Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pembimbing :
Diajukan Oleh :
Iin Nila Nuraini, S.Ked
J510170011
1
REFERAT
Disusun Oleh :
Iin Nila Nuraini, S. Ked
J510170011
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari, Desember 2017
Pembimbing:
dr. Hardiyanto, Sp.Rad ( )
dipresentasikan di hadapan
dr. Hardiyanto, Sp.Rad ( )
2
BAB I
PENDAHULUAN
Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada sistem saraf,
disamping tumor spinal dan tumor saraf perifer. Tumor ini dapat bersifat primer atau
pun merupakan metastase dari tumor pada organ lainnya. Tumor otak memberikan
permasalahan klinis yang berbeda dengan tumor lain karena efek yang
ditimbulkannya dan keterbatasan terapi yang dapat dilakukan. Tumor otak yang
menyebabkan kerusakan jaringan otak secara langsung akan menimbulkan gangguan
fungsional dari sistem saraf pusat berupa gangguan motorik, gangguan sensorik,
panca indera, bahkan kemampuan kognitif. Selain itu, efek massa yang ditimbulkan
oleh tumor otak juga akan memberikan masalah serius mengingat tumor berada
dalam rongga tengkorak yang pada orang dewasa merupakan suatu ruang tertutup
dengan ukuran tetap. Tumor intrakranial atau tumor otak merupakan salah satu
penyakit yang paling ditakuti karena otak merupakan organ sentral yang sangat
penting.
Keganasan primer susunan saraf pusat merupakan 2% dari seluruh
kanker tetapi jumlah yang tidak proporsional untuk tingkat morbiditas dan mortalitas.
Diperkirakan 43.800 kasus baru dari tumor jinak dan ganas didiagnosis setiap tahun
di Amerika, termasuk 3410 kasus pada anak dan remaja.Wanita mempunyai insiden
yang sedikit lebih tinggi (15,1/100.000 orang per tahun) dari pria (14,3/100.000 orang
per tahun), kemungkinan kerana tingginya insiden meningioma pada wanita.
Keganasan dari tumor system saraf pusat menyebabkan kematian dari tumor solid
pada anak penyebab ketiga kematian karena kanker pada remaja dan dewasa usia 15-
34 tahun. Meningioma adalah tumor jinak otak yang paling banyak, dan astrositoma,
termasuk glioblastoma multiforme (GBM), adalah tumor otak ganas yang paling
banyak.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) atau
pun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra
cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada
jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila
sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila
berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate,
ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder. (5)
Tumor adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang disebabkan oleh
mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut menyebabkan munculnya
tumor. Sebenarnya sel memiliki mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) dan
mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika
kerusakan DNA sudah terlalu berat.
Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan pembelahan
DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan sel itu
sendiri.Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat memicu
terjadinya kanker.Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal di dalam
otak merupakan penyakit yang menyerang otak manusia, yang merupakan pusat
kendali dari tubuh manusia, sehingga tumor otak pada umumnya dapat mengganggu fungsi organ
tubuh lain bahkan dapat menyebabkan kematian. Tumor otak dapat bersifat benigna
dan maligna.Tumor intrakranial (termasuk lesi desak ruang) bersifat jinak maupun
ganas, dan timbul dalam otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak berasal dari jaringan
neuronal, jaringan otak penyokong, sistem retikuloendotelial, lapisan otak dan
jaringan perkembangan residual, atau dapat bermetastasis dari karsinoma sistemik.
Metastasis otak ditandai oleh keganasan sistemik dari kanker paru, payudara,
4
melanoma, limfoma dan kolon. Tumor otak dapat terjadi pada semua usia; dapat
terjadi pada anak kurang dari 10 tahun, tetapi paling sering terjadi pada dewasa
usia dekade kelima dan enam. Pasien yang bertahan dari tumor otak ganas jumlahnya
tidak berubah banyak selama 20 tahun terakhir
B. EPIDEMIOLOGI
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma
seluruh tubuh, dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam
kanalis spinalis. Di Amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun,
sedang menurut Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari
seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum. Di Indonesia data
tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan.Insiden tumor otak pada anak-
anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan puncak usia
40-65 tahun.(5)
Tumor otak primer hanya 2 ± 3% dari seluruh jumlah kanker pada orang
dewasa. Kira-kira 18.000 kasus baru pasien tumor otak dan dengan kematian 14.000.
