Anda di halaman 1dari 3

Faktor Risiko

Berdasarkan temuan epidemiologi dan klinis diperkirakan berhubungan dengan POAG.


Beberapa penelitian menghubungkan dengan POAG.

 Tekanan IOP yang tinggi


 Usia lanjut
 Riwayat glaukoma dalam keluarga
 Ras Afrika atau Latin/ Etnik Hispanik
 Bagian tengah kornea yang menebal
 Tekanan perfusi bola mata yang rendah
 DM Tipe 2
 Miopia
 Tekanan darah rendah
 Diskus hemoragik
 Rasio kup ke diskus yang lebar
 Pola standar deviasi yang tinggi pada tes ambang penglihatan

Tekanan Intraokular

Banyak sumber yang menyebutkan bahwa prevalensi terjadinya POAG dapat


menyebabkan peningkatan IOP. Di Baltimore, peningkatan IOP 30mmHg, 7% ras kaukasian dan
25% orang Afrika dan Amerika mengalami POAG. Sering juga dikaitkan dengan pengobatan
mata yang mengalami fluktuasi peningkatan IOP yang terlalu tinggi. Hubungan antara
peningkatan IOP dan POAG juga biasa dikaitkan dengan masing-masing individu yang dicurigai
mengalami kerusakan nervus optik. Peningkatan IOP lebih dari 21 mmHg tergantung gambaran
dari kerusakan dan nilai IOP sebagai alat skrining diagnosis POAG.

Usia

Usia lanjut sangat penting sebagai faktor risiko munculnya dan progresifnya POAG.
Penelitian epidemiologi menyatakan bahwa prevalensi glaucoma meningkat sesuai usia,
terutama pada orang-orang Latin/Hispanik dan Afrika.

Riwayat Keluarga

Orang dengan riwayat keluarga (saudara dan orang tua) lebih tinggi berisiko mengalami
POAG. Menurut Baltimore survey, orang yang memiliki saudara dengan riwayat Galukoma 3
kali lebih besar mengalami risiko POAG.

Ras/ Etnik
Pada POAG, etnis dan ras sangat penting untuk menilai faktor risiko. Prevalensinya
meningkat pada Afrika Barat, Afrika Karibian, atau Latin/ Suku Origin dibandingkan ras
lainnya. Prevalensinya tiga kali lipat lebih tinggi pada suku Afrika Amerika dan Hispanik
Meksiko jika dibandingkan dengan non-Hispanik kulit putih. Suku Afrika-Amerika lebih besar 6
kali mengalami glaucoma dibandingkan Kaukasia Amerika.

Penebalan Kornea Sentral

Penggunaan alat tonometri selalu diikuti dengan indentasi dan pengerasan kornea,
perbedaan antara penebalan sentral kornea dapat dilihat melalui alat pengukur tekanan intra
okular. Walaupun sudah ada beberapa tabel yang dipublikasikan, belum ada standar normogram
yang benar untuk pengukuran IOP untuk CCT yang diakui. Dalam banyak penelitian, mata
dengan bentuk frusta keratokonus, Fuks Endoteliopati, atau setelah pembedahan keratorefraktif
tidak dianggap. Oleh karena itu, pada beberapa pasien sangat penting untuk melihat hasil
pemeriksaan fisikdari nervus optik, gambaran radio0logi RNFL, dan pemeriksaan lapang
pandang untuk diagnosa glaukoma. Penebalan sentral kornea dilaporkan sebagai faktor risiko
yang berhubungan dengan POAG.

Tekanan Perfusi Bola Mata yang Rendah

Diperkirakan tekanan okular yang rendah dapat mempengaruhi aliran darah pada nervus
optikus dan berkontribusi terhadap kerusakan nervus optikus. Tekanan sisto0lik yang rendah
(≤125 mmHg) berhubungan dengan peningkatan risiko glaucoma di atas usia 8 tahun. Beberapa
data menyarankan rata-rata tekanan arteri nocturnal dibawah 10 mmHg dari rata-rata tekanan
arteri yang diprediksikan dapat menjadi normo tension glaucoma dan meningkatkan faktor risiko
dari kehilangan penglihatan.

DM Tipe 2

Ada beberapa perdebatan tentang hubungan antara DM tipe 2 dan POAG, ada penelitian
mengenai peningkatan populasi yang mengalami DM tipe 2 yang berisiko mengalami POAG.
Pada sebuah penelitian kohort menunjukkan DM tipe 2 (40% lebih tinggi pada orang Hispanik, 2
kali lipat lebih tinggi pada ras non hispanik kulit putih) untuk mengalami POAG. Selanjutnya,
orang yang mengalami DM Tipe 2 yang lama lebih berisiko mengalami PO0AG. Hal ini
disebabkan oleh perubahan mikrovaskular pada nervus optikus yang menyebabkan kerusakan
nervus pada DM Tipe 2.

Miopia

Penelitian cross sectional pada Afro-Caribean, Hispanik, non-Hispanik kulit putih, Cina,
Asia India dan Jepang dengan Miopia memiliki prevalensi lebih tinggi mengalami OAG daripada
yang tidak mengalami Miopia. Suatu hipotesis menerangkan bahwa orang dengan miopia
memiliki kelemahan sclera untuk mensupport nervus optikus dan hal ini lah yang menyebabkan
kerusakan nervus optikus menjadi glaucoma.

Terapi

Tujuan manajemen terapi dengan POAG :

 Mengontrol IOP sesuai dengan kisaran target


 Menstabilkan nervus optikus/ status RNFL
 Menstabilkan lapang pandang penglihatan

Perawatan mata yang dapat menurunkan IOP dengan o0bat-obatan, laser, atau
pembedahan insisi glaucoma. Sebuah penelitian random dan penelitian lainnya
menyebutkan bahwa terapi tersebut adapan menurunkan IOP dan menurunkan insiden
terjadinya POAG. Laser atau bedah insisi dapat diindikasikan untuk mengatasi glaucoma.
Efek dari terapi adalah dapat meningkatkan kualitas hidup, dan keputusan pasien untuk
melakukan terapi. Diagnosis beratnya penyakit, prognosis dan rencana terapi dan terapi
jangka panjang yang dapat didiskusikan dengan pasien.

Penurunan tekanan intraocular bertujuan untuk memperlambat kerusakan dan


menghindari kerusakan fungsi dari penyakit. Target penuruan tekanan intraokular adalah
untuk menstabilkan sebelum terapi yang berhubungan dengan kerusakan retina. Obat-
obatan yang diberikan yaitu β adrenergic blockers dan α adrenergic agonis untuk
menurunkan. β adrenergic blockers kontraindikasi pada pasien pada pasien dengan
riwayat ppok, asma atau bradikardi.

Jika terapi obat-obatan tidak memuaskan untuk penurunan tekanan intraokular maka
untuk menghindari efek merugikan dapat dilakukan laser atau tindakan bedah. Pada
pasien dengan penyakit yang berat operasi dapat dilakukan sebagai first line terapi.
Trabekuletkomi adalah bedah yang paling sering dilakukan untuk menurunkan tekanan
intraokular.

Anda mungkin juga menyukai