasi dan pemahaman publik eksternal. Citra ini bisa
saja bertentangan dengan mirror image.
3. The wish image (citra yang diinginkan), yaitu manajemen
menginginkan pencapaian prestasi tertentu. Citra ini diaplikasikan
untuk sesuatu yang baru sebelum publik eksternal memperoleh
informasi secara lengkap.
4. The multiple image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu,
kantor cabang atau perwakilan perusahaan lainnya dapat membentuk
citra tertentu yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra
seluruh organisasi atau perusahaan.
23

5. Corporate Image (Citra perusahaan), yaitu citra yang tertuju pada


sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana menciptakan
citra perusahaan yang positif, lebih dikenal serta diterima oleh
publiknya, dapat melalui sejarahnya, kualitas pelayanan prima,
keberhasilan dalam bidang marketing, dan hingga berkaitan dengan
tanggung jawab sosial.
Dari berbagai jenis citra yang ada, Persija Jakarta terus berusaha
untuk mendapatkan citra yang baik bagi klubnya. Citra pada umumnya
menggambarkan secara garis besar apa yang ada di dalam klub sepak
bola tersebut. Persija Jakarta membangun citra melalui media officer. Di
mana media officer fungsinya sebagai public relations untuk
menjalankan prinsip menciptakan masyarakat terdidik, tercerahkan,
menghargai kebhinekaan dan adil sejahtera.
2.3.3. Pembentukan Citra
Menurut Soleh Sumirat dan Elvinaro Ardianto (2015:115-116)
terdapat empat komponen dalam pembentukan citra antara lain:
1. Persepsi
Individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan
pengalamannya mengenai rangsang. Kemampuan mempersepsi inilah
yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi atau
pandangan individu akan positif apabila informasi yang diberikan
oleh rangsang dapat memenuhi kognisi individu.
2. Kognisi
Suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus keyakinan ini
akan timbul apabila individu harus diberikan informasi-informasi
yang cukup dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya.
3. Motif
Keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai
tujuan.
24

4. Sikap
Kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam
menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara
tertentu, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi sikap
menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu,
menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, sikap
mengandung aspek evaluative artinya mengandung nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan, sikap juga diperhitungkan
atau diubah.
Berdasarkan penjelasan di atas maka disimpulkan empat
komponen pembentukan citra yaitu persepsi, kognisi, motivasi dan
sikap. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan unsur lingkungan
dimana kemampuan mempersepsi inilah dapat melanjutkan proses
pembentukan citra dengan memberikan informasi-informasi kepada
individu untuk memunculkan suatu keyakinan. Sehingga dari keyakinan
tersebut timbul suatu sikap pro dan kontra tentang klub, dari sikap itulah
terbentuknya citra yang positif atau negatif.
Citra positif adalah suatu gambaran, kesan utama yang dimiliki
individu tentang suatu organisasi atau perusahaan sehingga dalam
pelaksanaanya, individu yang memiliki persepsi baik atau positif
terhadap suatu perusahaan atau lembaga yang pada akhirnya akan
menimbulkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tersebut.
Citra baik atau positif merupakan harta yang sangat tinggi nilainya bagi
perusahaan manapun. Citra mendukung daya saing perusahaan dalam
jangka menengah dan panjang. Citra baik dapat menjadi perisai
perusahaan saat berada dalam masa krisis. Oleh karena itu, setiap
perusahaan mempunyai kewajiban untuk membangun citra baik
perusahaan.
25

