Anda di halaman 1dari 7

REKAYASA LAPORAN

KEUANGAN PT BANK LIPPO


TBK 2002-2003
Kasus Bank Lippo dan Degradasi Kepercayaan Publik

DI tengah upaya pemulihan kepercayaan terhadap dunia perbankan dan perekonomian


nasional, kita dikejutkan oleh skandal keuangan yang dilakukan Bank Lippo Tbk. Salah
satu bank peserta rekapitalisai itu memberikan laporan berbeda ke publik dan
manajemen BEJ.Dalam laporan keuangan per 30 September 2002 yang disampaikan ke
publik pada 28 November 2002 disebutkan total aktiva perseroan Rp 24 triliun dan laba
bersih Rp 98 miliar.Namun dalam laporan ke BEJ pada 27 Desember 2002 total aktiva
perusahaan berubah menjadi Rp 22,8 triliun rupiah (turun Rp 1,2 triliun) dan
perusahaan merugi bersih Rp1,3 triliun.

Perbedaan laporan keuangan itu segera memunculkan kontroversi dan polemik.


Manajemen beralasan perbedaan itu terjadi karena ada penurunan aset yang diambil
alih atau foreclosed asset dari Rp 2,393 triliun menjadi Rp 1,420 triliun.Akibatnya pada
keseluruhan neraca terjadi penurunan tingkat kecukupan modal atau capital adequacy
ratio (CAR) dari 24,77 menjadi 4,23%. Namun beberapa pihak menduga perbedaan
laporan keuangan terjadi karena ada manipulasi yang dilakukan manajemen.

Dugaan itu beralasan karena agunan yang dijadikan aset berasal dari kelompok Lippo.
Yakni, PT Bukit Sentul Tbk, PT Lippo Karawaci Tbk, PT Lippo Cikarang Tbk, PT Lippo
Securities Tbk, PT Hotel Prapatan Tbk, dan PT Panin Insurance Tbk.BankLippo diduga
juga melanggar di pasar modal berupa perdagangan memanfaatkan informasi dari orang
dalam (insider trading).Praktisi pasar modal Lin Che Wei mengatakan, selama 40 hari
perdagangan bursa mulai 4 November 2002 sampai 10 Januari 2003 terjadi anomali
dalam transaksi saham Bank Lippo (LPBN). Itu diduga dilakukan perusahaan sekuritas
yang berafiliasi dengan Lippo Group serta beberapa perusahaan sekuritas lain yang
mempunyai kedekatan dengan kelompok tersebut.

Keanehan terjadi karena satu menit menjelang penutupan pasar (pukul 15.59) sejumlah
perusahaan sekuritas melakukan transaksi saham Bank Lippo dengan volume hanya
satu atau dua lot dengan harga selalu lebih rendah daripada rata-rata harga pada hari
itu. Akibatnya, hampir setiap hari harga saham bank itu turun.

Analisis kasus :

Pengertian etika

Menurut saya, kasus yang dilakukan oleh PT Bank LippoTbk salah karena tidak adanya
checks and balances yang baik antara direksi dan komisaris dengan manajemen PT Bank
Lippo Tbk yang menyampaikan dua laporan keuangan yang tidak diaudit. Jika dilihat
dari sudut pandang GCG terjadi karena lemahnya penerapan prinsip akuntabilitas di
dalam PT Bank Lippo Tbk, khususnya dalam hal pembuatan laporan keuangan. Tidak
hanya membuat laporan berganda namun PT Bank Lippo telah diduga
menyalahgunakan jual beli saham di pasar modal. Dengan banyaknya kasus tersebut
menyebabkan kepercayaan investor dan kreditur terhadap PT bank lippo Tbk mulai
menurun.

Laporan keuangan PT Bank Lippo yang telah dimanipulasi dan menyalahgunakan jual
beli saham di pasar modal menimbulkan terjadinya turunnya saham sehingga pada awal
tahun 2003 PT Bank Lippo tersebut memperoleh hak untuk melakukan rencana right
issue (penerbitan saham baru untuk menambah modal) guna menghindari pailit. Wakil
presiden komisaris Bank Lippo Roy E Tirtadji mengatakan, rencana penjualan agunan
yang diambil alih (AYDA) di Bank Lippo sudah disetujui oleh Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN) sebagaimana halnya rencana melakukan pengumpulan
saham (reverse stock split).