pada anak-anak tumor otak primer kira-kira 25% dari seluruh tumor. Tumor otak
5
dapat terjadi pada setiap umur, dari penelitian, tumor otak sering terdapat pada anak-
anak 3 ± 12 tahun dan pada dewasa sekitar 40 ± 70 tahun. (2)
C. ANATOMI
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak atau
encephalon adalah sentral supervisori dari sistem syaraf/pusat supervisori dari system
syaraf sentral vertebrata, yang terletak pada kepala.Otak mengatur dan mengkordinir
sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung,
tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak juga bertanggung
jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan
segala bentuk pembelajaran lainnya.(8) Otak dapat dibagi ke dalam otak besar
(cerebrum), batang otak(brainstem), dan otak kecil (cerebellum): (2)
1. Cerebrum
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan
nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum membuat manusia
6
memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan,
memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga ditentukan
oleh kualitas bagian ini. Cerebrum terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut
Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang
menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah:
Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar.
Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak,
kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol
perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.(6)
Lobus Parietal merupakan bagian tengah otak, lobus parietalis membantu
seseorang untuk mengidentifikasi objek dan memahami hubungan spasial (dimana
tubuh seseorang dibandingkan dengan benda-benda di sekitar orang tersebut). Lobus
parietalis juga terlibat dalam interpretasi rasa sakit dan sentuhan pada tubuh
Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan
pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara dan terlibat dalam
memori,ucapan, dan indra penciuman.
Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan
visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek
yang ditangkap oleh retina mata.
Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga Terdiri atas bagian kiri
dan kanan yang disebut hemispherium Cerebri. Kedua bagian itu terhubung
oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan
mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh.
Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri
untuk logika dan berpikir rasional.
7
2. Cerebellum
Terletak dibawah Cerebrum dan dibelakang otak. Cerebellum mengontrol
banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh,
mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga
menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti
gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu
dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap
dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang
tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu
mengancingkan baju.(9)
8
Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri
badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi
otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak
bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau
tertidur.
9
kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteri
vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi
perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk
basilaris, arteri basilaris terus berjalan sampai setinggi otak tengah,dan
disini bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri
posterior.Cabang-cabang system vertebrobasilaris ini
memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah d an
sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya
memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis,
aparatus koklearis dan organ-organ vestibular.
Sistim vena sentral terdiri atas: Aliran vena serebral eksternal atau superficial
dan aliran vena serebral atau profunda. Kedua sistim vena ini mengalirkan darah ke
dalam sinus venosus. Anastomose banyak terjadi antara dua kelompok ini melalui
anyaman pembuluh didalam substansi otak. Dari sinusvenosus melalui vena
emisries darah balik ini diteruskan ke vena ekstrakranial
10
D. Etiologi
Kebanyakan tumor otak primer adalah tidak diketahui penyebabnya. Pelbagai
kemungkinan sebagai factor penyebab seperti merokok, pemakanan, pekerjaan dan
penggunaan telefon gengam telah dilakukan penelitian dengan tiada bukti kausatif
terkait tumor. Sesetangah tumor otak dikaitkan dengan kelainan genetic. (1)
Hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti,walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau,
yaitu :
1) Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpaipada anggota-
anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat
dianggap sebagai manifestasi pertumbuhanbaru, memperlihatkan faktor familial yang
jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2) Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest )
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalamtubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggaldalam tubuh, menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya.Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratomaintrakranial dan kordoma.
3) Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapatmengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningiomaterjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4) Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksivirus dalam proses
11
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belumditemukan hubungan antara infeksi
virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5) Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luasdilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan. (5)
E. Klasifikasi
Tumor otak memiliki banyak klasifikasi.