2.4. Matriks Penelitian Sejenis


2.4.1. Review Matriks Penelitian Sejenis
1. Strategi Public Relations Parijz Van Java TV Bandung Melalui
Barter Promo Dalam Meningkatkan Loyalitas Kliennya Oleh
Innri Tri Utari, 2008, Universitas Komputer Indonesia,
Bandung
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Strategi Public
Relations Parijz Van Java Televisi Bandung Dalam Meningkatkan
Loyalitas Kliennya melalui Tujuan, Rencana, Kegiatan, Pesan, dan
Media yang dilakukan. Penelitian ini mengguanakan motode
Kualitatif dengan pendekatan Deskriptif, teknik penggumpulan data
yang digunakan penelitian adalah dengan wawacara, studi pustaka
dan penelusuran data online. Adapun perbedaan antara keduanya
penelitian ini adalah yang pertama terletak pada judul penelitian.
Penelitian terdahulu memilih Parijz Van Java (PJTV) yang terletak
di Kota Bandung sebagai objek penelitiannya, sedangkan penelitian
kali ini memilih Persija Jakarta sebagai objeknya yang terletak di
Kota Jakarta. Hasil penelitian Innri Tri Utari diperoleh untuk
mengetahui barter promo yang dilakukan untuk menekan budget
promosi serta meningkatkan loyalitas klien Parijz Van Java
Televisi. Sedangkan hasil penelitian yang penulis lakukan adalah
untuk mengetahui strategi-strategi Public Relations dalam hal ini
media officer Persija Jakarta dalam membentuk citra positif.
2. Strategi Marketing Public Relations Klub Bunga Butik Resort
Dalam Menghadapi Persaingan Jasa Perhotelan Oleh Ali
Ridho, 2005, Universitas Muhammadiyah Malang
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana
Strategi Marketing Public Relations Klub Bunga Butik Resort
Dalam Menghadapi Persaingan Jasa Perhotelan. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan metode kualitatif, adapun tipe
penelitiannya deskriptif kualitatif dan dasar penelitian evaluasi
26

dengan obyek penelitian Klub Bunga Butik Resort. Adapun


perbedaan antara keduanya penelitian ini adalah yang pertama
terletak pada lokasi penelitian. Penelitian terdahulu memilih lokasi
Klub Bunga Butik Resort yang terletak di Batu, sedangkan
penelitian kali ini memilih Klub Sepak Bola Persija Jakarta yang
terletak di Kota Jakarta, dimana narasumber yang dipilih adalah
pimpinan marketing. Penelitian yang dilakukan oleh penulis
bertujuan untuk mengetahui strategi Public Relations dalam hal ini
media officer untuk membentuk citra positif dimana narasumber
yang dipilih adalah media officer, masyarakat, dan pendukung
Persija Jakarta dengan tetap menggunakan data-data hasil
wawancara sebagai data yang berguna untuk menunjang
pelaksanaan penelitian.
2.4.2. Tabel Matriks Penelitian Sejenis
Untuk membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian
yang sedang dilakukan saat ini, peneliti telah membuat tabel matriks
penelitian sejenis. Adapun matriks penelitian sejenis sebagai berikut :
Tabel 2.1. Matriks Penelitian Sejenis
Judul Metodologi
Nama Peneliti Teori Kesimpulan
Penelitian Penelitian
Innri Tri Utari Strategi Public Metode Public Untuk mengetahui barter promo
Relations Penelitian Relations yang dilakukan untuk menekan
Parijz Van Kualitatif menurut budget promosi serta
Java TV dengan Cutlip and meningkatkan loyalitas klien
Bandung pendekatan Center Parijz Van Java Televisi.
Melalui Barter deskriptif Rencana yang disusun oleh
Promo Dalam Public Relations Parijz Van
Meningkatkan Java Televisi Bandung meliputi
Loyalitas persiapan pelaksanaan program,
Kliennya menyusun langkah-langkah
pelaksanan dan evalusasi. Pesan
27

yang disampailkan oleh Public


Relations Parijz Van Java
Televisi Bandung berupa pesan
yang bersifat persuasif. Media
yang digunakan adalah media
personal melalui telepon surat
dan memo. Kegiatan yang
dilakukan oleh Public Relations
Parijz Van Java Televisi
Bandung adalah meliputi
kegiatan melakukan kerjasama
dengan klien, mempromosikan
program promo, update
eksistensi keberadaan
perusahaan di dunia online,
menghimpun informasi terkini,
corporate social responsibility.
Ali Ridho Strategi Metode Marketing Strategi Marketing Public
Marketing Penelitian Public Relations dilaksanakan oleh
Public Kualitatif Relations Marketing depatement Klub
Relations Klub dengan Menurut Bunga Butik Resort, adapun
Bunga Butik pendekatan Thomas L. tahapan strategi itu adalah:
Resort Dalam deskriptif Harris Planning, Marketing departemen
Menghadapi yang melakukan
Persaingan dikutip perencanaan digunakan sebagai
Jasa Rosady pedoman dalam menjalankan
Perhotelan Ruslan strategi agar tidak menyimpang
jauh dari apa yang diharapkan.
Pelaksanaan: Dengan melakukan
kegiatan pemasaran dan
penguasaan pasar yang meliputi
28

