lingkungan (penyebab)
INFLAMASI
pencetus
gejala
Di seluruh dunia, makanan laut berupa ikan, udang dan kerang-kerangan memiliki
peranan penting dalam zat gizi manusia. Namun, makanan laut juga merupakan alergen
yang kuat pada individu yang sensitif dan menyebabkan reaksi alergi. Alergi pangan
karena makanan laut paling mudah terdeteksi karena gejala yang ditimbulkan relatif
cepat. Biasanya kurang dari 8 jam keluhan alergi sudah bisa dikenali. Jenis makanan
laut yang sering mengakibatkan gangguan adalah jenis yang berukuran kecil seperti
udang, cumi, kerang, kepiting dan sebagainya.
Ikan laut yang agak besar seperti salmon, tuna dan sebagainya relatif lebih ringan.
Klasifikasi makanan laut utama yang dapat menyebabkan reaksi alergi dapat dilihat
pada Tabel 1 dibawah (ALLSA 2008). Tabel 1. Klasifikasi makanan laut penyebab alergi
(ALLSA 2008) Grup Kelas Spesies
Kelompok crustacea dan moluska merupakan janis pangan yang paling sering
menyebabkan reaksi hipersensitif yang diperantarai oleh antibodi IgE, yang
menimbulkan gejala alergi berupa urtikaria (gatal di kulit), angiodema, asma atau
kombinasi dari beberapa gejala tersebut (Motoyama et al. 2006). Penelitian Clark et al.
(2004) menunjukkan bahwa alergen ikan laut dapat mengakibatkan terjadinya 10%
reaksi anafilaksis. Sifat alergi dari protein ikan dipengaruhi oleh kondisi fisiologis
lambung, terutama pada individu yang sensitif terhadap jenis pangan ini (Untersmayr
et al. 2005). Protein ikan berdasarkan kelarutannya dibagi menjadi 3 jenis yaitu protein
sarkoplasma, protein miofibril dan protein stroma. Protein sarkoplasma berisi
beberapa jenis protein yang larut air dan dapat diekstrak dengan larutan garam
berkekuatan ion rendah. Protein miofibril merupakan protein yang dapat diekstrak
dengan larutan garam dengan kekuatan ion tinggi. Protein stroma merupakan jenis
protein yang tidak larut baik dalam larutan garam, asam maupun basa. Protein miofibril
merupakan bagian terbesar dari protein ikan yaitu sekitar 66-77% dari total protein
ikan. Protein sarkoplasma terdapat dalam jumlah sekitar 10% dari total protein ikan,
sedangkan protein stroma berkisar antara 3-5%. Kandungan protein sarkoplasma
dalam daging ikan bervariasi tergantung jenis ikan. Pada umumnya ikan pelagik
mempunyai kandungan sarkoplasma lebih besar daripada ikan demersal (Suzuki 1981).
Udang Jerbung
Salah satu spesies dari famili Penaeidae yang bernilai ekonomis tinggi dan tersebar luas
hampir di seluruh Indonesia adalah udang jerbung (Penaeus merguiensis). Seperti
hewan laut lainnya, dua komponen yang dominan pada udang adalah air dan protein.
Protein udang juga terdiri dari protein sarkoplasma, miofibril dan stroma (Suzuki 1981).
Penelitian Sriket et al. (2007) terhadap dua jenis udang Penaeus monodon dan Penaeus
vannamei menunjukkan bahwa komponen protein utama adalah miofibril yang terdiri
dari aktin dan myosin heavy chain (MHC). Perbedaan kandungan protein miofbril,
sarkoplasma dan stroma dari jenis udang putih (P.vannamei) dan udang P.monodon
disebabkan karena perbedaan sifat dan karakteristik dari kedua jenis spesies udang
tersebut. Udang jerbung memiliki klasifikasi sebagai berikut (Racek dan Dall 1965
dalam Naamin et al. 1992) : Filum : Arthropoda Subfilum : Crustacea Kelas :
Malacostraca Ordo : Decapoda Famili : Penaeidae Genus : Penaeus Spesies : Penaeus
merguiensis Dari sejumlah pangan penyebab alergi, kelompok udang-udangan
ditetapkan menjadi salah satu penyebab utama terjadinya alergi pangan yang
dikarenakan semakin meningkatnya konsumsinya, terutama di negara-negara pesisir
(Lehrer et al. 2003). Udang merupakan satu diantara delapan sumber utama alergen
pangan yang ditetapkan oleh organisasi kesehatan dunia dan merupakan jenis pangan
yang banyak disukai karena rasa dan nilai gizinya yang tinggi (Yu et al. 2011). Telah
banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui jenis alergen utama dari udang-
udangan, seperti yang dikemukakan dalam penelitian Motoyama et al. (2007), alergen
utama pada kelompok udang adalah tropomiosin, yaitu suatu protein miofibril 35-38
kDa yang terdapat di dalam kontraksi otot. Pengujian alergenisitas terhadap ekstrak
protein udang putih (Penaeus merguensis) menunjukkan bahwa ekstrak protein baik
fraksi sarkoplasma dan miofibril mampu menimbulkan terjadinya reaksi alergi pada
subyek penderita alergi (Ispurwanto 1998).