TABLE 1 : Klasifikasi tumor, terbagi dua yaitu : (2)
Tumor Jinak (Benigna) Tumor Ganas (Maligna)
12
c.Pituitary adenoma
d.Astrocytoma
13
Pembagian tumor cerebelum, sebagai berikut:
a) Ependimoma
Makroskopik
Ependimoma intrakranial dapat tumbuh besar sebelummenimbulkan gejala,
batas tumor kurang nyata, yang di medullaspinalis sebagian berkapsul, ini memudahkan untuk
pengangkatan. Tumor warna abu-abu pink, agak tipis, granula. Kista ditemukan
pada ependimoma serebral, sedangkan yang di fosa posterior jarang. Keadaan ini
merupakan kebalikan dari astrositoma. Kalsifikasi bisa dijumpai
Mikroskopik
Dikenal tiga jenis :
Jenis Epitelial :
terdiri atas sel-sel yang membentuk rosetsejati (Roset Flexner–Wintersteiner), kadang-
kadang ditemukanrongga-rongga yang dilapisi oleh sel kuboid atau torak
14
yangmenyerupai ventrikel blepharoplas dapat dilihat dengan pe-ngecatan PTAH
(Rubinstein), jenis ini merupakan gambaran khas yang sering dijumpai.
Jenis Papiler :
Sel-sel berstruktur papiler dengan stromamyxomatous (myxopapillary
ependymoma). Bentuk lain pa-pilloma plexus choroideus.
Jenis Seluler :
Tumor dibentuk sel-sel ependim mengeliling pembuluh darah, atau masa tanpa
gambaran khas
Gambar 9: Ependimoma
b) Medulloblastoma
Medulloblastoma adalah tumor cerebellum yang bertumbuh sangat
cepat pada bagian, bawah belakang otak. Juga disebut "fossa, posterior" di
mana daerah ini mengontrol keseimbangan, postur, dan fungsi komplek
mototrik seperti berbicara dan keseimbangan. Tumor terletak di otak kecil
yang disebut sebagai "Infratentorial" tumor. Itu berarti tumor terletak di
(cerebellum). Pada anak-anak, medulloblastoma muncul paling sering
dekat vermis, pada jembatan seperti cacing sempit yang menghubungkan
kedua hemisfer otak kecil ini(cerebellum). Pada orang dewasa tumor ini
cenderung terjadi dalam jaringan otak kecil, terutama di bagian pinggir.
15
Gambar 11: gambaran potongan cerebellum
Gejala
Gejala awal dari tumor ini adalah gejala mirip flu,dapat juga kelesuan,
gelisah dan kehilangan nafsu makan. Dimana sering terjadi gejala yang non-
17
spesifik sehingga gejala awal tumor tidak disedari. Pada bayi, ukuran kepala
meningkat dan terlihat gelisah yang merupakan gejala pertama. Pada anak-anak
dan orang dewasa didapatkan keluhan sakit kepala dan muntah ketika bagun pagi.
Biasanya, orang merasa lebih baik setelah muntah. Akibat tekanan di otak
meningkat karena pertumbuhan tumor atau bagian cairan diblokir, sakit kepala,
muntah dan mengantuk dapat meningkat. Gejala lainnya tergantung pada saraf
dan struktur otak yang terkena tumor. Medulloblastomas yang bertumbuh di otak
kecil, akan mengganggu pusat keseimbangan dan gerakan, masalah dengan pusing
dan koordinasi yang umum. Tumor yang tumbuh dekat ke ventrikel keempat otak
dapat memperluas ke bahwa rongga, menghalangi aliran normal cairan
serebrospinal. Hal ini dapat mengakibatkan hidrocephalus yaitu penumpukan
cairan cerebrospinal dalam salah satu rongga otak. Akibat dari tekanan hasil dari
penumpukan cairan ini memberikan gejala: sakit kepala Pagi, mual, muntah, dan
lesu.
c). Astrositoma
18
menentukan kelas histologis tumor. Praktek ini didasarkan pada asumsi bahwa
bidang anaplasia terbesar menentukan perkembangan penyakit.