Ada dua prinsip yang harus dilakukan dalam GCG yaitu prinsip transparansi dan prinsip
akuntabilitas. Dari prinsip tranparansi tersebut seharusnya PT Bank Lippo memiliki
kewajiban untuk menginformasikan laporan keuangan hendaknya dilakukan secara
tepat dan dilakukan secara profesional dengan cara menunjuk auditor yang lebih
independen, qualified, dan competent. Perbuatan manajemen PT Bank Lippo Tbk yang
telah lalai karena mencantumkan kata “audited” di dalam laporan keuangan yang
sebenarnya belum diaudit merupakan sebuah bentuk ketidakhati-hatian yang
merupakan tanggung jawab dari Manajemen PT Bank Lippo Tbk. Dan untuk melakukan
transaksi jual beli saham di pasar modal seharusnya PT Bank Lippo mengikuti ketetapan
dan peraturan yang berlaku yang berada di bursa efek pasar modal. Seharusnya
membuat laporan keuangan yang baik mengacu pada pedoman yang tepercaya seperti
peraturan PSAK.

PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan (Revisi 1998)

19-09-2008 10:24

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 berisi tentang penyajian laporan


keuangan, pedoman untuk struktur dan syarat minimum dalam penyajian laporan
keuangan. Tujuan pernyataan dalam PSAK No. 1 adalah menetapkan dasar-dasar bagi
penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements)
yang selanjutnya disebut “Laporan Keuangan” agar dapat dibandingkan, baik dengan
laporan keuangan perusahaan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan
perusahaan lain. Pengakuan, pengukuran,serta pengungkapan transaksi dan peristiwa
tertentu diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi terkait. Komponen laporan
keuangan yaitu, neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan. Dalam laporan keuangan harus dicantumkan nama
perusahan, cakupan laporan keuangan, tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan
keuangan, mata uang pelaporan, satuan angka yang digunakan dalam penyajian laporan
keuangan. Penyajian laporan keuangan mensyaratkan pertimbangan dan estimasi pada
setiap transaksi. Penjelasan mengenai penggunaan kebijakan akuntansi dan dasar
estimasi yang digunakan dalam laporan keuangan disyaratkan dalam pembuatan
laporan keuangan.Pernyataan ini berlaku efektif untuk penyusunan dan penyajian
laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 1999. Penerapan lebih dini dianjurkan.

Berdasarkan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 PT Bank Lippo Tbk harus
mengikuti peraturan yang berlaku di pedoman SAK tersebut.yaitu dengan memaparkan
laporan keuangan yang lebih detail dan lebih baik lagi agar terhindarnya dari proses
kecurangan dan proses ketidakhati-hatian.
Dalam hal ini kasus PT Bank Lippo Tbk melakukan tindakan kecurangan, proses ketidak
hati-hatian, dan melanggar peraturan yang telah ditetapkan sehingga menimbulkan
dampak negatif bagi perusahaan itu sendiri, investor, maupun kreditur. Secara garis
besar tindakan yang telah dilakukan adalah memanipulasi laporan keuangan ( membuat
laporan keuangan berganda), menyalahgunakan jual beli saham di pasar modal, dan
laporan keuangan yang dilaporkan telah audit sedangkan faktanya belum diaudit.

Seharusnya PT Bank Lippo Tbk melakukan tindakan yang dilakukan berdasarkan


prinsip dan pedoman yang berlaku sehingga meninggalkan dampak yang positif.
Tindakan tersebut adalah membuat laporan keuangan yang detail dan lebih baik lagi,
tidak dilakukannya laporan berganda, dan memaparkan laporan keuangan tersebut
berdasarkan SAK. Dan melakukan transakasi jual beli saham berdasarkan aturan di BEI.

Dilihat dari norma hukum bahwa kasus tersebut melanggar Undang-Undang No. 8
Tahun 1995 tentang pasar modal. Bab X pelaporan dan keterbukaan informasi
“Memberikan paparan kewajiban bagi pelaku di bursa saham untuk melapor Badan
Pengawas Pasar Modal, termasuk jenis laporan yang harus disampaikan. Bab XI
Penipuan, Manipulasi Pasar, dan Perdagangan Orang Dalam “Penjelasan mengenai
aktivitas dan kegiatan apa saja yang dilarang di kegiatan pasar modal, termasuk
penipuan, dan pelarangan penggunaan orang dalam sesuai ketentuan berlaku” seperti
tertulis di pasal 90, pasal 91, pasal 93, pasal 94 sampai pasal 99.