promosi, calendar of event,


intelijen roomate dan analisis
SWOT. Adapun sarana untuk
pendukung kegiatan pengenalan
jasa dan layanan Klub Bunga
Butik Resort dengan
menggunakan media cetak dan
elektronik. Evaluasi : Pihak
Marketing department selalu
mengadakan evaluasi terhadap
hasil-hasil program kerja. Hasil
dari sukses tidaknya strategi
yang dilakukan dilihat dari
repeater guest dan penggunaan
fasilitas yang ada di hotel.

2.5. Kerangka Penelitian


Strategi public relations yang cocok untuk sebuah perusahaan belum
tentu cocok untuk perusahaan lain. Strategi public relations yang baik
ditentukan oleh penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi yang baik.
Penyusunan strategi public relations, pelaksanaan strategi public relations dan
evaluasi strategi public relations dapat dipergunakan untuk mengetahui
penyebab dari belum optimalnya strategi public relations yang dilakukan.
Oleh karena itu, untuk mengetahui penyebab dari strategi public relations
dalam hal ini media officer Persija Jakarta yang belum optimal perlu
dilakukan penelitian untuk mendeskripsikan penyusunan strategi public
relations, pelaksanaan strategi public relations dan evaluasi strategi public
relations agar nantinya dapat diketahui strategi public relations yang tepat
untuk digunakan.
29

Citra negatif Kalah dari


persaingan

Strategi Public
Relations belum
optimal

Penyusunan strategi Pelaksanaan strategi Evaluasi strategi


Public Relations Public Relations Public Relations

Tidak Berhasil Berhasil

Strategi Public Strategi Public


Relations Relations
belum optimal optimal

Citra positif Memenangkan


persaingan

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir


30

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian


Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Dimana penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah, dimana peneliti
berperan sebagai instrument kunci (Sugiyono, 2005:1).
Kriteria dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang
pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data
yang sebenarnya terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna
dibalik yang terlihat dan terucap tersebut, diperlukan beberapa sumber data
dan berbagai teknik pengumpulan data. Pendekatan penelitian ini memiliki
beberapa sifat penelitian diantaranya, eksploratif, eksplanaif, evaluatif dan
deskriptif.
3.2. Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena dilakukan untuk
menghimpun data, fakta, penggambaran keadaan yang mengungkap strategi
public relations yang dilakukan di klub sepak bola Persija Jakarta. Penelitian
ini berkaitan dengan penyampaian data untuk memberikan gambaran dan
penegasan suatu konsep atau gejala juga menjawab pertanyaan-pertanyaan
sehubungan dengan strategi public relations berdasarkan fakta-fakta yang
tampak sebagaimana adanya. Penelitian ini bertujuan untuk menghimpun dan
mendeskripsikan data, mengembangkan konsep, serta menginterpretasikan
data yang diperoleh dari lapangan.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian penjajakan. Penelitian ini
belum memiliki hipotesis. Penelitian deskriptif ini digunakan untuk
mengumpulkan informasi yang aktual secara rinci yang melukiskan gejala
yang ada, mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-
praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi, dan menentukan
apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan

30
31

belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan


pada waktu yang akan datang (Rakhmat, 2005:25).
3.3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada klub sepak bola Persija Jakarta
yang beralamat di Jl. Lingkar Stadion Utama Gelora Bung Karno Pintu
VIII, Jakarta Pusat, Jakarta. Pemilihan Persija Jakarta yang akan diteliti
ditentukan dengan sengaja karena Persija Jakarta merupakan klub sepak
bola yang terkenal di Indonesia. Selain memiliki berbagai prestasi,
Persija Jakarta juga sering mengadakan kegiatan-kegiatan di masyarakat
yang juga selalu mengikutsertakan media dalam berbagai acaranya.
3.4. Jenis Data
1. Data Primer
Data Primer adalah pengumpulan data melalui wawancara.
Wawancara merupakan sumber informasi studi kasus yang sangat
penting karena peneliti dapat terjun langsung untuk mencari data-data
yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan
narasumber. Melalui data primer, isi sumber bahan lebih dapat
dipercaya dari pada data sekunder.
Narasumber yang bersedia untuk membantu penulis dalam
membantu peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan adalah :
a. Mozes Riupassa : Media Officer Persija Jakarta
b. Dhimas Kurniawan : Asisten Media Officer Persija Jakarta
c. Fatimah Mutmaina : Asisten Media Officer Persija Jakarta
d. Riki Andri Marudin : Suporter Persija
e. Alvionita Efryanto : Suporter Persija
f. Dian Ulfa Puspita : Suporter Persija
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah pengumpulan data dalam bentuk yang
sudah jadi atau tersedia melalui publikasi atau informasi yang tersedia
dari organisasi atau perusahaan seperti majalah jurnal organisasi
(Ruslan, 2004:30). Dan juga dapat melalui studi kepustakaan dimana
32

mencari teori yang sesuai dengan penelitian agar dapat di evaluasi.


Contohnya adalah buku-buku teks.
Data sekunder yang membantu peneliti dalam penelitian ini
adalah melalui profil klub serta sejarah singkat Persija Jakarta,
kemudian data pada website www.persija.co.id, instagram @persijajkt
dan twitter @persija_jkt.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah:
1. Wawancara
Teknik wawancara dipergunakan untuk memperoleh informasi,
data dan fakta di lapangan agar mendapat gambaran tentang strategi
public relations yang dilakukan oleh media officer Persija Jakarta
dengan wawancara kepada narasumber penelitian. Wawancara
dilakukan dengan maksud untuk memperoleh informasi yang akurat
mengenai penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi strategi public
relations yang dilakukan sehingga diperoleh penyebab dari strategi
public relations oleh media officer Persija Jakarta yang belum optimal.
2. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan public
relations di Persija Jakarta melalui website dan sosial media.
Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kegiatan
yang berkaitan dengan public relations yang terjadi dalam kenyataan
yaitu: kinerja media officer, kedisiplinan media officer, komunikasi
antara media officer dengan suporter dan masyarakat, komunikasi
media officer dengan pelatih dan pemain, komunikasi antara pemain
dan suporter dan situasi lingkungan. Kedisiplinan media officer dapat
diketahui dengan melakukan observasi jadwal rutin media officer
menginformasikan sesuatu baik di website maupun media sosial.
Selain itu dengan observasi yang dilakukan dapat diperoleh gambaran
mengenai kegiatan yang dilakukan media officer yang mendukung
33

proses public relations. Kemudian melalui hasil ini dapat diperoleh


gambaran lebih jelas dan petunjuk-petunjuk tentang strategi public
relations pada Persija Jakarta.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dipergunakan untuk memperoleh data yang
telah tersedia dalam bentuk arsip atau dokumen yang berkaitan
dengan masalah penelitian. Arsip atau dokumen ini diperoleh dari
Persija Jakarta berupa informasi mengenai: visi dan misi, struktur
organisasi, surat keputusan, peraturan, catatan serta data-data tertulis.
3.6. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif. Data yang diperoleh disajikan apa adanya kemudian di
analisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai fakta
yang ada atau untuk memperoleh kesimpulan.
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan secara serentak selama kegiatan
penelitian berlangsung dengan menggunakan berbagai teknik
pengumpulan data dalam desain penelitian deskriptif. Pada waktu data
mulai terkumpul, saat itu juga sudah dimulai untuk memaknai dari
setiap data yang ada, selanjutnya memberikan penjelasan yang mudah
dipahami dan ditafsirkan untuk menjawab setiap pertanyaan.
2. Mengorganisasikan data
Data primer yang terkumpul dari hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi ditulis kembali atau di transkipsikan apa adanya dari
komentar subjek penelitian ke dalam lembar hasil wawancara, lembar
hasil observasi dan lembar dokumentasi.
3. Pengelolaan data
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengelolaan data yaitu
memformulasikan kategori, yaitu menggolongkan hasil wawancara
kepada kategori-kategori yang telah ditetapkan sebagai bahan analisis.
4. Verifikasi dan penafsiran data
34