Pada skema penilaian WHO diterima secara luas di mana bergantung
pada penilaian atypia nuklir, aktivitas mitosis, selluler, proliferasi pembuluh
darah, dan nekrosis.WHO grade I sesuai dengan astrocytoma pilocytic, WHO
grade II sesuai dengan kelas rendah (difus ) astrocytoma, WHO kelas III sesuai
dengan astrocytoma anaplastik, dan WHO kelas IV sesuai dengan glioblastoma
(GBM). (9)
Astrositoma sering menginfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista
dalam berbagai ukuran. Walaupun menginfiltrasi bagian otak namun efeknya pada
fungsi otak hanya sedikit sekali pada permulaan penyakit. Pada umumnya
astrositoma tidak bersifat ganas, walaupun dapat mengalami perubahan
keganasan berupa glioblastoma, yaitu suatu astrositoma yang sangat ganas.tumor-
tumor ini pada umumnya tumbuh lambat. Oleh karena itu penderita sering tidak
datang berobat walaupun tumor sudah berjalan bertahun-tahun. Astrositoma
derajat I memperlihatkan gambaran astrosit yang tidak banyak berbeda dengan
astrosit normal, hanya saja jumlahnya berbeda, sehingga kepadatannya dalam
suatu daerah menonjol. Astrositoma derajat II,III, dan IV secara berturut-turut
memperlihatkan segi-segi keganasan yang meningkat. Astrositoma derajat III
menggambarkan gambaran histologik yang sudah mitotik, infiltratif dan ekspansif
sehingga banyak necrosis dan hemoragik terjadi. Apalagi astrositoma derajat IV,
berbagai jenis sel dalam tahap mitosis dijumpai baik dalam formasi yang khas, maupun yang
tersebar secara tidak teratur dengan banyak nekrosis dan hemoragi.maka
astrositoma derajat III dan IV diberi nama tersendiri yaitu glioblastoma
multiform. Sampai timbul gejala (missal: serangan epilepsy maupun nyeri
kepala). Eksisi bedah lengkap pada umumnya tidak dapat dilakukan kerana tumor
bersifat invasif tapi bersifat residif terhadap radiasi.
19
GAMBAR 6 : Astrositoma
Klasifikasi.
Berdasarkan kecenderungannya untuk menjadi anaplasia, WHO mengklasifikasi
astrositoma menjadi pilocytic astrocytoma ( grade I), diffuse astrocytoma ( grade
II), anaplastic astrocytoma ( grade III) dan glioblastoma multiforme ( gradeIV).
WHO telah melakukan banyak perubahan klasifikasi sejak pertama kali
dipublikasikan pada tahun 1979. Edisi kedua dipublikasi pada tahun 1993 dan
telah mengalami banyak kemajuan dengan diperkenalkannya pemeriksaan
immunohistochemistry. Klasifikasi yang terakhir dipublikasi pada tahun 2000
yang disusun berdasarkan konsensus yang direkomendasikan oleh International
WHO Working Group of experts di Lyon.
Grade I merupakan tumor yang memberikan gambaran histologis yang
stabil, yang dikenal sebagai tumor jinak. Tanda-tanda bahwa tumor tersebut atipik
adalah gambaran inti sel yang atipik seperti kromatin inti yang kasar, bentuk
intiyang bermacam-macam, jumlah inti lebih dari satu pada satu sel, dan terdapat
pseudoinklusi. Selain itu aktivitas mitosis, bentuk sel, proliferasi vaskuler dan
nekrosis juga memberikan informasi mengenai perilaku biologi tumor.
Kriteria disebut glioblastoma multiforme antara lain, hiperselluler, bentuk sel dan
inti sel bermacam-macam, proliferasi endotel, gambaran mitosis dan sering
disertai dengan nekrosis. Kriteria astrocytoma anaplastic antara lain, jumlah sel
lebih sedikit dibandingkan dengan glioblastoma multiforme, demikian juga
dengan gambaran sel dan inti sel serta mitosis yang lebih sedikit, umumnya tidak
disertai dengan nekrosis.
Patofisiologi
20
Tumor ini akan menyebabkan penekanan ke jaringan otak sekitarnya,
invasi dan destruksi terhadap parenkim otak. Fungsi parenkim akan terganggu
karena hipoksia arterial maupun vena, terjadi kompetisi pengambilan nutrisi,
pelepasan produk metabolisme, serta adanya pengaruh pelepasan mediator radang
sebagai akibat lanjut dari hal tersebut diatas. Efek massa yang ditimbulkan dapat
menyebabkan gejala defisit neurologis fokal berupa kelemahan suatu sisi tubuh,
gangguan sensorik, parese nervus kranialis atau bahkan kejang.
