BAB I
PENDAHULUAN
1
2
diterpa isu penunggakan gaji pemain dan kerusuhan yang diakibatkan oleh
Jakmania sebagai pendukung klub sepak bola itu sendiri.
Sepak bola juga dapat menimbulkan konflik seperti konflik antar-
pendukung fanatik yang bisa berujung anarkis. Ada baiknya segala sesuatu
harus mampu dijelaskan dengan komunikasi yang baik agar tidak berujung
kepada reputasi yang negatif bagi klub sepak bola tersebut karena sebuah
reputasi ataupun citra dapat terbentuk dari persepsi masyarakat. Di sinilah
peran public relations atau media officer pada klub sepak bola berperan.
Public relations merupakan fungsi manajemen yang menilai sikap
publik, menyatakan kebijaksanaan dan prosedur dari individu atau
organisasi atas dasar kepentingan publik, dan melaksanakan program kerja
untuk memperoleh pengertian dan pengakuan dari publiknya (Yulianita,
2007:25). Peran eksternal public relations, menurut Ruslan (2007:9) ialah
berupaya menciptakan kepercayaan dan citra perusahaan yang sekaligus
mempertahankan citra produknya. Selain itu, public relations mengelola
informasi opini publik mengenai suatu perusahaan di mata masyarakat yang
nantinya akan berpengaruh terhadap citra perusahaan.
Menurut Jefkins (2003:20-22) Citra adalah kesan yang diperoleh
berdasarkan pengetahuan dan pengertian seseorang tentang fakta-fakta atau
kenyataan. Ada beberapa citra yang dikemukan oleh Frank Jefkins, yakni
citra bayangan, citra berlaku, citra diharapkan, citra perusahaan, dan
majemuk. Citra merupakan gambaran atau pandangan tentang reputasi,
identitas, karakter, dan prestasi. Penting bagi sebuah organisasi atau
perusahaan menampilkan citra positif, agar strategi dan tujuan perusahaan
tercapai. Public relations dituntut untuk membangun dan menjaga sebuah
citra perusahaan dengan melakukan beberapa strategi dalam menjalin
hubungan dengan pihak luar, baik masyarakat, lembaga, dan pemerintah.
Citra perusahaan ini terbentuk dari berbagai macam hal, antara lain yaitu
riwayat atau sejarah perusahaan yang gemilang, keberhasilan-keberhasilan
di bidang keuangan yang pernah diraih dan lain sebagainya (Anggoro,
2005:62).
3
Citra positif dirasa perlu dibangun oleh sebuah klub sepak bola untuk
mempermudah mendapatkan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Rosady
Ruslan (2010:76), citra dapat dibentuk oleh organisasi dengan melakukan
suatu program yang ditunjukan untuk setidaknya memberikan stimulus agar
publik dapat menerimanya. Dalam hal ini, Persija memulai dengan kegiatan
konfrensi pers baik sebelum dan sesudah pertandingan, calender event, dan
special event. Penggunaan media sosial juga mulai diterapkan dalam media
officer Persija dengan tujuan lebih dekat dengan Jakmania dan masyarakat
umum lainnya melalui website www.persija.co.id, instagram @persijajkt
dan twitter @persija_jkt dimana melalui media sosial tersebut biasanya
media officer Persija menyampaikan pernyataan resmi terkait isu-isu yang
beredar di masyarakat.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai strategi public relations yang digunakan media officer Persija
Jakarta dalam sebuah penelitian yang berjudul : “Strategi Media Officer
Persija Jakarta terhadap Pandangan Publik Eksternal dalam Membentuk
Citra Positif”.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana fungsi, peran, dan upaya media officer Persija Jakarta
dalam membentuk citra positif?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menjelaskan berbagai macam kegiatan yang telah dilakukan
Persija Jakarta dalam membentuk citra positif melaluli fungsi, peran, dan
upaya media officer Persija Jakarta.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Penelitian Praktis
Penelitian ini memberikan penambahan pemahaman,
pengetahuan, dan wawasan terhadap strategi komunikasi pada bidang
public relations perusahaan atau lembaga. Dan untuk mengetahui
fungsi dan tugas media officer di Persija Jakarta. Serta memberikan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi
2.1.1. Pengertian Komunikasi
Kata komunikasi atau dalam Bahasa Inggris disebut sebagai
Communications berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”,
communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat
sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah
yang paling sering disebut sebagai asal usul kata komunikasi.
Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu
pesan dianut secara sama. Komunikasi juga didefinisikan secara luas
sebagai “berbagi pengalaman” (Mulyana, 2005:41-42).
Komunikasi merupakan peranan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, karena komunikasi merupakan sarana utama dari
kegiatan dan kehidupan manusia sehari-hari. Komunikasi merupakan
sebuah alat bagi kehidupan dan kepentingan manusia, karena manusia
adalah makhluk yang tidak dapat bertahan hidup sendiri, tetapi ia
senantiasa memerlukan dan membutuhkan bantuan dari orang lain.