Dipandang dari norma agama PT Bank Lippo Tbk merupakan lembaga keuangan yang
melayani masyarakat dalam hal simpanan dana maupun pinjaman dana. Seharusnya PT
Bank Lippo tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji tersebut, seperti melakukan
manipulasi laporan keuangan dan menyalahgunakan jual beli saham. Ketidakjujuran
inilah yang meyebabkan PT Bank Lippo tersebut sulit untuk dipercaya.

Dipandang dari sisi norma moral, PT Bank Lippo melakukan tindakan yang tidak
bermoral sehingga menyebabkan tercemarnya kelayakan Bank yang berada di
Indonesia. Seharusnya PT Bank Lippo Tbk melakukan tindakan agar dapat memajukan
perdagangan saham dan penanaman modal di Indonesia sehingga perekonomian di
Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Berdasarkan dari kasus tersebut dapat dilihat bahwa PT Bank Lippo Tbk memiliki nilai
kesopanan yang relatif rendah. Melakukan tindakan yang mengurangi kepercayaan
dalam masyarakat, dan merugikan orang lain contohnya saja investor (didalam maupun
diluar negeri). Sikap kepempimpinan dalam memimpin perusahaan tersebut perlu
ditinjau lebih dalam lagi, agar tidak adanya lagi pengulangan dalam kasus tersebut.

Fungsi etika

Atas Perbedaan Laporan keuangan ini, pada tanggal 15 januari 2003,Bank Lippo
dipanggil BEJ dan Bapepam untuk menjelaskan soal laporan ganda, Menurut Presiden
Direktur Bank Lippo I Gusti Made Mantra, seperti dituturkan Direktur Utama BEJ Erry
Firmansyah, laporan keuangan kuartal III tahun 2002 yang dipublikasikan pada 28
November 2002 lalu belum memasukkan hasil penilai terhadap transaksi yang diketahui
kemudian. Laporan keuangan itu dilansir guna memenuhi ketentuan Bank Indonesia,
agar laporan keuangan diumumkan paling lambat 60 hari setelah masa buku ditutup.
Presiden Direktur Bank Lippo, I Gusti Made Mantera, menjelaskan bahwa perbedaan isi
laporan disebabkan adanya peristiwa setelah tanggal neraca (subsequent event), yakni
berupa penurunan nilai aset yang diambil alih (AYDA) dari Rp 2,4 triliun menjadi Rp
1,42 triliun. Menurut seorang pejabat Bank Lippo yang tak mau disebut namanya,
penurunan drastis nilai aset yang kebanyakan berbentuk properti ini terjadi karena saat
itu–Juni 2002– BPPN mengguyur pasar melalui penjualan aset secara besar-besaran
dengan harga obral. “Akibatnya, ketika aset itu dinilai otomatis nilainya turun,” kata
pejabat itu. Sehingga Penjelasan yang telah dituturkan tersebut membuat Presiden
Direktur Bank Lippo mengelak bahwa manajemennya tidak melakukan kesalahan
apapun, dan berpendapat bahwa perilaku yang dilakukannya wajar-wajar saja karena
alasan utamanya untuk mempertahankan perusahaan itu.

Etika dan Etiket

PT Bank Lippo merupakan salah satu lembaga keuangan yang melayani masyarakat dan
harus menjaga etika maupun etiketnya untuk memberikan kepuasan dalam hal melayani
keinginan masyarakat. Tapi tidak hanya membuat kepuasaan, seharusnya PT Bank
Lippo juga melakukan tindakan untuk mengambil kepercayaan masyarakat demi
kelangsungan hidup internal maupun eksternal perusahaan. Contohnya menarik
nasabah dengan perilaku yang sopan, baik, dan tutur kata yang lembut, dan membuat
laporan keuangan yang wajar tanpa pengecualian agar dilihat bahwa PT Bank Lippo juga
dapt dipercaya lagi.

PT Bank Lippo juga harus mempertahankan etiketnya yang mengacu pada mematuhi
peraturan maupun undang-undang yang berlaku seperti Peraturan Bapepam-LK No.
IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu, Peraturan Bapepam-LK No.
IX.E.2 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha yang Dilakukan
Perusahaan Terbuka, Peraturan Bapepam-LK No.VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab
Direksi Atas Laporan Keuangan dan juga memperhatikan pihak terkait lainnya yaitu
pengawasan Bursa Efek Indonesia (BEI).