Astrocytoma low grade yang merupakan grade II klasifikasi WHO akan
tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan bentuk yang maligna. Tumor doubling
time untuk astrocytoma low grade kira-kira 4 kali lebih lambat dibandingkan
dengan astrocytoma anaplastic (grade III astrocytoma ). Sering diperlukan waktu
beberapa tahun antara gejala awal hingga diagnosa low grade astrocytoma
ditegakkan, interval ini kira-kira 3,5 tahun. Astrocytoma low grade ini seringkali
disebut diffuse astrocytoma WHO grade II.
21
akibat kelumpuhan nervus abdusens). Gejala meningginya tekanan intracranial
lainnya adalah terjadinya hidrosefalus. Semakin bertumbuhnya tumor gejala-
gejala yang ditemukan sangat tergantung dari lokasi tumor tersebut. Tumor
supratentorial dapat menyebabkan gangguan motorik atau sensitifitas,
hemianopsia, afasia atau kombinasi gejala-gejala. Sedangkan tumor di fosa
posterior dapat menimbulkan kombinasi dari gejala-gejala kelumpuhan saraf
kranial, disfungsi serebeler dan gangguan kognitif.
e). Craniopharyngioma
Teori Embriogenetik
Teori ini berkaitan dengan pengembangan adenohipofisis dan transformasi sisa
selectoblastic duktus craniopharyngeal dan kantong Rathke. Kantong Rathke dan
22
infundibulum berkembang pada minggu keempat kehamilan dan kedua-duanya
membentuk hipofisis. Kedua-duanya memanjang dan bergabung pada bulan
kedua. Infundibulum adalah invaginasi ke bawah dari diencephalon manakala
kantong Rathke adalah invaginasi ke atas dari rongga mulut primitive (yaitu,
stomodeum). Duktus craniopharyngeal adalah leher kantong yang berhubung
dengan stomodeum, di mana akan menyempit, menutup, dan memisahkan
kantong dari rongga mulut primitive pada akhir bulan kedua. Dengan demikian,
kantong menjadi vesikel, yang rata
dan mengelilingi permukaan anterior dan lateral infundibulum. Dinding dari
vesikel membentuk struktur yang berbeda dari hipofisis. Akhirnya, vesikel ini
akan menghilang sepenuhnya. Rathke dan sisa-sisa duktus craniopharyngeal
menjadi tempat asal craniopharingioma.
Teori metastatik
Teori ini berkaitan dengan residual epitel skuamosa (berasal dari bagian
stomodeumdan biasanya bagian dari adenohypophysis), yang mengalami
metaplasia.3
Patogenesis
Craniopharyngioma dianggap didapat secara kongenital dan timbul dari
sisa-sisa kantong Rathke's di persimpangan batang infundibular dan pituitari.
Craniopharyngioma adalah tumor epitel yang jinak. Sel-sel skuamosa yang
ditemukan menunjukkan gambaran metaplastik dan dapat menetap untuk suatu
jangka masa yang signifikan sebelum transformasi terjadi. Terdapat juga
pendapatyang mengatakan bahwa tumor ini berasal dari malformasi dari sel
embrio yangterlalu lama menetap di daerah tersebut dan tidak diserap sewaktu
janin sehingga menyebabkan pertumbuhan yang abnormal. Pada saat tumor telah
mencapai diameter 3 sampai 4 cm, hampir selalu ianya menjadi kistik dan
sebagian terkalsifikasi. Biasanya ianya terletak di atas turcica sella dan
menekan Chiasma optik hingga ke ventrikel ketiga. Tumor yang besar dapat
menghambat aliranCSF.
23
Gambar 14: Gambaran MRI dari suatu craniopharingioma menunjukkan
adanya suatu massa kista yang diperkaya dengan kontras pada bagian
suprasella menuju ke bagian atas yang menekan hypothalamus.
Manifestasi klinis
1. Derajat I : Sifat kurang agresif, tumbuh lambat, gambar sel hampir normal,
bila dilakukan operasi maka merupakan terapi yang efektif
2. Derajat II : Relatif tumbuh lambat, ada sel yang abnormal di bawah
mikroskop, menginvasi jaringan normal, dapat timbul kembali bila
diangkat.