Teknik ini merupakan satu upaya untuk mencari suatu hubungan,


persamaan atau kesimpulan yang muncul seiring dengan semakin
banyaknya dukungan data yang diperoleh. Langkah ini merupakan
kelanjutan dari pengelolaan data berupa penjelasan yang rinci
berdasarkan teori yang diperoleh dari berbagai literatur dengan data
yang diperoleh pada objek penelitian.
5. Pengambilan kesimpulan
Setelah melalui tahap verifikasi dan penafsiran data, maka langkah
akhir adalah melakukan pengambilan kesimpulan. Setelah kesimpulan
diambil maka dapat diperoleh gambaran yang jelas mengenai
penyebab strategi public relations oleh media officer Persija Jakarta
yang belum optimal.
3.7. Triangulasi Data
Dalam penelitian kualitatif temuan atau data dinyatakan valid
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa
yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti (Sugiyono, 2005:
268). Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
uji kredibilitas yang meliputi triangulasi.
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu (Sugiyono, 2012: 125). Berpijak dari pendapat di atas
maka triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi
waktu.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber yaitu, media
officer, suporter Persija Jakarta dan masyarakat.
Data dari ketiga sumber tersebut dideskripsikan,
dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan
mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Setelah data dianalisis
35

dan menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan


kesepakatan dengan dua sumber data tersebut. Secara rinci gambaran
triangulasi dapat dilihat pada bagan berikut:

Media Officer

Suporter Masyarakat

Gambar 3.1. Triangulasi Sumber


2. Triangulasi Teknik.
Triangulasi teknik dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda, misalnya data yang diperoleh dengan wawancara di cek
dengan observasi atau dokumentasi. Gambaran triangulasi teknik ini
dapat dilihat dari gambar di halaman berikut:

Wawancara Observasi

Dokumentasi

Gambar 3.2. Triangulasi Teknik

3. Triangulasi Waktu

Karena waktu sering mempengaruhi kredibilitas data, maka


peneliti melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, dan
dokumentasi dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji
36

menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang


sehingga sampai ditemukan kepastian gambar datanya. Gambaran
triangulasi waktu yang dilakukan peneliti terlihat pada gambar
berikut:

Sebelum Setelah
Pertandingan Pertandingan

Libur
Kompetisi

Gambar 3.3. Triangulasi Waktu


37

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, M. Linggar. 2005. Teori & Profesi Kehumasan. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Anung, Handoko. 2008. Sepak Bola Tanpa Batas : City Of Tolerance.


Yogyakarta: Kanisius.

Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. PT Remaja
Rosdakarya.

Jefkins, Frank. 2003. Public Relations, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Nikmah, Hadiati. 2010. Sistem Komunikasi Indonesia. Pasuruan: Lunar Media.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Rachmadi, F. 1996. Public Relatios dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Gramedia.

Rakhmat, Jalaludin. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Ruslan, Rosady. 2002. Kampanye Public Relations. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Ruslan, Rosady. 2002. Manajemen Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada.

Ruslan, Rosady. 2004. Metode Penelitian Public Relations dan Media


Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Satlita, Lena. 2002. Public Relatios dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: FISE
UNY.
38

Soemirat, Soleh dan Elvinaro Ardianto. 2015. Dasar-Dasar Public Relations.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Yadin, Daniel. 2002. Public Relations. Jakarta: Erlangga.

Yulianita, Neni. 2007. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Pusat Penerbitan


LPPM UNISBA.

Anda mungkin juga menyukai