Pendapat tentang komunikasi diungkapkan oleh Ross (dalam
Mulyana, 2005:62) yang mendefinisikan komunikasi sebagai suatu
proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian
rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau
respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan
komunikator.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, sangat jelas dinyatakan
bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang penyampai pesan
(komunikator) memilih dan menyampaikan perangsang-perangsang
(biasanya lambang-lambang dalam kata-kata) sedemikian rupa untuk
mengubah tingkah laku orang lain, sehingga seseorang dapat
menguubah sikap, pendapat, dan perilaku orang lain dan jika ia setuju
5
6
maka jalan pikirannya akan serupa dengan yang disampaikan oleh sang
penyampai, apabila komunikasi yang dilangsungkan memang
komunikatif.
2.1.2. Proses Komunikasi
Harold Lasswell (dalam Mulyana, 2005:62) mengungkapkan
bahwa cara yang terbaik untuk menjelaskan proses komunikasi adalah
dengan menanyakan suatu proses yang menjelaskan siapa? Mengatakan
apa? Dengan saluran apa? Kepada siapa? Dan dengan akibat apa atau
hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what
effect?).
Paradigma Lasswell tersebut menunjukan bahwa komunikasi
meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan diatas yakni:
1. Komunikator (Communicator, Source, Sender)
2. Pesan (Message)
3. Media (Channel)
4. Komunikan (Communicant, Communicate, Receiver)
5. Efek (Effect, Impact)
Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah
sebuah proses penyampaian pesan oleh seorang komunikator kepada
seorang komunikan atau lebih melalui sebuah media yang menimbulkan
efek tertentu dari para komunikan tersebut. Sebagai suatu proses,
komunikasi mempunyai banyak persamaan dengan bagaimana
seseorang mencoba untuk mengekspresikan perasaan, ada hal-hal yang
berlawanan (kontradiktif), dan hal-hal yang sejalan (selaras, serasi),
serta meliputi proses menulis, mendengarkan, dan mempertukarkan
informasi Komunikasi merupakan sebuah kegiatan yang tidak bisa
dipisahkan dari setiap sisi kehidupan manusia yang normal. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan kebutuhan
hakiki bagi kehidupan manusia. Banyak orang berpendapat bahwa salah
satu alasan mengapa kita berkomunikasi adalah untuk memperoleh
7
agar klub dapat berjalan dengan lancar. Menurut Daniel Yadin (2002:
10) “Public relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana,
baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan
semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik
yang berlandaskan pada saling pengertian”.
Sedangkan menurut (British) Institute of Public Relations (IPR)
yang dikutip Daniel Yadin (2002: 9) “PR adalah keseluruhan upaya
yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka
menciptakan dan memelihara niat baik (good will) dan saling
pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa public relations merupakan suatu disiplin ilmu yang
dipergunakan oleh klub sepak bola untuk pemeliharaan hubungan
dengan masyarakat.
2.2.2. Peran Public Relations
Perkembangan profesionalisme public relations yang dasar
berkaitan dengan perkembangan peranan public relations, baik sebagai
praktisi maupun profesional dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Menurut Dozier & Broom yang dikutip oleh Rosady Ruslan (2012: 20)
“Peranan praktisi public relations dalam organisasi tersebut salah satu
kunci untuk memahami fungsi public relations dan komunikasi
organisasi, di samping itu juga merupakan kunci untuk pengembangan
peranan praktisi PRO (Pejabat Humas) dan pencapaian profesional
dalam public relations.”
Selain itu menurut Dozier & Broom yang dikutip oleh Rosady
Ruslan (2012: 20-21), peranan public relations dibagi empat kategori
dalam suatu organisasi, yaitu :
1. Penasehat Ahli (Expert Prescriber)
Seorang praktisi pakar public relations yang berpengalaman dan
memiliki kemampuan tinggi membantu untuk mencarikan solusi
dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya.
9
2.1. Citra
2.1. Pengertian Citra
Citra adalah hal yang ingin diciptakan oleh perusahaan atau
organisasi. Citra yang baik akan mengembangkan sebuah perusahaan
atau organisasi, proses pembentukan citra akan menghasilkan sikap,
pendapat, tanggapan atau perilaku tertentu. Citra merupakan reputasi dan
prestasi yang hendak dicapai bagi dunia public relations. Citra dikatakan
sebagai penilaian masyarakat akan perusahaan atau organisasi. Penilaian
atau tanggapan publik dapat berkaitan dengan rasa hormat, kesan-kesan
yang baik serta menguntungkan bagi perusahaan atau organisasi.