3. Derajat III: Cenderung tumbuh lebih cepat, menginfiltrasi dan dapat
timbul kembali bila diangkat
4. Derajat IV: Tumbuh sangat cepat, bersifat agresif, gambaran bizarre pada
mikroskop.
G. Patofisiologi
25
umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin
dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang
sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi
invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk
kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat
gangguan neurologis fokal.
26
progresif, hipersentitif sistemik (pelebaran tekanan nadi) dan gangguan
pernapasan.
H. Gejala Klinis
1. Gejala Klinik Umum
Gejala umum timbul karena peningkatan tekanan intrakranial atau akibat
infiltrasi difus dari tumor. Gejala yang paling sering adalah sakit kepala,
perubahan status mental, kejang, nyeri kepala hebat, papil edema,mual dan
muntah. Tumor maligna (ganas) menyebabkan gejala yang lebih progresif
daripada tumor benigna (jinak). Tumor pada lobus temporal depan dan frontal
dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang sangat besar tanpa
menyebabkan defisit neurologis, dan pada mulanya hanya memberikan gejala-
gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus parietal dan
oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dulu baru kemudian memberikan
gejala umum.
a. Nyeri Kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang
kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri
kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver
valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50%
penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan
terutama pada bagian frontal.Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri alih
ke oksiput dan leher.
Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bias juga menyeluruh. Biasanya
muncul pada pagi hari setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu,
hilang timbul (rekuren) dengan interval tak teratur beberapa menit sampai bebrapa
jam. Serangan semakin lama semakin sering dengan interval semakin pendek.
Nyeri kepala ini bertambah hebat pada waktu penderita batuk, bersin atau
mengejan (misalnya waktu buang air besar atau koitus). Nyeri kepala juga
bertambah berat waktu posisi berbaring dan berkurang bila duduk. Penyebab nyeri
kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive structure seperti dura,
27
pembuluh darah atau serabut saraf. Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari
tumor otak yang berlokasi di daerah lobus frontalis.(7)
Tumor Serebellar
Muntah berulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakangejala yang
sering ditemukan pada tumor serebellar. Pusing, vertigo dannistagmus mungkin
menonjol.
Selain itu defisit fokal secara klasik yang terkait tumor termasuk: hemianopia
bitemporal dengan makroadenoma pituitary; anosmia, atrofi optic ipsilateral dan
papiloedema kontralateral dengan meningioma dasar tulang tengkorak bagian
depan (Foster–Kennedy syndrome); dan hilang pendengaran ipsilateral, tinnitus,
dan disquilibrium dengan Schwannoma vestibular.
29
3. Gejala Lokal yang Menyesatkan (False Localizing Features)
Gejala lokal yang menyesatkan ini melibatkan neuroaksis kecil dari lokasi
tumor yang sebenarnya. Sering disebabkan oleh peningkatan tekanan
intrakranial, pergeseran dari struktur-struktur intrakranial atau iskemi.
Kelumpuhan nervus VI berkembang ketika terjadi peningkatan tekanan
intrakranial yang menyebabkan kompresi saraf. Tumor lobus frontal yang difus
atau tumor pada korpus kallosum menyebabkan ataksia(frontal ataksia)
I. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor
otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti. Dari
anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang
mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas. Misalnya ada
tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik
neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit
lapangan pandang.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per system (B1B6) dengan fokus pemeriks
aan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan
keluhan-keluhan dari klien.
a)B1 (Breathing)
Inspeksi, pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada
medulla oblongata didapatkan adanya kegagalan pernafasan. Pengkajian inspeksi
pernafasan pada klien tanpa kompresi medulla oblongata didapatkan tidak ada
kelainan. Palpasi thoraks didapatkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Auskultasi tidak didapatkan bunyi nafas tambahan.
b)B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medulla
oblongata didapatkan adanya keggalan sirkulasi. Pengkajian pada klien tanpa
30
kompresi medulla oblongata didapatkan tidak ada kelainan. Tekanan darah biasa
normal, tidak ada peningkatan heart rate.
c)B3 (Brain)
Tumor otak sering menyebabkan berbagai deficit neurology tergantung
dari gangguan fokal dan adanya peningkatan TIK. Pengkajian B3
merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan dengan
pengkajian pada system lainnya. Trias klasik pada tumor kepala adalah nyeri
kepala, muntah dan papiledema.