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika:

Motif dilakukannya pemanipulasian laporan keuangan oleh PT Bank Lippo sangat


beraneka ragam pendapat yang dituturkan di depan publik. Baik opini yang didapat dari
pemerintah melalui lembaga yang berkepentingan hingga para pengamat yang
cenderung mengemukakan pendapat secara ekstrim. Misalnya salah satu pendapat itu
adalah untuk menekan harga saham Bank Lippo sehingga pemilik lama dapat membeli
kembali dengan harga murah. Untuk menganalisis adanya indikasi yang terkait terhadap
manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen, mungkin titik tolak dimulai dari nilai
laba yang sebesar 98Milyar pada bulan September kemudian terjadi Subsequen
Event (transakasi yang terjadi setelah tanggal neraca) sebelum tanggal 31 Desember
yang mengakibatkan laba yang sebesar 98Milyar tiba-tiba berubah drastis menjadi
kerugian hingga mencapai 1,2Triliun. Artinya terjadi penurunan laba hingga 1200% di
periode tersebut. Kerugian tersebut disebabkan karena adanya penilaian kembali
agunan yang diambil alih yang tadinya nilai 2,39Triliun menjadi 1,42 Triliun.

Sanksi Pelanggaran Etika

Sesuai Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal yang dilakuka oleh
Manajemen PT Bank Lippo yakni diancam dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 15.000.000.000,- (lima belas miliar
rupiah). Sanksi hukum atas pelanggaran Prinsip GCG di Pasar Modal yang dilakukan
oleh PT Bank Lippo Tbk adalah berupa sanksi administratif saja yaitu kewajiban dari
Direksi PT Bank Lippo Tbk. untuk menyetor uang ke kas negara sejumlah Rp.
2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) dan terhadap Akuntan Publik
untuk menyetor uang ke kas negara sebesar Rp. 3.500.000,00 (tiga juta lima ratus ribu
rupiah). Terhadap penerapan sanksi pidana belum dilaksanakan pada kasus PT Bank
Lippo Tbk. ini.

Jenis etika

Membahas tentang etika yang mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia


bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika
dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak
serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Berdasar dari kasus
tersebut yang dilakukan PT bank lippo merupakan tindakan yang tidak didasari dari
etika pada prinsip moral yang ada, sikap yang tidak berpendirian terhadap kode etik
yang berlaku. Terjadinya kasus tersebut dapat menyadarkan masyarakat untuk
mengutamakan perilaku etis, yang saat ini masih terabaikan bahkan oleh orang-orang
yang berpendidikan sekalipun.

Berdasarkan kasus tersebut juga dilihat dari sisi etika kekeluargaannya. Kasus
pemanipulasian laporan keuangan inilah dianggap jelek karena dapat mencemarkan
nama baik lembaga keuangan di Indonesia. Lembaga keuangan Indonesia seharusnya
dapat melayani dengan baik masyarakat dan memberikan informasi yang benar untuk
para investornya.

Pengumuman dari Bapepam mengenai skandal PT. Lippo Tbk membawa konsekuensi
kepada profesi akuntan untuk dapat mengkoreksi atas profesi yang melekat pada diri
seorang akuntan. Laporan keuangan yang dilaporkan bagi perusahaan yang Go Publik
harus diaudit oleh auditor. Kebutuhan akan informasi oleh berbagai pihak atas
kelangsungan usaha suatu entitas yang dicerminkan dalam laporan keuangan sangat
diperlukan, hal ini membawa harapan yang sangat tinggi oleh masyarakat kepada
seorang akuntan publik. Harapan yang tinggi ini menjadikan seorang Akuntan dapat
memenuhi kebutuhan tersebut, untuk dapat memenuhi hal tersebut seorang akuntan
harus menjaga prinsip independensi, integritas dan objektivitas. Tidak hanya seorang
akuntan publik yang harus menerapkan prinsip tersebut namun seorang akuntan
dimanapun berkerja harus menerapkan prinsip tersebut. Prinsip-prinsip tersebut akan
menjadikan seorang akuntan bekerja sesuai etika profesi yang telah diterapkan.

Dalam sudut pandang lingkungan masyarakat pun PT Bank Lippo merupakan lembaga
keuangan yang masih dipertimbangkan apakah layak untuk dipercaya ataupun tidak
dikarenakan terlibatnya kasus ini. Tidak hanya masyarakat sekitar bahkan untuk
investor (dalam maupun luar negeri) masih meragukan apakah layak untuk menanam
saham di PT Bank Lippo ini setelah terjadinya kasus. Maka dari itu perlu adanya
pembenahan yang dilakukan didalam maupun diluar perusahaan, dan perlu mengambil
tindakan untuk pihak yang terkait dalam melanggar peraturan yang telah ditetapkan.