Konsep citra dalam dunia olahraga sekarang ini menjadi
perhatian para perusahaan atau organisasi. Citra yang baik akan
menghasilkan keuntungan dan memiliki dampak yang baik juga,
sebaliknya citra yang buruk akan memiliki dampak yang buruk juga bagi
perusahaan atau organisasi yang menjalankan. Suatu perusahaan atau
organisasi tidaklah mudah untuk memiliki citra yang baik dimata
publiknya. Perusahaan atau organisasi harus melalui proses yang cukup
panjang serta usaha usaha untuk membangun citra bagi perusahaan dan
organisasinya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian citra adalah:
(1) Kata benda: gambar, rupa, gambaran; (2) gambaran yang dimiliki
orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk; (3)
kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata,
frase atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya
prosa atau puisi.
Menurut Frank Jefkins dalam buku Essential of Public Relations
menyebutkan bahwa citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan
pengetahuan dan pengertian seseorang tentang fakta-fakta atau
kenyataan. Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya, Psikologi Komunikasi
menyebutkan bahwa citra adalah penggambaran tentang realitas dan
22
tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi
(Soemirat dan Ardianto, 2015:114).
Dari definisi diatas, bisa dikatakan citra merupakan hal yang
didapat oleh sebuah perusahaan dari hasil keunggulan-keunggulan yang
terdapat pada perusahaan tersebut. Citra merupakan hasil dari kesan atau
gambaran yang diperoleh dari publik hasil upaya-upaya yang dilakukan
oleh sebuah perusahaan atau organisasi. Pengalaman, pengetahuan,
pengalaman dan informasi yang diterima oleh orang dapat membentuk
sebuah citra. Perusahaan yang ingin membangun atau menciptakan citra
yang baik maka informasi dan pengetahuan yang diberikan kepada
publik haruslah informasi yang baik sehingga timbul rasa percaya pada
perusahaan tersebut yang kemudian membentuk sebuah citra.
2.3.2. Jenis-Jenis Citra
Menurut Frank Jefkins, dalam bukunya Public Relations dan
buku lainnya Essential of Public Relations (dalam Soemirat dan
Ardianto, 2015:117) mengemukakan jenis-jenis citra, antara lain:
1. The mirror image (cerminan citra), yaitu bagaimana dugaan (citra)
manajemen terhadap publik eksternal dalam melihat perusahaannya.
2. The current image (citra masih hangat), yaitu citra yang terdapat pada
publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau menyangkut
miskinnya informasi dan pemahaman publik eksternal. Citra ini bisa
saja bertentangan dengan mirror image.
3. The wish image (citra yang diinginkan), yaitu manajemen
menginginkan pencapaian prestasi tertentu. Citra ini diaplikasikan
untuk sesuatu yang baru sebelum publik eksternal memperoleh
informasi secara lengkap.
4. The multiple image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu,
kantor cabang atau perwakilan perusahaan lainnya dapat membentuk
citra tertentu yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra
seluruh organisasi atau perusahaan.
23
4. Sikap
Kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam
menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara
tertentu, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi sikap
menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu,
menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, sikap
mengandung aspek evaluative artinya mengandung nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan, sikap juga diperhitungkan
atau diubah.
Berdasarkan penjelasan di atas maka disimpulkan empat
komponen pembentukan citra yaitu persepsi, kognisi, motivasi dan
sikap. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan unsur lingkungan
dimana kemampuan mempersepsi inilah dapat melanjutkan proses
pembentukan citra dengan memberikan informasi-informasi kepada
individu untuk memunculkan suatu keyakinan. Sehingga dari keyakinan
tersebut timbul suatu sikap pro dan kontra tentang klub, dari sikap itulah
terbentuknya citra yang positif atau negatif.
Citra positif adalah suatu gambaran, kesan utama yang dimiliki
individu tentang suatu organisasi atau perusahaan sehingga dalam
pelaksanaanya, individu yang memiliki persepsi baik atau positif
terhadap suatu perusahaan atau lembaga yang pada akhirnya akan
menimbulkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tersebut.
Citra baik atau positif merupakan harta yang sangat tinggi nilainya bagi
perusahaan manapun. Citra mendukung daya saing perusahaan dalam
jangka menengah dan panjang. Citra baik dapat menjadi perisai
perusahaan saat berada dalam masa krisis. Oleh karena itu, setiap
perusahaan mempunyai kewajiban untuk membangun citra baik
perusahaan.
25
Strategi Public
Relations belum
optimal
BAB III
METODE PENELITIAN
30
31
Media Officer
Suporter Masyarakat
Wawancara Observasi
Dokumentasi
3. Triangulasi Waktu
Sebelum Setelah
Pertandingan Pertandingan
Libur
Kompetisi
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. PT Remaja
Rosdakarya.
Rachmadi, F. 1996. Public Relatios dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Gramedia.
Satlita, Lena. 2002. Public Relatios dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: FISE
UNY.
38