d)B4 (Bladder)
Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis
yang luas.
e)B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual dan muntah pada fase akut. Mual dan muntah terjadi sebagai akibat
rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah paling sering
terjadi pada anak-anak dan berhubugan dengan peningkatan tekanan intrakranial
disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan
dapat berupa muntah proyektil.
f.B6 (Bone)
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan , kehilangan
sensorik ,mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
J. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik :
1. Rontgent tengkorak anterior-posterior
2. EEG
3. CT Scan
4. MRI
5. Pemeriksaan cairan serebrospinal
6. Patologi anatomi
7. Angioserebral
31
CT scan dan MRI memperlihatkan semua tumor intrakranial dan
menjadi prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang
progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu
tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan
tumor dari abses ataupun proses lainnya.Gambaran CT Scan pada tumor otak,
umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong struktur otak
isekitarnya. Biasanya tumor otak dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena
densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah
dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens.
Beberapa jenis tumor akan terlihat lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan CT
Scan disertai dengan pemberian zat kontras.
K. Penatalaksanaan
Pemilihan jenis terapi pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
Kondisi umum penderita
Tersedianya alat yang lengkap
Pengertian penderita dan keluarganya
Luasnya metastasis.
Terapi yang dilakukan, meliputi Terapi steroid, pembedahan, radioterapi dan
kemoterapi, yaitu:
32
1.Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor
intrakranial,namun tidak berefek langsung terhadap tumor.
2.Pembedahan
Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan untuk
mengurangi efek akibat massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor tertentu yang tidak
dapat direseksi. Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk
melakukan dekompresi dengan cara mereduksi efek masa sebagai upaya
menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi.
3.Radioterapi
Tumor diterapi melalui radioterapi konvensional dengan radiasi totalsebesar
5000-6000 c Gy tiap fraksi dalam beberapa arah. Kegunaan dari radioterapi
hiperfraksi ini didasarkan pada alasan bahwa sel-sel normal lebih mampu memperbaiki
kerusakan subletal dibandingkan sel-sel tumor dengan dosis
tersebut.Radioterapi akan lebih efisien jika dikombinasikan dengan
kemoterapi intensif.
Perencanaan radiasi seperti 3-dimensional conformal theraphy,
penggunaanmulti leaf collimators dan IMRT (Intensity Modulated Radiation
Therapy)merupakan metode radiasi yang saat ini digunakan dan masih terus
dikembangkan.
4.Kemoterapi
Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan
pembedahan,kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan
metode yang beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma
dan astrositomastadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi tambahan
berupa kemoterapi danregimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi
paliatif.
5. Kombinasi radio-kemoterapi
Kombinasi radio-kemoterapi mulai dikembangkan. Peningkatan
ketahananhidup selama 1 tahun sebanyak 10% dan 2 tahun sebanyak 8,6%.
Nitrosourea(BCNU) merupakan regimen yang paling efektif.
33
L. Diagnosis Banding
Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan
tekananintrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif.
Setiap prosesdesak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak
sukar membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut :
Abses intraserebral
Epidural hematom
Hipertensi intrakranial benigna
Meningitis kronik (5)
M. Prognosis
Prognosisnya tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di Negara-
negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui
pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun (5
years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahaun (10 years
survival) berkisar 30-40%.(5) Beberapa hal yang merupakan prognosis
buruk tumor otak metastase adalah usia lanjut, gejala-gejala muncul
kurang dari 1 minggu, dan adanya penurunan kesadaran.
34
BAB III
KESIMPULAN
Tumor otak termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara
klinis sukar membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang
maligna,kerana gejala yang timbul ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan
terjadi tekanan tinggi intrakranial dan efek masa tumor ke jaringan otak.
Dipikirkan menderita tumor otak bila didapat adanya gangguan cerebral umum
yang bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi intrakranial dan adanya
gejala sindrom otak yang spesifik Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini CT Scan
berperan dalam diagnosa tumor otak, sedang diagnosa pasti tumor otak benigna
atau maligna dengan pemeriksaan patologi-anatomi.(5)
35
DAFTAR PUSAKA
36
37