TEORI ETIKA

Theology

PT Bank Lippo melakukan tindakan manipulasi laporan keuangan. PT Bank Lippo


membuat tiga buah laporan keuangan yang dinyatakan telah diaudit tetapi ketiga
laporan keuangan tersebut berbeda. Dari ketiga laporan keuangan tersebut ternyata
hanya ada satu laporan keuangan PT Bank Lippo Tbk. per 30 September 2002 yang
diaudit dengan Opini Wajar Tanpa Pengecualian dari Akuntan Publik Drs. Ruchjat
Kosasih dari KAP Presetio, Sarwoko & Sandjaja dan setelah diperiksa oleh pihak kantor
akuntan publik dua diantara laporan keuangan tersebut belum diaudit. Tentunya hal ini
menjadikan informasi yang membingungkan bagi masyarakat dan juga akan
mempengaruhi keputusan para investor ataupun para pemegang saham. Dilihat dari
kasusnya bahwa akan memberikan dampak yang negatif bagi pihak internal maupun
eksternal. Contohnya saja yaitu menyebabkan penurunan laba yang drastis dan tingkat
kepercayaan investor maupun kreditur pun mulai menurun. Adanya unsur egoisme
didalam kasus tersebut dikarenakan perilaku yang dilakukannya hanya demi
keuntungan pihak-pihak terkait tanpa pandang kerugian yang didapat.

Beberapa Sistem Filsafat

Berdasarkan pada kasus PT Bank Lippo, dapat dilihat bahwa kasus tersebut menganut
sistem filsafat moral hedonisme dan eudemonisme. Dapat dikatakan sistem filsafat
hedonisme dikarenakan PT Bank Lippo Tbk membuat laporan keuangan berganda demi
tujuan keuntungan pihak-pihak yang terkait itu sendiri. Mengenai manipulasi yang
dilakukan oleh manajemen PT Bank Lippo tersebut dapat dikatakan bahwa pihak yang
terkait menganggap hal ini wajar saja dilakukan dan tidak menyadari kesalahan fatal
yang diperbuatnya. Tindakan yang telah diperbuatnya tidak memberi kesadaran bahwa
yang dilakukannya tidak adanya etika dan etiket baik sehingga dapat mencemarkan
nama baik badan usaha dari sudut pandang orang dalam negeri maupun luar negeri.
Perilaku pihak yang terkait juga membuat masyarakat, para investor, dan kreditur
kebigungan dalam hal apakah sekarang ini lembaga keuangan bisa dipercaya atau tidak.
Dan jawaban itu perlu dipertanggungkan demi perdagangan saham di Indonesia
menjadi lebih baik lagi.

PT Bank Lippo juga menganut sistem filsafat eudemonisme dikarenakan lembaga


keuangan tersebut berusaha untuk melakukan hal yang baik demi kelanjutan badan
usaha tersebut dengan cara menyokong dana. Contohnya saja wakil presiden direktur PT
Bank Lippo yang meminta persetujuan agar diberlakukannya right issue guna
menghindari pailit. Sehingga ada kemungkinan bahwa salah satu lembaga keuangan ini
bisa dibilang mendorong perkembangan perekonomian di Indonesia.

Tidak hanya menganut sistem filsafat hedonisme dan filsafat eudemonisme saja tetapi
kasus tersebut juga termasuk sistem filsafat utilitarianisme. Penyebabnya adalah kasus
tersebut merugikan pihak ketiga yaitu para investor dan kreditur yang mendapatkan
informasi tentang laporan keuangan yang sudah dimanipulasi tanpa adanya
ketidaktahuan. Dengan dbuat laporan berganda tersebut menyebabkan kebimbangan
para investor untuk mengemukakan pendapat dan memberi keputusannya.

Sumber:

http://www.suaramerdeka.com/harian/0302/24/eko1.htm

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0303/07/utama/169222.htm

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=12345&val=906

http://skripsi-baru.blogspot.co.id/2014/06/kasus-bank-lippo.html
http://www.ojk.go.id/undang-undang-nomor-8-tahun-1995-tentang-pasar-modal

NAMA : SEPTI WAHYUNI

NPM : 26212923

KELAS : 4EB26

Anda mungkin juga menyukai