Tekanan Intraokular
Usia
Usia lanjut sangat penting sebagai faktor risiko munculnya dan progresifnya POAG.
Penelitian epidemiologi menyatakan bahwa prevalensi glaucoma meningkat sesuai usia,
terutama pada orang-orang Latin/Hispanik dan Afrika.
Riwayat Keluarga
Orang dengan riwayat keluarga (saudara dan orang tua) lebih tinggi berisiko mengalami
POAG. Menurut Baltimore survey, orang yang memiliki saudara dengan riwayat Galukoma 3
kali lebih besar mengalami risiko POAG.
Ras/ Etnik
Pada POAG, etnis dan ras sangat penting untuk menilai faktor risiko. Prevalensinya
meningkat pada Afrika Barat, Afrika Karibian, atau Latin/ Suku Origin dibandingkan ras
lainnya. Prevalensinya tiga kali lipat lebih tinggi pada suku Afrika Amerika dan Hispanik
Meksiko jika dibandingkan dengan non-Hispanik kulit putih. Suku Afrika-Amerika lebih besar 6
kali mengalami glaucoma dibandingkan Kaukasia Amerika.
Penggunaan alat tonometri selalu diikuti dengan indentasi dan pengerasan kornea,
perbedaan antara penebalan sentral kornea dapat dilihat melalui alat pengukur tekanan intra
okular. Walaupun sudah ada beberapa tabel yang dipublikasikan, belum ada standar normogram
yang benar untuk pengukuran IOP untuk CCT yang diakui. Dalam banyak penelitian, mata
dengan bentuk frusta keratokonus, Fuks Endoteliopati, atau setelah pembedahan keratorefraktif
tidak dianggap. Oleh karena itu, pada beberapa pasien sangat penting untuk melihat hasil
pemeriksaan fisikdari nervus optik, gambaran radio0logi RNFL, dan pemeriksaan lapang
pandang untuk diagnosa glaukoma. Penebalan sentral kornea dilaporkan sebagai faktor risiko
yang berhubungan dengan POAG.
Diperkirakan tekanan okular yang rendah dapat mempengaruhi aliran darah pada nervus
optikus dan berkontribusi terhadap kerusakan nervus optikus. Tekanan sisto0lik yang rendah
(≤125 mmHg) berhubungan dengan peningkatan risiko glaucoma di atas usia 8 tahun. Beberapa
data menyarankan rata-rata tekanan arteri nocturnal dibawah 10 mmHg dari rata-rata tekanan
arteri yang diprediksikan dapat menjadi normo tension glaucoma dan meningkatkan faktor risiko
dari kehilangan penglihatan.
DM Tipe 2
Ada beberapa perdebatan tentang hubungan antara DM tipe 2 dan POAG, ada penelitian
mengenai peningkatan populasi yang mengalami DM tipe 2 yang berisiko mengalami POAG.
Pada sebuah penelitian kohort menunjukkan DM tipe 2 (40% lebih tinggi pada orang Hispanik, 2
kali lipat lebih tinggi pada ras non hispanik kulit putih) untuk mengalami POAG. Selanjutnya,
orang yang mengalami DM Tipe 2 yang lama lebih berisiko mengalami PO0AG. Hal ini
disebabkan oleh perubahan mikrovaskular pada nervus optikus yang menyebabkan kerusakan
nervus pada DM Tipe 2.
Miopia
Penelitian cross sectional pada Afro-Caribean, Hispanik, non-Hispanik kulit putih, Cina,
Asia India dan Jepang dengan Miopia memiliki prevalensi lebih tinggi mengalami OAG daripada
yang tidak mengalami Miopia. Suatu hipotesis menerangkan bahwa orang dengan miopia
memiliki kelemahan sclera untuk mensupport nervus optikus dan hal ini lah yang menyebabkan
kerusakan nervus optikus menjadi glaucoma.
Terapi
Perawatan mata yang dapat menurunkan IOP dengan o0bat-obatan, laser, atau
pembedahan insisi glaucoma. Sebuah penelitian random dan penelitian lainnya
menyebutkan bahwa terapi tersebut adapan menurunkan IOP dan menurunkan insiden
terjadinya POAG. Laser atau bedah insisi dapat diindikasikan untuk mengatasi glaucoma.
Efek dari terapi adalah dapat meningkatkan kualitas hidup, dan keputusan pasien untuk
melakukan terapi. Diagnosis beratnya penyakit, prognosis dan rencana terapi dan terapi
jangka panjang yang dapat didiskusikan dengan pasien.
Jika terapi obat-obatan tidak memuaskan untuk penurunan tekanan intraokular maka
untuk menghindari efek merugikan dapat dilakukan laser atau tindakan bedah. Pada
pasien dengan penyakit yang berat operasi dapat dilakukan sebagai first line terapi.
Trabekuletkomi adalah bedah yang paling sering dilakukan untuk menurunkan tekanan
intraokular.